Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BAKTERIOLOGI 3

IDENTIFIKASI CORYNEBACTERIUM DIPHTHERIAE

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Desy Farlina Putri Lubis P17334120514

Fajar Ramadhan Putra P17334120532

Mutmainah Pramushinta P17334120579

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2021
1. Resume Identifikasi Corynebacterium Diphtheriae
Corynebacterium diphtheriae berdiameter 0,5-1 μ, panjang beberapa μ.
Ciri khas bakteri ini berbentuk batang Gram positif dengan formasi tersusun
seperti huruf Cina, Y, W atau L. Pada kedua ujungnya terdapat granula
metakhromatik (volutin bodies) yang tampak jelas dengan pewamaan Neisser atau
Albert. Adanya kedua granula ini penting untuk membedakan C.diphtheriae
dengan C.pseudodiphtheriticum (difteroid) yang tidakpatogen bagi manusia dan
hewan percobaan. C. pseudodiphtheriticum tidak memiliki benda-benda volutin
serta membentuk formasi seperti pagar (pallisade).
Untuk isolasi dipakai perbenihan lempeng agar darah telurit atau Mc Leod
sebagai perbenihan selektif, sedangkan untuk biakan yang telah murni dipakai
perbenihan Loeffer(dalam tabung berupa agar miring
Identifikasi dilakukan berdasarkan atas sifat-sifat- koloni dan pemeriksaan
mikroskopik dengan pengecatan khusus Neisser selain pengecatan Gram.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan biokimia dengan gula-gula dan sakarosa. Uji
keganasan (virulensi) dapat dilakukan secara in vitro menurut Elek Ouchterlony
atau secara in vivo pada marmot.

Bahan pemeriksaan :

Hapus tenggorok, hapus hidung atau dari tempat lain yang mencurigakan.

Identifikasi berdasarkan atas :

1. Pemeriksaan mikroskopik

2. Pembiakan

3. Uji biokimia

4. Uji virulensi
Cara kerja :

1. Pemeriksaan mikroskopik

Dibuat preparat hapus dari bahan pemeriksaan dan diwarnai dengan Albert
atau Neisser dan Gram, hasilnya adalah sebagai berikut :

2. Pembiakan

Perbenihan yang dipakai .

- Loefler : gunanya untuk menyuburkan bakteri sehingga bila


dibuat preparat akantampak granula yang jelas
- Agar telurit : gunanya untuk isolasi koloni-koloni Corynebacterium
diphtheriae yang selanjutnya ditanarn pada gula-gula untuk difteri.

- Telurit cair : berguna sebagai media pengaya

- Agar darah : gunanya untuk membiak kuman-kuman lainnya seperti


Streptococcus haemolyticus dan Staphylococcus aureus.

- Gula-gula untuk difteri : glukosa serum dan sakarosa serum untük


membedakan C.diptheri dengan kuman sejenis.

Bahan pemeriksaan ditanam pada perbenihan di atas, kemudian dieramkan


370C selama 1 malam kecuali Agar telurit selama 2 malam. Hasil biakan pada
Loefler terlihat koloni-koloni berwama putih, selanjutnya dibuat preparat Albert
atau Neisser.
2. Skema Identifikasi Corynebacterium Diptheriae

Gambar 2.1 Skema Identifikasi Corynebacterium spp.

Kultur bakteri dari sampel klinis merupakan baku emas untuk isolasi dan
identifikasi Corynebacterium spp. Sampel swab harus diambil dari tempat yang
dicurigai terinfeksi, seperti rongga nasofaring, tenggorokan, luka atau lesi kulit.
Jika ada pseudomembran, swab harus diambil dari bawah membran, atau
sepotong membran dapat diambil sebagai gantinya. Sangat penting untuk
mengumpulkan sampel terlepas dari apakah terapi antibiotik telah dimulai. Jika
penundaan dalam pemrosesan sampel klinis diharapkan, spesimen harus disimpan
dalam media transportasi Amies dan dapat dilengkapi dengan arang untuk
menjaga kelangsungan hidup bakteri.
Agar darah domba atau kuda atau media yang mengandung kalium tellurit,
seperti agar telurit Hoyle, digunakan untuk isolasi primer. Media ini tidak terlalu
selektif untuk C. diphtheriae, karena spesies bakteri lain juga dapat
tumbuh. Koloni C. diphtheriae yang khas berwarna abu-abu sampai hitam,
sedangkan Streptococcus spp. tumbuh sebagai koloni kecil berwarna hitam atau
kecoklatan. Pada agar darah, corynebacteria tumbuh sebagai koloni cembung,
keabu-abuan, tembus cahaya dengan penampilan granular, sebagian besar dengan
pusat buram. C. ulserasi dan C. pseudotuberkulosiskoloni mungkin menunjukkan
-hemolisis. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media Löffler, yang mengandung
serum terkoagulasi dengan fosfat, mengakumulasi butiran volutin (suatu bentuk
penyimpanan polifosfat intraseluler). Ketika diwarnai dengan polikrom metilen
biru (pewarnaan Albert), butiran tampak ungu (pewarnaan metakromatik),
sedangkan sisa sel bakteri tampak biru. Koloni Corynebacterium spp. pada media
telurit tampak abu-abu gelap atau hitam karena reduksi intraseluler telurit menjadi
telurium setelah 48 jam pertumbuhan pada 37 °C. Penggunaan apusan yang dibuat
dari koloni bakteri corynebacterial yang ditumbuhkan dalam media telurit untuk
uji toksigenisitas berbasis imunofluoresensi tidak dianjurkan, karena perubahan
morfologi yang disebabkan oleh kalium tellurit.
Koloni yang diisolasi dari pelat kultur primer diidentifikasi dengan uji
enzimatik dan diuji untuk produksi toksin. Uji enzimatik meliputi uji nitrat,
urease, katalase, sistinase dan pirazinamidase (untuk mendeteksi keberadaan
nitrat reduktase dan enzim lainnya), yang memungkinkan identifikasi
dugaan Corynebacterium spp. yang berpotensi toksigenik . dalam waktu 4 jam
Gambar 2.2 Inokulasi C. Diphtheriae

Gambar 2.3 Identifikasi Biokimia Corynebacterium

Referensi :

https://www.nature.com/articles/s41572-019-0131-y

http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/108108/ICP_EPI_038_(C).pdf;jsessionid=
2EC70B91FDDB9115A740B955B3ACA2B3?sequence=1

Anda mungkin juga menyukai