Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Analisis
Pencemaran Lingkungan
FAKULTAS TEKNIK
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya kami dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan ini dalam keadaan sehat selalu.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Teknik
Analisis Pencemaran Lingkungan atas bimbingannya, serta terima kasih kepada
teman-teman mahasiswa atas bantuan dan dukungannya, sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan laporan ini, dengan judul “Analisis Kualitas Air
Bawah Tanah di Pura Geger”.
Tujuan dari penyusunan laporan ini yaitu sebagai salah satu tugas dalam
mata kuliah Teknik Analisis Pencemaran Lingkungan. Kami menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi tercapainya
kesempurnaan laporan ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak
dan semakin bertambahnya wawasan kita.
Penyusun,
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
BAB V PENUTUP................................................................................................18
5.1 Kesimpulan............................................................................................18
5.2 Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
LAMPIRAN..........................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sebuah upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol kondisi suatu
lingkungan adalah dengan melakukan pemantauan kualitas air pada waktu
tertentu. Berdasarkan kondisi tersebut, maka diperlukan adanya pengujian kualitas
air tanah baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologi di Pura Geger Dalem
Pemutih, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
Hasil pengujian kualitas air tanah tersebut dilanjutkan dengan
mengidentifikasi status mutu air tanah. Membandingkan hasil pengujian kualitas
air tanah pada sampel dengan baku mutu air Kelas I Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran.
Sehingga dapat ditentukan aman atau tidaknya air tanah yang digunakan oleh
masyarakat adat di Pura Geger Dalem Pemutih.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
sangat bergantung pada air tanah untuk proses penyerapan mineral penting bagi
pertumbuhannya (Sutandi, 2012).
1. Sifat-Sifat Air Tanah
Air tanah pada umumnya mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan,
khususnya dari segi bakteriologis, namun dari segi kimiawi air tanah mempunyai
beberapa karakteristik tertentu tergantung pada lapisan kesadahan, kalsium,
magnesium, pH, besi (Fe), unsur nitrogen dan lain-lainnya. Berikut keuntungan
dan kerugian pemanfaatan air tanah.
a. Keuntungan
- Pada umumnya bebas dari bakteri patogen.
- Dapat digunakan tanpa pengolahan lebih lanjut.
- Lebih praktis dan ekonomis untuk mendapatkannya
b. Kerugian
Air tanah memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibanding sumber air
lainnya karena air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi tinggi.
Zat-zat mineral tersebut antara lain magnesium, kalsium dan besi yang
menyebabkan kesadahan. Biasanya membutuhkan pemompaan untuk
mendapatkannya.
2. Pencemaran Air Tanah
Pencemaran air tanah adalah peristiwa dimana masuknya zat-zat atau
komponen yang lainnya yang menyebabkan kualitas air tanah terganggu bahkan
menurun. Menurut Wardhana (1995), pencemaran air tanah adalah suatu keadaan
dimana air telah mengalami penyimpangan/perubahan dari keadaan normalnya.
Beberapa sumber pencemaran yang meyebabkan menurunnya kualitas air tanah
antara lain; pembuangan limbah ke tanah, sampah dari TPA, tumpahan minyak,
kegiatan pertanian, pembuangan limbah radioaktif, pembuangan limbah cair pada
sumur dalam, dll (Freeze dan Chery 1979 dalam Nurraini 2011).
Jenis polutan air tanah bermacam-macam wujudnya, ada yang berwujud
padat, cair maupun gas. Polutan-polutan tersebut menyebabkan perubahan pada
air tanah baik perubahan fisis, kimia maupun biologi. Perubahan sifat-sifat air itu
bisa dijadikan penanda atau ciri-ciri pencemaran air tanah yang meliputi:
4
a. Perubahan fisis, yaitu terjadinya perubahan pada air yang bisa kita lihat dan
rasakan langsung menggunakan panca indera, seperti berubahnya tingkat
kejernihan air, berubahnya suhu air tanah, serta berubahnya warna dan rasa
air tanah.
b. Perubahan kimia, yaitu berubahnya pH (tingkat keasaman) dan susunan zat
kimia yang terkandung di dalam air tanah.
c. Perubahan biologi, yaitu munculnya bakteri-bakteri berbahaya di dalam air
tanah.
5
BAB III
METODOLOGI ANALISIS
6
Gambar 3.1 Colorimeter
4. Temperatur
Analisis temperatur mengacu pada SNI 06-6989.23-2005 tentang cara uji
suhu dengan termometer. Peralatan yang digunakan yaitu termometer air raksa
yang mempunyai skala sampai 110°C. Secara prinsip, air raksa dalam termometer
akan memuai atau menyusut sesuai dengan panas air yang diperiksa, sehingga
suhu air dapat dibaca pada skala termometer.
5. Kekeruhan
Analisis kekeruhan mengacu pada SNI 06-6989.25-2005 tentang cara uji
kekeruhan dengan nefelometer. Kekeruhan air diukur menggunakan turbidimeter
(nephelometric). Prinsip kerja dari metode nephelometric adalah sumber cahaya
yang dilewatkan pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-
bahan penyebab kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer
formazin sebagai larutan standar dengan satuan NTU.
7
Gambar 3.3 Turbidimeter
6. Residu Terlarut
Analisis residu terlarut mengacu pada SNI 06-6989.27-2005 tentang cara uji
kadar padatan terlarut total secara gravimetri. Metode ini digunakan untuk
menentukan residu terlarut yang terdapat dalam contoh uji air dan air limbah
secara gravimetri. Dalam pengujiannya, penimbangan padatan terlarut total tidak
boleh lebih dari 200 mg. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan yang
mengapung, padatan yang mudah menguap, dan dekomposisi garam mineral.
Secara prinsip, contoh uji yang telah homogen disaring dengan media
penyaring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada media penyaring
berpori 2 µm dikeringkan pada kisaran pada suhu 180ºC hingga mencapai berat
tetap. Kenaikan berat saringan mewakili total padatan terlarut (TDS).
3.2.2 Parameter Kimia
1. Derajat Keasaman (pH)
Analisis pH mengacu pada SNI 6989.11:2019 tentang cara uji derajat
keasaman (pH) dengan menggunakan pH meter. Prinsip penggunaan pH meter
yaitu mengukur pH berdasarkan aktivitas ion hidrogen secara potensiometri.
8
Gambar 3.4 pH meter
2. Besi
Analisis kadar besi mengacu pada SNI 6989.4:2009 tentang cara uji besi
(Fe) secara spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala. Metode ini digunakan
untuk penentuan logam besi (Fe) total dan terlarut dalam air dan air limbah secara
spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala pada kisaran kadar Fe 0,3 mg/L
sampai dengan 10 mg/L dengan panjang gelombang 248,3 nm.
Prinsip pengujian ini yaitu analit logam besi dalam nyala udara asetilen
diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi elektromagnetik yang berasal
dari lampu katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.
3. Krom Total
Analisis krom total mengacu pada SNI 06-6989.17-2004 tentang cara uji
krom total (Cr-T) dengan metode spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala.
Metode ini digunakan untuk penentuan logam krom total, Cr-T dalam air dan air
limbah secara spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala pada kisaran kadar Cr
0,2 mg/L sampai dengan 5,0 mg/L dan panjang gelombang 357,9 nm.
Prinsipnya yaitu dengan menambahkan asam nitrat yang bertujuan untuk
melarutkan analit logam dan menghilangkan zat pengganggu yang terdapat dalam
contoh uji dalam air dan air limbah dengan bantuan pemanas listrik, kemudian
diukur dengan SSA menggunakan gas asetilen, C2H2.
4. Phenol
9
Analisis kadar fenol mengacu pada SNI 06-6989.21-2004 tentang cara uji
kadar fenol secara spektrofotometri. Metode ini digunakan untuk penentuan kadar
fenol dalam air dan air limbah menggunakan aminoantipirin dengan alat
spektrofotometer. Kadar fenol yang di ukur antara 0,005 mg/L sampai dengan 0,1
mg/L menggunakan panjang gelombang 460 nm dan untuk kadar fenol lebih besar
dari 0,1 mg/L menggunakan panjang gelombang 500 nm. Prinsip metode
pengujian ini yaitu semua fenol dalam air akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin
pada pH 7,9 ± 0,1 dalam suasana larutan kalium ferri sianida akan
membentuk warna merah kecoklatan dari antipirin. Warna yang terbentuk diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 460 nm atau 500 nm.
5. Amonia
Analisis amonia mengacu pada SNI 06-6989.30-2005 tentang cara uji kadar
amonia dengan spektrofotometer secara fenat. Cara uji ini digunakan untuk
penentuan kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat dalam contoh air
dan air limbah pada kisaran kadar 0,1 mg/L sampai dengan 0,6 mg/L NH 3-N pada
panjang gelombang 640 nm. Secara prinsip, amonia bereaksi dengan hipoklorit
dan fenol yang dikatalisis oleh natrium nitroprusida membentuk senyawa biru
indofenol.
6. Detergen
Kandungan senyawa dalam detergen berupa surface active atau disebut
surfaktan. Kadar surfaktan anion dianalisis dengan metode MBAS (Methylene
Blue Active Surfactant). Metode ini digunakan dalam SNI 06-6989.51-2005
dengan menambahkan methylene blue yang berkaitan dengan surfaktan. Ikatan
keduanya dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
3.2.3 Parameter Mikrobiologi
1. Fecal Coliform
Prosedur dalam melakukan pengujian mikrobiologi mengacu SNI 01-
2332.1-2006 tentang penentuan coliform dan eschericia coli dan mengacu pada
metode MPN berdasaran jurnal Sutton (2010) dalam jurnal The Most Probable
Number Method and Its Uses in Enumeration, Qualification, and Validation.
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan
data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam
10
seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan
jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga
dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan
volume atau massa sampel (Aryanta, 2001).
2. Total Coliform
Prosedur dalam melakukan pengujian mikrobiologi mengacu SNI 01-
2332.1-2006 tentang penentuan coliform dan eschericia coli dan mengacu pada
metode MPN berdasaran jurnal Sutton (2010) dalam jurnal The Most Probable
Number Method and Its Uses in Enumeration, Qualification, and Validation.
11
BAB IV
Baku Mutu
Parameter Satuan Hasil Pengukuran
Air Kelas I
Fisika
Rasa* - Tidak berasa Asin
Bau* - Tidak berbau Tidak berbau
Warna* Skala TCU 15 5
Temperatur °C Deviasi 3 26,4
Kekeruhan Skala NTU 5 0,30
Residu Terlarut mg/L 1000 225
Kimia Anorganik
Ph - 6-9 7,82
Besi mg/L 0,3 0,2
Krom Total mg/L 0,05 <0,02
Phenol μg/L 1 <0,01
Amonia mg/L 0,5 <0,01
Detergen μg/L 200 <0,05
Mikrobiologi
12
4.2 Identifikasi Data Kualitas Air Tanah
Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi
cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan.
4.2.1 Parameter Fisik
1. Rasa
Untuk memenuhi standar dari Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010,
salah satu syarat air bersih adalah tidak berasa. Sedangkan pada Tabel 4.1, hasil
pengukuran parameter fisik, yaitu rasa menunjukkan rasa asin. Sehingga rasa air
tanah di Pura Geger belum memenuhi standar baku mutu air bersih.
Keterdapatan air tanah asin pada hasil pengukuran disebabkan karena lokasi
Pura Geger yang berada di pesisir pantai, sehingga rasa asin berasal dari intrusi
air. Intrusi air laut (asin) adalah pergerakan air asin ke akuifer air tawar yang
dapat mengkontaminasi sumber air minum. Intrusi air asin dapat terjadi secara
alami hingga derajat tertentu pada sebagian besar akuifer pantai, dikarenakan
adanya hubungan hidrolik antara air tanah dan air laut.
2. Bau
Menurut Effendi (2003), air yang baik dan aman untuk dikonsumsi adalah
air yang memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat.
Untuk memenuhi standar dari Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010, salah
satu syarat air bersih adalah tidak berbau. Pada Tabel 4.1, hasil analisis sampel
yang diambil tidak menunjukkan adanya kelainan dalam sifat bau. Maka termasuk
dalam kategori aman dan layak digunakan sebagai air bersih atau air minum.
3. Warna
Pada Tabel 4.1, hasil pengukuran warna pada sampel yaitu 5 TCU. Apabila
dibandingkan dengan standar baku mutu dari Permenkes No.
492/MENKES/PER/IV/2010, kadar zat warna yang diperbolehkan yaitu lebih
kecil atau sama dengan 15 skala TCU. Kadar zat warna yang terkandung pada air
tanah di Pura Geger tersebut memenuhi baku mutu air yang dapat digunakan bagi
manusia
Menurut Soemirat (2009), air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari harus jernih dan tidak berwarna. Warna pada air disebabkan oleh
13
adanya bahan kimia atau mikroorganik (plankton) yang terlarut di dalam air.
Warna yang disebabkan bahan-bahan kimia disebut apparent color yang
berbahaya bagi tubuh manusia. Warna yang disebabkan oleh mikroorganisme
disebut true color yang tidak berbahaya bagi kesehatan.
4. Temperatur
Temperatur merupakan parameter fisik yang dapat diuji dengan
menggunakan alat termometer. Pengukuran dilakukan secara in situ (pengukuran
yang dilakukan langsung pada saat pengambilan sampel dan tanpa diawetkan).
Temperatur air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan,
terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan temperatur menyebabkan
terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga
mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen dalam air (Effendi, 2003).
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa standar baku
mutu air Kelas I untuk temperatur yaitu deviasi 3 yang artinya, jika T normal air
25 °C, maka kriteria Kelas I membatasi T air di kisaran 22 °C – 28 °C. Sementara
hasil pengukuran temperatur sampel air yaitu 26,4 °C, dengan demikian berarti
temperatur air tanah di Pura Geger termasuk memenuhi standar baku mutu air
bersih, yaitu kategori aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
5. Kekeruhan
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa hasil
pengukuran kekeruhan pada sampel yaitu 0,30 NTU. Apabila dibandingkan
dengan baku mutu air bersih Kelas I, nilai kekeruhan maksimal yang diizinkan
adalah sebesar 5 NTU, maka kekeruhan pada sampel masih berada di bawah baku
mutu air. Dengan demikian berarti kekeruhan air tanah di Pura Geger termasuk
memenuhi standar baku mutu air bersih, yaitu kategori aman dan layak digunakan
sebagai air bersih.
6. Residu Terlarut
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa hasil
pengukuran kadar residu terlarut pada sampel yaitu 225 mg/L. Apabila
dibandingkan dengan baku mutu air bersih Kelas I, nilai residu terlarut maksimal
yang diizinkan adalah sebesar 1000 mg/L, maka kadar residu terlarut pada sampel
masih lebih kecil dari baku mutu air. Dengan demikian berarti kadar residu
14
terlarut air tanah di Pura Geger termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih,
yaitu kategori aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
4.2.2 Parameter Kimia
1. Derajat Keasaman (pH)
pH merupakan suatu parameter untuk menentukan kadar asam dan basa
dalam suatu perairan. Sudadi (2003) menyebutkan bahwa apabila air sampel
memiliki nilai pH ≤ 6 maka air tesebut bersifat asam dan dapat menimbulkan
korosi pada pipa sehingga melarutkan unsur-unsur (logam) tertentu yang akan
bersifat racun. Sedangkan, apabila pH ≥ 8,5 maka akan menyebabkan
terbentuknya endapan (kerak) pada pipa sehingga menghasilkan trihalomethane
yang bersifat racun.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa hasil
pengukuran nilai pH pada sampel yaitu 7,82. Apabila dibandingkan dengan baku
mutu air bersih Kelas I, nilai pH memiliki rentang antara 6 – 9, maka nilai pH
pada sampel masih berada di dalam batas aman baku mutu air. Dengan demikian
berarti nilai pH air tanah di Pura Geger termasuk memenuhi standar baku mutu air
bersih, yaitu kategori aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
2. Besi
Besi atau ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan yang
pada umumnya sukar larut di dalam tanah. Unsur besi terdapat hampir pada semua
air tanah (Kurniawan, 2014). Air tanah (sumur) pada umumnya mengandung zat
besi (Fe). Kandungan besi dalam air berasal dari tanah yang mengandung
kandungan mineral dan logam yang dapat larut dalam air tanah. Keberadaan
kandungan besi dalam air dapat menyebabkan air menjadi berwarna, berbau, dan
berasa.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat hasil pengukuran
kandungan besi pada sampel air yaitu 0,2 mg/L. Apabila dibandingkan dengan
baku mutu air bersih Kelas I, batas aman kandungan besi yaitu sebesar 0,3 mg/L,
maka kandungan besi pada sampel masih lebih kecil dari baku mutu air. Dengan
demikian berarti kandungan besi air tanah di Pura Geger termasuk memenuhi
standar baku mutu air bersih, yaitu kategori aman dan layak digunakan sebagai air
bersih.
15
Umumnya, kandungan besi yang terdapat pada air tanah karena adanya
faktor alami. Faktor alami tersebut dihasilkan oleh jenis tanah dan batuan yang
menyusun wilayah tersebut.
3. Krom Total
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa hasil
pengukuran kandungan krom total pada sampel yaitu <0,02 mg/L. Apabila
dibandingkan dengan baku mutu air bersih Kelas I, nilai kandungan krom total
maksimal yang diizinkan adalah sebesar 0,05 mg/L, maka kandungan krom total
pada sampel masih berada lebih kecil dari baku mutu air. Dengan demikian berarti
kandungan krom total air tanah di Pura Geger termasuk memenuhi standar baku
mutu air bersih, yaitu kategori aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
4. Phenol
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa hasil
pengukuran kandungan fenol pada sampel yaitu <0,01 μg/L. Apabila
dibandingkan dengan baku mutu air bersih Kelas I, nilai kandungan fenol
maksimal yang diizinkan adalah sebesar 1 μg/L, maka kandungan fenol pada
sampel masih lebih kecil dari baku mutu air. Dengan demikian berarti kandungan
fenol air tanah di Pura Geger termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih,
yaitu kategori aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
5. Amonia
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa hasil
pengukuran kandungan amonia pada sampel yaitu <0,01 mg/L. Apabila
dibandingkan dengan baku mutu air bersih Kelas I, nilai kandungan amonia
maksimal yang diizinkan adalah sebesar 0,5 mg/L, maka kandungan amonia pada
sampel masih lebih kecil dari baku mutu air. Dengan demikian berarti kandungan
amonia air tanah di Pura Geger termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih,
yaitu kategori aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
6. Detergen
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa hasil
pengukuran kandungan detergen pada sampel yaitu <0,05 μg/L. Apabila
dibandingkan dengan baku mutu air bersih Kelas I, nilai kandungan detergen
16
maksimal yang diizinkan adalah sebesar 200 μg/L, maka kandungan detergen
pada sampel masih lebih kecil dari baku mutu air.
Dengan demikian berarti kandungan detergen air tanah di Pura Geger
termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih, yaitu kategori aman dan layak
digunakan sebagai air bersih. Sangat rendahnya kandungan detergen pada air
tanah di Pura Geger, mengindikasikan lokasinya yang jauh dari sumber pencemar,
seperti industri ataupun domestik.
4.2.3 Parameter Mikrobiologi
1. Fecal Coliform
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat hasil pengukuran
fecal coliform pada sampel air yaitu 0 jml/100 mL. Apabila dibandingkan dengan
baku mutu air bersih Kelas I, batas aman kandungan fecal coliform yaitu sebesar
100 jml/100 mL. Dengan demikian berarti kandungan fecal coliform air tanah di
Pura Geger termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih.
2. Total Coliform
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.1, dapat dilihat hasil pengukuran
total coliform pada sampel air yaitu 0 jml/100 mL. Apabila dibandingkan dengan
baku mutu air bersih Kelas I, batas aman kandungan total coliform yaitu sebesar
1000 jml/100 mL. Dengan demikian berarti kandungan total coliform air tanah di
Pura Geger termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih.
Bakteri Coliform fecal adalah sub kelompok bakteri coliform total. Mereka
ada di usus dan kotoran manusia dan hewan (WA Depth Health, 2016). Tidak
terdapatnya bakteri kelompok coliform pada air tanah di Pura Geger,
mengindikasikan lokasinya yang jauh dari sumber pencemar. Air yang
mengandung Coli dianggap telah terkontaminasi (tercemar) dengan kotoran
manusia (Sutrisno, 1991).
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
semua parameter uji penentuan kualitas air tanah di Pura Geger memenuhi standar
baku mutu air bersih Kelas I menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2001. Jumlah parameter yang diuji ada 14, yaitu meliputi 6
secara fisik (rasa, bau, warna, temperatur, kekeruhan, dan residu terlarut), 6 secara
kimia (pH, besi, krom total, phenol, amonia, dan detergen), serta 2 secara
mikrobiologi (fecal coliform dan total coliform). Dengan demikian, air tanah di
Pura Geger aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
5.2 Saran
Terdapat hal yang dapat disarankan bagi penelitian selanjutnya, yaitu
menganalisis status mutu air tanah menggunakan metode storet berdasarkan
pengumpulan data kualitas air tanah secara periodik.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Asmi Nur dkk. 2016. Analisis dan Identifikasi Status Mutu Air Tanah di
Kota Singkawang Studi Kasus Kecamatan Singkawang Utara.
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Ameilia, Dina. 2018. Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal untuk Keperluan Air
Minum di Desa Pematang. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 06-6989.17-2004. Air dan Air Limbah – Bagian
17: Cara Uji Krom Total (Cr-T) dengan Metode Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA) – Nyala.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 06-6989.23-2005. Air dan Air Limbah – Bagian
23: Cara Uji Suhu dengan Termometer.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 06-6989.25-2005. Air dan Air Limbah – Bagian
25: tentang Cara Uji Kekeruhan dengan Nefelometer.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 06-6989.27-2005. Air dan Air Limbah – Bagian
27: Cara Uji Kadar Padatan Terlarut Total Secara Gravimetri.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 06-6989.30-2005. Air dan Air Limbah – Bagian
30: Cara Uji Kadar Amonia dengan Spektrofotometer Secara Fenat.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 6989.11:2019. Air dan Air Limbah – Bagian
11: Cara Uji Derajat Keasaman (pH) dengan Menggunakan pH Meter.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 6989.4:2009. Air dan Air Limbah – Bagian 4:
Cara Uji Besi (Fe) Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) –
Nyala.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 6989.58:2008. Air dan Air Limbah – Bagian
58: Metode Pengambilan Contoh Air Tanah.
Badan Standarisasi Nasional. SNI 06-6989.21-2004. Air dan Air Limbah – Bagian
21: Cara Uji Kadar Fenol Secara Spektrofotometri.
Citaningtyas, Stefanie Dini. 2019. Uji Kualitas Air Tanah Warga Terhadap
Sumber Potensi Cemaran Berdasarkan Keadaan Ekologis di Kampung
Soropadan, Depok, Sleman, Yogyakarta. Skripsi Program Studi
19
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Gustiningsih, Adinda. 2018. Analisa Kadar Zat Warna, pH dan Suhu Pada Air
Siap Minum PDAM Tirtanadi Kota Medan. Laporan Tugas Akhir
Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara.
Hanisa, Estu dkk. 2017. Penentuan Status Mutu Air Sungai Berdasarkan Metode
Indekskualitas Air–National Sanitation Foundation (Ika-Nsf) Sebagai
Pengendalian Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik Lingkungan, Vol.
6, No. 1.
Indrawan, Taufik dkk. 2012. Kajian Pemanfaatan dan Kelayakan Kualitas Air
Tanah untuk Kebutuhan Domestik dan Industri Kecil-Menengah di
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Jawa Tengah. Majalah Geografi
Indonesia, Vol. 26, No. 1, Hal. 46-59.
Mastika, Mila dkk. 2017. Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut
dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten
Sambas Berdasarkan Parameter Fisik. Prisma Fisika, Vol. 5, No. 1,
Hal. 31-36.
Nurraini, Yuli. 2011. Kualitas Air Tanah Dangkal di Sekitar Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Cipayung Kota Depok. Skripsi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Sari, Mayang & Mifta Huljana. 2019. Analisis Bau, Warna, TDS, pH, dan
Salinitas Air Sumur Gali di Tempat Pembuangan Akhir. Alkimia:
Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan, Vol. 3, No. 1.
20
Sundra, I Ketut. 2012. Kualitas Air Bawah Tanah di Wilayah Pesisir Kabupaten
Badung. Ecotrophic. Vol. 1, No. 2.
Zahara, Rita. 2018. Analisis Kualitas Sumber Air Tanah Asrama Mahasiswa UIN
Ar – Raniry Banda Aceh Ditinjau dari Parameter Kimia. Skripsi
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
21
LAMPIRAN
22
Air Bawah Air bawah
Air Bawah Air Bawah Air bawah
Tanah Tanah
N KELAS Tanah Pura Tanah Pura Tanah
PARAMETER SATUAN Tanjung Kedongana
o Petitenget Geger Jimbaran
Benoa n
I II III IV Kelas I
13 Fecal Coliform Jml/100ml 100 1000 2000 2000 0 0 0 0 0
14 Total Coliform Jml/100ml 1000 5000 10000 10000 0 0 0 22 0
23