Anda di halaman 1dari 18

NAMA : AZFAR HAFIZI AHSAN

KELAS : 4D

KEANEKARAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA


1. RUMAH ADAT

Rumah adat adalah bangunan yang dibangun dengan cara yang sama dari generasi ke
generasi dan tanpa mengalami perubahan. Rumah adat bisa dikatakan sebagai bangunan yang
dibangun dengan memperhatikan kegunaan, serta fungsi sosial dan arti budaya di balik corak
bangunannya.

Rumah adat memiliki ciri khas khusus, digunakan untuk tempat hunian oleh suatu suku
bangsa tertentu. Di Indonesia terdapat berbagai macam rumah adat yang tersebar di berbagai
provinsi. Dengan memiliki ribuan pulau dan ratusan juta penduduk, Indonesia merupakan satu
di antara negara yang memiliki ragam budaya yang sangat kaya.

Berikut ini daftar nama rumah adat yang ada di Indonesia lengkap beserta asal daerahnya.

1. Rumah Bolon - Provinsi Sumatra Utara


2. Rumah Gadang - Provinsi Sumatra Barat
3. Rumah Krong Bade - Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
4. Rumah Rakit Limas - Provinsi Bangka Belitung
5. Rumah Panggung Kajang Leko - Provinsi Jambi
6. Rumah Rakyat - Provinsi Bengkulu
7. Rumah Limas - Provinsi Sumatra Selatan
8. Rumah Nowou Sesat - Provinsi Lampung
9. Rumah Badui - Provinsi Banten
10. Rumah Tanean Lanjhan - Madura
11. Rumah Joglo Situbondo - Provinsi Jawa Timur
12. Rumah Joglo - Provinsi Jawa Tengah
13. Rumah Sunda - Provinsi Jawa Barat
14. Rumah Kebaya - Provinsi DKI Jakarta
15. Rumah Bangsal Kencono - Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
16. Rumah Selaso Jatuh Kembar - Provinsi Riau
17. Rumah Belah Bubung - Provinsi Kepulauan Riau
18. Rumah Gapura Candi Bentar - Provinsi Bali
19. Rumah Panjang - Provinsi Kalimantan Barat
20. Rumah Betang - Provinsi Kalimantan Tengah
21. Rumah Lamin - Provinsi Kalimantan Timur
22. Rumah Bubungan Tinggi - Provinsi Kalimantan Selatan
23. Rumah Baloy - Provinsi Kalimantan Utara
24. Rumah Pewaris - Provinsi Sulawesi Utara
25. Rumah Tambi - Provinsi Sulawesi Tengah
26. Rumah Buton - Provinsi Sulawesi Tenggara
27. Rumah Tongkonan - Provinsi Sulawesi Selatan
28. Rumah Dulohupa - Provinsi Gorontalo
29. Rumah Baileo - Provinsi Maluku
30. Rumah Sasadu - Provinsi Maluku Utara
31. Rumah Dalam Loka - Provinsi Nusa Tenggara Barat
32. Rumah Musalaki - Provinsi Nusa Tenggara Timur
33. Rumah Honai - Provinsi Papua
34. Rumah Mod Aki Aksa - Provinsi Papua Barat
35. Rumah Lgkojei - Provinsi Papua Barat
Gambar 1. Rumah-Rumah Adat di Indonesia

2. SUKU BANGSA

Berikut ini adalah tabel persebaran suku bangsa di Indonesia.


3. TARIAN DAERAH

Indonesia terkenal dengan Bhineka Tunggal Ika yang punya makna keberagaman yang
bercampur menjadi satu. Keberagaman inilah yang membuat masing-masing daerah memiliki
berbagai ciri khasnya masing-masing, termasuk tarian daerah yang dijaga selama turun-temurun.
Bukan hanya satu, setiap daerah pun punya beberapa daftar tarian tradisionalnya yang digunakan
untuk upacara yang berbeda-beda juga.

Setiap tarian pun punya cirinya sendiri, mulai dari pakaian yang digunakan sampai gerakan
yang ada di dalamnya. Unsur-unsur tersebut pastinya memiliki arti yang mendalam dan
dipercaya oleh masyarakat dari daerah asalnya.

Tarian Daerah Asli Indonesia


No. Nama Tarian Asal
1 Tari Saman Meuseukat D. I. Aceh
2 Tari Kecak Bali
3 Tari Sekapur Sirih Jambi & Kepulauan Riau
4 Tari Jaipong Jawa Barat
5 Tari Reog Ponorogo Jawa Timur
6 Tari Poco-poco Maluku Utara
7 Tari Topeng Betawi/DKI Jakarta
8 Tari Kipas Pakarena Sulawesi Selatan
9 Tari Andun Bengkulu
10 Tari Bendrong Lesung Banten
11 Tari Piring Sumatera Barat
12 Tari Pendet Bali
13 Tari Serimpi Jawa Tengah
14 Tari Saronde Sulawesi Utara
15 Tari Selampit Delapan Jambi
16 Tari Lilin Sumatera Barat
17 Tari Pinggan Kalimantan
18 Tari Giring-Giring Kalimantan Tengah
19 Tari Masyoh Papua
20 Tari Piso Surit Sumatera Utara
21 Tari Merak Jawa Barat
22 Tari Kuda Lumping Jawa Timur
23 Tari Papatai Kalimantan Timur
24 Tari Jepen Kalimantan Timur
25 Tari Melinting Lampung
26 Tari Cakalele Maluku
27 Tari Suanggi Papua
28 Tari Serampang Dua Belas Sumatera Utara
29 Tari Janger Bali
30 Tari Selamat Datang Papua
31 Tari Tenun Songket Palembang
32 Tari Campak Bangka Belitung
33 Tari Maengket Sulawesi Utara
34 Tari Bedana Lampung

Dari keberagaman kesenian daerah, ada beberapa tarian daerah yang cukup populer.
Ketenarannya pun sudah tersebar sampai ke beberapa negara tetangga dan sering jadi daya tarik
wisatawan asing untuk mengunjungi daerah tersebut. Berikut beberapa tarian tradisional asal
Indonesia yang sangat terkenal.
1. Tari Saman (Aceh)

2. Tari Kecak (Bali)

3. Tari Jaipong (Jawa Barat)

4. Tari Pendet (Bali)

5. Tari Reog Ponorogo (Jawa Timur)


6. Tari Topeng Betawi (Jakarta)

7. Tari Piring (Sumatera Barat)

8. Tari Sekapur Sirih (Jambi)

9. Tari Kipas Pakarena (Sulawesi Selatan)


10. Tari Serimpi (Jawa Tengah)

11. Tari Lilin (Sumatra Barat)

12. Tari Saronde (Gorontalo)


13. Tari Papatai (Kalimantan Timur)

14. Tari Bedana (Lampung)

15. Tari Janger (Bali)

4. PAKAIAN ADAT

Selain menjadi ciri khas suatu daerah, pakaian adat juga biasa digunakan dalam upacara-upacara
budaya, contohnya saat acara pernikahan atau pertunjukan kesenian.Pakaian adat Indonesia menjadi
simbol tiap-tiap daerah di tanah air. Masing-masing provinsi mempunya ciri khas baju tradisional
yang melambangkan keunikan daerah. Berikut ini daftar nama pakaian adat dari tiap-tiap provinsi
yang ada di Indonesia, dilansir dari laman Kemdikbud RI, Rabu (7/4/2021).

1. Aceh Ulee - Balang


2. Sumatra Utara - Ulos
3. Sumatra Barat - Bundo Kanduang, Limpapeh Rumah Nan Gadang
4. Riau - Teluk Belanga dan Kebaya Labuh
5. Kepulauan Riau - Kebaya Laboh dan Teluk Belanga
6. Jambi - Baju Kurung Tanggung
7. Sumatera Selatan - Aesan Gede
8. Bangka Belitung - Paksian
9. Lampung - Tulang Bawang
10. Bengkulu - Rejang Lenong
11. DKI Jakarta - Sadariah
12. Banten - Pangsi
13. Jawa Barat - Bedahan
14. Jawa Tengah - Kebaya
15. DI Yogyakarta - Kebaya Kesatrian
16. Jawa Timur - Pesa'an
17. Bali - Payas Agung
18. Nusa Tenggara Barat - Rimpu
19. Nusa Tenggara Timur - Baju Adat Nusa Tenggara Timur
20. Kalimantan Barat - King Baba atau King Tompang
21. Kalimantan Tengah - Sangkarut
22. Kalimantan Timur - Kustin
23. Kalimantan Utara - Ta'a dan Sapei Sapaq
24. Kalimantan Selatan - Babaju Kun Galung Pacinan
25. Sulawesi Barat - Pattuqduq Towaine
26. Sulawesi Utara - Laku Tepu
27. Sulawesi Tengah - Nggembe
28. Sulawesi Selatan - Bodo
29. Sulawesi Tenggara - Babu Nggawi
30. Gorontalo - Biliu dan Makuta
31. Maluku - Cele
32. Maluku Utara - Manteren Lamo dan Kimun Gia
33. Papua - Barat Ewer
34. Papua - Baju adat Papua seperti Koteka dan rok rumbai
Gambar. Pakaian Adat
5. MAKANAN KHAS DAERAH

Makanan khas Indonesia ada banyak dan beranekaragam, Indonesia memiliki banyak provinsi
dan tiap-tiap provinsi memiliki makanan khas daerahnya masing-masing, mungkin dalam satu
provinsi ada puluhan bakhan ratusan makanan khasnya. Namun dari banyaknya makanan khas
tersebut tentu hanya beberapa saja yang terkenal atau terpopuler hingga nasional bahkan
internasional. Dan inilah nama-nama makanan khas Indonesia beserta dengan nama provinsi
asalnya:

 Provinsi Aceh, makanan khasnya yaitu Mie Aceh.


 Provinsi Sumatera Utara, makanan khasnya yaitu Bika Ambon.
 Provinsi Sumatera Barat, makanan khasnya yaitu Rendang.
 Provinsi Jambi, makanan khasnya yaitu Gulai Ikan Patin.
 Provinsi Bengkulu, makanan khasnya yaitu Pendap.
 Provinsi Riau, makanan khasnya yaitu Gulai Belacan.
 Provinsi Kepulauan Riau, makanan khasnya yaitu otak-otak.
 Provinsi Sumatera Selatan, makanan khasnya yaitu empek-empek.
 Provinsi Bangka Belitung, makanan khasnya yaitu Mie Bangka.
 Provinsi Lampung, makanan khasnya yaitu Seruit.
 Provinsi Banten, makanan khasnya yaitu Sate Bandeng.
 Provinsi Jakarta, makanan khasnya yaitu Kerak Telor.
 Provinsi Jawa Barat, makanan khasnya yaitu Surabi
 Provinsi Jawa Tengah, makanan khasnya yaitu Lumpia.
 Provinsi Jogja, makanan khasnya yaitu nasi Gudeg.
 Provinsi Jawa Timur, makanan khasnya yaitu Rujak Cingur.
 Provinsi Bali, makanan khasnya yaitu Ayam Betutu.
 Provinsi Nusa Tenggara Barat, makanan khasnya yaitu Ayam Taliwang.
 Provinsi Nusa Tenggara Timur, makanan khasnya yaitu Catemak Jagung.
 Provinsi Kalimantan Barat, makanan khasnya yaitu Bubur Pedas Sambas.
 Provinsi Kalimantan Tengah, makanan khasnya yaitu Juhu Singkah.
 Provinsi Kalimantan Selatan, makanan khasnya yaitu Soto Banjar.
 Provinsi Kalimantan Timur, makanan khasnya yaitu Ayam Cincane.
 Provinsi Kalimantan Utara, makanan khasnya yaitu Kepiting Soka.
 Provinsi Sulawesi Selatan, makanan khasnya yaitu Sup Konro.
 Provinsi Sulawesi Tengah, makanan khasnya Sup Ikan Jantung Pisang.
 Provinsi Sulawesi Tenggara, makanan khasnya yaitu Lapa-lapa.
 Provinsi Gorontalo, makanan khasnya yaitu Binte Biluhuta.
 Provinsi Sulawesi Utara, makanan khasnya yaitu Tilutuan.
 Provinsi Maluku, makanan khasnya yaitu Ikan Asar.
 Provinsi Maluku Utara, makanan khasnya yaitu Gohu Ikan.
 Provinsi Papua Barat, makanan khasnya yaitu Ikan Bakar Manokwari.
 Wilayah Papua Tengah, makanan khasnya yaitu Papeda.
 Wilayah Papua Timur, makanan khasnya yaitu Papeda.

6. SENJATA TRADISIONAL

Nama dan gambar senjata tradisonal 34 provinsi indonesia

Senjata tradisional suku indonesia


Pengertian senjata tradisional – Semua negara memiliki kekayaannya masing-masing. Namun beda
dengan negara kita ini negara indonesia. negara indonesia adalah negara paling terkaya di dunia. Kaya
dengan budaya, adat/tradisi, sumberdaya alam hayati maupun non hayati, baik yang berada di darat
maupun laut/air.

Dengan demikian tentu Indonesia kaya dengan berbagai macam suku atau etnis. secara otomatis
budaya dan adat mereka juga beraneka macam. termasuk senjata yang mereka pakai secara turun
temurun dari nenek moyang mereka.

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia di masa silam, senjata tradisional memiliki peranan penting
dalam fungsi praktisnya sebagai sarana perlindungan diri, alat perang, maupun sebagai alat untuk
mempertahankan hidup. Akan tetapi, senjata-senjata tersebut kini telah beralih kegunaan dan lebih
menonjolkan fungsi estetisnya sebagai pelengkap pakaian adat. Seperti berikut ini :

Macam-macam senjata tradisional khas indonesia


Senjata Tradisional Aceh

Senjata tradisional Aceh bernama Rencong atau dalam bahasa setempat disebut Rintjong. Rencong
adalah sebilah pedang pendek dengan gagang atau pegangan yang dibuat melengkung 90 derajat.
Senjata tradisional ini telah ada semenjak masa Kesultanan Aceh pada kepemimpinan sultan
pertamanya yakni Sultan Ali Mughayat Syah. Dahulunya rencong digunakan sebagai alat perlindungan
diri bagi para pria bangsawan. Namun, kini ia lebih berfungsi sebagai pelengkap hiasan pakaian adat
Aceh Ulee Balang. Karena kepopuleran Rencong, terkadang masyarakat dunia bahkan sampai menjuluki
Aceh dengan sebutan “Tanah Rencong”.

Senjata Tradisional Sumatera Utara

Orang Batak di Sumatera Utara memiliki senjata tradisional yang bernama Piso Gaja Dompak. Pisau ini
adalah sebuah senjata berupa pisau dengan ukiran penampang berbentuk gajah pada bagian tangkai
senjatanya. Piso Gaja Dompak dahulunya digunakan secara terbatas pada kalangan raja-raja Batak dan
mulai ada sejak masa kepemimpinan Raja Sisingamaraja I. Kekuatan supranatural yang diyakini dimiliki
oleh pisau ini membuat ia tidak dibuat secara masal dan hanya diwariskan secara turun temurun.

Senjata Tradisional Riau

Masyarakat Melayu Riau memiliki senjata tradisional yang bernama Pedang Jenawi. Pedang ini adalah
sebuah pedang panjang yang bilahnya terbuat dari baja. Bentuk bilahnya sendiri lurus dan meruncing di
bagian ujungnya. Pedang Jenawi dulunya digunakan para panglima perang Kerajaan Sriwijaya sebagai
sarana perlindungan diri dan alat menyerang lawan. Keberadaannya kini mulai langka, padahal semakin
banyak kolektor senjata tradisional yang selama ini terus memburunya. Selain Pedang Jenawi,
sebetulnya ada beberapa senjata tradisional Riau lainnya yang tak kalah unik. Di antaranya yang
tergolong senjata pendek seperti jembia, beladau, belati, keris, badik, dan sabit; serta senjata panjang
seperti kojou, tombak, seligi, dan sundang.

Senjata Tradisional Sumatera Barat

Suku Minang di Sumatera Bara memiliki senjata tradisional yang bernama Karih. Karih adalah sebuah
senjata berbentuk seperti keris tapi tidak memiliki lekuk-lekukan seperti keris di Jawa. Dahulunya, Karih
digunakan untuk perlindungan diri dari musuh atau binatang buas saat para pria tengah bekerja. Ia
diletakan diselipkan depan pinggang agar sewaktu-waktu mudah diambil. Untuk saat ini, karih biasanya
hanya dikenakan para mempelai pria sebagai pelengkap pakaian adat yang dikenakannya.

Senjata Tradisional Kepulauan Riau

Dalam budaya masyarakat Kepulauan Riau, dikenal senjata tradisional yang bernama Badik Tumbuk
Lado. Senjata ini berupa sebuah senjata tikam yang berukuran panjang antara 27 sd 29 cm dan lebar
antara 3,5 sampai 4,0 cm. Dahulunya, badik tumbuk lado digunakan para pria sebagai pelengkapan
berburu dan alat perlindungan diri. Namun, saat ini fungsinya telah beralih menjadi pelengkap pakaian
adat Kepulauan Riau yang biasa dikenakan mempelai pria saat upacara pernikahannya.

Senjata Tradisional Kepulauan Bangka

Belitung Masyarakat Bangka Belitung sebetulnya memiliki beragam jenis senjata tradisional, hanya saja
yang paling dikenal di kancah Nusantara adalah senjata yang bernama Siwar Panjang. Siwar Panjang
adalah sebuah pedang lurus, rata, pipih dan ringan yang 2 matanya tajam seperti silet. Senjata yang
sekilas mirip dengan Mandau khas suku Dayak di Kalimantan ini dulunya digunakan sebagai alat perang
masyarakat Bangka saat melawan penjajahan merebut kemerdekaan.

Senjata Tradisional Jambi

Masyarakat Melayu Jambi juga memiliki senjata tradisional yang sama dengan senjata tradisional
masyarakat Kepulauan Riau, yakni Badik Tumbuk Lado. Tak mengherankan, masyarakat kedua provinsi
ini secara historis dan antropologis memang memiliki kedekatan budaya. Namun, antara badik Tumbuk
Lado dari Jambi dan yang dari Kepulauan Riau terdapat sedikit perbedaan ciri khas. Badik tumbuk lado
khas Jambi umumnya cenderung lebih pendek dan memiliki ukiran yang lebih banyak.

Senjata Tradisional Sumatera Selatan

Sumatera Selatan memiliki senjata tradisional yang bernama Tombak Trisula. Tombak ini berupa sebuah
pedang kecil dengan mata tiga. Tombak Trisula diyakini berasal dari budaya Hindu dan Budha yang
sempat berkembang di wilayah Kerajaan Sriwijaya di masa silam. Keyakinan ini didasari oleh kemiripan
bentuk senjata tradisional ini dengan senjata tombak trisula milik Dewa Siwa dalam mitologi agama
Hindu.

Senjata Tradisional Bengkulu


Ada 3 jenis senjata tradisional yang dikenal dalam budaya masyarakat Bengkulu. Ketiganya adalah
Badik, Kuduk, dan Rudus. Badik adalah sebuah pisau kecil bermata satu yang digunakan sebagai sarana
perlindungan diri. Kuduk adalah senjata tusuk tajam dengan ujung meruncing, ia juga disebut senjata
Rambai ayam karena bentuknya seperti taji ayam Bangkok. Sementara Rudus adalah pedang panjang
yang dulunya digunakan sebagai alat perang.

Senjata Tradisional Lampung

Masyarakat adat Lampung mengenal banyak ragam dan jenis senjata tradisional, seperti Candung
(Golok), Kekhis (Keris), Badik, Lading (Pisau), dan Terapang. Kendati begitu, yang paling unik di antara
semua senjata tradisional Lampung tersebut adalah Terapang. Terapang adalah senjata yang berwujud
seperti sebulah keris dengan lekukan yang hanya sedikit, bahkan nyaris rata. Perlu diketahui bahwa,
Terapang juga dikenal dalam budaya masyarakat Melayu di Provinsi lainnya.

Senjata Tradisional Jawa Barat Masyarakat Sunda di Jawa Barat mengenal beragam perkakas senjata
dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satu yang cukup dikenal adalah senjata tradisionalnya yang
bernama Kujang. Kujang diperkirakan mulai ada sejak awal abad 8 M. Ia dibuat dari baja yang ditempa
dan dilengkapi beragam bahan pamor. Panjangnya tidak lebih dari 25 cm dengan berat sekitar 300 gr.
Beberapa ahli meyakini kata “Kujang” sejatinya berasal dari kata “Kudihyang”, kudi berarti Manusia dan
Hyang berarti Tuhan. Kujang sendiri sebetulnya secara struktur tidak memungkinkan untuk dijadikan
sarana perlindungan diri. Ia lebih menonjolkan sisi estetisnya dibanding sisi praktisnya.

Senjata Tradisional Banten

Masyarakat Banten secara umum memiliki kedekatan budaya dengan masyarakat Sunda di Jawa Barat.
Oleh karena itu, beberapa simbol budaya antara keduanya juga banyak kemiripan. Hal ini dapat dilihat
dari jenis senjata tradisional yang digunakan masyarakatnya di masa silam. Masyarakat Banten juga
menggunakan Kujang sebagai senjata tradisionalnya. Kujang khas Banten sama seperti Kujang yang
berasal dari Jawa Barat, baik secara struktur, bahan pembuatan, maupun dari sisi fungsinya.

Senjata Tradisional Jakarta

Hingga saat ini, kita bisa melihat kebiasaan masyarakat suku Betawi, utamanya para pria yang selalu
menyelipkan Golok di pinggang ketika memakai pakaian adatnya. Golok memang memiliki 2 fungsi
dalam budaya Betawi, yang pertama sebagai aksesoris yang mempercantik penampilan saat
mengenakan pakaian adat, dan fungsi praktis sebagai senjata tradisional. Golok khas Betawi memiliki
satu bagian mata yang tajam. Sementara satu bagian lainnya tidak tajam. Ia juga dilengkapi dengan
serangka yang dipakai pada saat golok tidak sedang digunakan.

Senjata Tradisional Jawa Tengah

Selama ini, Suku Jawa di Jawa Tengah mengenal Keris sebagai senjata tradisionalnya. Keris adalah
sebuah senjata tikam yang termasuk golongan belati. Bentuknya menyempit ke bagian ujung dengan
bilah yang berkelok-kelok. Beberapa keris memiliki serat-serat logam berwarna cerah di bagian bilahnya
yang berfungsi sebagai pamor untuk mempercantik tampilannya. Selain itu, keris juga diyakini dapat diisi
oleh kekuatan supranatural tertentu untuk meningkatkan keampuhannya. Keris sejak 2005 lalu telah
terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia di UNESCO.

Senjata Tradisional Yogyakarta

Masyarakat Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat secara antropologis memiliki budaya masyarakat


Jawa Tengah. Keduanya memang berasal dari satu suku yang sama yaitu Suku Jawa. Oleh karenanya,
senjata tradisional yang dikenal masyarakat Yogyakarta sama dengan senjata tradisional yang dikenal
masyarakat Jawa Tengah, yaitu Keris. Dalam budaya masyarakat Yogyakarta, keris biasanya diselipkan
di bagian belakang pinggang bersama serangkanya yang penuh ukiran.

Senjata Tradisional Jawa Timur

Masyarakat Madura di Jawa Timur memiliki senjata tradisional yang khas dan berbeda dengan senjata
tradisional suku-suku lainnya di Indonesia. Senjata tersebut bernama Celurit. Celurit Madura secara
praktis berfungsi sebagai alat pertanian yang membantu para peternak Madura mencari pakan untuk sapi
dan kerbaunya. Ia juga secara khusus dapat berguna sebagai identitas status sosial masyarakat kaum
pria dan sarana perlindungan diri dari musuh atau binatang buas.
Senjata Tradisional Kalimantan Barat

Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Barat memiliki senjata tradisional yang bernama Dohong.
Dohong adalah sebuah mata tombak yang dapat pula digunakan sebagai pisau. Panjangnya sekitar 8
inch dan dipercaya sebagai senjata tradisional Dayak yang paling tua. Jika digunakan sebagai pisau,
dohong akan dilengkapi dengan gagang bulat dan sebuah serangka yang terbuat dari kayu. Dahulunya,
Dohong digunakan sebagai senjata perang. Namun kini ia lebih sering dipakai sebagai alat pemotong tali
pusar bayi yang baru lahir dan sebagai alat untuk menyembelih hewan korban. Dengan kegunaan
tersebut, Dohong saat ini umumnya hanya dimiliki oleh Pisur atau Ketua adat Dayak.

Senjata Tradisional Kalimantan Selatan

Masyarakat suku Banjar di Kalimantan Selatan memiliki senjata tradisional yang bernama Keris Bujak
Beliung. Keris Bujak Beliung adalah sebuah senjata berupa keris dengan 7 lekukan dangkal. Sekilas,
keris Bujak Beliung memiliki kemiripan dengan keris dari Jawa. Ia dibuat dari baja dengan gagang dari
kayu ulin. Senjata ini dulunya digunakan sebagai alat perlindungan diri bagi seorang pria saat berburu
dan sebagai alat perang. Namun, fungsinya kini telah beralih sebagai pelengkap pakaian adat tradisional
yang dikenakan para mempelai pria saat pesta perkawinannya.

Senjata Tradisional Kalimantan Tengah

Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Barat selain mengenal Dohong, mereka juga mengenal Sumpit
sebagai senjata tradisionalnya. Sumpit adalah senjata yang digunakan dengan cara ditiup. Lebih
tepatnya, anak mata sumpit dimasukan ke dalam tangkai berlubang yang panjangnya sekitar 1 sd 1,5
meter dan penggunaanya akan membidik sasaran lalu meniup ujungnya hingga mata sumpit meluncur
dengan kencang. Anak mata sumpit biasanya akan dilengkapi dengan racun mematikan, terlebih jika ia
digunakan dalam perburuan. Pada perkembangannya, senjata tradisional ini juga biasa digunakan dalam
perang antar suku di masa silam.

Senjata Tradisional Kalimantan Timur

Mandau sebetulnya dikenal dalam budaya masyarakat Dayak, baik yang bermukim di Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Akan tetapi bagi masyarakat Nusantara,
senjata ini telah dikenal sebagai senjata tradisional Kalimantan Timur. Mandau adalah senjata berupa
parang bergagang tanduk rusa dengan satu sisi bilah tajam. Di bagian bilah yang tumpul, Mandau
umumnya dilengkapi dengan ukiran-ukiran etnik atau lubang-lubang yang ditutup tembaga atau kuningan
sebagai pamornya. Mandau umumnya dilengkapi dengan sarung bilah yang terbuat dari kayu dan dihiasi
ukiran-ukiran etnik. Sarung bilah ini disebut dengan istilah Kumpang. Selain ukiran, kumpang umumnya
juga akan dihiasi dengan anyaman rotan sebagai tali saat dikenakan di pinggang pemakainya.

Senjata Tradisional Kalimantan Utara

Sebagai provinsi pecahan dari Kalimantan Timur, Kalimantan Utara juga mengangkat Mandau sebagai
senjata tradisionalnya. Tak bisa dipungkiri, secara demografis masyarakat Kalimantan Utara juga
didominasi oleh orang-orang suku Dayak sebagai masyarakat aslinya. Oleh karena itu, semua elemen
budaya dari provinsi ini juga tak jauh berbeda dengan elemen-elemen budaya yang kita dapat temukan
dalam kehidupan orang-orang suku Dayak, baik itu dari rumah adat, pakaian adat, lagu daerah, dan lain
sebagainya.

Senjata Tradisional Sulawesi Selatan

Masyarakat suku Bugis, Makassar, dan Mandar di Provinsi Sulawesi Selatan mengangkat Badik atau
badek sebagai senjata tradisionalnya. Badik adalah pisau bermata tunggal yang bentuknya asimetris
seperti keris dengan bilah berhias pamor. Dahulu, Badik digunakan para petani untuk berburu atau
membunuh hewan hutan yang merusak tanamannya. Pada perkembangannya, ia juga digunakan
sebagai sarana perlindungan diri bagi mereka yang sering merantau. Seperti diketahui, orang Bugis
adalah orang yang dikenal sangat gemar merantau. Dengan menyematkan badik di pinggangnya,
mereka akan merasa terlindungi meski masuk ke wilayah kampung yang asing. Sebagai senjata
tradisional Sulawesi Barat, Badik sendiri ada beberapa jenis, di antaranya Badik Raja, Badik Lagecong,
Badik Luwu, dan Badik Lompo Battang.

Senjata Tradisional Sulawesi Barat


Sulawesi Barat adalah provinsi pecahan Sulawesi Selatan yang terbentuk sejak tahun 2000 silam.
Provinsi ini dihuni oleh masyarakat suku Mandar dan Bugis sebagai entitas terbesarnya. Oleh karena itu,
budaya masyarakat provinsi ini juga tidak jauh berbeda dengan budaya masyarakat Sulawesi Selatan.
Salah satu buktinya adalah kepopuleran Badik sebagai senjata tradisionalnya. Badik Sulawesi Barat dan
Badik Sulawesi Selatan tidak memiliki perbedaan signifikan, baik dari segi bentuk, hiasan, maupun dari
nilai fungsi yang dimilikinya.

Senjata Tradisional Sulawesi Tengah

Senjata tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah bernama Pasatimpo. Pasatimpo adalah senjata
tikam sejenis keris dengan bagian tangkai pegangan yang bengkok ke bawah. Dahulu, Pasatimpo
memiliki banyak kegunaan, misalnya untuk memotong hewan buruan, mencari kayu bakar, atau sebagai
sarana perlindungan diri. Selain itu, karena dipercaya memiliki kekuatan magis, ia juga digunakan
sebagai pengusir roh jahat dalam tari-tarian penyembuh. Kini, seiring kemajuan zaman, Pasatimpo
cenderung lebih sering digunakan sebagai aksesoris pakaian adat. Para penari tradisional
menggunakannya dengan mengikatkan senjata tersebut di pinggang kirinya.

Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara

Orang-orang suku Buton di Sulawesi Tenggara mengenal Keris sebagai senjata tradisionalnya. Keris
Buton memiliki kesamaan bentuk dan fungsi seperti keris pada umumnya. Akan tetapi, senjata khas
Sulawesi Tenggara ini lebih kental dengan ornamen warna keemasan. Selain itu, tambahan pamor pada
bilahnya juga cukup banyak dengan pola geometris. Pada bagian pegangan yang terbuat dari kayu, keris
ini dilengkapi dengan ukiran berbentuk manusia. Keris Buton dulunya hanya dikenal oleh kalangan
kerajaan, namun kini ia lebih sering digunakan sebagai aksesoris yang mempercantik tampilan seorang
pengantin pria saat mengenakan pakaian adat.

Senjata Tradisional Sulawesi Utara

Masyarakat suku Sangihe di Sulawesi Utara mempunyai senjata tradisional yang bernama pedang Bara
Sangihe. Senjata ini terbilang unik karena bentuknya yang menyerupai bentuk buaya. Bagian ujung bilah
pada pedang ini bercabang dengan gerigi-gerigi yang menyerupai mulut buaya. Ujung yang bercabang
juga terdapat di bagian tangkai pegangannya yang terbuat dari kayu. Pedang Bara Sangihe dulunya
adalah senjata yang digunakan salah satu pahlawan Nasional dari Sulawesi Utara, yaitu Hengkeng U
Nang. Pahlawan yang lahir di tahun 1590 ini dikenal sebagai seorang yang mahir memainkan pedang.
Pedang Bara Sangihe sendiri diyakini mulai ada pada zamannya.

Senjata Tradisional Gorontalo

senjata tradional Gorontalo bernama Wamilo. Wamilo adalah sebuah senjata yang bentuknya
menyerupai golok, tapi ujung bilahnya agak melengkung sedikit ke arah bawah. Senjata ini biasanya
diselipkan pada pria pada sarung yang dikenakan dipinggangnya. Ia hanya digunakan sebagai sarana
perlindungan diri saat bekerja di kebun atau saat berburu di hutan. Selain Wamilo, terdapat beberapa
senjata tradional lainnya dari masyarakat Gorontalo yaitu Bitu’o (sejenis keris), Badik, Sabele (sejenis
parang), dan Travalla.

Senjata Tradisional Maluku

Masyarakat Maluku secara umum mengangkat Parang Salawaku sebagai senjata tradisionalnya. Senjata
ini adalah sebuah senjata yang terdiri atas sebilah pisau panjang (parang) dan sebuah perisai
(salawaku). Parang terbuat dari besi sepanjang 1 meter yang ditempa dengan gagang dari kayu gapusa.
Sementara Salawaku terbuat dari kayu keras dengan hiasan etnik dari kulit kerang. Di masa silam,
Parang Sawalaku digunakan sebagai alat perang. Namun, seiring perkembangan zaman, ia kini hanya
digunakan sebagai aksesoris penari Cakalele sebagai perlambang kegagahan dan kekuatan para pria.
Parang Salawaku dapat kita temukan pada logo Pemerintah Provinsi Maluku. Bagi masyarakat Maluku,
senjata mereka ini merupakan simbol kemerdekaan rakyat

Senjata Tradisional Maluku Utara

Maluku Utara adalah provinsi yang baru memecahkan diri dari Provinsi Maluku pada tahun 2002 silam.
Secara demografis, masyarakat Maluku utara memiliki kedekatan budaya dengan masyarakat provinsi
Maluku. Oleh karena itu, senjata tradisional yang diangkat sebagai ikon budaya provinsi ini juga sama,
yaitu Parang Salawaku. Parang Salawaku khas Maluku Utara tidak memiliki perbedaan yang spesifik
dengan Parang Salawaku Maluku, baik dari segi bentuk, fungsi, maupun penggunaannya.

Senjata Tradisional Bali

Masyarakat Provinsi Bali mengenal banyak sekali jenis senjata tradisional, di antaranya Keris, Tombak,
Tiuk, Taji, Kandik, Caluk, Arit, Udud, Gelewang, Trisula, Panah, Penampad, Garot, Tulud, Kis-Kis, dan
lain sebagainya. Namun di antara banyak senjata tersebut, yang paling unik dan indah adalah Keris Bali.
Secara struktur, keris Bali memiliki kesamaan dengan keris pada umumnya. Hanya saja, pada senjata ini
kita dapat menemukan beragam ukiran baik pada bilah, gagang, maupun pada sarung bilah atau
carangkanya. Ukiran-ukiran tersebut bisa berupa bentuk dewa, raksasa, pedande (pendeta), penari, dan
bentuk pertapa hutan. Bahkan, kita juga dapat menemukan keris Bali dengan tahta emas dan batu mulia.

Senjata Tradisional Nusa Tenggara Barat

Orang-orang suku Sasak di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengenal senjata tradisional yang bernama
Tulup. Tulup adalah senjata yang serupa dengan sumpit tapi ukurannya lebih panjang. Senjata
tradisional ini biasa digunakan oleh orang-orang suku Sasak untuk berburu. Tangkai panjangnya terbuat
dari kayu meranti sementara ancar atau pelurunya terbuat dari lidi pelepah pohon enau yang diruncingi di
satu ujungnya. Untuk mengefektifkan perburuan, pada ujung ancar biasanya akan diolesi racun
mematikan yang diperoleh dari getah pohon tatar.

Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur

Masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya suku Atoni dan suku Sumba mengenal Sundu atau Sudu
sebagai senjata tradisionalnya. Senjata ini adalah sebuah senjata semacam keris tapi memiliki lekukan
yang sangat sedikit dengan sudut yang tumpul. Sundu termasuk senjata tikam dan hanya digunakan
untuk menyembelih hewan buruan. Selain Sundu, masyarakat NTT juga mengenal beragam senjata
tradisional lainnya yang antara Parang, Saweo, Kampak, Pisau, dan Senapan Tumbuk.

Senjata Tradisional Papua Barat

Senjata tradisional Papua Barat adalah Pisau Belati. Tidak seperti pisau belati yang biasanya kita kenal,
pisau Belati yang menjadi senjata tradisional Papua Barat ini terbilang sangat unik. Jika biasanya belati
terbuat dari tempaan logam, pisau belati Papua Barat ini justru terbuat dari tulang kaki burung kasuari.
Tulang kaki burung kasuari dipilih karena strukturnya yang kompak dan keras sehingga sangat awet dan
tak mudah melapuk. Pisau belati Papua Barat di bagian pangkal pegangannya umumnya juga dihiasi
dengan bulu burung kasuari.

Senjata Tradisional Papua

Dalam perang antar kampung yang hingga kini masih sering berlangsung antar penduduk Papua, kita
bisa menemukan sebuah senjata khas yaitu Panah dan Busur. Anak panah terbuat dari bambu dengan
mata tulang kangguru, sementara busurnya terbuat dari bilah bambu dengan tali rotan sebagai tali
busurnya. Untuk meningkatkan efektifitas serangan, mata panah biasanya akan dioles dengan racun
alami yang diambil dari getah pohon sembaru. Panah dan Busur adalah sepasang senjata utama yang
selain digunakan untuk berperang, juga dapat dipakai sebagai senjata perburuan.

Anda mungkin juga menyukai