Anda di halaman 1dari 7

SYARAT-SYARAT HADIS SHAHIH

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Farhan Azhar D 0304181008

Iklima Hafrianisa 0304181020

Indi Vira Patmala 0304182065

Rinaldy Alidin 0304182074

Dosen Pengampu : Dr. H. Muhammad Razali, MA

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2018/2019
A. Pendahuluan
Sudah merupakan kesepakatan kaum muslimin bahwa al-Hadits
merupakan sumber syariat islam kedua setelah al-Qur-an. Oleh karena itu
mempelajari hadits-hadits Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- merupakan
kewajiban sebagaimana mempelajari al-Qur-an.Demi menyempurnakan
pengkajian kita terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi
wasallam-, dan memudahkan dalam menelaah sunnah yang diwariskan oleh
beliau, serta mampu memilah antara yang shahih dan yang dha’if dari hadits dan
sunnah tersebut, maka dibutuhkan wasilah khusus yang bisa merealisasikan hal
tersebut, wasilah tersebut adalah ‘Ulumul Hadits.
‘Ulumul Hadits merupakan ilmu mulia, barang siapa yang mahir dalam
disiplin ilmu ini, maka sungguh telah mendapatkan kebaikan yang besar, karena
ilmu ini merupakan kunci pokok untuk mempelajari hadits-hadits Nabi,
barangsiapa yang mempelajarinya maka akan banyak berinterakasi dengan
sunnah-sunnah Rasulullah, sehingga sangat berpotensi untuk lebih mengenal
sunnah beliau, bahkan tidak menutup kemungkinan akan terbangun sebuah
kemampuan yang luar biasa, yaitu keahlian dalam memilah hadits shahih dan
hadits dhaif. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
syarat-syarat hadis shahih.

B. Syarat-syarat Hadis Shahih


Dilihat dari segi kualitasnya, hadis dibagi kepada tiga bagian, yaitu hadis
shahih, hasan, dan dha’if. Hadis shahih dan hasan merupakan hadis yang hampir
sama, tidak hanya karena keduanya berstatus sebagai hadis maqbul, yaitu yang
dapat diterima sebagai hujjah dan dalil agama, tetapi juga dilihat dari segi
persyaratan dan kriteria-kriterianya sama kecuali pada masalah kedabitan
(hafalan) periwayatnya. Periwayat hadis shahih harus memiliki hafalan yang kuat
(dabit), sementara diantara periwayat hadis hasan terdapat periwayat yang kurang
kuat hafalanya. Sedangkan persyaratan lain, terkait dengan persambungan sanad,
keadilan periwayat, keterlepasan dari syaz (kejanggalan) dan ‘illat (cacat) adalah
sama.
Definisi Hadis Shahih

‫شذُ ْو ٍذ‬ َ ‫ ِم ْن‬،ُ‫ ع َِن ا ْلعَ ْد ِل الضَّا ِب ِط ِإ َلى ُم ْنتَهَاه‬،‫ بِ َن ْق ِل ا ْلعَ ْد ِل الضَّا ِب ِط‬،ُ‫سنَا ُده‬
ُ ‫غي ِْر‬ ْ ِ‫ ا ْل ُمت َّ ِص ُل إ‬،ُ‫سنَد‬
ْ ‫ه َُو ا ْل ُم‬
‫َوالَ ِع َّل ٍة‬
Hadis sahih adalah hadis yang musnad, bersambung sanadnya, dengan
penukilan seorang yang adil dan dlabith dari orang yang adil dan dlabith
sampai akhir sanad, tanpa ada keganjilan dan cacat.1

Untuk memudahkan memahami definisi tersebut, dapat dikatakan, bahwa


hadis sahih adalah hadis yang mengandung syarat-syarat berikut;
1. Hadisnya musnad
2. Sanadnya bersambung
3. Para rawi (periwayat)nya adil dan dlabith
4. Tidak ada syadz (keganjilan)
5. Tidak ada ilah (cacat)

Penjelasan Definisi
Musnad, maksudnya hadis tersebut dinisbahkan kepada nabi saw dengan
disertai sanad. Tentang definisi sanad telah disebutkan di depan.
Sanadnya bersambung, bahwa setiap (periwayat) dalam sanad mendengar
hadis itu secara langsung dari gurunya
Para rawi-nya adil dan dhabith, yaitu setiap periwayat di dalam sana
memiliki sifat adil dan dhabith. Apa yang dimaksud dengan adil dan dhabith?
Adil adalah sifat yang membawa seseorang untuk memegang teguh taqwa dan
kehormatan diri, serta menjauhi perbuatan buruk, seperti syirik, kefasikan dan
bid’ah2.
Dlabith (akurasi), adalah kemampuan seorang rawi untuk menghafal hadis
dari gurunya, sehingga apabila ia mengajarkan hadis dari gurun yaitu, ia akan
mengajarkannya dalam bentuk sebagaimana yang telah dia dengar dari gurunya
Dlabith ini ada dua macam, yaitu;
1. Dlabith shadr, yaitu kemampuan seorang rawi untuk menetapkan apa yang

1
MuqaddimahIbniSholah, h.11
2
Nuzhat an-Nadhr, h.51
telah didengarnya di dalam hati – maksudnya dapat menghafal dengan hafalan
yang sempurna- sehingga memungkinkan baginya untuk menyebutkan hadis itu
kapanpun dikehendaki dalam bentuk persis seperti ketika ia mendengar dari
gurunya3.
2. Dlabith kitab, yaitu terpelihara bukunya dari kesalahan, yang menjadi tempat
untuk mencatat hadis atau khabar yang telah didengarnya dari salah seorang
atau beberapa gurunya, dengan dikoreksikan dengan kitab asli dari guru yang
ia dengarkan hadisnya, atau diperbandingkan dengan kitab-kitab yang
terpercaya kesahihannya. Dan ia memelihara bukunya dari tangan-tangan
orang yang hendak merusak hadis-hadis di dalam kitab-kitab lainnya.
Tidak ada syadz. Syadz secara bahasa berarti yang tersendiri, secara istilah
berarti hadis yang diriwayatkan oleh seorang periwayat bertentangan dengan hadis
dari periwayat lain yang lebih kuat darinya. Tentang hadis syadz secara terperinci,
akan dibahas pada bagian tersendiri, Insya Allah.
Tidak ada illah, Di dalam hadis tidak terdapat cacat tersembunyi yang
merusak kesahihan hadis. Tentang hadis mu’allal (cacat) juga akan dibahas dalam
bagian tersendiri4.

Contoh Hadis Sahih


Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam kitab Shahih-nya j.4 h.18,
kitab al- jihad wa as-siyar, bab ma ya’udzumin al-jubni;

َ‫ كَان‬:َ‫ قَال‬،‫ع ْنهم‬ َّ ‫س ْبنَ َمالِكٍ َر ِضي‬


َ ‫َّللا‬ َ ‫س ِم ْعتُ أ َ َن‬ َ :َ‫س ِم ْعتُ أ َ ِبي قَال‬
َ :َ‫ قَال‬،‫ َح َّدث َ َنا ُم ْعت َ ِم ٌر‬،ٌ‫س َّدد‬
َ ‫َح َّدثَنَا ُم‬
ُ‫ َوأَعُوذ‬،‫ َوا ْله ََر ِم‬،‫ َوا ْل ُجب ِْن‬،‫س ِل‬
َ ‫ َوا ْل َك‬،‫ اللَّ ُه َّم ِإنِي أَعُوذُ ِبكَ ِمنَ ا ْلعَجْ ِز‬:ُ‫سلَّ َم يَقُول‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫النَّ ِب ُّي‬
َ ‫ َوأَعُوذُ ِبكَ ِم ْن‬،ِ‫ِبكَ ِم ْن ِفتْ َن ِة ا ْل َمحْ َيا َوا ْل َم َمات‬
ِ ‫عذَا‬
‫ب ا ْل َقب ِْر‬
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada
kami Mu’tamir, ia berkata; Aku mendengar ayahku berkata; Aku
mendengar Anas bin Malik raber kata, Rasulullah saw berdo’a ;Ya Allah,
aku memohon kepada-Mu perlindungan dari kelemahan, kemalasan, sifat
pengecut dan dari kepikunan, dan aku memohon kepada-Mu perlindungan
dari fitnah (ujian) di masa hidup dan mati, dan memohon kepada-Mu
3
Ibid
4
Ibid, h.52
perlindungan dari adzab di neraka

Hadis tersebut di atas telah memenuhi persyaratan sebagai hadis sahih,


karena.
1. Ada sanadnya hingga kepada Rasulullah saw.
2. Ada persambungan sanad dari awal sanad hingga akhirnya. Anas bin Malik
r.a adalah seorang sahabat, telah mendengarkan hadis dari nabi saw. Sulaiman
bin Tharkhan (ayah Mu’tamir), telah menyatakan menerima hadis dengan cara
mendengar dari Anas. Mu’tamir, menyatakan menerima hadis dengan
mendengar dari ayahnya. Demikian juga guru al-Bukhari yang bernama
Musaddad, ia menyatakan telah mende-ngar dari Mu’tamir, dan Bukhari
rahimahullah juga menyatakan telah mendengar hadis ini dari gurunya.
3. Terpenuhi keadilan dan kedhabitan dalam para periwayat di dalam sanad,
mulai dari sahabat, yaitu Anas bin Malik r.a hingga kepada orang yang
mengeluarkan hadis, yaitu Imam Bukhari
a. Anas bin Malik r.a, beliau termasuk salah seorang shahabat Nabi saw, dan
semua sahabat dinilai adil.
b. Sulaiman bin Tharkhan (ayah Mu’tamir), dia siqahabid (terpercaya lagi
ahli ibadah).
c. Mu’tamir, dia siqah
d. Musaddad bin Masruhad, dia siqahhafid.
e. Al-Bukhari penulis kitab as-Shahih, namanya adalah Muhammad bin
Isma’il al-Bukhari, dia dinilai sebagai jabal al-hifdzi (gunungnya hafalan),
dan amirul mu’minin fil hadis.
4. Hadis ini tidak syadz (bertentangan dengan riwayat lain yang lebih kuat)
5. Hadis ini tidak ada illah-nya
Dengan demikian jelaslah bahwa hadis tersebut telah memenuhi syarat-syarat
hadis shahih, Karena itulah Imam Bukhari menampilkan hadis ini di dalam
kitabnya ash-Shahih.
C. Penutup
Sebuah hadis bisa dikatakan shahih apabila memenuhi beberapa syarat.
Yaitu, sanad bersambung terus dari perawi ke perawi hingga ke Rasul saw., rawi
yang 'adil dalam artian tidak menyimpang dan tidak melakukan pekerjaan
maksiat, rawi yang dhabit yang berarti seorang perawi yang meriwayatkan hadis
memiliki kemampuan menghapal yang bagus dan tidak terpatah-patah dalam
meriwayatkan sebuah hadis, dan tidak ada kejanggalan serta tidak cacat dalam
hadis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://suka-suka-dimana.blogspot.com/2013/06/makalah-ulumul-
hadits-mempelajari.html
https://alquranwalhadits.wordpress.com/2011/05/28/syarat-syarat-sah-
hadits/
https://harakahislamiyah.com/dakwah/syarat-syarat-hadis-shahih

Anda mungkin juga menyukai