Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“TRAUMA MUSKULOSKELETAL”

Di Susun

SRI AYUN SUPU

Kelas A

NIM : CO1418161

PRODI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOROTALO

T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugasmakalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi, sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan.

Gorontalo , Juli 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 1


B. TUJUAN ............................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................................ 3

A. Mekanisme Trauma ............................................................................................................... 3


B. Fraktur ................................................................................................................................... 4
C. Dislokasi ................................................................................................................................ 9
D. Sprain..................................................................................................................................... 12
E. Strain ..................................................................................................................................... 14
F. Kontusio ................................................................................................................................ 17
G. Asuhan Keperawatan ............................................................................................................. 20

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 25

A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 25
B. Saran ..................................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 26

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami tekanan batin maupun cedera fisik
tidak lain karena ada suatu sebab. Penyebab trauma adalah misalnya kecelakaan lalu lintas, industri,
olahraga, dan rumah tangga.

Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orrang per tahun (Chairudin,
1998). Taruma yang dialami seseorang akan menyebabkan masalah-masalah sebagai berikut.

1. Biaya yang besar untuk mengembalikan fungsi setelah mengalami trauma.

2. Resiko kematian yang tinggi.

3. Prodiktivitas menurun akibat banyak kehilangna waktu bekerja.

4. Kecatatan sementara dan permanen.

Di masyarakat, seorang perawa/Ners perlu mengetahui perawatan klien trauma


muskuloskletal yang mungkin dijumpai, baik dijalan maupun selama melakukan asuhan
keperawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu mengetahui dasar-dasar penanggulan suatu trauma
yang menimbulkan masalah pada sistem muskuloskletal dengan melakukan penanggulangan awal
dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar mengurangi resiko yang lebih besar.

Resiko yang lebih fatal yang perlu diketahui adalah kematian. Peristiwa yang sering terjadi
pada klien dibagi dalam tiga periode waktu sebagai berikut :

1. Kematian dalam detik-detik pertama sampai menit berikutnya (50%).

Kematian disebabkan oleh laserasi otak dan pangkal otak, kerusakan sumsum tulang belakang
bagian atas, kerusakan jantung, oarta, serta pembuluh-pembuluh darah besar. Kebanyakan klien
tidak dapat ditolong an meninggal ditempat.

2. Kematian dalam menit pertama sampai beberapa jam (35%).

Kematian disebabkan oleh perdarahan subdural atau epidural, hematopneumotoraks, robekan


1
limpa, laserasi hati, fraktur panggul, serta fraktur multipel dengan resimo besar akibat
perdarahan yang masif. Sebagian dari klien pada tahap ini dapat diselamatkan dengan
pengetahuan dan penaggualangan trauma yang ditandai

3. Kematian setelah beberapa hari ampai beberapa minggu setelah taruma (15%). Kematian
biasanya disebabkan oleh kegagalan beberapa organ atau sepsis. Peran perawat dalam
membantu mengurangi resiko tersebut cukup besar. Resiko kegagalan organ dan reaksisepsis
dapat dikurangi secara signifikan dengan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Penanggulangan klien trauma memerlukan peralatan serta keterampilan khusus yang tidak
semuanya dapat dilakukan oleh perawat, berhubung keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki setiap Ners bervariasi, serta peralatan yang tersedia kurang memadai.

Trauma muskuloskletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan struktur


pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan yang paling sering terjadi akibat trauma
muskuloskletal adalah kontusio, strain, sprain dan dislokasi.

B. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang Trauma Muskuloskeletal untuk

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Mekanisme Trauma

Menentukan mekanisme terjadinya trauma merupakan hal yang penting karena dapat
membantu kita dalam menduga kemungkinan trauma yang mungkin saja tidak segera timbul setelah
kejadian. Trauma musculoskeletal bisa saja dikarenakan oleh berbagai mekanisme.

Ada beberapa macam mekanisme trauma diantaranya :

a. Direct injury

Dimana terjadi fraktur pada saat tulang berbenturan langsung dengan benda keras seperti
dashboard atau bumper mobil.

b. Indirect injury

Terjadi fraktur atau dislokasi karena tulang mengalami benturan yang tidak langsung seperti
frkatur pelpis yang disebabkan oleh lutut membentur dashboard mobil pada saat terjadi
tabrakan.

c. Twisting injury

Menyebabkan fraktur, sprain, dan dislokasi, biasa terjadi pada pemain sepak bola dan pemain
sky, yaitu bagian distal kaki tertinggal ketika seseorang menahan kaki ke tanah sementara
kekuatan bagian proksimal kaki meningkat sehingga kekuatan yang dihasilkan menyebabkan
fraktur.

d. Powerfull muscle contraction

Seperti terjadinya kejang pada tetanus yang mungkin bisa merobek otot dari tulang atau bisa
juga membuat fraktur.

e. Fatique fracture

Disebabkan oleh penekanan yang berulang-ulang dan umumnya terjadi pada telapak kaki
setelah berjalan terlalu lama atau berjalan dengan jarak yang sangat jauh.
3
B. Fraktur
1. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas korteks tulang menjadi dua bagian atau lebih sehingga
menimbulkan gerakan yang abnormal disertai krepitasi dan nyeri. Apabila terjadi fraktur maka
tulang harus diimobilisasi untuk mengurangi terjadinya cedera berkelanjutan dan untuk mengurangi
rasa sakit pasien.

Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan
oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan
trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah-raga,
pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Sedangkan pada orang
tua, wanita lebih sering mengalami fraktur daripada lakilaki yang berhubungan dengan
meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada monopouse
(Reeves, Roux, Lockhart,2001).

Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan
mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri.
Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara
verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat
kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri
mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa
dilakukan (Engram, 1999)

2. Etilogi

✓ Fraktur terjadi karena tekanan yang menimpa tulang kebih besar daripadadaya tulang akibar
trauma

✓ Fraktur karena penyakit tulang seperti Tumor Osteoporosis yang disebutFraktur Patologis.

✓ Fraktur Stress/ Fatique (akibat dari penggunaan tulang yang berulang-ulang).

4
3. Tanda dan Gejala Fraktur

Gejala yang paling umum pada fraktur adalah rasa nyeri yang terlokalisir pada bagian fraktur.
Biasanya pasien mengatakan ada yang menggigitnya atau merasakan ada tulang yang patah. Apa
yang dikatakan pasien merupakansumber informasi yang akurat.

Pada pasien dengan multiple trauma, fraktur adalah trauma yang paling nyata dan dramatis
juga hal yang paling serius. Oleh karena itu lakukan primary survey dan lakukan tindakan
penanganan trauma dan lakukan stabilisasi jika memungkinkan.

a. Swelling

Terjadi karena kebocoran cairan ekstra seluler dan darah dari pembuluh darah yang telah rupture
pada fraktur pangkal tulang.

b. Deformitas

Pada kaki dapat menandakan adanya trauma skeletal.

c. Tenderness

Sampai palpitasi biasanya terlokalisir diatasbare trauma skeletal yang dapat dirasakan dengan
penekanan secara halus di sepanjang tulang.

d. Krepitasi

Terjadi bila bagian tulang yang patah bergesekan dengan tulang yang lainnya. Hal ini dapat
dikaji selama pemasangan splin. Jangan berusaha untuk mereposisi karena dapat menyebabkan
nyeri trauma lebih lanjut.

e. Disability

Juga termasuk karakteristik dari kebanyakan trauma skeletal pasien dengan fraktur akan
berusaha menahan lokasi trauma tetap pada posisi yang nyaman dan akan menolak
menggerakannya. Bahkan pada pasien dengan dislokasi akan menolak untuk menggerakkan
ekstremitas yang mengalami dislokasi.

f. Exposed bone ends

5
Didiagnosa sebagai trauma terbuka atau compound fraktur. Periksa pulsasi, gerakan dan sensori
di bagian distal pada setiap pasien dengan trauma musculoskeletal.

4. Jenis-jenis Fraktur
a) Fraktur Tertutup (Simple Fracture)

Fraktur tertutup adalah keadaan patah tulang tanpa disertai hilangnya integritas kulit. Fraktur
tertutup dapat menjadi salah satu pencetus terjadinyaperdarahan internal kekompartemen jaringan
dan dapat menyebabkan kehilangan darah sekitar 500 cc tiap fraktur. Setiap sisi patahan memiliki
potensi untuk menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar akibat laserasi pembuluh darah
di dekat sisi patahan.

Fraktur tertutup biasanya disertai dengan pembengkakan dan hematom. Strain dan sprain
mungkin akan memberikan gejala seperti fraktur tertutup. Dan karena diagnosis pasti terjadinya
fraktur hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan radiologi, maka berilah penanganan strain dan
sprain seperti penanganan tehadap fraktur tertutup.

b) Fraktur Terbuka (Compound Fracture)

Fraktur terbuka adalah keadaan patah tulang yang disertai gangguan integritas kulit. Hal ini
biasanya disebabkan oleh ujung tulang yang menembus kulit atau akibat laserasi kulit yang
terkena benda-benda dari luar pada saat cedera

Komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur terbuka adalah perdarahan eksternal, kerusakan lebih
lanjut pada otot-otot dan saraf serta terjadinya kontaminasi. Sangat penting untuk mengenal
adanya luka didekat fraktur karena bisa menjadi pintu masuk dari kontaminasi kuman

Fraktur terbuka dapat ditemukan dengan mudah pada penderita trauma. Adanya luka terbuka
didekat daerah yang diduga terjadi fraktur, harus dipertimbangkan sebagai fraktur terbuka dan
harus diberikan penanganan seperti fraktur terbuka. Denyut nadi, pergerakan, sensasi dan warna
kulit harus segera dinilai dan terus dilakukan penilaian ulang secara berkala.

6
5. Tipe Fraktur
a) Fraktur Trasversal
Garis frakturnya memotong melintang dari arah luar sampai menembus bagian tengah secara
tegak lurus dari tulang biasanya disebabkan oleh kecelakaan langsung.
b) Fraktur Greenstick
Terjadi pada anak dimana tulang masih bisa dibengkokan seperti dahan yang masih muda dan
garis frakturnya melintang lurus pada bagian luar dari tulang perpendicular sampai batas tengah
tulang.
c) Fraktur Spiral

Biasanya terjadi karena kecelakaan memutar (terpelintir) dan garis frakturnyatidak rata

a. Fraktur Oblique

Garis fraktur melintang pada tulang tegak lurus dan oblik.

b. Fraktur Comminuted

Dimana tulang terbagi menjadi lebih dari dua bagian.

6. Prinsip Penata Laksanaan Fraktur

Kejadian fraktur jarang yang mengancam nyawa, meskipun demikian penanganan pada
kejadian yang mengancam nyawa telah dilaksanakan sampai kondisi pasien stabil. Pertahankan jalan
napas, control perdarahan, tutup luka terbuka pada dada dan lakukan resusitasi cairan. Jika telah
selesai barulah identifikasi dan imobilisasi semua fraktur dan siapkan untuk transportasi

7
a) Penatalaksanaan Fraktur
• Stabilkan jalan napas.

• Kontrol perdarahan.

• Tutup sucking chest wound (luka terbuka pada dada).

• Resusitasi cairan.

• Jika ada fraktur terbuka, balut luka sebelum melakukan pembidaian dan jangan
mendorong kembali tulang yang terlihat.

• Jangan pernah berusaha untuk meluruskan fraktur termasuk sendi- sendi, meskipun ada
beberapa tulang pada fraktur yang dapatdiluruskan.

• Tourniket tidak dianjurkan pada fraktur terbuka kecuali pada trauma amputasi atau anggota
gerak yang sudah tidak dapat diselamatkan lagi.

• Imobilisasi ekstremitas sebelum memindahkan pasien dan imobilisasi sendi bagian atas dan
bawah dari tulang yang fraktur.

8
C. Dislokasi
1. Definis

Dislokasi adalah keluarnya pangkal tulang dari permukaan articular, kadang- kadang disertai
dengan robeknya ligament yang seharusnya menahan pangkal tulang agar tetap berada pada
tempatnya. Persendian yang biasanya terkenal adalahbahu, siku, panggul dan pergelangan.

2. Etiologi
Etiologi tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi, diantaranya :
• Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.

• Trauma akibat kecelakaan

• Trauma akibat pembedahan ortoped

• Terjadi infeksi di sekitar send

3. Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Dislokasi congenital: terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

b) Dislokasi patologik: akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. Misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

c) Dislokasi traumatic: kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi :

✓ Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan
di sekitar sendi.

✓ Dislokasi Berulang.

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
9
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan
patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh
karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

4. Tanda dan Gejala


✓ Nyeri

✓ Deformitas

✓ Paralisis

✓ Hilangnya pulsasi (jika tekan nervus dan pembuluh darah).

Pada kebanyakan kasus pada pasien dengan fraktur atau dislokasi selalu cek nadi, kekuatan
otot dan sensasi (pulsasi, motorik dan sensorik) pada bagian distal daerah yang terluka. Hilangnya
pulsasi berarti ekstremitas dalam keadaan yang membahayakan dan transportasi ke rumah sakit
seharusnya tidak ditunda. Informasikan terlebih dahulu ke rumah sakit yang akan dituju agar
petugas dan dokter bedah tulang telah siap ketika pasien tiba.

5. Patofiologi

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan ,merobek
kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang- kadang bagian posterolateral kaput
hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan
luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi
dan bawah karakoid).

6. Komplikasi
a) Komplikasi Dini
➢ Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan
mungkin terdapat daerah kecil yangmati rasa pada otot tesebut.

➢ Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.\

➢ Fraktur disloksi

10
b) Komplikasi lanjut.
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu,
terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara
otomatis membatasi abduksi.

c) Dislokasi yang berulang: Terjadi kalau labrum glenoid robek atau


d) Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
e) Kelemahan otot

7. Penatalaksanaan Dislokasi

Penatalaksanaan pada pasien dengan dislokasi adalah imobilisasi pasien pada posisinya saat
pertama kali ditemukan. Jangan coba meluruskan atau mengurangi dislokasi kecuali jika ada seorang
ahli. Lakukan imobilisasi pada bagian atas dan bawah sendi yang dislokasi untuk menjaga kestabilan
waktu transport.

Mungkin satu-satunya dislokasi yang paling berbahaya pada ektremitas bawah adalah dislokasi
pada lutut, sedangkan dislokasi pada pergelangan, siku, bahu, panggul an pergelangan kaki masih
dapat ditoleransi 2 atau 3 jam tanpa adanya bahaya kerusakan permanen.

Bagaimanapun juga ketika menolong pasien dengan dislokasi lutut dan tidak ada pulsasi
pada bagian distal. Maka harus dikoreksi dalam waktu 1 atau 2 jam setelah terjadi trauma. Dan
seharusnya waktu sejak terjadinya kecelakaan hingga sampai ke rumah sakit tidak lebih dari 1
jam.

11
D. Sprain
1. Definisi

Sprain adalah injuri dimana sebagian ligament robek, biasanya disebabkan memutar secara
mendadak dimana sendi bergerak melebihi batas normal. Organ yang sering terkena biasanya lutut,
dan pergelangan kaki, cirri utamanya adalah nyeri, bengkak dan kebiruan pada daerah injuri.

Untuk membedakan fraktur dan dislokasi, sprain biasanya tidak disertai deformitas.
Bagaimanapun juga lebih bail lakukan penanganan sprain seperti penanganan fraktur lalu
imobilisasi. Biarkan sendi yang mengalami sprain pada posisi elevasi dan berikan kompres dingin
jika mungkin.

12
2. Etiologi
❖ Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti
melingkar atau memutar pergelangan kaki.

❖ Sprain dapat terjadi di saat persendian anda terpaksa bergeser dari posisi normalnya karena
anda terjatuh, terpukul atau terkilir.

3. Manifestasi Klinik
❖ Nyeri
❖ Implamasi peradangan
❖ Ketidak mampuan menggerakan tungkai
4. Tanda dab Gejala
❖ Sama dengan sprain (kram) tetapi lebih parah
❖ Efema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata
❖ Ketidak mampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon
❖ Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan
5. Patofisiologi

Kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan oleh
daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau
aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan
kaki. Pada trauma olahraga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-
sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa
diselingi peredaan (Brunner & Suddart,2001: 2357)

6. Pemeriksaan Diagnosis
a) Riwayat :
• Tekanan
• Tarikan tanpa peredaan
• Daya yang tidak semestinya
7. Penatalaksanaan
a) Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan- pengurangan
perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
13
b) Kemotherapi

Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan peradangan.
Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.

c) Elektromekanis.

➢ Penerapan dingin dengan kantong es 24 °C


➢ Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung)
➢ Posisi ditinggikan. Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas
➢ Latihan ROOM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan. Latihan
pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit
➢ Penyangga beban. Menghentikan penyangga beban denga penggunaan kruk selama 7 hari atau
lebih tergantung jaringan yang sakit

E. Strain
1. Definis

Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlabihan, peregangan berlebihan, atay stres yang
berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplet dengan perdarahan kedalam jaringan
(Brunner & Suddart, 2001: 2355 ).

Strain adalah trauma pada jaringan yang halus atau spasme otot di sekitar sendi dan nyeri pada
waktu digerakkan, pada strain tidak ada deformitas atau bengkak. Strain lebih baik ditangani dengan
menghilangkan beban pada daerah yang mengalami injuri.

Jika tidak ada keraguan pada injuri diatas, imobilisasi ekstremitas dan evaluasi dilanjutkan di ruang
gawat darurat.

14
2. Etiologi
a) Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari atau
pelompat.
b) Pada strain akut : Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak.
c) Pada strain kronis : Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan/tekanan
berulang-ulang,menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).
3. Manifestasi klinik

Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa:

✓ Nyeri

✓ Spasme otot

✓ Kehilangan kekuatan

✓ Keterbatasan lingkup gerak sendi.

✓ Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan
atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan :

✓ Tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan
tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus- menerus dari servis yang berulang-
ulang.

4. Patofisiologi

Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot
pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang
baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera kontusio dan membengkak (Chairudin
Rasjad,1998).

5. Klasifikasi strain

a) Derajat I/Mild Strain (Ringan)

15
Derajat i/mild strain (ringan) yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada
penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa stretching/kerobekan ringan pada
otot/ligament (Chairudin Rasjad,1998).

1. Gejala yang timbul :

✓ Nyeri
✓ Meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot
6. Manifestasi klinik
✓ Biasanya pendarahan dalam otot, bengkak, nyeri ketika kontraksi otot
✓ Nyeri mendadak
✓ Edema
✓ Spasme otot
✓ Haematona
7. Komplikasi
✓ Strain yang berulang
✓ Tendonitis
8. Penatalaksanaan
• Istirahat. Akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan

• Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrolpembengkakan.

• Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan secara
intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan edema dan
ketidaknyamanan.

• Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 – 72 jam sedangkan mati rasa biasanya


menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama 30 menit atau lebih
kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin untuk menghentikannya. Otot, ligament atau
tendon yang kram akan memperoleh kembali fungsinya secara penuh setelah diberikan
perawatan konservatif.

16
F. Kontusio
1. Definisi

Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat kekerasan tumpul,mis : pukulan,tendangan atau jatuh
(Brunner & Suddart,2001: 2355).

Kontusio adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah
permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehinggadarah dan cairan seluler merembes
ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63)

2. Etiologi
➢ Benturan benda keras
➢ Pukulan
➢ Tendangan/jatuh

17
3. Manifestasi klinik
✓ Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) karena rupture pembuluh darah kecil, juga
berhubungan dengan fraktur.

✓ Nyeri, bengkak dan perubahan warna.

✓ Hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang luas dan kehilangan darah yang
banyak (Brunner & Suddart,2001: 2355).

4. Gejala
✓ Nyeri

✓ Bengkak

✓ Perubahan warna

✓ Kompres dingin intermitten kulit berubah menjadi hijau/kuning, sekitar satu minggu kemudian,
begkak yang merata, sakit, nyeri dan pergerakan terbatas.

✓ Kontusio kecil mudah dikenali karena karakteristik warna biru atau ungunya beberapa hari
setelah terjadinya cedera.

✓ Kontusio ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. \

✓ Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut
hematoma.

✓ Nyeri pada kontusio biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai
sedang sampai berat (Hartono Satmoko, 1993:191)

5. Patofisiologi

Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Kontusio
dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih rentan rusak dibanding orang lain. Saat pembuluh
darah pecah maka darah akan keluar dari pembuluhnya ke jaringan, kemudian menggumpal,
menjadi Kontusio atau biru. Kontusio memang dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah.
Faktor usia juga bisa membuat darah mudah menggumpal. Semakin tua, fungsi pembuluh darah
ikut menurun (Hartono Satmoko, 1993: 192).
18
Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalami fagositosis dan didaur ulang oleh makrofag.
Warna biru atau unguyang terdapat pada kontusio merupakan hasil reaksi konversi dari hemoglobin
menjadi bilirubin. Lebih lanjut bilirubin akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna
kecoklatan.

Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap berbentuk cairan dan tetap mengalir dalam sirkulasi
darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi pembuluh darah, jumlah dan kondisi sel darah
trombosit, serta mekanisme pembekuan darah yang harus baik. Pada purpura simplex,
penggumpalan darah atau pendarahan akan terjadi bila fungsi salah satu atau lebih dari ketiga hal
tersebut terganggu (Hartono Satmoko, 1993: 192).

6. Penatalaksanaan
➢ Mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman.

➢ Tinggikan daerah injury.

➢ Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap pemberian) untuk
vasokonstriksi, menurunkan edema, dan menurunkan rasa tidak nyaman.

➢ Berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam prtama (20-30 menit) 4 kali sehari
untuk melancarkan sirkulasi dan absorpsi.

➢ Lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan bengkak.

➢ Kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila ada indikasi (Brunner &
Suddart,2001: 2355).

➢ Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penatalaksanaan pada cedera kontusio adalah sebagai
berikut

➢ Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.

➢ Istrirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan
lunak yang rusak.

➢ Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.

19
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkaian
a) Identitas pasien
b) Keluhan utama
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas/ketidak mampuan
untuk menggunakan sendi, otot dan tendon
c) Riwayat kesehatan
d) Riwayata penyakit sekarang
- Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah
berolahraga
- Daerah mana yang mengalami trauma
- Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan
e) Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada
sistem muskuloskeletal lainnya
f) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini
g) Pemeriksaan fisik
- Infeksi : kelemahan, edema, perdrahan perubahan warna kulit, ketidak
mampuan menggunakan sendi
- Palpasi : mati rasa
- Aukultasi
- Perkusi
h) Pemeriksaan penunjang
Pada sprain untuk diagnosa perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan dengan patah
tulang
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri Akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyokan pada otot, ligment atau
tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdaraha, edema dan nyeri
b) Gangguan mobalitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak mampuan, ditandai
dengan ketidak mampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon
c) Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak mampuan dalam melaksanakan
aktivitas ditandai dengan gerakan yang mini (imobilisasi)

20
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan


Keperawatan
No Dx (SLKI) (SIKI)
(SDKI)

D.007 Nyeri akut Setelah dilakukan Tindakan :


Tindakan
Observasi
keperawatan....
.X24 jam di 1. Identifikasi lokasi,
harapkan nyeri karakteristik, durasi,
berkurang. frekuensi, kualitas,
Dengan intensitas nyeri
kriteria hail : 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri
- Keluhan nyeri
non verbal
menurun
4. Identifikasi faktor yang
- Sikap protektif
memperberat dan
mnurun
memperingan nyeri
- Kesulitan tidur
menurun Terapeutik
- Perinium terasa
1. Berikan tekhnik non
tertekan
farmakologis untuk
menuru
mengurangi rasa nyeri
- Diaforesisi
2. Kontrol lingkungan yang
menurun
memperberat rasa nyeri
- Ketegangan
3. Prtimbangkan jenis dan
otot menurun
umber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, peride

21
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarkan tekhnik nor
farmakologi untuk
meredakan nyeri

Kolaborasi

Kolaborasikan pemberian
analgetik

D.0054 Gangguanmobalit Setelah dilakukan Tindakan :


as fisik Tindakan
Observasi
keperawatan....
.X24 jam di 1. Identifikasi adanya nyeri
harapkan atau keluhan fisik lainnya
kemampuan 2. Identifikasi toleransi fisik
dalam gerakan melakukan ambulasi
fisik 3. Monitor frekuensi jantung
meningkat. dan tekanan dara sebelum
Dengan melakukan ambulasi
kriteria hasil : 4. Monitor kondisi umum
selama melakukan ambulasi
- Pergerakan
ekstremitas Terapeutik
meningkat
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
- Kekuatan otot
dengan alat bantu
meningkat
2. Fasilitasi melakukan
- Rentang gerak
mobilisasi fisik
(ROM)
meningkat Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur ambulasi

22
2. Anjurkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan
dari tempat satu ke tempat
tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi)

D.0109 Defisit perawatan Setelah dilakukan Tindakan :


diri Tindakan
Observasi
keperawatan....
.X24 jam di 1. Monitor tingkat
harapkan kemandirian
kemampuan 2. Identifikasi kebutuhan alat
melakukan bantu kebutuhan diri,
aktivitas berpakaian, berhias dan
perawatan diri mkan
meningkat.
Terapeutik
Dengan
kriteria hasil : 1. Sediakan lingkungan yang
terapeutik
- Kemampuan
2. Siapkan keperluan pribadi
mandi
3. Dampingi dalam melakukan
meningkat
perawatan diri sampai
- Kemampuan
mandiri
makan
4. Jelaskan rutinitas perawatan
meningkat
diri
- Kemampuan
ketoilet Edukasi
(BAK/BAB)
1. Anjurkan melakukan
menignkat
perawatan diri secra
- Melakukan
konsisten sesuai
perawatan diri

23
meningkat kemampuan

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma muskuloskletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan


struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan yang paling sering terjadi
akibat trauma muskuloskletal adalah kontusio, strain, sprain dan dislokasi.

Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan lunak
yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang langsung mengenai jaringan,
seperti pukulan, tendangan, atau jatuh. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau
kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul
sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau
kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon) sedangkan Dislokasi adalah
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
kita tentang asuhan keperawatan klien dengan trauma musculoskeletal : kontusio, sprain,
strain dan dislokasi. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. TerimaKasih.

25
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu & Winda AGUSTIN. 2012. Fakto-faktor yng berhubungan dengan keluhan
Muskuloskeletal. Jurnal kesehatan masyarakat. 1 (2):836-844

Andri Andreas.Dr. 2012. Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: AGD Dinkes
Provinsi DKI Jakarta.

Brunner & Suddart. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Inda Sari Fenti. 20219. Faktor Resiko Musculoskeletal. Palembang: Medikes

http://zillyannurse.blogspot.com/2011/11/askep-trauma-muskuloskeletal.html

26

Anda mungkin juga menyukai