Anda di halaman 1dari 30

STATUS PASIEN

ILMU KESEHATAN JIWA

DISUSUN OLEH :

Putri Alfanny Jayanti Sartika 1102014212


Ahmad Furqon Abdusyakur 1102017011
Almira Rizani Putri 1102017018
Asep Fauzi 1102017041
Habieb Al-Hassan Assegaf 1102017100

PEMBIMBING :
dr. Citra Fitri Agustina, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 31 MEI 2021 – 13 JUNI 2021
JAKARTA
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Salemba, Jakarta Pusat
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Januari 1975
Usia : 46 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Pedagang
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal masuk RS : 2014
Tanggal Pemeriksaan :-

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Autoanamnesis dilakukan pada hari Kamis, 10 juni 2021 pukul 14.00-
16.15 WIB di Masjid Arief Rahman Hakim.

A. Keluhan Utama
Pasien mengeluh adanya halusinasi visual dan auditorik sejak 2021.

B. Keluhan Tambahan
Pasien selalu sedih dan menangis saat membahas ibunya yang sudah tiada
karena menyesali perbuatannya dahulu terutama yang berhubugan dengan
ibunya. Pasien juga sering merasa orang-orang disekitarnya suka
membicarakannya dan ingin berbuat jahat kepadanya hingga memotong
sandalnya. Pasien mengaku jika kambuh gejalanya suka memutar lagu
sekencang mungkin dan bernyanyi dengan teriak.

2
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Beberapa bulan terakhir, pada tahun 2021, pasien dan anak-anaknya sering
mendengar suara seperti memanggil nama pasien dan melihat rupa hitam
dan mata merah di dapur setiap hari Senin dan Kamis saat dini hari. Pasien
selalu sedih, menangis, dan menyalahkan dirinya sendiri ketika teringat
dan saat bercerita tentang ibunya. Pasien juga mengaku jika kesal dengan
seseorang, apa yang ia sumpahkan kepada orang tersebut maka akan
terjadi. Pasien meyakini bahwa buyutnya mempunyai ilmu hitam sehingga
pasien merasa terlindungi dan mendapat penjagaan yang turun menurun.
Sekarang pasien melakukan kontrol rutin seminggu sekali untuk menjalani
psikoterapi dan diberikan farmakoterapi berupa Risperidone, Fluoxetine,
dan Alprazolam.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat Psikiatri Sebelumnya
Pada tahun 2012 pasien sangat terpukul dengan kepergian ibunya
untuk selamanya. Pasien merasa sangat menyesal sering tidak
mendengarkan ibunya dan tidak menghabiskan banyak waktu
bersama ibunya saat masih di sisinya. Perasaan menyesal dan
menyalahkan diri sendiri membuat pasien terdorong untuk
mengakhiri hidupnya dengan cara memasukkan jari ke saklar listrik
dan menjilat gerusan obat nyamuk dengan minyak tanah. Pasien
sering mengamuk dan memukuli anaknya karena terpicu saat
terlintas suami dalam pikirannya. Setelah beberapa kali percobaan
bunuh diri, saudara pasien khawatir dan membawa pasien menemui
orang pintar, namun tidak ada perbaikan.
Pada tahun 2014 saudara pasien akhirnya memutuskan untuk
membawa pasien ke RS Ridwan dengan kondisi pasien masih sangat
terpukul dengan kepergian ibunya. Pengobatan awal yang diberikan
kepada pasien adalah Risperidone, Lorazepam, dan Sertraline. Sejak

3
itu pasien sering berpindah rumah sakit sesuai rujukan BPJS dan
selalu mengikuti kontrol serta pengobatan yang diberikan.
Pasien mengaku pernah beberapa kali hampir tertabrak kereta dan
busway karena sering melamun.

b. Riwayat Medis Umum


Pasien memiliki asma yang sering kambuh sejak SMA terutama saat
dingin. Asma diobati dengan ventolin. Pasien juga mengalami
sinusitis yang diobati dengan Cefixime. Pasien juga pernah
mengalami patah tulang pada tangan kanan serta diobati ke dukun.

c. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Napza


Pasien memiliki riwayat merokok dan meminum alkohol sejak SMA.
Lalu penggunaan NAPZA sejak kuliah serta suka mengunjungi tempat
hiburan malam. Pasien memulai ketiganya karena teman-teman
maupun saudaranya dan berhenti saat ibunya meninggal yaitu tahun
2012.

E. Riwayat Hidup
a. Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal tanpa penyulit dibantu oleh dokter di suatu rumah
sakit di Jakarta.

b. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)


Pasien diberikan ASI eksklusif namun tidak ingat hingga umur
berapa. Pertumbuhan pasien mulai dari duduk, merangkak, berjalan,
berbicara, dan lainnya normal seperti anak sebayanya, tidak ada
hambatan.

c. Masa Kanak Pertengahan (3-7 tahun)

4
Pasien berhubungan baik dengan teman sebayanya. Pasien tidak
pernah melakukan pelanggaran selama di sekolah.

d. Masa Kanak Akhir (7-11 tahun)


Pasien berhubungan baik dengan teman sebayanya. Pasien tidak ada
kesibukan selain sekolah seperti kursus pelajaran atau keterampilan
tertentu.

e. Masa Remaja (11-17 tahun)


Pasien sering tidak ikut upacara dan dihukum. Pasien memiliki
kebiasaan merokok dan meminum alkohol serta datang ke tempat
hiburan malam. Pasien juga mengaku lebih nyaman bergaul dengan
laki-laki. Pasien memiliki hubungan sosial baik, perkembangan
motorik dan kognitif baik, serta riwayat pendidikan baik.

f. Masa Dewasa
1. Riwayat Pekerjaan
Pasien pertama kali bekerja tahun 2002 hingga 2004 di stasiun TV
sebagai editor. Pada tahun 2004 hingga 2006 pasien bekerja
sebagai sales/spg di PRJ. Tahun 2007 hingga 2012 pasien bekerja
di tempat karaoke. Selama bekerja di tempat karaoke pasien
mendapat banyak pengetahuan tentang cara menghindari jeratan
hukum seperti razia. Pasien rela mendapat uang dengan cara apa
pun jika pendapatan yang didapat belum bisa terpenuhi. Pasien
juga mengaku lebih banyak menghabiskan waktunya di akhir
pekan untuk bekerja daripada mendampingi ibunya. Hingga saat
ini pasien bekerja sebagai pedagang pakaian di Tanah Kusir.

2. Riwayat Pernikahan
Pasien berkenalan dengan suami tahun 1998 di tempat hiburan
malam dan menikah tidak sampai setahun kemudian. Saat

5
menikah, suami pasien pindah agama sebatas syarat pernikahan.
Suami pasien berasal dari Manado dan berkarakter keras dan
posesif. Pengalaman yang didapat pasien dari suaminya seperti
kaki yang dilukai dengan pisau, tangan yang disundut rokok,
hingga disuruh membuka seluruh pakaian setelah lembur karena
diduga melakukan hubungan badan dengan rekan kerja atau
bosnya. Pasien dikaruniai 2 anak dari pernikahan dengan
suaminya. Sejak memiliki anak pertama, pasien sudah
ditelantarkan dan tidak dinafkahi.

3. Riwayat Keagamaan
Sejak SD hingga SMA pasien selalu menunaikan shalat, puasa
hingga puasa sunnah senin-kamis serta mengikuti pengajian.
Sejak kuliah sampai ibunya meninggal pasien tidak taat beribadah.
Namun sekarang sudah kembali shalat namun tidak 5 waktu
dalam sehari.

4. Aktivitas Sosial
Pasien memiliki tetangga yang dekat dengannya namun tidak
pernah mengikuti kegiatan sosial lainnya. Namun pasien sering
memiliki masalah dengan beberapa tetangga lainnya seperti sering
memutar lagu dengan volume tinggi hingga mengganggu tetangga
dan hal itu menyebabkan dirinya sering dipanggil siskamling
akibat masalah etik. Selain itu juga anak pasien pernah terlibat
taruhan dengan anak lain yang melibatkan kedua pihak orang tua
sehingga menjadi konflik yang berakhir ditindak oleh pak RT.

5. Riwayat Hukum
Pasien tidak mempunyai riwayat hukum.
6. Riwayat Psikoseksual
Tidak ditanyakan .

6
7. Riwayat Keluarga
Genogram

Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke-3 dari tiga bersaudara. Pasien merupakan anak
perepuan satu-satunya. Kedua kakak laki-lakinya sudah meninggal karena
penyakit jantung. Anak perempuanya mengalami ADHD.

Laki-Laki :

Perempuan :

Pasien :

Meninggal :

Tinggal serumah :

7
8. Riwayat Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama kedua anaknya. Pasien yang menafkahi
keluarga.

9. Mimpi dan Fantasi


Pasien tidak mempunyai impian.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien menggunakan pakaian yang rapi, tertutup dan sopan. Rambut
tertata rapi dan tampak merias diri. Pasien memiliki rambut berwarna
hitam pendek dan kulit sawo matang. Pasien tampak sehat.
b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu menjawab segala
pertanyaan dengan baik, ramah dan antusias.
c. Sikap Terhadap Pemeriksa
Selama wawancara berlangsung, pasien juga melakukan kontak mata
dengan pemeriks dan konsentrasinya tidak teralihkan.

B. Mood dan Afek


a. Mood : Eutimia
b. Afek : Serasi
c. Keserasian Afek : Serasi antara mood dengan afek

C. Pembicaraan
a. Volume : Tergantung situasi (ramai~mengecil/sepi~membesar)
b. Intonasi : Baik

8
c. Kuantitas : Lebih banyak bercerita, tetapi di akhir cerita
jawaban menyangkut hal yang sama yaitu ibunya.
d. Kualitas : jelas dan mudah dipahami
e. Irama : Teratur

D. Persepsi
a. Halusinasi
a. Auditorik : Ada (bisikan memanggil pasien)
b. Visual : Ada (bayangan hitam, mata merah di
dapur)
c. Taktil : Tidak ada
d. Olfaktorik : Tidak ada
e. Gustatorik : Tidak ada
b. Ilusi : tidak ada
c. Derealisasi : tidak ada
d. Depersonalisasi : tidak ada

E. Pikiran
a. Proses dan Bentuk Pikir
1. Produktivitas : Normal
2. Kontinuitas
- Inkohrensi : Tidak ada
- Retardasi : Tidak ada
- Blocking : Tidak ada
- Preservasi : Tidak ada
- Flight of idea : Tidak ada
- Logorrhea : Tidak ada
- Asosiasi longgar : Tidak ada
3. Hendaya Bahasa :
- Word Salad : Tidak ada
- Neologisme : Tidak ada

9
- Disartria : Tidak ada
- Afasia : Tidak ada
- Miskin ide : Tidak ada

b. Isi Pikir
1. Waham
- Waham Bizzare : Ada (kekuatan memusnahkan orang-orang
yang ia benci dengan disumpah dan memiliki ilmu hitam yang
diturunkan dari kakeknya )
- Waham Somatik : Tidak ada
- Waham Nihilistik : Tidak ada
- Waham Paranoid :
- Waham Kejar : Ada (merasa ada yang
membicarakan dan mencelakakan)
- Waham Kebesaran: Tidak ada
- Waham Rujukan : Tidak ada
- Waham Dikendalikan : Tidak ada
- Thought echo : Tidak ada
- Thought broadcasting : Tidak ada
- Thought withdrawal : Tidak ada
- Thought insertion : Tidak ada
- Delusion of control : Tidak ada
- Delusion of influence : Tidak ada
- Ide bunuh diri : Ada (percobaan memegang saklar,
minum obat nyamuk)

2. Preokupasi : Ada
3. Obsesi : Tidak ada
4. Ide Referensi : Tidak ada
5. Fobia : Tidak ada

10
F. Sensorium dan Kognisi
a. Kesadaran : Komposmentis
b. Orientasi dan Daya Ingat
1. Orientasi
 Waktu : Baik ( Pasien mengetahui waktu hari,tanggal,bulan,tahun
saat ini)
 Tempat : Baik ( Mengetahui tempat dirinya berada)
 Orang : Baik ( Mengenali pemeriksa dan orang sekitarnya)

2. Daya Ingat
 Segera : Baik
 Jangka Pendek : Baik
 Jangka Panjang : Baik

c. Konsentrasi dan Perhatian


Baik, pasien dapat dengan baik melakukan pengurangan (seven serial
test)
d. Kemampuan Membaca dan Menulis
Tidak dilakukan
e. Kemampuan Visuospasial
Baik (dapat menunjukkan arah ke lokasi wawancara, begitu juga alamat
rumah pasien)
f. Pikiran Abstrak
Baik (Mengerti dan menjelaskan arti Time is money dan Quality time)
g. Intelegensi dan Kemampuan Informasi
Mengetahui nama mentri
h. Pengendalian Impuls
Kurang baik (mencoba bunuh diri dan membahayakan dirinya
karena melamun)

G. Daya Nilai

11
a. Daya Nilai Sosial
Baik ( Pasien tidak memotong pembicaraan, memberikan kesempatan
kepada pemeriksa untuk bertanya kembali)

b. Uji Daya Nilai


Baik

H. Reality Testing Ability (RTA)


Terganggu karena adanya waham dan halusinasi
I. Tilikan
6 (Menyadari tentang situasi penyakit dan usaha untuk berobat)
J. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum : Komposmentis

Tanda Vital

- Tekanan darah : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Pernafasan : Tidak dilakukan pemeriksaan

Kepala : Tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax : Tidak dilakukan pemeriksaan

Paru : Tidak dilakukan pemeriksaan

Jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan

12
Ekstremitas : Tidak dilakukan pemeriksaan

B. Status Neurologis
Gangguan rangsang meningeal : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mata
- Gerakan : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Bentuk Pupil : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Refleks cahaya ; Tidak dilakukan pemeriksaan
Motorik
- Tonus otot : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Kekuatan : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Refleks : Tidak dilakukan pemeriksaan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


A. Riwayat Psikiatri
Pada tahun 2021 pasien mengaku mengalami halusinasi visual dan
auditorik. Pasien juga mengaku mengalami waham bizzare dan waham
kejar. Sesekali saat gejalanya kambuh pasien juga mengalami episode
manik. Pasien mengaku sedih, menyalahkan diri sendiri, dan terlihat
menangis ketika bercerita atau mengingat ibunya. Saat wawancara pasien
terdapat preokupasi yaitu menjawab setiap pertanyaan yang selalu
diarahkan kepada rasa penyesalan terhadap ibunya.

B. Status mental
 Kesadaran : Komposmentis
 Mood : Eutimik

13
 Afek : Serasi
 Keserasian : serasi antara afek dan mood
 Gangguan persepsi : Halusinasi visual, auditori
 Gangguan proses pikir : Tidak ada
 Gangguan isi pikir : Waham bizzare, waham kejar, Preokupasi,
dan ide ingin bunuh diri.
 RTA (Reality Testing Ability) : Terganggu
 Tilikan : Derajat 6
 Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

VI. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologik :
Asma dan Sinusitis

B. Psikologik
Waham bizzare, waham kejar, Preokupasi, Ide bunuh diri, Preservasi,
Halusinasi visual dan audiotori.

C. Lingkungan dan Faktor Sosial


Konflik antar tetangga dan dengan suami.

VII. FORMULASI DIAGNOSIS


AKSIS I
F25.2 Skizaoafektif tipe campuran
Pada pasien ditemukan :
 Waham Bizzare
 Waham Kejar
 Preokupasi
 Halusinasi visual
 Halusinasi auditori

14
 Merasa Sedih dan menyalahkan diri sendiri
 Periode sekarang gejala yang lebih menonjol adalah :
 Halusinasi visual dan auditori
 Waham kejar
AKSIS II (Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental)
F60.0 Ciri Kepribadian Paranoid

AKSIS III (Kondisi medis umum)


BAB 10 J00-J99 Penyakit Sistem Pernapasan
Pada pasien ditemukan :
1. Asma
2. Sinusitis

AKSIS IV (Masalah psikososial dan lingkungan)


Masalah keluarga dan lingkungan sosial :
1. Penelantaran oleh suami
2. Konflik dengan tetangga

AKSIS V (Penilaian fungsi secara global)


- GAF satu bulan terakhir : GAF 80-71 (Gejala sementara dan dapat
diatasi, disabilitas ringan dalam pekerjaan,sosial,dll)

Keterangan ; tidak menciderai anaknya kembali,tidak melakukan


percobaan bunuh diri, emosi terkontrol, tidak ada kendala dalam bekerja,
masih mengalamai halusinasi visual dan auditorik, dan waham (bizzare
dan kejar)

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


AKSIS 1 : F25.2 Skizaoafektif tipe campuran
DD :
- F20.0 Skizofrenia tipe paranoid

15
- F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini
depresi berat dengan gejala psikotik
- F33.3 Depresi berulang, episode kini berat
dengan gejala psikotik

AKSIS II : F60.0 Ciri Kepribadian Paranoid

AKSIS III : BAB 10 J00-J99 Penyakit Sistem Pernapasan

AKSIS IV : Masalah keluarga dan lingkungan sosial

AKSIS V : GAF terbaik satu bulan terakhir GAF 80-71

IX. PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi
 Risperidone (antipsikotik) 2x3mg/hari Per Oral, pagi dan
malam di jam yang sama (Sediaan Tab. 1mg, 2mg, 3mg)
 Sertraline (antidepresan) 1x50mg Per Oral (Sedian Tab.
50mg)
B. Psikoterapi
a. Edukasi
Membantu pasien dan keluarga memahami kondisi, gejala,
perjalanan penyakit, faktor pencetus, etiologi, pengobatan, dan
prognosis skizofrenia, serta lebih hati-hati untuk menceritakan
hal pribadi ke orang lain.

b. Terapi suportif
 Psikoterapi suportif
 CBT (Cognitive – Behaviour Therapy)

X. PROGNOSIS
 Faktor yang memberikan pengaruh baik :

16
 Tanggung jawab terhadap anak-anak

 Faktor yang memberikan pengaruh buruk :


 Pandangan beberapa tetangga terhadap pasien
 Kesal terhadap suami
 Ingatan terhadap mendiang ibu.

Kesimpulan prognosis:
Quo ad Vitam : ad Bonam
Quo ad Functionam : ad Bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad Malam

17
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan halusinasi,
delusi, serta gangguan pada pikiran, persepsi, dan perilaku. Secara tradisional,
skizofrenia mungkin melibatkan gejala positif, seperti halusinasi, delusi, dan
gangguan pikiran formal; dan gejala negatif, seperti kurangnya bicara, anhedonia,
dan kurangnya motivasi [ CITATION Han20 \l 1033 ].
Kriteria Diagnostik Skizofrenia
A. Dua atau lebih gejala dibawah ini yang berlangsung paling sedikit 1
bulan (atau bisa berkurang bila berhasil diterapi). Minimal satu dari
gejala ini harus ada yaitu (1), (2), atau (3)
1. Waham
2. Halusinasi
3. Pembicaraan disorganisasi (misalnya, inkoheren)
4. Perilaku disorganisasi berat atau katatonik
5. Negative symptoms (berkurangnya ekspresi emosi atau avolisi)
B. Sejak awitan gangguan, untuk periode waktu yang cukup signifikan
terdapat penurunan derajat fungsi dalam satu atau lebih bidang utama,
seperti fungsi pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri,
secara nyata di bawah derajat yang dicapai sebelum awitan (atau jika
gangguan onsetnya pada masa kanak-kanak atau remaja, ada kegagalan
untuk mencapai derajat fungsi hubungan interpersonal, akademik, atau
pekerjaan).
C. Gejala yang terus-menerus dan menetap minimal 6 bulan. Dalam
periode 6 bulan tersebut harus terdapat paling sedikit 1 bulan (bisa
kurang bila berhasil diterapi) gejala pada kriteria A (gejala pada fase-
aktif) dan juga termasuk gejala periode prodromal atau residual, tanda-
tanda gangguan dapat bermanifestasi hanya dalam bentuk negative
symptoms atau dua atau lebih gejala pada Kriteria A dalam derajat

18
yang lebih ringan (misalnya, kepercayaan-kepercayaan aneh,
pengalaman persepsi yang tidak lumrah)
D. Harus telah disingkirkan gangguan skizoafektif dan depresi atau
gangguan bipolar dengan ciri psikotik;
1. Tidak terdapat secara bersamaan dengan episode manik atau
depresi selama gejala fase-aktif
2. Tidak terdapat episode mood selama fase-akti, ia harus terlihat
dalam minoritas durasi total periode aktif atau residual penyakit.
E. Gangguan yang terjadi tidak disebabkan oleh efek fisiologik zat
(misalnya, penyalahgunaan zat atau medikasi) atau kondisi medis
lainnya.
F. Bila tedapat riwayat gangguan spektrum autisme atau gangguan
komunikasi awitan masa anak, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat
hanya bila terdapat halusinasi atau waham ang menonjol. Gejala-gejala
lainnya yang dibutuhkan untuk menegakan diagnosis gangguan
skizofrenia harus terjadi paling sedikit satu bulan (dapat berkurang bila
berhasil diterapi)[ CITATION Ame13 \l 1033 ]

Skizoafektif adalah adanya episode depresi mayor, manik atau


campuran yang terdapat bersamaan dengan gejala skizofrenia (memenuhi kriteria
A skizofrenia). Kriteia A skizofrenia yaitu adanya waham, halusinasi, perilaku
anneh, atau gejala negatif yang belangsung minimal 1 bulan.[ CITATION
Buk17 \l 1033 ]
Kriteria episode depresi mayor yaitu mood terdepresi yang perpasif
(tidak hanya cukup kehilangan minat atau anhedonia) dan beelangusng minimal 2
minggu.
Episode Manik ditandai dengan adanya suasana perasaan melambung,
meningkat, ekspansif atau iritabel yang berlangsung minimal 1 minggu. Episode
Campuran ditandai dengan campuran kedua suasana perasaan tersebut minimal 1
minggu.[ CITATION Buk17 \l 1033 ]

19
Gangguan aktif schizoafektif memiliki ciri-ciri baik skizofrenia maupun gangguan
mood. Dalam sistem diagnostik saat ini, pasien dapat menerima diagnosis
gangguan skizoafektif jika mereka memenuhi salah satu dari enam kategori
berikut:
(1) pasien dengan skizofrenia yang memiliki gejala mood,
(2) pasien dengan gangguan mood yang memiliki gejala skizofrenia,
(3) pasien dengan gangguan mood dan skizofrenia,
(4) pasien dengan ketiga psikosis yang tidak terkait dengan skizofrenia dan
gangguan mood,
(5) pasien yang gangguannya berada pada kontinum antara skizofrenia dan
gangguan mood, dan
(6) pasien dengan beberapa kombinasi di atas[ CITATION Ben15 \l 1033 ].

KLASIFIKASI
Terdapat dua subtipe gangguan skizoafektif yaitu : [ CITATION Buk17 \l
1033 ]
1. Tipe Bipolar
Bila terdapat episode manik, atau campuran. Selain itu juga ditemui
episode depresi mayor.
2. Tipe Depresi
Bila hanya episode depresi mayor

ETIOLOGI
Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui. Gangguan tersebut
dapat berupa jenis skizofrenia, jenis gangguan mood, atau ekspresi simultan dari
masing-masing. Gangguan skizoafektif mungkin juga merupakan jenis psikosis
ketiga yang berbeda, yang tidak terkait dengan skizofrenia atau gangguan mood.
Kemungkinan yang paling mungkin adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok gangguan heterogen yang mencakup semua kemungkinan
ini[ CITATION Ben15 \l 1033 ].

20
Studi yang dirancang untuk meneliti etiologi lebih jauh lagi telah memeriksa
riwayat keluarga, penanda biologis, tanggapan pengobatan jangka pendek, dan
hasil jangka panjang. Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien dengan
gangguan skizoafektif sebagai kelompok yang homogen, tetapi penelitian terbaru
telah meneliti jenis gangguan skizoafektif bipolar dan depresi secara terpisah.
Meskipun banyak penelitian keluarga dan genetik di gangguan schizoafektif
didasarkan pada premis bahwa skizofrenia dan gangguan mood adalah entitas
yang benar-benar terpisah, beberapa data menunjukkan bahwa mereka mungkin
terkait secara genetik[ CITATION Ben15 \l 1033 ].
Studi tentang gen yang terganggu dalam skizofrenia 1 (DISCJ), yang
terletak pada kromosom 1 q42, menunjukkan kemungkinan keterlibatannya
dalam gangguan schizoafektif serta skizofrenia dan gangguan bipolar[ CITATION
Ben15 \l 1033 ].

EPIDEMIOLOGI
Gangguan Skizoafektif kurang lebih sekitar sepertiga seberapa sering
seperti skizofrenia. Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif diperkirakan
0,3%. Insiden gangguan skizoafektif lebih tinggi pada wanita dari pada pria,
terutama karena peningkatan insiden tipe depresi pada wanita. Usia khas saat
onset gangguan skizoafektif adalah dewasa awal, meskipun onset dapat terjadi di
mana saja dari masa remaja hingga akhir kehidupan [ CITATION Ame13 \l
1033 ].
Prevalensi gangguan skizoafektif seumur hidup kurang dari 1 persen,
mungkin dalam kisaran 0,5 hingga 0,8 persen. Angka-angka ini, bagaimanapun,
adalah perkiraan; berbagai penelitian gangguan skizoafektif telah menggunakan
berbagai kriteria diagnostik. Dalam praktik klinis, diagnosis awal gangguan
skizoafektif adalah: sering digunakan ketika dokter tidak yakin dengan
diagnosisnya[ CITATION Ben15 \l 1033 ].

DIAGNOSIS DAN MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi Klinis Skizoafektif

21
Gejalanya dapat sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain dan mungkin
ringan atau berat. Mereka mungkin termasuk : [ CITATION Jen19 \l 1033 ]
 Delusi
 Gejala depresi (merasa kosong, sedih, atau tidak berharga)
 Halusinasi (merasakan hal-hal yang tidak nyata, seperti mendengar suara )
 Kurangnya perawatan pribadi (tidak menjaga kebersihan atau menjaga
penampilan)
 Mania atau tiba-tiba, melonjak di luar karakternya atau kebahagiaan
berlebih , pikiran cepat, atau perilaku berisiko
 Masalah dengan bicara dan komunikasi, hanya memberikan sebagian
jawaban atas pertanyaan atau memberikan jawaban yang tidak
berhubungan
 Masalah di tempat kerja, sekolah, atau di lingkungan sosial

Cara mendiagnosis Skizoafektif


1. Anamnesis
Adanya perasaan sedih dan hilangnya minat, berlangsung paling sedikit
dua minggu atau rasa senang berlebihan yang berlangusng minimal satu
minggu. Gejala tersebut muncul bersamaan dengan pembicaraan kacau,
waham, halusinasi, perilaku kacau, atau gejala negatif[ CITATION Buk17 \l
1033 ]
2. Pemeriksaan
Terdapat tanda-tanda gangguan mood depresi (misalnya, mood hipotim
dan isolasi sosial) atai tanda-tanda mania (misalnya, mood hipertim,
iritabel, banyak bicara, meningkatnya aktifitas motorik) atau
campuran[ CITATION Buk17 \l 1033 ]
3. Kriteria Diagnosis (DSM-5)
A. Selama periode penyakit (tidak terputus-putus), pada suatu saat
epsiode depresi mayor atau episode manik atau episode campuran
terdapat bersamaan dengan gejala yang memenuhi kriteria A
skizofrenia.

22
B. Selama periode penyakit, terdapat waham atau halusinasi minimal 2
minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria episode mood major muncul pada
sebagian besar dari total durasi periode aktif dan residual penyakit.
D. Gangguan bukan akibat langusng pengaruh fisiologis zat
(penyalahgunaan zat atau medikasi) atau kondisi medis umum.
Setelah melakukan riwayat psikiatri, perlu dilakukan juga tinjauan sistem
menyeluruh dan pemeriksaan keadaan mental di mana penampilan, perilaku,
suasana hati, ucapan, kognisi, dan wawasan perlu dinilai, di samping menentukan
bukti delusi persepsi atau gangguan pemikiran formal. Meskipun skizofrenia
terutama merupakan diagnosis klinis, pemeriksaan laboratorium dan radiografi
spesifik berguna untuk menyingkirkan penyebab potensial lainnya seperti :
[ CITATION Han20 \l 1033 ]
 Urea dan elektrolit - ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan
delirium
 Kalsium serum - hipoparatiroidisme atau hiperparatiroidisme kadang-
kadang dapat memiliki manifestasi psikiatri
 Glukosa darah - hipoglikemia dapat menyebabkan kebingungan yang
dapat disalahartikan sebagai psikosis
 Tes fungsi tiroid - depresi dikaitkan dengan hipotiroidisme dan dapat hadir
dengan fitur psikotik - hipertiroidisme berat juga berkorelasi dengan
perubahan status mental
 Pengumpulan kortisol 24 jam - baik hiperkortisolisme (sindrom Cushing)
dan insufisiensi adrenokortikal (penyakit Addison) dapat muncul dengan
gejala psikiatri
 Pengumpulan katekolamin/5-HIAA 24 jam - dalam kasus dugaan sindrom
feokromositoma/karsinoid
 Layar toksikologi urin - deteksi obat rekreasi seperti ganja
 CT head/MRI - dalam kasus gangguan neurologis yang signifikan atau
dugaan kelainan neurologis
 Serologi HIV/sifilis - kedua infeksi dapat menyebabkan gejala kejiwaan

23
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding psikiatri mencakup semua kemungkinan yang biasanya
dipertimbangkan untuk gangguan mood dan skizofrenia. Dalam diagnosis
banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk
menyingkirkan penyebab organik dari gejala tersebut. Riwayat penggunaan zat
(dengan atau tanpa hasil positif pada tes skrining toksikologi) dapat
mengindikasikan gangguan yang diinduksi zat. Kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya, pengobatannya, atau keduanya dapat menyebabkan gangguan
psikotik dan mood. Kecurigaan terhadap kelainan neurologis memerlukan
pertimbangan pemindaian otak untuk menyingkirkan patologi anatomi dan
elektroensefalogram untuk menentukan kemungkinan gangguan kejang (misalnya,
epilepsi lobus temporal). Gangguan psikotik yang disebabkan oleh gangguan
kejang lebih umum daripada yang terlihat pada populasi umum. Ini cenderung
ditandai oleh paranoid, halusinasi, dan ide referensi. Pasien epilepsi dengan
psikosis diyakini memiliki tingkat fungsi yang lebih baik dibandingkan pasien
dengan gangguan spektrum skizofrenia. Kontrol kejang yang lebih baik dapat
mengurangi psikosis[ CITATION Ben15 \l 1033 ].

TATALAKSANA
Mood Stabilizers adalah andalan pengobatan untuk gangguan bipolar dan
diharapkan menjadi penting dalam pengobatan pasien dengan gangguan
skizoafektif. Satu studi yang membandingkan lithium dengan carbamazepine
(Tegretol) menemukan bahwa carbamazepine lebih unggul untuk gangguan
skizoafektif, tipe depresi, tetapi tidak menemukan perbedaan dalam dua agen
untuk tipe bipolar. Namun, dalam praktiknya, obat-obatan ini digunakan secara
luas sendiri, dalam kombinasi satu sama lain, atau dengan agen
antipsikotik[ CITATION Ben15 \l 1033 ].
Dalam episode manik, pasien yang skizoafektif harus diperlakukan secara
agresif dengan dosis stabilisator suasana hati dalam rentang konsentrasi darah
terapeutik menengah hingga tinggi. Saat pasien memasuki fase pemeliharaan,

24
dosis dapat dikurangi ke kisaran rendah hingga menengah untuk menghindari efek
samping dan efek potensial pada sistem organ (misalnya, tiroid dan ginjal) dan
untuk meningkatkan kemudahan penggunaan dan kepatuhan. Pemantauan
laboratorium konsentrasi obat plasma dan skrining berkala fungsi tiroid, ginjal,
dan hematologi harus dilakukan[ CITATION Ben15 \l 1033 ].
Menurut definisi, banyak pasien yang skizoafektif memiliki episode
depresi mayor. Pengobatan dengan antidepresan mencerminkan pengobatan
depresi bipolar. Perawatan harus diambil untuk tidak memicu siklus peralihan
cepat dari depresi ke mania dengan antidepresan. Pilihan antidepresan harus
mempertimbangkan keberhasilan atau kegagalan antidepresan sebelumnya.
Inhibitor reuptake serotonin selektif (misalnya, fluoxetine dan sertraline sering
digunakan sebagai agen lini pertama karena memiliki efek yang lebih kecil pada
status jantung dan memiliki profil overdosis yang menguntungkan. Pasien gelisah
atau insomnia, bagaimanapun, dapat mengambil manfaat dari obat trisiklik.
Seperti dalam semua kasus mania keras, penggunaan ECT harus
dipertimbangkan. Seperti disebutkan, agen antipsikotik penting dalam
pengobatan gejala psikotik gangguan skizoafektif[ CITATION Ben15 \l 1033 ].

 Tatalaksana Skizoafektif episode manik atau campuran (fase akut)

Psikofarmaka
Injeksi
Olanzapin 2x5-10mg/hari dengan diazepam 2x10 mg/hari
Oral
Terapi kombinasi :
1. Oalnzapin 1x10-30mg/hari atau risperidone 2x1-3mg/hari atau quetiapin
hari I (200mg), hari II (400mg), hari III (600mg) dan seterusnya atau
aripirazol 1x10-30mg/hari
2. Litium karbonat 2x400mg, dinaikan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2
mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800mg/hari,

25
pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 3x250mg/hari
(atau konsentrasi plasma 50-125 µg/L.
3. Lorazepam 3x1-2mg/hari kalau perlu.

ECT : 3x/minggu (untuk pasien refrakter)


Psikoterapi : 2x/minggu
Edukasi Keluarga : 1x/minggu

 Tatalaksana Skizoafektif Episode Depresi mayor (Fase akut)

Evaluasi Resiko bunuh diri yaitu :


1. Adabya ide, keinginan yang kuat, atau rencana bunuh diri
2. Aksesnya ke sarana-sarana bunuh diri tersebut letalitasnya
3. Adanya halusniasi komandi, gejala psikotik lain atau ansietas yang berat
4. Adanya penyalahgunaan zat atau alkohol
5. Riwayat atau penah melakukan usaha bunuh diri sebelumnya
6. Riwayat bunuh diri dalam keluarga

Psikofarmaka
Injeksi : olanzapin 2x5-10mg/hari dengan diazepam 2x10mg/hari
Oral Kombinasi :
1. Litium karbonat 2x400mg, dinaikan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2
mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800mg/hari,
pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 3x250mg/hari dan
dinaikan setiap beberapa hari hingga kada plasma mencapai 50=100 mg/L
atau karbamazepin dengan dosis awal 300-800mg/hari dan dosis dapat
dinaikan 200mg setiap dua-empat hari hingga mencapai kadar plasma 4-12
µg/L sesuai dengan karbamazepin 800-1600mg/hari atau lamotrigin
dengan dosis 200-400mg/hari
2. Antidepresan, SSRI (fluoksetin 1x10-20mg/hari)

26
3. Antipsikotika generasi kedua : Olanzapin 1x10-30mg/hari atau risperidone
2x1-3mg/hari atau quetiapin hari I (200mg), hari II (400mg), hari
III(600mg) dan seterusnya atau aripirazol 1x10-30mg/hari
ECT : 3x/minggu (pasien refrakter terhadap obat atau katatonik)
Psikoterapi : 3x/minggu
Edukasi Keluarga : 1x/minggu

Skizoafektif (Fase lanjutan)


1. Total skor YMS £8 disertai satu Skor £2 pada butir iritabilitas,
pembicaraan, isi, dan perilaku agresif
2. Total skor MADRS kurang dari sama dengan 10
3. Total Skor PANNS adalah kurang dari sama dengan 40
4. Skor masing-masing butir PANSS-EC adalah kurang dari sama dengan 3.
5. Skor ACES adala 8 yaitu tidak ada aktivitas verbal dan fisik dan dapat
tidur nyenyak
6. CGI-SI adalah kurang dari sama dengan 2
Psikofarmaka
Monoterapi :
1. Litium karbonat 0,6-1 mEq/L biasanya dicapai dengan dosis 900-
1200mg/hari sekali sehari semalam
2. Divalproat 500mg/hari
3. Olanzapin 1x10mg/hari
4. Quetiapin 450-600mg/hari
5. Risperidon 1-4mg/hari
6. Aripirazol 10-20mg/hari
7. Klozapin 300-750/hari (pasien refrakter)
Kombinasi : kombinasikan obat diatas. Penggunaan antidepresan jangka panjang
untuk skizoafektif tipe episode depresi mayor tidak dianjurkan akan menginduksi
episode manik

Psikoterapi : terapi individual berupa psikoterapi suportif, terapi perilaku, client-


centered therapy dan terapi kelompok

Edukasi Keluarga : diskusi tentang problem sehari-hari, hubungan dalam


keluarga, dan hal-hal kusus lainnya, misal tentang rencana pendidikan, atau
pekerjaan pasien.[ CITATION Buk17 \l 1033 ]

KOMPLIKASI
Kondisi skizoafektif dapat meningkatkan risiko:

27
 Alkohol atau masalah penyalahgunaan zat lainnya
 Gangguan kecemasan
 Konflik dengan keluarga, teman, rekan kerja, dan orang lain
 Kemiskinan dan tunawisma
 Masalah kesehatan yang signifikan
 Isolasi sosial
 Bunuh diri, upaya bunuh diri, atau pikiran untuk bunuh diri
 Pengangguran[ CITATION Jen19 \l 1033 ]

PROGNOSIS
Secara kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki
prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia dan prognosis yang
lebih buruk daripada pasien dengan gangguan mood. Juga, sebagai sebuah
kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif cenderung memiliki peringkat
nondeterio dan merespon lebih baik terhadap lithium daripada pasien dengan
skizofrenia[ CITATION Ame13 \l 1033 ].
Mengingat ketidakpastian dan perkembangan diagnosis gangguan
skizoafektif, sulit untuk menentukan perjalanan jangka panjang dan prognosis.
Mengingat definisi diagnosis, pasien dengan gangguan skizoafektif mungkin
diharapkan memiliki perjalanan yang mirip dengan gangguan mood episodik,
perjalanan skizofrenia kronis, atau beberapa hasil menengah. Telah dianggap
bahwa peningkatan kehadiran gejala skizofrenia memprediksi prognosis yang
lebih buruk. Setelah 1 tahun, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki hasil
yang berbeda, tergantung pada apakah gejala utama mereka afektif (prognosis
lebih baik) atau skizofrenia (prognosis lebih buruk). Satu studi yang mengikuti
pasien yang didiagnosis dengan gangguan skizoafektif selama 8 tahun
menemukan bahwa hasil dari pasien ini lebih mirip skizofrenia daripada gangguan
mood dengan fitur psikotik[ CITATION Ben15 \l 1033 ].

PENCEGAHAN DAN EDUKASI

28
Edukasi untuk gangguan skizoafektif dilakukan pada pasien dan keluarganya
dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan terapi dan mencegah relaps.

29
DAFTAR PUSTAKA

Hany, M., Rehman, B., Azhar, Y. & Chapman, J., 2020. NCBI. [Online]
Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539864/ [Accessed 10 06
2021].
American Psychiatric Association, 2013. Diagnostic And Statistical Manual Of
Mental Disorders DSM-5. 5 ed. Washington DC: APA.
Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2017. Buku Ajar Psikiatri. 3 ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Saddock, B. J., Sadock, V. A. & Ruiz, P., 2015. Synopsis Of Psychiatry
Behavioral Science/Clinical Psychiatry. 11 ed. New York: Wolters Kluwer.
Casarella, J., 2019. WebMD. [Online]
Available at: https://www.webmd.com/schizophrenia/mental-health-
schizoaffective-disorder [Accessed 11 06 2021].

30

Anda mungkin juga menyukai