Oleh:
Kelompok 1
I Nyoman Waisnawa Budiswara (19053520450006)
Yano Aristo Lende (19053520450007)
Om Swastyastu,
Puja dan Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara Nugrahan-Nya lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Analisis Kualitas Air
Tanah Di Pura Petitenget ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari tugas ini adalah untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Teknik Analisis Pencemaran Lingkungan. Selain itu, tugas ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kualitas air tanah berdasarkan parameter
fisika, kimia, dan mikrobiologi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak I Kadek Ardi Putra, S.T.,
M.Si, selaku Dosen Mata Kuliah Teknik Analisis Pencemaran Lingkungan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
tugas ini.
Om Santih, Santih, Santih Om
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud 2
1.3 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Air Tanah 3
2.2 Permasalahan Air Tanah 4
2.3 Beban Pencemar Pada Air tanah 4
2.4 Faktor Penentu Kualitas Air Tanah 5
2.5 Pura Petitenget 7
BAB III METODOLOGI 8
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 8
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 8
3.3 Prosedur Pengambilan Sampel dan Pengujian Mikrobiologi 9
3.4 Analisis Data 10
3.5 Pengujian Parameter Fisika 10
3.6 Pengujian Parameter Kimia 11
3.7 Pengujian Parameter Biologi 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15
4.1 Hasil dan Pembahasan 15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 20
5.1 Kesimpulan 20
5.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN-LAMPIRAN 24
BAB I
PENDAHULUAN
1
untuk mempelajari air bawah tanah masih sangat minim sehingga ahli ABT pun
masih sangat terbatas.
Meningkatnya kebutuhan air baku untuk berbagai keperluan dan memacu
aktivitas eksploitasi sumber daya ABT. Karena eksploitasi ABT yang semakin
meningkat tersebut menyebabkan timbul pertanyaan, seberapa jauh potensi ABT
yang ada mampu berpartisipasi dalam pemenuhan air baku tersebut. Berapa potensi
ABT yang ada dan berapa besar yang telah dimanfaatkan untuk keperluan penduduk
dan industri.
Oleh karena itu, penulisan tugas ini diperuntukkan untuk menganalisis air
tanah Pura Petitenget dengan mengacu pada baku mutu air Kelas I Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/
MENKES/PER/IV/2010. Sehingga nantinya dapat diketahui sejauh mana air tanah
Pura Petitenget dapat dimanfaatkan untuk keperluan penduduk.
1.2 Maksud
Maksud dari analisis ini adalah untuk mengetahui kondisi air tanah di Pura
Petitenget, Jl. Petitenget, Kerobokan Kelod, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung,
Bali yang mengacu pada baku mutu air Kelas I Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/
MENKES/PER/IV/2010. Kondisi air tanah yang dianalisis yaitu berdasarkan
parameter secara fisika, kimia, dan mikrobiologi.
1.3 Tujuan
Secara umum disebutkan bahwa tujuan dari tugas ini adalah:
1. Untuk mengetahui kualitas air tanah Pura Petitenget yang ditinjau dari
parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi yang mengacu pada baku mutu air
Kelas I Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 492/ MENKES/PER/IV/2010.
2. Untuk mengetahui sejauh mana air tanah Pura Petitenget dapat dimanfaatkan
sebagai air minum.
2
3. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Analisis Pencemaran
Lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Permasalahan Air Tanah
Air tanah, khususnya dalam pemakaian rumah tangga dan industri pada
wilayah urban dan dataran rendah memiliki kecenderungan kandungan asam organik
dan kadar besi yang tinggi. Hal ini kemudian dapat diakibatkan dari kondisi geologis
yang secara alami dengan deposit Fe tinggi terutama diakibatkan pula oleh aktivitas
manusia yang berada di daerah lereng gunung. Sementara air dengan kandungan
asam organik tinggi bisa diakibatkan oleh lahan gambut atau daerah bakau yang kaya
akan kandungan senyawa organik. Ciri-ciri air yang mengandung kandungan
senyawa organik tinggi dan kadar besi tinggi bisa dilihat sebagai berikut:
1. Air dengan kandungan zat besi yang tinggi kemudian akan menyebabkan air
berwarna kuning. Saat keluar dari keran air akan tampak jernih namun
beberapa saat setelahnya air akan berubah warna menjadi kuning. Hal ini
disebabkan oleh air yang berasal dari sumber air sebelum keluar dari kran
berada dalam bentuk ion Fe2+, setelah keluar dari kran Fe2+ akan teroksidasi
menjadi Fe3+ yang berwarna kuning.
2. Air kuning permanen umumnya terdapat di daerah bakau dan tanah gambut
yang kaya akan kandungan senyawa organik. Berbeda dengan kuning yang
diakibatkan oleh kadar besi tinggi, air kuning permanen ini berwarna kuning
saat pertama keluar dari kran hingga setelah di diamkan akan tetap berwarna
demikian.
4
air tersebut menjadi cemar. Pada pasal 8 disebutkan penggolongan air berdasarkan
peruntukkannya yang diikuti dengan kriteria kualitas air tersebut sesuai dengan
golongannya, yaitu:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
5
berpengaruh terhadap kualitas air, antara lain Kesadahan, Zat Padat Terluar (Total
Disolve Solid atau TDS), Daya Hantar Listrik (DHL), Keasaman dan Kandungan Ion.
6
2.5 Pura Petitenget
Pura Petitenget merupakan salah satu Pura Dang Kahyangan yang berlokasi di
Kabupaten Badung, tepatnya di Banjar Batu Belig, Desa Adat Kerobokan, Kecamatan
Kuta Utara. Pura Petitenget berada di pinggir Pantai Petitenget
Pura Petitenget dikelilingi oleh villa, hotel, dan restoran. Di depan Pura
terdapat tempat parkir yang dijaga oleh pecalang (komunitas keamanan lokal). Warga
desa Kerobokan sebagai warga utama dari pura ini. Pura ini dibangun di sebidang
tanah yang lebih tinggi dari pada tanah di sekitarnya.
Di sebelah Barat pura terdapat pantai Petitenget. Pada Hari Melasti/Mekiyis,
pantai biasanya digunakan untuk Melis bagi warga desa adat Kerobokan,
Padangsambian serta Dalung.
7
BAB III
METODOLOGI
8
pH meter, termometer, tali dan tissu. Sementara itu, alat-alat yang digunakan pada
saat pengujian di laboratorium adalah alat tulis, autoclave, bunsen, cawan petri, gelas
ukur, jarum ose, kertas label, rak tabung reaksi, tabung reaksi, pipet volume, tabung
erlenmeyer, spatula, tabung durham, dan tissu.
Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, alkohol 70 %, sampel air
sumur, spiritus, media BGLB (Briliant Green Lactose Briliant Broth), media LB
(Lactose Broth), dan media EMB (Eosin Methylen Blue). Contoh gambar alat dan
bahan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Contoh Alat dan Bahan Penelitian
9
3.4 Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode Deskriptif. Deskriptif merupakan metode untuk menganalisis hasil penelitian
dari data yang didapat terhadap peraturan mengenai baku mutu kualitas air yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas I dan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 492/ MENKES/PER/IV/2010.
10
dan tanah gambut yang kaya akan kandungan senyawa organik. Berbeda dengan
kuning yang diakibatkan oleh kadar besi tinggi, air kuning permanen ini berwarna
kuning saat pertama keluar dari kran hingga setelah di diamkan akan tetap berwarna
demikian. Metode pengamatan yang dipakai yaitu Organoleptik.
d. Temperatur
Kedua sampel air sumur dimasukkan ke dalam dua buah gelas kimia masing-
masing 500 mL. Pengujian dilakukan dengan menggunakan termometer untuk
mengetahui suhu air sumur yang terdapat pada gelas kimia tersebut. Pengambilan
data dilakukan sebanyak dua kali.
e. Kekeruhan
Kekeruhan air diukur menggunakan turbidimeter (nephelometric). Prinsip
kerja dari metode nephelometric adalah sumber cahaya yang dilewatkan pada sampel
dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur
dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar dengan
satuan NTU.
f. Residu Terlarut
Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat
dalam contoh uji air dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk
penentuan bahan yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi
garam mineral. Padatan tersuspensi total (TSS), adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2µm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid
Cara uji dan Prinsip : Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas
saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai
mencapai berat konstan pada suhu 103°C sampai dengan 105°C. Kenaikan berat
saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi
menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan
perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi
TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total (Kesmas,
2020).
11
3.6 Pengujian Parameter Kimia
a. pH
Alat: pH Meter
Cara kerja:
pH Meter dicelupkan pada sampel air
Angka pada layar menunjukkan pH
Dibawah 7 air semakin asam sedangkan diatas 7 air semakin basa.
b. Besi
Analisis kadar besi mengacu pada SNI 6989.4:2009 tentang cara uji besi (Fe)
secara spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala. Metode ini digunakan untuk
penentuan logam besi (Fe) total dan terlarut dalam air dan air limbah secara
spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala pada kisaran kadar Fe 0,3 mg/L sampai
dengan 10 mg/L dengan panjang gelombang 248,3 nm.
Prinsip pengujian ini yaitu analit logam besi dalam nyala udara asetilen
diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi elektromagnetik yang berasal dari
lampu katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.
c. Krom Total
Analisis krom total mengacu pada SNI 06-6989.17-2004 tentang cara uji
krom total (Cr-T) dengan metode spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala.
Metode ini digunakan untuk penentuan logam krom total, Cr-T dalam air dan air
limbah secara spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala pada kisaran kadar Cr 0,2
mg/L sampai dengan 5,0 mg/L dan panjang gelombang 357,9 nm.
Prinsipnya yaitu dengan menambahkan asam nitrat yang bertujuan untuk
melarutkan analit logam dan menghilangkan zat pengganggu yang terdapat dalam
contoh uji dalam air dan air limbah dengan bantuan pemanas listrik, kemudian diukur
dengan SSA menggunakan gas asetilen, C2H2.
d. Phenol
Analisis kadar fenol mengacu pada SNI 06-6989.21-2004 tentang cara uji
kadar fenol secara spektrofotometri. Metode ini digunakan untuk penentuan kadar
12
fenol dalam air dan air limbah menggunakan aminoantipirin dengan alat
spektrofotometer. Kadar fenol yang di ukur antara 0,005 mg/L sampai dengan 0,1
mg/L menggunakan panjang gelombang 460 nm dan untuk kadar fenol lebih besar
dari 0,1 mg/L menggunakan panjang gelombang 500 nm. Prinsip metode pengujian
ini yaitu semua fenol dalam air akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin pada pH 7,9 ±
0,1 dalam suasana larutan kalium ferri sianida akan membentuk warna merah
kecoklatan dari antipirin. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 460 nm atau 500 nm.
e. Amonia
Analisis amonia mengacu pada SNI 06-6989.30-2005 tentang cara uji kadar
amonia dengan spektrofotometer secara fenat. Cara uji ini digunakan untuk penentuan
kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat dalam contoh air dan air limbah
pada kisaran kadar 0,1 mg/L sampai dengan 0,6 mg/L NH3-N pada panjang
gelombang 640 nm. Secara prinsip, amonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang
dikatalisis oleh natrium nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol.
f. Detergen
Kandungan senyawa dalam detergen berupa surface active atau disebut
surfaktan. Kadar surfaktan anion dianalisis dengan metode MBAS (Methylene Blue
Active Surfactant). Metode ini digunakan dalam SNI 06-6989.51-2005 dengan
menambahkan methylene blue yang berkaitan dengan surfaktan. Ikatan keduanya
dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
13
• Medium BGBB
• Medium EMBA
Cara Kerja:
a. Uji Dugaan
Medium kaldu laktosa dengan konsentrasi berbeda dimasukkan ke dalam
Sembilan buah tabung reaksi yang berisi tabung Durham. Volume medium kaldu
laktosa yang dituangkan ke dalam tabung reaksi harus menenggelamkan tabung
durham di dalamnya. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ketentuan konsentrasi medium kaldu laktosa dan volume sampel yang dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yaitu:
• Tiga buah tabung reaksi yang berisi medium kaldu laktosa konsentrasi ganda
dimasukkan maisng-masing 10 ml sampel yang telah diencerkan.
• Tiga buah tabung reaksi yang berisi medium kaldu laktosa konsentrasi normal
dimasukkan masing-masing 1 ml sampel yang telah diencerkan.
Selanjutnya semua tabung diinkubasi pada suhu 370oC selama 24 jam. Hasil
positif ditunjukkan dengan adanya gas dalam tabung Durham.
b. Uji Penetapan
Sampel pada tabung reaksi yang menunjukkan hasil positif pada uji dugaan,
diinokulasikan ke dalam medium BGBB yang ditampung di tabung reaksi berisi
tabung Durham. Cara menginokulasikan sampel ke medium yakni dengan mengambil
satu tetes sampel menggunakan jarum ose. Kemudian medium diinkubasikan pada
suhu 370oC selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan oleh adanya gas pada tabung
Durham. Elanjutnya sampel pada tabung yang menunjukkan hasil positif pada
inokulasi di medium BGBB digoreskan pada medium EMBA dalam cawan petri dan
diinkubasi pada suhu suhu 370C selama 24 jam. Bila dalam sampel terdapat golongan
coli, maka terlihat adanya koloni yang berwarna merah kehijauan yang mengkilat
pada cawan petri. Kemudian hasil yang didapat, dicocokkan dengan tabel MPN untuk
memperoleh nilai total coliform. Setelah diketahui nilai toral coliform selanjutnya
dapat diketahui nilai e.coli pada sampel dengan prosedur yang hampir serupa.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Ammonia mg/L 0,5 <0,01
Detergen µg/L 200 <0,05
Mikrobiologi
Fecal coliform Jml /100 mL 100 0
Total coliform Jml/100 mL 1000 0
*melebihi baku mutu
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa, diantara 14 parameter uji yang
digunakan sebagai pengukuran kualitas air tanah di pura petitenget, terdapat 3
parameter kualitas air yang melebihi Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
sebagai baku mutu air bersih Kelas I. Parameter tersebut adalah Rasa, Residu Terlarut
dan Besi. Sementara untuk parameter lainnya masih memenuhi syarat dari kualitas air
bersih Kelas I.
Parameter Fisika
1. Rasa
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010,
Salah satu syarat air bersih adalah tidak berasa. Sedangkan pada tabel 1, hasil
pengukuran parameter fisika, yaitu rasa menunjukkan rasa asin. Sehingga rasa air
tanah di pura petitenget belum memenuhi standar baku mutu air bersih. Rasa asin
menandakan air bawah tanah pura petitenget telah terinstrusi oleh air laut sehingga
terasa asin. Mengingat lokasi pura petitenget merupakan dataran rendah yang dekat
dengan pantai.
2. Bau
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, air
yang layak untuk dikonsumsi manusia adalah yang tidak berbau. Sedangkan pada
tabel 1, hasil pengukuran menunjukkan tidak berbau. Sehingga hasil analisis
menunjukkan air aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
3. Warna
Sampel yang diuji memiliki zat warna yang berada di bawah ambang batas
maksimum yang diperbolehkan untuk keperluan air minum yaitu <15 TCU. Peraturan
16
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 memberikan
batas maksimum untuk parameter warna adalah 15 TCU. Berdasarkan keterangan
tersebut, sampel air tanah masih berada dalam ambang batas yang diperbolehkan.
4. Temperatur
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa standar baku mutu
air kelas I untuk temperature yaitu deviasi 3 yang artinya jika T normal air 25°C,
maka kriteria Kelas I membatasi T air di kisaran 21°C – 28°C. Sementara hasil
pengukuran temperatur 27,3 oC, Dengan demikian berarti temperatur air tanah di pura
petitenget termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih, yaitu kategori aman dan
layak digunakan sebagai air bersih.
5. Kekeruhan
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran
kekeruhan pada sampel yaitu 0,48 NTU. Apabila dibandingkan dengan baku mutu air
bersih kelas I, nilai kekeruhan maksimal yang diizinkan adalah sebesar 5 NTU, maka
kekeruhan pada sampel masih berada di bawah baku mutu air. Dengan demikian
berarti kekeruhan air tanah di pura petitenget memenuhi baku mutu air bersih, yaitu
aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
6. Residu Terlarut
Residu terlarut menunjukkan banyaknya zat yang terlarut di dalam air.
Makin tinggi kadar residu terlarut, maka makin banyak mineral‐mineral yang
terkandung dalam sumber air tersebut.
Berdasarkan analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran kadar
residu terlarut pada sampel yaitu 7500 mg/L. apabila dibandingkan dengan baku mutu
air bersih kelas I PP No 82 Tahun 2001, nilai residu terlarut maksimal yang diizinkan
adalah sebesar 1000 mg/L, maka kadar residu terlarut pada sampel telah melebihi
baku mutu air, dapat dipastikan bahwa terdapat banyak mineral yang terkandung
dalam air tanah pura petitenget biasanya hal ini terjadi karena pelapukan batuan
disekitar sumur atau mineral dalam tanah yang merembes kedalam disertai intrusi
dari laut.
Parameter Kimia Anorganik
17
7. pH
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa pengukuran nilai
pH pada sampel yaitu 7,96. Apabila dibandingkan dengan baku mutu air kelas I, yaitu
nilai pH pada rentang 6-9. Maka nilai pH pada sampel masih berada di dalam batas
aman baku mutu air. Dengan demikian nilai pH air tanah pura petitenget termasuk
memenuhi standar baku mutu air bersih, yaitu kategori aman dan layak digunakan
sebagai air bersih.
8. Besi (Fe)
Besi atau ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan yang pada
umumnya sukar larut di dalam tanah. Unsur besi terdapat hampir pada semua air
tanah (Kurniawan, 2014). Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1. menunjukkan
bahwa sampel yang diuji memiliki kandungan besi melewati baku mutu air Kelas I
dengan kadar nilai 0,33 mg/L. Tingginya kandungan Besi yang terdapat pada sampel
diduga karena adanya faktor alami dikarenakan tidak adanya sektor industri ataupun
aktivitas yang dapat menimbulkan limbah maupun menyumbang kandungan Besi ke
dalam air tanah. Faktor alami tersebut dihasilkan oleh jenis tanah dan batuan yang
menyusun wilayah tersebut.
Menurut Sudadi (2003) sebagian besar unsur Besi terdapat pada tanah yang
mengandung batuan sedimen yang mengandung oksida besi, karbonat dan sulfida.
Wilayah pura petitenget merupakan salah satu wilayah yang memiliki jenis tanah
dengan batuan penyusun berupa sedimen yang banyak mengandung unsur mineral
sehingga menjadi faktor penyebab tingginya kandungan besi yang terdapat dalam air
tanah di wilayah tersebut. Kadar Besi yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya
karat pada peralatan logam, serta dapat memudarkan warna pada pakaian, selain itu
air yang memiliki kadar besi lebih dari 1 mg/L dapat menimbulkan gangguan
kesehatan berupa iritasi pada mata maupun kulit (Joko, 2010 dalam Purwonugroho,
2013)
9. Krom Total
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran
kandungan krom total pada sampel yaitu <0,02 mg/L. jika dibandingkan dengan baku
18
mutu air bersih kelas I, nilai kandungan krom total maksimal yang diizinkan adalah
sebesar 0,05 mg/L. maka kandungan krom total pada sampel masih berada lebih kecil
dari baku mutu. Dengan demikian kandungan krom total air tanah di pura petitenget
termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih, yaitu aman dan layak digunakan
sebagai air bersih.
10. Phenol
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran
kandungan fenol pada sampel yaitu <0,01µg/L. jika dibandingkan dengan baku mutu
air bersih kelas I, nilai kandungan fenol maksimal yang diizinkan adalah sebesar 1
µg/L. maka kandungan fenol pada sampel masih berada lebih kecil dari baku mutu.
Dengan demikian kandungan fenol air tanah di pura petitenget termasuk memenuhi
standar baku mutu air bersih, yaitu aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
11. Amonia
Amonia bebas dalam jumlah tertentu dalam air merupakan unsur yang
beracun, terutama bagi kehidupan biota air terutama ikan. Amonia dapat berasal
dari unsur nitrogen yang banyak terdapat di alam yang larut di dalam air.
Kadar amonia bebas di dalam air akan tergantung pada jumlah amonia total,
temperatur air dan derajat keasaman (pH) air. Makin tinggi temperatur dan pH
air, maka kadar amonia bebas dalam air juga akan bertambah besar.
Berdasarkan hasil pengukuran parameter amonia pada sampel uji
menunjukkan bahwa nilai amonia masih dalam batas baku mutu untuk peruntukan
kelas I berdasarkan PP No. 82 tahun 2001.
12. Detergen
Detergen adalah salah satu indikator buangan domestik dan merupakan
senyawa organik sintetis yang digunakan secara luas sebagai bahan pencuci
untuk menghilangkan kotoran yang menempel, baik pada pakaian, peralatan
rumah tangga maupun sebagai pencuci alat‐alat industri. Adanya detergen dalam
air minum dapat menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak serta dapat
mengganggu kesehatan. Detergen di perairan dapat membahayakan dan meracuni
ikan serta kehidupan biota air lainnya
19
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran
kandungan detergen pada sampel yaitu <0,05 µg/L. jika dibandingkan dengan baku
mutu air bersih kelas I, nilai kandungan detergen maksimal yang diizinkan adalah
sebesar 200 µg/L. maka kandungan detergen pada sampel masih berada lebih kecil
dari baku mutu. Dengan demikian kandungan detergen air tanah di pura petitenget
termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih, yaitu aman dan layak digunakan
sebagai air bersih. Rendahnya kandungan detergen menandakan bahwa tempat
tersebut belum tercemar dan masih jauh dari aktivitas industri maupun domestik
rumah tangga.
Parameter Biologi
13. Fecal Coliform
Berdasarkan hasil analisis pada tabel I, dapat dilihat hasil pengukuran fecal
coliform pada sampel air yaitu 0 jml/100 mL. Sedangkan batas aman kandungan fecal
coliform yaitu sebesar 100 jml/100 mL. dengan demikian air tanah pura petitenget
termasuk air tanah yang tidak tercemar dan memenuhi standar baku mutu air bersih.
14. Total Coliform
Berdasarkan hasil analisis pada tabel I, dapat dilihat hasil pengukuran total
coliform pada sampel air yaitu 0 jml/100 mL. Sedangkan batas aman kandungan total
coliform yaitu sebesar 1000 jml/100 mL. dengan demikian air tanah pura petitenget
termasuk air tanah yang tidak tercemar dan memenuhi standar baku mutu air bersih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat 3 parameter kualitas air yang melebihi Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 sebagai baku mutu air bersih Kelas I. Parameter tersebut
20
adalah Rasa, Residu Terlarut dan Besi. Sementara untuk parameter lainnya
memenuhi syarat dari kualitas air bersih Kelas I.
2. Air tanah pura petitenget tidak dapat digunakan sebagai air minum. Hal ini
dikarenakan 3 parameter yaitu rasa, residu terlarut dan besi yang melebihi
baku mutu mutu air Kelas I Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Rasa asin dapat menyebabkan tubuh kelebihan garam sehingga tubuh akan
berupaya mengeluarkannya dengan meminum air lebih banyak. Oleh karena
itu, tidak bijak jika digunakan sebagai air minum. Residu Terlarut yang
berlebih, yaitu mengandung mineral organik dan anorganik terlarut berlebih
dapat membahayakan tubuh. Oleh karena itu perlu upaya pengolahan yaitu
filtrasi untuk mendapatkan air yang sesuai baku mutu kelas I untuk air
minum. Besi atau ferrum (Fe) yang tinggi dapat menyebabkan gangguan
kesehatan sehingga diperlukan upaya pengolahan yaitu filtrasi sebelum
digunakan untuk keperluan minum.
5.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Asmi Nur dkk. -. ANALISIS DAN IDENTIFIKASI STATUS MUTU AIR
TANAH DI KOTA SINGKAWANG STUDI KASUS KECAMATAN
SINGKAWANG UTARA. URL:
https://media.neliti.com/media/publications/191197-ID-analisis-dan-
identifikasi-status-mutu-ai.pdf. Diakses tanggal: 15 Mei 2021
Ameilia, Dina dkk. 2018. ANALISIS KUALITAS AIR TANAH DANGKAL
UNTUK KEPERLUAN AIR MINUM DI DESA PEMATANG. URL:
https://media.neliti.com/media/publications/248475-analisis-kualitas-air-tanah-
dangkal-untu-c1397a04.pdf. Diakses tanggal: 21 Mei 2021
Anonim. -. Pura Petitenget Eksotisnya Pura di Tepi Pantai Bali. URL:
https://ksmtour.com/informasi/tempat-wisata/bali/pura-petitenget-eksotisnya-
pura-tepi-pantai-bali.html. Diakses tanggal: 21 Mei 2021
Anonim. 2017. Sejarah Pura Petitenget. URL:
https://info.caraputu.com/2017/06/sejarah-pura-petitenget.html. Diakses
tanggal: 21 Mei 2021
Atap. -. Air Tanah: Pengertian, Manfaat, Jenis-jenis, Kandungan Air Tanah dan
Kerusakannya. URL: https://www.gramedia.com/literasi/air-tanah/#:~:text=Air
%20Tanah%20Dalam%20atau%20disebut,80%20meter%20dari%20permukaan
%20tanah. Diakses tanggal: 21 Mei 2021
22
Hasrianti dan Nurasia. -. ANALISIS WARNA, SUHU, pH DAN SALINITAS AIR
SUMUR BOR DI KOTA PALOPO. URL:
https://core.ac.uk/download/pdf/267087987.pdf. Prosiding Seminar Nasional
Vol 2 (1).
Kesmas. 2020. Metode Uji TSS Dengan Gravimetri. URL: http://www.indonesian-
publichealth.com/cara-uji-tss-secara-gravimetri/. Diakses tanggal: 26 Mei 2021
Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air
Rangkuti, Syafridahannum dkk. 2015. PENENTUAN KUALITAS AIR DI
PERAIRAN TONGGING KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO
PROVINSI SUMATERA UTARA. URL:
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1432174&val=4129&title=PENENTUAN%20KUALITAS%20AIR
%20DI%20PERAIRAN%20TONGGING%20KECAMATAN%20MEREK
%20KABUPATEN%20KARO%20PROVINSI%20SUMATERA%20UTARA.
Diakses tanggal: 21 Mei 2021
Sutriati, Armaita. 2011. PENILAIAN KUALITAS AIR AIR TANAH DAN
POTENSI PEMANFAATANNYA STUDI KASUS : S. CIMANUK. Jurnal
Sumber Daya Air: Vol. 7 (1) URL: https://jurnalsda.pusair-
pu.go.id/index.php/JSDA/article/download/378/276. Diakses tanggal 21 Mei
2021
23
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Alat tulis
24
Aluminium foil
cool box
Jerigen
25
Botol sampel
Kertas label
Meteran
26
Plastik wrapping
Tissu
pH meter
27
Termometer
Gelas ukur
Autoclave
28
Busen
Turbidimeter
29
Contoh alat pengambil sampel air sumur gali
30