Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS KUALITAS AIR TANAH DI PURA PETITENGET

Oleh:
Kelompok 1
I Nyoman Waisnawa Budiswara (19053520450006)
Yano Aristo Lende (19053520450007)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puja dan Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida
Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara Nugrahan-Nya lah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Analisis Kualitas Air
Tanah Di Pura Petitenget ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari tugas ini adalah untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Teknik Analisis Pencemaran Lingkungan. Selain itu, tugas ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kualitas air tanah berdasarkan parameter
fisika, kimia, dan mikrobiologi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak I Kadek Ardi Putra, S.T.,
M.Si, selaku Dosen Mata Kuliah Teknik Analisis Pencemaran Lingkungan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
tugas ini.
Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 21 Mei 2021


 

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud 2
1.3 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Air Tanah 3
2.2 Permasalahan Air Tanah 4
2.3 Beban Pencemar Pada Air tanah 4
2.4 Faktor Penentu Kualitas Air Tanah 5
2.5 Pura Petitenget 7
BAB III METODOLOGI 8
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 8
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 8
3.3 Prosedur Pengambilan Sampel dan Pengujian Mikrobiologi 9
3.4 Analisis Data 10
3.5 Pengujian Parameter Fisika 10
3.6 Pengujian Parameter Kimia 11
3.7 Pengujian Parameter Biologi 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15
4.1 Hasil dan Pembahasan 15
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 20
5.1 Kesimpulan 20
5.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN-LAMPIRAN 24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu elemen terpenting dalam kehidupan manusia. Air
bersih merupakan satu dari beberapa kebutuhan pokok manusia yang wajib terpenuhi.
Untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang berkualitas sesuai dengan standar hidup
atau kesehatan masyarakat, maka diperlukan aquifer yang bagus. Namun, untuk
mendapatkan air bersih yang berkualitas sesuai standar kesehatan sangatlah sulit. Hal
itu dikarenakan banyak faktor penyebab atau masalah yang dihadapi dalam mencari
sumber air yang tepat.
Masyarakat mengeluh akan keberadaan air sumur yang tidak memenuhi
standar kesehatan baik dari segi biologi maupun kandungan kimia. Air yang selama
ini didapat dari sumur kondisinya sangat memprihatinkan yaitu keruh dan berbau. Hal
itu dikarenakan terjadinya pencemaran air pada sumur masyarakat. Selain itu,
ketersediaan air dalam sumur sering mengalami perubahan debit. Permukaaan air
sumur masyarakat sering mengalami penurunan yang drastis seiring dengan
berjalannya waktu. Sehingga, ketersediaan air bersih yang berkualitas untuk
masyarakat sangat minim.
ABT (Air Bawah Tanah) merupakan komponen penting dalam siklus
hidrologi dari sumber daya air di daerah aliran air tanah. Air permukaan tidak
mempunyai kapasitas penyimpanan karena mengalir dengan cepat. Hal ini berbeda
dengan ABT yang mengalir lambat dan mempunyai kapasitas penyimpanan yang
sangat besar. Infiltrasi ABT terjadi di daerah resapan air dan muncul di daerah-daerah
pengeluaran sebagai mata air dan aliran dasar air tanah. Tanpa adanya hal-hal tersebut
sumur atau air tanah akan mengering di musim kemarau.
ABT adalah salah satu sumber daya air yang kurang diperhatikan
keterdapatannya. Padahal di bumi ini, 97% air tawar, di luar tudung es kutub, adalah
berupa ABT. Sampai saat ini masyarakat Indonesia pada umumnya yang tertarik

1
untuk mempelajari air bawah tanah masih sangat minim sehingga ahli ABT pun
masih sangat terbatas.
Meningkatnya kebutuhan air baku untuk berbagai keperluan dan memacu
aktivitas eksploitasi sumber daya ABT. Karena eksploitasi ABT yang semakin
meningkat tersebut menyebabkan timbul pertanyaan, seberapa jauh potensi ABT
yang ada mampu berpartisipasi dalam pemenuhan air baku tersebut. Berapa potensi
ABT yang ada dan berapa besar yang telah dimanfaatkan untuk keperluan penduduk
dan industri.
Oleh karena itu, penulisan tugas ini diperuntukkan untuk menganalisis air
tanah Pura Petitenget dengan mengacu pada baku mutu air Kelas I Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/
MENKES/PER/IV/2010. Sehingga nantinya dapat diketahui sejauh mana air tanah
Pura Petitenget dapat dimanfaatkan untuk keperluan penduduk.

1.2 Maksud
Maksud dari analisis ini adalah untuk mengetahui kondisi air tanah di Pura
Petitenget, Jl. Petitenget, Kerobokan Kelod, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung,
Bali yang mengacu pada baku mutu air Kelas I Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/
MENKES/PER/IV/2010. Kondisi air tanah yang dianalisis yaitu berdasarkan
parameter secara fisika, kimia, dan mikrobiologi.

1.3 Tujuan
Secara umum disebutkan bahwa tujuan dari tugas ini adalah:
1. Untuk mengetahui kualitas air tanah Pura Petitenget yang ditinjau dari
parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi yang mengacu pada baku mutu air
Kelas I Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 492/ MENKES/PER/IV/2010.
2. Untuk mengetahui sejauh mana air tanah Pura Petitenget dapat dimanfaatkan
sebagai air minum.

2
3. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Analisis Pencemaran
Lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Tanah


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 mengenai Sumber Daya
Air yang mendefinisikan air tanah sebagai air yang terdapat di lapisan batuan di
bawah permukaan tanah. Menurut Asdak (2002), Air tanah adalah segala bentuk
aliran air hujan yang mengalir dibawah permukaan tanah sebagai akibat dari gaya
gravitasi bumi, struktur perlapisan geologi, dan beda potensi kelembaban tanah. Air
bawah permukaan ini kemudian dikenal sebagai air tanah. Sementara menurut para
ahli, definisi air tanah diantaranya sebagai berikut:

1. Menurut Bouwer (1978), Air tanah merupakan sejumlah air di bawah


permukaan bumi yang kemudian dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur,
terowongan, atau sistem drainase dengan pemompaan. Dapat juga disebut
aliran yang secara alami akan mengalir ke permukaan tanah melalui rembesan
atau suatu pancaran.
2. Menurut Fetter (1994), Air tanah merupakan air yang tersimpan pada lajur
jenuh hingga kemudian bergerak ke berbagai lapisan dan batuan tanah di bumi
sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau terkumpul dalam satu danau,
kolam, air tanah, dan laut (Fetter, 1994). Batas atas lajur jenuh air disebut
dengan muka air tanah (water table).
3. Menurut Soemarto (1989), Air tanah merupakan air yang menempati rongga-
rongga dalam lapisan geologi. Lapisan tanah yang terletak di bawah
permukaan tanah dinamakan juga sebagai lajur jenuh (saturated zone), dengan
lajur tidak jenuh yang berada di atas lajur jenuh sampai ke permukaan tanah,
dengan rongga-rongganya yang berisi udara dan air.

3
2.2 Permasalahan Air Tanah
Air tanah, khususnya dalam pemakaian rumah tangga dan industri pada
wilayah urban dan dataran rendah memiliki kecenderungan kandungan asam organik
dan kadar besi yang  tinggi. Hal ini kemudian dapat diakibatkan dari kondisi geologis
yang secara alami dengan deposit Fe tinggi terutama diakibatkan pula oleh aktivitas
manusia yang berada di daerah lereng gunung. Sementara air dengan kandungan
asam organik tinggi bisa diakibatkan oleh lahan gambut atau daerah bakau yang kaya
akan kandungan senyawa organik. Ciri-ciri air yang mengandung kandungan
senyawa organik tinggi dan kadar besi tinggi bisa dilihat sebagai berikut:
1. Air dengan kandungan zat besi yang tinggi kemudian akan menyebabkan air
berwarna kuning. Saat keluar dari keran air akan tampak jernih namun
beberapa saat setelahnya air akan berubah warna menjadi kuning. Hal ini
disebabkan oleh air yang berasal dari sumber air sebelum keluar dari kran
berada dalam bentuk ion Fe2+, setelah keluar dari kran Fe2+ akan teroksidasi
menjadi Fe3+ yang berwarna kuning.
2. Air kuning permanen umumnya terdapat di daerah bakau dan tanah gambut
yang kaya akan kandungan senyawa organik. Berbeda dengan kuning yang
diakibatkan oleh kadar besi tinggi, air kuning permanen ini berwarna kuning
saat pertama keluar dari kran hingga setelah di diamkan akan tetap berwarna
demikian.

2.3 Beban Pencemar Pada Air tanah


Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung
dalam air atau limbah. Besarnya beban pencemaran ini sangat mempengaruhi kualitas
air dan menjadi indikator tercemar atau tidaknya suatu perairan. Menurut Peraturan
Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air bahwa daya tampung beban pencemaran adalah kemampuan air pada
suatu sumber air untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan

4
air tersebut menjadi cemar. Pada pasal 8 disebutkan penggolongan air berdasarkan
peruntukkannya yang diikuti dengan kriteria kualitas air tersebut sesuai dengan
golongannya, yaitu:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.

2.4 Faktor Penentu Kualitas Air Tanah


Kualitas air tanah ditentukan oleh berbagai sifat fisika dan sifat kimia yang
terkandung. Berdasarkan sifat fisika, kualitas air dapat diketahui mulai dari warna,
bau, rasa, kekeruhan, kekentalan dan suhu air. Rasa air tanah juga dipengaruhi oleh
unsur-unsur garam yang terlarut atau tersuspensi dalam air. Kekentalan air
disebabkan oleh partikel yang terkandung dalam air, dimana semakin banyak
kandungan yang ada maka akan semakin kental airnya. Selain itu, keberadaan suhu
air yang tinggi akan membuat air kemudian semakin encer. Kekeruhan air ini juga
turut dipengaruhi oleh kandungan zat yang tidak larut oleh air. Misalnya saja pada
partikel lempung, lanau, zat organik dan mikroorganisme. Suhu air juga dipengaruhi
oleh suhu lingkungan, seperti kondisi musim ataupun cuaca yang terjadi saat siang
dan malam serta lokasi air tanah. Zat kimia yang terdapat dalam air tanah juga

5
berpengaruh terhadap kualitas air, antara lain Kesadahan, Zat Padat Terluar (Total
Disolve Solid atau TDS), Daya Hantar Listrik (DHL), Keasaman dan Kandungan Ion.

1. Kesadahan Air merupakan tingkat kekerasan air yang pada umumnya


disebabkan oleh unsur Ca dan Mg. Air tanah dengan beberapa kandungan
metal terlarut, seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Jika air tanah kemudian
mengandung komponen logam dengan jumlah tinggi maka kemudian akan
menyebabkan air sadah.
2. Zat Padat yang Terlarut adalah total zat padat yang terlarut dalam air tanah
atau semua zat yang tertinggal setelah air diuapkan pada suhu 103 derajat
hingga 105 derajat Celcius. Air baku yang digunakan pada kebutuhan rumah
tangga, dan air minum memiliki batas maksimal kandungan 1.000 mg/l atau
disebut dengan baku mutu air kelas I. Zat-zat terlarut ini diantaranya seperti
zat organik lain dalam jumlah kecil, serta gas, dan garam anorganik.
3. Daya Hantar Listrik sebagai kemampuan air dalam menghantarkan listrik.
Daya hantar ini dipengaruhi oleh kandungan unsur garam dalam air. Dengan
semakin tingginya unsur garam tersebut maka akan semakin tinggi pula daya
hantar listrik yang ia miliki. Konduktivitas air kemudian dipengaruhi oleh zat
pada terlarut, suhu air dan ion klorida.
4. Keasaman Air kemudian dinyatakan dalam pH dengan skala ukur antara 1-14.
Air dengan kualitas yang baik adalah yang memiliki kandungan pH netral
yaitu pH 7, jika pH air lebih dari 7 maka akan bersifat basa sementara jika
kurang dari 7 maka akan bersifat asam.
5. Kandungan Ion baik itu kation dan anion yang terkandung pada air diukur
dalam satuan part per million (ppm) atau mg/l. Ion-ion yang terkandung
dalam air antara lain Na, K, Zn, Cl, SO4, H2SF, NH4, NO3, NO2, CO2, CO3,
HCO3, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, KMnO 4, SiO2, Cr, Cd, Hg, Co, boron, ion-ion
logam yang biasanya jarang dan bersifat racun antara lain Pb, Sn, As.

6
2.5 Pura Petitenget
Pura Petitenget merupakan salah satu Pura Dang Kahyangan yang berlokasi di
Kabupaten Badung, tepatnya di Banjar Batu Belig, Desa Adat Kerobokan, Kecamatan
Kuta Utara. Pura Petitenget berada di pinggir Pantai Petitenget
Pura Petitenget dikelilingi oleh villa, hotel, dan restoran. Di depan Pura
terdapat tempat parkir yang dijaga oleh pecalang (komunitas keamanan lokal). Warga
desa Kerobokan sebagai warga utama dari pura ini. Pura ini dibangun di sebidang
tanah yang lebih tinggi dari pada tanah di sekitarnya.
Di sebelah Barat pura terdapat pantai Petitenget. Pada Hari Melasti/Mekiyis,
pantai biasanya digunakan untuk Melis bagi warga desa adat Kerobokan,
Padangsambian serta Dalung.

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah Teknik Purposive
Sampling yaitu merupakan teknik pengambilan sampel secara sengaja dengan
pertimbangan tertentu. Peneliti membagi kawasan penelitian menjadi lima 5 titik
lokasi. Pengambilan sampel dilakukan pada setiap lokasi yaitu Air Tanah Pura
Petitenget, Air Tanah Tanjung Benoa, Air Tanah Pura Geger, Air Tanah Kedonganan,
Air Tanah Jimbaran. Lokasi yang dianalisis hanya Air Tanah Pura Petitenget. Sesuai
masing-masing tugas yang diberikan.
Pengambilan sampel dilaksanakan pada Hari Jumat, 7 Mei 2021. Adapun
parameter uji yang dianalisa dalam penelitian ini adalah parameter Fisika yaitu Rasa,
Bau, Warna, Temperatur, Kekeruhan, Residu Terlarut, parameter Kimia Anorganik
yaitu pH, Besi, Krom Total, Phenol, Amonia, Deterjen, sedangkan parameter
Mikrobiologi yaitu Fecal Coliform dan Total Coliform. Pengujian suhu dan pH
dilakukan secara in-situ (di lokasi pengambilan sampel), sedangkan pengujian lainnya
dilaksanakan secara ex-situ untuk parameter fisika dan kimia, sedangkan parameter
mikrobiologi akan dilakukan pengujian di Laboratorium.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas 2 (dua) yaitu alat
yang digunakan pada saat di lapangan dan alat yang digunakan pada saat dilakukan
pengujian sampel di Laboratorium. Alat-alat yang digunakan di lapangan adalah alat
tulis, aluminium foil, botol sampel ukuran 1500 dan 100 mL (beserta tutupnya yang
sudah disterilkan), jerigen, cool box, kertas label, meteran, plastik, plastik wraping,

8
pH meter, termometer, tali dan tissu. Sementara itu, alat-alat yang digunakan pada
saat pengujian di laboratorium adalah alat tulis, autoclave, bunsen, cawan petri, gelas
ukur, jarum ose, kertas label, rak tabung reaksi, tabung reaksi, pipet volume, tabung
erlenmeyer, spatula, tabung durham, dan tissu.
Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, alkohol 70 %, sampel air
sumur, spiritus, media BGLB (Briliant Green Lactose Briliant Broth), media LB
(Lactose Broth), dan media EMB (Eosin Methylen Blue). Contoh gambar alat dan
bahan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Contoh Alat dan Bahan Penelitian

Gambar 1. Contoh Alat dan Bahan Penelitian

3.3 Prosedur Pengambilan Sampel dan Pengujian Mikrobiologi


Prosedur dalam pengambilan sampel air khususnya untuk pengujian
parameter fisika, kimia dan biologi mengacu pada SNI 6989.58 : 2008 Tentang
Metode Pengambilan Contoh Air Tanah. Sementara itu, prosedur dalam melakukan
pengujian mikrobiologi mengacu SNI 01-2332.1-2006 tentang Penentuan Coliform
dan Eschericia Coli dan mengacu pada metode MPN berdasaran jurnal Sutton (2010)
dalam jurnal The Most Probable Number Method and Its Uses in Enumeration,
Qualification, and Validation.

9
3.4 Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode Deskriptif. Deskriptif merupakan metode untuk menganalisis hasil penelitian
dari data yang didapat terhadap peraturan mengenai baku mutu kualitas air yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas I dan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 492/ MENKES/PER/IV/2010.

3.5 Pengujian Parameter Fisika


a. Rasa
Parameter ini erat hubungannya dengan pengujian parameter warna dan bau
sehingga seringkali pada pelaksanaannya digabungkan. Rasa air tanah dalam kondisi
baik tidak memiliki rasa, bila air tanah sudah berwarna kurang baik atau/dan bau
kurang sedap secara otomatis mempunyai rasa yang kurang enak. Metode
pengamatan yang dipakai yaitu Organoleptik. Rasa diukur langsung dengan bantuan
Organoleptik yaitu dilakukan oleh 2 orang responden untuk mengecap rasa sampel
air, kemudian memberikan pendapat mengenai rasa (berasa atau tidak berasa).
b. Bau
Bau suatu air tanah dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat organik
pada suatu perairan yang dapat menimbulkan gas. Gas yang keluar dari hasil
dekomposisi bukan saja menimbulkan bau yang kurang sedap tetapi adakalanya dapat
mematikan makhluk hidup yang meminumnya. Bau diukur langsung dengan bantuan
Organoleptik yaitu dilakukan oleh 2 orang responden untuk mencium bau sampel air,
kemudian memberikan pendapat mengenai bau (berbau atau tidak berbau).
c. Warna
Warna air tanah sangat erat kaitannya dengan kandungan besi yang ada pada
air tersebut. Biasanya air tanah memiliki warna kuning disebabkan oleh kandungan
besi yang tinggi. Sedangkan air kuning permanen umumnya terdapat di daerah bakau

10
dan tanah gambut yang kaya akan kandungan senyawa organik. Berbeda dengan
kuning yang diakibatkan oleh kadar besi tinggi, air kuning permanen ini berwarna
kuning saat pertama keluar dari kran hingga setelah di diamkan akan tetap berwarna
demikian. Metode pengamatan yang dipakai yaitu Organoleptik.
d. Temperatur
Kedua sampel air sumur dimasukkan ke dalam dua buah gelas kimia masing-
masing 500 mL. Pengujian dilakukan dengan menggunakan termometer untuk
mengetahui suhu air sumur yang terdapat pada gelas kimia tersebut. Pengambilan
data dilakukan sebanyak dua kali.
e. Kekeruhan
Kekeruhan air diukur menggunakan turbidimeter (nephelometric). Prinsip
kerja dari metode nephelometric adalah sumber cahaya yang dilewatkan pada sampel
dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur
dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar dengan
satuan NTU.
f. Residu Terlarut
Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat
dalam contoh uji air dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk
penentuan bahan yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi
garam mineral. Padatan tersuspensi total (TSS), adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2µm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid
Cara uji dan Prinsip : Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas
saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai
mencapai berat konstan pada suhu 103°C sampai dengan 105°C. Kenaikan berat
saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi
menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan
perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi
TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total (Kesmas,
2020).

11
3.6 Pengujian Parameter Kimia
a. pH
Alat: pH Meter
Cara kerja:
 pH Meter dicelupkan pada sampel air
 Angka pada layar menunjukkan pH
 Dibawah 7 air semakin asam sedangkan diatas 7 air semakin basa.
b. Besi
Analisis kadar besi mengacu pada SNI 6989.4:2009 tentang cara uji besi (Fe)
secara spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala. Metode ini digunakan untuk
penentuan logam besi (Fe) total dan terlarut dalam air dan air limbah secara
spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala pada kisaran kadar Fe 0,3 mg/L sampai
dengan 10 mg/L dengan panjang gelombang 248,3 nm.
Prinsip pengujian ini yaitu analit logam besi dalam nyala udara asetilen
diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi elektromagnetik yang berasal dari
lampu katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.
c. Krom Total
Analisis krom total mengacu pada SNI 06-6989.17-2004 tentang cara uji
krom total (Cr-T) dengan metode spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala.
Metode ini digunakan untuk penentuan logam krom total, Cr-T dalam air dan air
limbah secara spektrofotometri serapan atom (SSA) – nyala pada kisaran kadar Cr 0,2
mg/L sampai dengan 5,0 mg/L dan panjang gelombang 357,9 nm.
Prinsipnya yaitu dengan menambahkan asam nitrat yang bertujuan untuk
melarutkan analit logam dan menghilangkan zat pengganggu yang terdapat dalam
contoh uji dalam air dan air limbah dengan bantuan pemanas listrik, kemudian diukur
dengan SSA menggunakan gas asetilen, C2H2.
d. Phenol
Analisis kadar fenol mengacu pada SNI 06-6989.21-2004 tentang cara uji
kadar fenol secara spektrofotometri. Metode ini digunakan untuk penentuan kadar

12
fenol dalam air dan air limbah menggunakan aminoantipirin dengan alat
spektrofotometer. Kadar fenol yang di ukur antara 0,005 mg/L sampai dengan 0,1
mg/L menggunakan panjang gelombang 460 nm dan untuk kadar fenol lebih besar
dari 0,1 mg/L menggunakan panjang gelombang 500 nm. Prinsip metode pengujian
ini yaitu semua fenol dalam air akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin pada pH 7,9 ±
0,1 dalam suasana larutan kalium ferri sianida akan membentuk warna merah
kecoklatan dari antipirin. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 460 nm atau 500 nm.
e. Amonia
Analisis amonia mengacu pada SNI 06-6989.30-2005 tentang cara uji kadar
amonia dengan spektrofotometer secara fenat. Cara uji ini digunakan untuk penentuan
kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat dalam contoh air dan air limbah
pada kisaran kadar 0,1 mg/L sampai dengan 0,6 mg/L NH3-N pada panjang
gelombang 640 nm. Secara prinsip, amonia bereaksi dengan hipoklorit dan fenol yang
dikatalisis oleh natrium nitroprusida membentuk senyawa biru indofenol.
f. Detergen
Kandungan senyawa dalam detergen berupa surface active atau disebut
surfaktan. Kadar surfaktan anion dianalisis dengan metode MBAS (Methylene Blue
Active Surfactant). Metode ini digunakan dalam SNI 06-6989.51-2005 dengan
menambahkan methylene blue yang berkaitan dengan surfaktan. Ikatan keduanya
dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

3.7 Pengujian Parameter Biologi


Total Coliform dan E.Coli
Alat:
• Cawan petri
• Tabung reaksi
• Jarum ose
• Pipet volume Bahan:
• Medium kaldu latosa dilengkapi dengan tabung durham

13
• Medium BGBB
• Medium EMBA
Cara Kerja:
a. Uji Dugaan
Medium kaldu laktosa dengan konsentrasi berbeda dimasukkan ke dalam
Sembilan buah tabung reaksi yang berisi tabung Durham. Volume medium kaldu
laktosa yang dituangkan ke dalam tabung reaksi harus menenggelamkan tabung
durham di dalamnya. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Ketentuan konsentrasi medium kaldu laktosa dan volume sampel yang dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yaitu:
• Tiga buah tabung reaksi yang berisi medium kaldu laktosa konsentrasi ganda
dimasukkan maisng-masing 10 ml sampel yang telah diencerkan.
• Tiga buah tabung reaksi yang berisi medium kaldu laktosa konsentrasi normal
dimasukkan masing-masing 1 ml sampel yang telah diencerkan.
Selanjutnya semua tabung diinkubasi pada suhu 370oC selama 24 jam. Hasil
positif ditunjukkan dengan adanya gas dalam tabung Durham.
b. Uji Penetapan
Sampel pada tabung reaksi yang menunjukkan hasil positif pada uji dugaan,
diinokulasikan ke dalam medium BGBB yang ditampung di tabung reaksi berisi
tabung Durham. Cara menginokulasikan sampel ke medium yakni dengan mengambil
satu tetes sampel menggunakan jarum ose. Kemudian medium diinkubasikan pada
suhu 370oC selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan oleh adanya gas pada tabung
Durham. Elanjutnya sampel pada tabung yang menunjukkan hasil positif pada
inokulasi di medium BGBB digoreskan pada medium EMBA dalam cawan petri dan
diinkubasi pada suhu suhu 370C selama 24 jam. Bila dalam sampel terdapat golongan
coli, maka terlihat adanya koloni yang berwarna merah kehijauan yang mengkilat
pada cawan petri. Kemudian hasil yang didapat, dicocokkan dengan tabel MPN untuk
memperoleh nilai total coliform. Setelah diketahui nilai toral coliform selanjutnya
dapat diketahui nilai e.coli pada sampel dengan prosedur yang hampir serupa.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Air tanah digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti MCK (Mandi, Cuci dan Kakus). Sehingga, analisis yang dilakukan terhadap
air tanah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 baku mutu air
Kelas I, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku dan dapat menjadi tolak ukur
bagi baku mutu air kelas lain. Adapun hasil analisis kualitas air tanah di pura
petitenget dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Kualitas Air Tanah di Pura Petitenget
Parameter Satuan Baku Mutu Air Kelas I Hasil Pengukuran
Fisikaa
*
Rasa - Tidak berasa Asin
Bau - Tidak berbau Tidak berbau
Warna Skala TCU 15 8
o
Temperatur C Deviasi 3 27,3
Kekeruhan Skala NTU 5 0,48
*
Residu Terlarut mg/L 1000 7500
Kimia
Anorganik
pH - 6-9 7,96
*
Besi mg/L 0,3 0,33
Krom total mg/L 0,05 <0,02
Phenol µg/L 1 <0,01

15
Ammonia mg/L 0,5 <0,01
Detergen µg/L 200 <0,05
Mikrobiologi
Fecal coliform Jml /100 mL 100 0
Total coliform Jml/100 mL 1000 0
*melebihi baku mutu
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa, diantara 14 parameter uji yang
digunakan sebagai pengukuran kualitas air tanah di pura petitenget, terdapat 3
parameter kualitas air yang melebihi Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
sebagai baku mutu air bersih Kelas I. Parameter tersebut adalah Rasa, Residu Terlarut
dan Besi. Sementara untuk parameter lainnya masih memenuhi syarat dari kualitas air
bersih Kelas I.
Parameter Fisika
1. Rasa
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010,
Salah satu syarat air bersih adalah tidak berasa. Sedangkan pada tabel 1, hasil
pengukuran parameter fisika, yaitu rasa menunjukkan rasa asin. Sehingga rasa air
tanah di pura petitenget belum memenuhi standar baku mutu air bersih. Rasa asin
menandakan air bawah tanah pura petitenget telah terinstrusi oleh air laut sehingga
terasa asin. Mengingat lokasi pura petitenget merupakan dataran rendah yang dekat
dengan pantai.
2. Bau
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, air
yang layak untuk dikonsumsi manusia adalah yang tidak berbau. Sedangkan pada
tabel 1, hasil pengukuran menunjukkan tidak berbau. Sehingga hasil analisis
menunjukkan air aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
3. Warna
Sampel yang diuji memiliki zat warna yang berada di bawah ambang batas
maksimum yang diperbolehkan untuk keperluan air minum yaitu <15 TCU. Peraturan

16
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 memberikan
batas maksimum untuk parameter warna adalah 15 TCU. Berdasarkan keterangan
tersebut, sampel air tanah masih berada dalam ambang batas yang diperbolehkan.
4. Temperatur
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa standar baku mutu
air kelas I untuk temperature yaitu deviasi 3 yang artinya jika T normal air 25°C,
maka kriteria Kelas I membatasi T air di kisaran 21°C – 28°C. Sementara hasil
pengukuran temperatur 27,3 oC, Dengan demikian berarti temperatur air tanah di pura
petitenget termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih, yaitu kategori aman dan
layak digunakan sebagai air bersih.
5. Kekeruhan
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran
kekeruhan pada sampel yaitu 0,48 NTU. Apabila dibandingkan dengan baku mutu air
bersih kelas I, nilai kekeruhan maksimal yang diizinkan adalah sebesar 5 NTU, maka
kekeruhan pada sampel masih berada di bawah baku mutu air. Dengan demikian
berarti kekeruhan air tanah di pura petitenget memenuhi baku mutu air bersih, yaitu
aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
6. Residu Terlarut
Residu terlarut menunjukkan banyaknya zat yang terlarut di dalam air.
Makin tinggi kadar residu terlarut, maka makin banyak mineral‐mineral yang
terkandung dalam sumber air tersebut.
Berdasarkan analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran kadar
residu terlarut pada sampel yaitu 7500 mg/L. apabila dibandingkan dengan baku mutu
air bersih kelas I PP No 82 Tahun 2001, nilai residu terlarut maksimal yang diizinkan
adalah sebesar 1000 mg/L, maka kadar residu terlarut pada sampel telah melebihi
baku mutu air, dapat dipastikan bahwa terdapat banyak mineral yang terkandung
dalam air tanah pura petitenget biasanya hal ini terjadi karena pelapukan batuan
disekitar sumur atau mineral dalam tanah yang merembes kedalam disertai intrusi
dari laut.
Parameter Kimia Anorganik

17
7. pH
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa pengukuran nilai
pH pada sampel yaitu 7,96. Apabila dibandingkan dengan baku mutu air kelas I, yaitu
nilai pH pada rentang 6-9. Maka nilai pH pada sampel masih berada di dalam batas
aman baku mutu air. Dengan demikian nilai pH air tanah pura petitenget termasuk
memenuhi standar baku mutu air bersih, yaitu kategori aman dan layak digunakan
sebagai air bersih.
8. Besi (Fe)
Besi atau ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan yang pada
umumnya sukar larut di dalam tanah. Unsur besi terdapat hampir pada semua air
tanah (Kurniawan, 2014). Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1. menunjukkan
bahwa sampel yang diuji memiliki kandungan besi melewati baku mutu air Kelas I
dengan kadar nilai 0,33 mg/L. Tingginya kandungan Besi yang terdapat pada sampel
diduga karena adanya faktor alami dikarenakan tidak adanya sektor industri ataupun
aktivitas yang dapat menimbulkan limbah maupun menyumbang kandungan Besi ke
dalam air tanah. Faktor alami tersebut dihasilkan oleh jenis tanah dan batuan yang
menyusun wilayah tersebut.
Menurut Sudadi (2003) sebagian besar unsur Besi terdapat pada tanah yang
mengandung batuan sedimen yang mengandung oksida besi, karbonat dan sulfida.
Wilayah pura petitenget merupakan salah satu wilayah yang memiliki jenis tanah
dengan batuan penyusun berupa sedimen yang banyak mengandung unsur mineral
sehingga menjadi faktor penyebab tingginya kandungan besi yang terdapat dalam air
tanah di wilayah tersebut. Kadar Besi yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya
karat pada peralatan logam, serta dapat memudarkan warna pada pakaian, selain itu
air yang memiliki kadar besi lebih dari 1 mg/L dapat menimbulkan gangguan
kesehatan berupa iritasi pada mata maupun kulit (Joko, 2010 dalam Purwonugroho,
2013)
9. Krom Total
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran
kandungan krom total pada sampel yaitu <0,02 mg/L. jika dibandingkan dengan baku

18
mutu air bersih kelas I, nilai kandungan krom total maksimal yang diizinkan adalah
sebesar 0,05 mg/L. maka kandungan krom total pada sampel masih berada lebih kecil
dari baku mutu. Dengan demikian kandungan krom total air tanah di pura petitenget
termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih, yaitu aman dan layak digunakan
sebagai air bersih.
10. Phenol
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran
kandungan fenol pada sampel yaitu <0,01µg/L. jika dibandingkan dengan baku mutu
air bersih kelas I, nilai kandungan fenol maksimal yang diizinkan adalah sebesar 1
µg/L. maka kandungan fenol pada sampel masih berada lebih kecil dari baku mutu.
Dengan demikian kandungan fenol air tanah di pura petitenget termasuk memenuhi
standar baku mutu air bersih, yaitu aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
11. Amonia
Amonia bebas dalam jumlah tertentu dalam air merupakan unsur yang
beracun, terutama bagi kehidupan biota air terutama ikan. Amonia dapat berasal
dari unsur nitrogen yang banyak terdapat di alam yang larut di dalam air.
Kadar amonia bebas di dalam air akan tergantung pada jumlah amonia total,
temperatur air dan derajat keasaman (pH) air. Makin tinggi temperatur dan pH
air, maka kadar amonia bebas dalam air juga akan bertambah besar.
Berdasarkan hasil pengukuran parameter amonia pada sampel uji
menunjukkan bahwa nilai amonia masih dalam batas baku mutu untuk peruntukan
kelas I berdasarkan PP No. 82 tahun 2001.
12. Detergen
Detergen adalah salah satu indikator buangan domestik dan merupakan
senyawa organik sintetis yang digunakan secara luas sebagai bahan pencuci
untuk menghilangkan kotoran yang menempel, baik pada pakaian, peralatan
rumah tangga maupun sebagai pencuci alat‐alat industri. Adanya detergen dalam
air minum dapat menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak serta dapat
mengganggu kesehatan. Detergen di perairan dapat membahayakan dan meracuni
ikan serta kehidupan biota air lainnya

19
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil pengukuran
kandungan detergen pada sampel yaitu <0,05 µg/L. jika dibandingkan dengan baku
mutu air bersih kelas I, nilai kandungan detergen maksimal yang diizinkan adalah
sebesar 200 µg/L. maka kandungan detergen pada sampel masih berada lebih kecil
dari baku mutu. Dengan demikian kandungan detergen air tanah di pura petitenget
termasuk memenuhi standar baku mutu air bersih, yaitu aman dan layak digunakan
sebagai air bersih. Rendahnya kandungan detergen menandakan bahwa tempat
tersebut belum tercemar dan masih jauh dari aktivitas industri maupun domestik
rumah tangga.
Parameter Biologi
13. Fecal Coliform
Berdasarkan hasil analisis pada tabel I, dapat dilihat hasil pengukuran fecal
coliform pada sampel air yaitu 0 jml/100 mL. Sedangkan batas aman kandungan fecal
coliform yaitu sebesar 100 jml/100 mL. dengan demikian air tanah pura petitenget
termasuk air tanah yang tidak tercemar dan memenuhi standar baku mutu air bersih.
14. Total Coliform
Berdasarkan hasil analisis pada tabel I, dapat dilihat hasil pengukuran total
coliform pada sampel air yaitu 0 jml/100 mL. Sedangkan batas aman kandungan total
coliform yaitu sebesar 1000 jml/100 mL. dengan demikian air tanah pura petitenget
termasuk air tanah yang tidak tercemar dan memenuhi standar baku mutu air bersih.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Terdapat 3 parameter kualitas air yang melebihi Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 sebagai baku mutu air bersih Kelas I. Parameter tersebut

20
adalah Rasa, Residu Terlarut dan Besi. Sementara untuk parameter lainnya
memenuhi syarat dari kualitas air bersih Kelas I.
2. Air tanah pura petitenget tidak dapat digunakan sebagai air minum. Hal ini
dikarenakan 3 parameter yaitu rasa, residu terlarut dan besi yang melebihi
baku mutu mutu air Kelas I Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Rasa asin dapat menyebabkan tubuh kelebihan garam sehingga tubuh akan
berupaya mengeluarkannya dengan meminum air lebih banyak. Oleh karena
itu, tidak bijak jika digunakan sebagai air minum. Residu Terlarut yang
berlebih, yaitu mengandung mineral organik dan anorganik terlarut berlebih
dapat membahayakan tubuh. Oleh karena itu perlu upaya pengolahan yaitu
filtrasi untuk mendapatkan air yang sesuai baku mutu kelas I untuk air
minum. Besi atau ferrum (Fe) yang tinggi dapat menyebabkan gangguan
kesehatan sehingga diperlukan upaya pengolahan yaitu filtrasi sebelum
digunakan untuk keperluan minum.

5.2 Saran

1. Upaya konservasi pura petitenget perlu dilakukan, mengingat semakin


berkembangnya industri dan pariwisata di Bali. Oleh karena itu pemerintah
sudah seharusnya menjaga agar kondisi SDA di sekitar pura tetap terjaga
dengan baik.
2. Pemisahan kadar garam pada air bawah tanah pura petitenget dapat
menggunakan pengolahan Reverse Osmosis untuk mendapatkan air yang
layak minum.
3. Perlunya penetapan peraturan yang tegas untuk pengambilan air bawah tanah
skala rumah tangga maupun hotel dan industri. Sehingga, tidak terjadi
penurunan air bawah tanah yang signifikan yang berdampak pada timbulnya
intrusi air laut pada sumur-sumur didekat daerah pantai seperti pada sumur di
pura petitenget.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Asmi Nur dkk. -. ANALISIS DAN IDENTIFIKASI STATUS MUTU AIR
TANAH DI KOTA SINGKAWANG STUDI KASUS KECAMATAN
SINGKAWANG UTARA. URL:
https://media.neliti.com/media/publications/191197-ID-analisis-dan-
identifikasi-status-mutu-ai.pdf. Diakses tanggal: 15 Mei 2021
Ameilia, Dina dkk. 2018. ANALISIS KUALITAS AIR TANAH DANGKAL
UNTUK KEPERLUAN AIR MINUM DI DESA PEMATANG. URL:
https://media.neliti.com/media/publications/248475-analisis-kualitas-air-tanah-
dangkal-untu-c1397a04.pdf. Diakses tanggal: 21 Mei 2021
Anonim. -. Pura Petitenget Eksotisnya Pura di Tepi Pantai Bali. URL:
https://ksmtour.com/informasi/tempat-wisata/bali/pura-petitenget-eksotisnya-
pura-tepi-pantai-bali.html. Diakses tanggal: 21 Mei 2021
Anonim. 2017. Sejarah Pura Petitenget. URL:
https://info.caraputu.com/2017/06/sejarah-pura-petitenget.html. Diakses
tanggal: 21 Mei 2021
Atap. -. Air Tanah: Pengertian, Manfaat, Jenis-jenis, Kandungan Air Tanah dan
Kerusakannya. URL: https://www.gramedia.com/literasi/air-tanah/#:~:text=Air
%20Tanah%20Dalam%20atau%20disebut,80%20meter%20dari%20permukaan
%20tanah. Diakses tanggal: 21 Mei 2021

22
Hasrianti dan Nurasia. -. ANALISIS WARNA, SUHU, pH DAN SALINITAS AIR
SUMUR BOR DI KOTA PALOPO. URL:
https://core.ac.uk/download/pdf/267087987.pdf. Prosiding Seminar Nasional
Vol 2 (1).
Kesmas. 2020. Metode Uji TSS Dengan Gravimetri. URL: http://www.indonesian-
publichealth.com/cara-uji-tss-secara-gravimetri/. Diakses tanggal: 26 Mei 2021
Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air
Rangkuti, Syafridahannum dkk. 2015. PENENTUAN KUALITAS AIR DI
PERAIRAN TONGGING KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO
PROVINSI SUMATERA UTARA. URL:
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1432174&val=4129&title=PENENTUAN%20KUALITAS%20AIR
%20DI%20PERAIRAN%20TONGGING%20KECAMATAN%20MEREK
%20KABUPATEN%20KARO%20PROVINSI%20SUMATERA%20UTARA.
Diakses tanggal: 21 Mei 2021
Sutriati, Armaita. 2011. PENILAIAN KUALITAS AIR AIR TANAH DAN
POTENSI PEMANFAATANNYA STUDI KASUS : S. CIMANUK. Jurnal
Sumber Daya Air: Vol. 7 (1) URL: https://jurnalsda.pusair-
pu.go.id/index.php/JSDA/article/download/378/276. Diakses tanggal 21 Mei
2021

23
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar Alat dan Bahan

Alat tulis

24
Aluminium foil

cool box

Jerigen

25
Botol sampel

Kertas label

Meteran

26
Plastik wrapping

Tissu

pH meter

27
Termometer

Gelas ukur

Autoclave

28
Busen

Turbidimeter

Gelas Piala (Beaker Glass)

29
Contoh alat pengambil sampel air sumur gali

30

Anda mungkin juga menyukai