Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS KUALITAS AIR BERSIH DI DESA SAPA

KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN MAHASISWA

CAHAYA S.M. SIANTURI


20031102007

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FALULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RARULANGI
MANADO
2023
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iii

I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan Penelitian 3

1.3. Manfaat Penelitian 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Air Bersiih 4

2.1.1. Definisi Air Bersih 4

2.1.2. Sumber Air Bersih 5

2.2. Distribusi Air Bersih 7

2.3. Kualitas Air Bersih 9

2.3.1. Kualitas Fisik Air Bersih 9

2.3.2. Kualitas Kimia Air Bersih 11

2.3.3. Kualitas Biologi Air Bersih 15

III. METODOLOGI PENELITIAN 17

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 17

3.2. Bahan dan Alat Penelitian 17

3.3. Metode Penelitian 17

3.4. Variabel yang Diamati 18

3.5. Prosedur Penelitian 18

3.6. Analisis Data 19

3.7. Jadwal Penelitian 19


i
3.8. Anggaran Penelitian 20

DAFTAR PUSTAKA 21

ii
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Parameter Fisik Kualitas Air……………………………………………...11

2. Parameter Kimia Kualitas Air…………………………………………….15

3. Parameter Biologi Kualitas Air…………………………………………...16

4. Jadwal Penelitian………………………………………………………….19

5. Anggaran Penelitian……………………………………………………….20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Sapa merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Tenga,

Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Desa Sapa memiliki bentuk

topografi wilayah yang memanjang dari Selatan ke Utara, dimana pada wilayah

bagian Utara Desa Sapa berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi. Desa Sapa

merupakan salah satu wilayah dengan dataran yang relatif sempit, dikarenakan di

sebelah utara terdiri dari wilayah perbukitan yang memiliki topografi wilayah

bergelombang. Sebagai sebuah desa, Desa Sapa tergolong maju karena telah

memiliki sistem penyediaan air bersih yang memadai dalam menunjang

kebutuhan air penduduk yang disupply langsung dari mata air Pancuran Lima,

Pakuure yang telah dijadikan hak milik oleh pemerintah Desa Sapa secara sah.

Pengelolaan air milik Desa Sapa merupakan bentuk pemanfaatan potensi alam

yang optimal. Salah satunya adalah sumber daya air yang masih dapat

dioptimalkan dan dimanfaatkan guna mencukupi kehidupan sehari-hari

masyarakat Desa Sapa, termasuk dalam hal ini banyak masyarakat yang

memanfaatkan sebagai air minum atau dikonsumsi secara langsung.

Air bersih adalah air dengan kualitas tertentu yang memenuhi syarat

kesehatan dan digunakan untuk keperluar sehari-hari (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2017). Sumber daya air bersih berperan penting dalam

1
kelangsungan hidup mahluk hidup terutama manusia. Penggunaan air bersih

sangat penting untuk konsumsi atau air minum dan keperluan higiene dan sanitasi

seperti kebutuhan rumah tangga, memasak, dan untuk mencuci. Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Repub-lik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum

adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi

kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimia dan

radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tam-bahan. Kualitas

air dari mata air akan sangat tergantung dari lapisan mineral tanah yang

dilaluinya. Hal ini menunjukkan karakter-karakter khusus dari mata air tersebut.

Kebanyakan air yang bersumber dari mata air kualitasnya baik sehingga

umumnya digunakan sebagai sumber air minum oleh masyarakat sekitarnya. Air

sebagai sumber air minum masyarakat, maka harus memenuhi beberapa aspek

yang meliputi kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Dalam hal persyara-tan kualitas

air minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/MENKES/PER/IV/2010 terdapat dua parameter wajib dan parameter

tambahan meliputi persyara-tan mikrobiologi, fisik, dan radioaktivitas.

Tingkat kualitas air yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan tertentu

memiliki baku mutu yang berbeda oleh karena itu harus dilakukan pengujian

untuk mengetahui kesesuaian kualitas dengan peruntukannya. Dengan dasar

pemikiran ini, maka perlu dilakukan analisa kualitas air dengan berdasarkan

beberapa parameter yaitu parameter fisika, kimia dan biologi (Sulistyorini, Edwin,

dan Arung, 2016). Kualitas air dinyatakan layak untuk dikonsumsi dan digunakan

2
dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik

sebagai sumber air baku dan air minum antara lain harus memenuhi persyaratan

secara fisik, tidak ber-bau, tidak keruh serta tidak berwarna (Permenkes No

492/MENKES/PER/IV/2010).

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air bersih baik

berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi pada sumber mata air dan juga

pada air yang didistribusikan kepada masyarakat Desa Sapa.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi kepada masyarakat

terkait kualitas air baik yang berada pada sumber air dan juga air yang

didistribusikan kepada masyarakat Desa Sapa serta sebagai upaya konservasi

dalam menjaga kualitas air dan juga meningkatkan potensi pemanfaatan air di

Desa Sapa.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih

2.1.1 Definisi Air Bersih

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Penataan Perizinan dan

Persetujuan Bidang Sumber Daya Air, Definsi air adalah air yang terdapat di

bawah permukaan tanah , atau diatas permukaan tanah, dalam pengertian tersebut

termasuk juga air hujan , air tanah, dan air laut yang ada di darat (PUPR, 2023 ).

Salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan manusia adalah air bersih, air bersih

merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting. Dalam

kehidupan sehari–hari, air digunakan untuk minum , mandi , memasak, mencuci,

dan kebutuhan lainnya. (Zulhilmi , Efendy, Syamsul , & Idawati, 2019). Air tidak

hanya berwujud cair , namun air juga dapat berubah wujud menjadi padat (es),

cair (air), dan gas (uap). Satu satunya zat yang dapat ditemukan dalam 3 wujud

yang berbeda adalah air. Rumus kimia air adalah H2O, satu molekul air tersusun

dari 2 molekul hidrogen dan satu molekul oksigen (Sudana, 2018).

Air merupakan suatu sumber daya yang tidak bisa digantikan dengan yang

lain dan hampir seluruh kegiatan manusia menggunakan air. Ketersediaan air di

muka bumi ini sangat melimpah namun hanya sekitar 5% yang memenuhi kriteria

untuk dikonsumsi oleh manusia. Semakin berkembangnya zaman , banyak sekali

4
tindakan atau kegiatan yang menyebabkan kerusakan alam dalam hal ini termasuk

kerusakan kualitas air. Seringkali terjadi krisis air bersih di beberapa daerah. Air

harus memiliki beberapa standar kelayakan untuk dapat dimanfaatkan sebagai air

yang memenuhi persyaratan Kesehatan. Air bersih memiliki standar kelayakan

Kesehatan apabila terlihat jernih, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa

(Sutandi, 2012).

2.1.2 Sumber Air Bersih

Sumber air merupakan tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang

terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah (PUPR, 2023).

Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR tahun 2023 sumber air terdapat diatas

permukaan tanah , di bawah permukaan tanah atau diatas permukaan tanah dalam

hal ini yang dimaksud adalah sungai, mata air, waduk, rawa , danau , dan muara.

Berdasarkan Rolia et al dijelaskan mengenai beberapa jenis sumber air

diantaranya adalah :

1) Air Angkasa

Air angkasa merupakan air yang jatuh ke permukaan bumi dan air tersebut

berasal dari udara atau atmosfer bumi. Hanya terdapat sekitar 0,001 persen dari

komposisi total air yang berada di bumi yang terdapat di lapisan udara (Rolia,

Oktavia, Rahayu, Fansuri, & Mufidah, 2023).

2). Air Permukaan

Air permukaan merupakan air yang mengalir ke permukaan tanah yang

lebih rendah dikarenakan tidak adanya serapan menuju ke dalam tanah sehingga

air tidak mampu di serap , air ini berasal dari air hujan dan air permukaan ini

5
sering disebut dengan sungai (Rolia, Oktavia, Rahayu, Fansuri, & Mufidah,

2023).

3). Air Tanah

Air tanah merupakan air yang lertelak di bawah permukaan tanah, dan air

ini menunjang sekitar 0,6 % dari seluruh air di muka bumi (Rolia, Oktavia,

Rahayu, Fansuri, & Mufidah, 2023). Semua air yang ada di dalam ruang batuan

dasar atau regolith dapat juga disebut sebagai air yang secara alami naik ke

permukaan tanah melalui rembesan atau pancaran disebut dengan air tanah.

Mayoritas air tanah berasal dari air hujan, air hujan yang mengalir ke laut secara

perlahan, atau mengalir langsung ke permukaan tanah dan bergabung di sungai,

atau air hujan yang meresap ke dalam tanah semuanya termasuk air tanah. Air

tanah sendiri dapat berasal dari beberapa sumber diantaranya adalah air meteoric

(meteoric water), air konat (Connate water) dan air juvenil (juvenil water). Air

meteoric atau meteoric water merupakan air tanah yang asalnya dari peresapan air

air permukaan. Air konat atau connate water merupakan jenis air tanah yang

berasal dari air yang terjebak pada saat pembentukan batuan sedimen. Air juvenil

atau juvenile water merupakan air tanah dari aktivitas magma. Diantaranya ketiga

sumber air tanah, air meteorik merupakan air tanah dengan sumber terbesar

(Prastistho, et al, 2018).

4). Mata Air

Mata air merupakan sumber air yang berasal dari air tanah yang mengalir

atau keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Air yang berasal dari mata air

kualitasnya hampir tidak terpengaruh dengan musim dan kulitasnya baik.

6
2.1.3 Karakteristik Air

Secara umum, karakteristik air memiliki keunikan tersendiri dikarenakan

terdapat beberapa karakteristik air yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain ,

karakteristik tersebut diantaranya adalah :

a. Air berwujud cair pada kisaran suhu 00 (320F) – 1000 C

b. Air memiliki sifat penyimpan panas yang baik karena perubahan suhu air

berlangsung lambat

c. Pada proses penguapan air memerlukan panas yang tinggi. Proses penguapan

menyebabkan bentuk air berubah menjadi uap.

d. Air merupakan pelarut yang baik

e. Air mempunyai tegangan permukaan yang tinggi

f. Air merupakan satu satunya senyawa yang meregang Ketika membeku

(Effendi H., 2003).

2.2 Distribusi Air Bersih

Distribusi air bersih merupakan suatu istilah yang digunakan untuk proses

pemindahan atau pendistribusian atau pembagian air melalui suatu system

sehingga air dapat tersalurkan kepada masyarakat. Air akan.didistribusikan ke

beberapa tempat yaitu pemukiman penduduk, fasilitas publik, perkantoran dan

industri. Distribusi air dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air

bersih, air ini nantinya akn digunakan untuk beberapa kegunaan diantaranya

adalah memasak , mencuci , mandi , dan beberapa aktivitas lain yang memerlukan

air. Distribusi air bersih menggunakan suatu sistem yang membutuhkan alat dan

teknologi untuk memindahkan air dari sumbernya menuju ke tempat yang

7
membutuhkan air. Sistem distribusi air bersih menggunakan 3 cara yaitu gravity

system, pumping system , dan dual system .

1. Gravity System

Air yang akan didistribusikan kepada masyarakat sebelum di

didistribusikan akan melalui suatu penyimpanan sementara yaitu Reservoir.

Gravity System digunakan untuk mengalirkan air dengan gaya gravitasi. Gravity

System dapat digunakan apabila lokasi atau tempat keberadaan reservoir cukup

tinggi. Gravity system dapat dilakukan tanpa pompa dan hanya memakai pipa

yang akan mengalirkan air dengan gaya gravitasi (Mananoma, Tanudjaja, &

Jansen, 2016).

2. Pumping System

Pumping system digunakan apabila letak reservoir terletak di daerah yang

rendah sehingga diperlukan energi tambahan untuk mengalirkan atau

mendistribusikan air. Pumping system dilakukan dengan melakukan pemasnagan

pompa yang menambah kekuatan sehingga air dapat didistribusikan ke pengguna

yang rumah atau tempat tinggalnya lebih tinggi dibandingkan dengan reservoir

(Mananoma, Tanudjaja, & Jansen, 2016).

3. Dual System

Dual system memiliki cara kerja yang sama dengan pumping system , dual

system digunakan apabila terjadi pemakaian yang minim atau pemakaian air yang

sedikit di suatu daerah sehingga nantinya air yang tersisa akan tertampung pada

“service reservoir”. Air yang terdapat pada “service reservoir” akan digunakan

Ketika terjadi pemakaian dalam jumlah banyak atau jumlah maksimum sehingga

membutuhkan air yang lebih dari kebutuhan biasa maka air yang terdapat pada

8
“service reservoir” akan digunakan. Selain pada kebutuhan air maksimal, system

reservoir juga dapat digunakan ketika pompa diistirahatkan atau sedang diperbaiki

(Mananoma, Tanudjaja, & Jansen, 2016).

2.3 Kualitas Air

2.3.1 Kualitas Fisik Air Bersih

Kualitas fisik air merupakan salah satu kualitas yang dapat dengan mudah

diperhatikan perubahannya. Penurunan kualitas fisika air diindikasikan dengan

perubahan parameter fisik. Parameter kualitas fisik air diantaranya adalah warna,

suhu, bau, rasa, kekeruhan, dan zat padat terlarut. Apabila terdapat penurunan

kualitas fisik seperti air yang bau , atau warna yang berubah atau bahkan ada

kekeruhan pada air maka air tersebut tidak layak untuk digunakan (Mukarromah,

Yulianti, & Sunarno, 2016). Parameter fisik kualitas air dijelaskan dalam

peraturan Menteri Kesehatan tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 1 Berikut ini

merupakan parameter fisik kualitas air bersih:

a. Kekeruhan

Air yang bersih dan berkualitas harus memenuhi persyaratan salah satunya

adalah tidak keruh. Zat padat yang terkandung dalam air dapat tersuspensi, hal ini

menyebabkan adanya kekeruhan pada air. Air keruh dapat disebabkan oleh tanah

liat, pasir, dan lumpur (Alamsyah, 2006). Kekeruhan sangat berkaitan dengan

nilai TDS, apabila air keruh maka nilai TDS akan meningkat. Kekeruhan

merupakan indikasi terjadinya pencemaran lebih lanjut pada perairan. Air harus

dijernihkan untuk menghasilkan air yang jernih karena ada banyak zat yang dapat

menyebabkan air menjadi keruh dan ditakutkan dapat mencemarinya. Standar

9
kualitas fisik air yang dapat dikonsumsi, bersama dengan suhu, warna, rasa, dan

bau, adalah kejernihan, yang dicapai melalui metode penyaringan untuk

menghilangkan partikel yang menyebabkan air menjadi keruh (Santosa & Adji ,

2014).

b. Warna

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi warna perairan: bahan organik,

seperti plankton atau humus, dan bahan anorganik, seperti ion mangan dan besi.

Bahan anorganik, seperti oksida besi, membuat air kemerahan, dan bahan

anorganik, seperti mangan, membuat air kehitaman atau kecoklatan. Selain itu, air

dapat berubah menjadi kehijauan karena kalsium karbonat yang berasal dari

daerah berkapur. Bahan organik seperti tanin, lignin, dan asam humus yang

berasal dari proses pelapukan tumbuhan yang telah mati menambah warna pada

air. Warna air dapat menunjukkan adanya zat terlarut yang mempengaruhi kualitas

air. Warna air dapat diamati secara visual (langsung) atau diukur dengan skala

platinum kobalt (dinyatakan dengan satuan PtCo). Membandingkan warna air

sempel dengan warna standar memungkinkan Anda mengukur nilai satu skala

PtCo sebanding dengan satuan skala TCU, atau dapat dikatakan bahwa nilai 1

TCU sama dengan 1 mg/L platinum kobalt. Warna air dapat menunjukkan adanya

zat terlarut dalam air (Effendi H. , 2003).

c. Suhu

Temperatur air dapat mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air dan

reaksi kimia pengelolaan, terutama pada suhu tinggi. Temperatur yang diinginkan

adalah 50°F hingga 60°F atau 10°C hingga 15°C, tetapi iklim setempat,

kedalaman pipa saluran air, dan jenis sumber air akan mempengaruhi suhu ini. Di

10
samping itu, suhu air berdampak langsung pada toksisitas bahan kimia pencemar

banyak, pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Secara umum, kelarutan bahan-

bahanrur padat dalam air akan meningkat. Efek panas larutan secara keseluruhan

menentukan pengaruh suhu pada kelarutan. Jika panas larutan adalah

endothermis, maka temperatur larutan meningkat, tetapi jika panas larutan adalah

exithermis, maka kelarutan akan menurun dengan naiknya temperatur (Arthana,

2007). :

Tabel, 1 Parameter Fisik Kualitas Air


No. Parameter Wajib Unit Standar Baku mutu (kadar maksimum)

1. Kekeruhan NTU 25

2. Warna TCU 50

3. Zat Padat Terlarut mg/l 1000

(Total Dissolved

Solid)
0
4. Suhu C Suhu udara ±

5. Rasa Tidak Berasa

6. Bau Tidak Berbau

Sumber peraturan Menteri Kesehatan tahun 2017

2.3.2 Kualitas Kimia Air Bersih

a. pH

pH, atau derajat keasaman air, adalah logaritma dari kepekatan ion

hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan. Aktivitas ion hidrogen dalam larutan

ditunjukkan oleh konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu
11
(Kordi, 2010). Dengan adanya ion H dan OH, partikel dapat memiliki muatan

lebih positif atau kurang negatif. Ini terjadi pada nilai pH di bawah titik

isoelektrik, yang merupakan titik di mana muatan hampir dinetralkan. Namun,

pada nilai pH yang lebih tinggi di atas titik isoelektrik, efek balik terjadi, di mana

muatan partikel menjadi lebih negatif atau kurang negatif. pH air, yang diukur

dalam skala 1–14, menunjukkan jumlah hidrogen yang ada di dalam air.

Pengukuran ini tidak perlu dilakukan di laboratorium, tetapi dapat dilakukan

sendiri dengan menggunakan kertas pH atau kertas lakmus (metode perbedaan

warna), atau pH meter otomatis (saptati & himma, 2018).

b. COD

COD (Chemical Oxygen Demand) adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan jumlah bahan organik dan organik yang mampu dioksidasi

dalam perairan alami, limbah rumah tangga, dan limbah industri yang memiliki

kemampuan untuk mengurai oksigen. Ini disebabkan oleh fakta bahwa berbagai

bahan organik, baik yang mudah diurai maupun yang kompleks dan sulit diurai,

diurai secara kimia dengan katalisator perak sulfat dan oksidator kalium bikromat

yang kuat pada kondisi asam dan panas. Oleh karena itu, perbedaan nilai antara

COD dan BOD menunjukkan jumlah bahan organik yang sukar diurai yang ada di

perairan. BOD dan COD mungkin memiliki nilai yang sama, tetapi BOD tidak

bisa lebih besar dari COD. Oleh karena itu, COD menggambarkan total bahan

organik yang ada. Jumlah COD dalam air permukaan yang tak terpolusi berkisar

antara lebih dari 20 mg/l, sementara dalam badan air yang menerima limbah

biasanya mencapai 200 mg/l (Atima, 2015).

12
c. BOD

BOD adalah istilah untuk jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan

mikroorganisme untuk mengurai bahan organik dalam air. BOD di perairan dapat

mengumpulkan data tentang tingkat pencemaran yang disebabkan oleh air

buangan industri atau penduduk serta merancang metode pengolahan biologis di

perairan yang tercemar. Air limbah memiliki kadar BOD sekitar 600 mg/l dan

limbah yang telah diperlakukan dengan baik sekitar 20 mg/l, sementara air yang

tidak terpolusi biasanya hanya memiliki 2 mg/l (Daroini & Arisandi, 2020).

d. Amonia

Amonia (NH3) adalah salah satu komponen yang bertanggung jawab atas

pencemaran air. Kadar Amonia yang melebihi ambang batas, dapat mengganggu

ekosistem perairan dan makhluk hidup lainnya. Hampir semua makhluk hidup

menganggap amonia sebagai zat beracun. Jika jumlah amonia yang masuk ke

dalam tubuh melebihi jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh, amonia dapat

bersifat racun bagi manusia. Menghirup uap amonia pada manusia merupakan hal

paling berbahaya karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran

pernafasan. Penghirupan uap amonia sangat berbahaya pada tingkat yang sangat

tinggi.Jika terlarut di perairan, akan meningkatkan konsentrasi amonia, membuat

hampir semua organisme perairan menjadi racun (Azizah & Humairoh, 2015).

e. Kesadahan

Pada dasarnya, kesadahan terjadi ketika air terkontaminasi oleh unsur

kation seperti Na, Ca, dan Mg. Air laut biasanya memiliki kadar kalsium dan

magnesium yang tinggi (lebih dari 200 ppm) , sehingga air yang mengalir di

daerah batuan kapur memiliki tingkat kesadahan tinggi. Orang dengan ginjal yang

13
lemah, yang mengalami gangguan ginjal, akan mengalami efek kesadahan yang

tinggi dan mulai berakubat pada peralatan rumah tangga apabila tingkat

kesadahan di atas 100 ml/L atau 300 mg/L dalam jangka waktu yang lama.

Kesadahan ini terbagi menjadi dua kategori: kesadahan sementara dan kesadahan

tetap. Kesadahan sementara akan terendap ketika pemanasan digunakan. Di dalam

air, kesadahan tetap akan lebih tahan lama. (Astuti, Fatimah, & Anie, 2016).

f. Sulfat

Kehidupan bergantung pada air. Tubuh harus memiliki kualitas dan

kuantitas air yang cukup untuk diminum karena tubuh mengandung sebagian

besar air 70%. Air melakukan banyak hal untuk tubuh, seperti mengontrol suhu,

membantu pencernaan, melumas cairan sendi, mengangkut nutrisi dan oksigen ke

dalam sel, dan memproduksi energi.Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI

tentang kualitas air minum yang mengandung unsur sulfat SO42, Menteri

kesehatan menetapkan standar kadar sulfat pada air minum maksimal kaadalah

250 mg/l jika air sungai 150 L digunakan, dan konsentrasi sulfat tertinggi dapat

menyebabkan diare (Darni, Ramadani, & Alawiyah, 2020).

g. Nitrit

Nitrit (NO2) adalah hasil dari oksidasi (nitrifikasi yang dilakukan oleh

bakteri aerob gram-negatif) amoniak (NH3) atau + amonium (NH4). Proses

oksidasi ammonia menjadi Nitrit (NO2) lebih cepat daripada konversi Nitrit

(NO2) menjadi Nitrat (NO3). Akibatnya, konsentrasi Nitrit (NO2) dapat mencapai

tingkat toksik (konsentrasi beracun). Namun, karena Nitrit (NO2) bersifat tidak

stabil, sehingga bakteri dapat mengoksidasinya menjadi Nitrat (NO3) dengan

adanya oksigen, sehingga konsentrasi tinggi Nitrit (NO2) jarang (konsentrasi

14
selalu rendah) di perairan. Sebagai akibat dari reduksi Nitrat (NO3) oleh garam

Besi (Fe), setiap Nitrit (NO2) yang ditemukan dalam air minum harus dicurigai

sebagai pencemaran. Air tanah adalah satu-satunya sumber air minum yang

mengandung Nitrit (NO2). Karena mengoksidasi besi II +2 (Fe) yang ada di

dalam hemoglobin, nitrit (NO2) beracun bagi udang dan ikan (Kordi K, Ghufran,

& Tancung, 2009).

Tabel 2 Parameter Kimia Kualitas Air

Parameter Wajib Unit Standar Baku mutu (kadar maksimum)


No
Wajib
1. pH mg/l 6,5 – 8,5
2. Besi mg/l 1
3. Fluorida mg/l 1,5
4. Kesadahan (CaCO3) mg/l 500
5. Mangan mg/l 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/l 10
7. Nitrit, sebagai N mg/l 1
8. Sianida mg/l 0,1
9. Deterjen mg/l 0,05
10. Pestisida total mg/l 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/l 0,001
2. Arsen mg/l 0,05
3. Kadmium mg/l 0,005
4. Kromium mg/l 0,05
5. Selenium mg/l 0,01
6. Seng mg/l 15
7. Sulfat mg/l 400
8. Timbal mg/l 0,05
9. Benzene mg/l 0,01
10. Zat Organik (KMNO4) mg/l 10
Sumber Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2017

2.3.3 Kualitas Biologi Air Bersih

Kualitas Biologi air bersih dapat dinilai dari ada atau tidaknya

mikroorganisme pada air tersebut. Mikroorganisme dapat berupa bakteri , jamur ,

virus , atau parasit. Berdasarkan peraturan kementerian Kesehatan, kualitas bilogi

15
air dapat dinilai berdasarkan total coliform dan E.coli. Bakteri coliform

merupakan bakteri intestinal atau bakteri yang hidup di saluran pencernaan

manusia. bakteri coliform digunakan untuk mengukur kualitas air, semakin sedikit

jumlah bakteri coliform maka kualitas air semakin baik. Selain bakteri coliform ,

kualitas biologi air juga dapat dinilai berdasarkan bakteri E.coli. Bakteri E.coli

harus memiliki jumlah 0 karena adanya bakteri E.Coli di air maka air tersebut

tidak layak untuk dijadikan sanitasi atau tidak layak digunakan sehari hari (Nur

khasanah & Ramli, 2022). Berikut ini merupakan tabel parameter biologi

kebersihan air yang diterbitkan oleh kementrian Kesehatan :

Table 3. Parameter Biologi Kebersihan Air


No. Parameter Wajib Unit Standar Baku mutu (kadar maksimum)

1. Total coliform CFU/100ml 50

2. E.coli CFU/100ml 0

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2017

16
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sapa Kecamatan Tenga Kabupaten

Minahasa Selatan. Dan pengambilan sampel air dilakukan di sumber mata air

pancuran Lima pakuure dan juga di saluran pendistribusian air ke masyarakat

Desa Sapa. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 4 bulan yaitu terhitung

dari Desember 2023 sampai dengan Maret 2024.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah botol sampel, ATK, HP,

pH meter, termoter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel air.

3.3 Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode survei langsung dan analisis

laboratorium. Lokasi survei sumber mata air ditentukan secara sengaja. Penelitian

ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menggambarkan hasil data kualitas air

bersih hasil uji laboratorium dengan baku mutu yang berlaku dan

mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan kajian kepustakaan.

17
3.4 Variabel yang Diamati

Parameter yang diamati pada penelitian ini dilihat dari 3 aspek yaitu aspek

parameter fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik meliputi: Warna, Bau, Rasa,

Kekeruhan, Dan Suhu. Parameter kimia meliputi: pH, BOD, COD, Amonia,

Kesadahan (CaCO3), Sulfat (SO4), dan Nitrit. Dan parameter biologi Meliputi:

Caliform.

3.5 Prosedur Penelitian

Adapun langakah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian ini dimulai dengan observasi langsung di lapangan yaitu di sumber

mata air Pancuran Lima Pakuure dan juga tempat pendistribusian air ke

masyarakat Desa Sapa.

2. Untuk analisis parameter fisik seperti Warna, Bau, Rasa, Kekeruhan, Dan

Suhu dapat dilakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Dan salah

satu parameter kimia yaitu pH juga dapat diukur langsung dilapangan dengan

menggunakan pH meter.

3. Kemudian pengambilan sampel air untuk analisis parameter kimia meliputi

BOD, COD, Amonia, Kesadahan (CaCO3), Sulfat (SO4), dan Nitrit serta

parameter biologi yaitu Caliform yang akan diberikan ke laboratorium uji

kualitas air.

4. Pengambilan sampel air dilakukan di dua lokasi yaitu yang pertama pada

sumber mata air Pancuran Lima Pakuure dan kedua air yang didistribusikan ke

masyarakat Desa Sapa.

18
5. Untuk setiap lokasi masing-masing diambil 3 botol pada setiap titik

pengambilan sampel.

6. Selanjutnya sampel air diberikan ke laboratorium analisis kualitas air untuk

diuji kualitas dari air tersebut.

3.6 Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menggambarkan hasil

data kualitas air bersih hasil uji laboratorium dengan baku mutu yang berlaku dan

mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan kajian kepustakaan.

3.7 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilangsungkan selama kurang lebih 4 bulan dengan jadwal

seperti pada tabel 4 berikut:

Tabel 4 Jadwaal Penelitian


Waktu Pelaksanaan
No Nama Kegiatan
Desember Januari Februari Maret

1 Konsultasi

2 Penyusunan Proposal

3 Seminar proposal

4 Survei

5 Pengambilan sampel air

6 Uji Laboratorium
sampel air
6 Analisis Data

19
7 PenyusunanLaporan

8 Seminar Hasil

9 Ujian Sarjana

3.8 Anggaran Biaya


Penelitian ini memiliki rincian anggaran seperti yang dicantumkan pada
tabel 5 berikut ini:

Tabel 5 Anggaran Penelitian


No Jenis Pengeluaran Total Biaya

1 Biaya Penelitian Rp.2.000.000

2 Print & ATK Rp. 200.000

3 lainnya Rp. 300.000

Total Rp. 2.500.000

20
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, S.. 2006. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga.
Jakarta: Kawan Pustaka.

Arthana, I. K.. 2007. Studi Kualitas Air Beberapa Mata Air di Sekitar Bedugul,
Bali (The Study of Water Quality of Springs Surrounding Bedugul,
Bali). Jurnal lingkungan Hidup Bumi Lestari .

Astuti, D. W., S. Fatimah, & S. Anie. 2016. Analisis Kadar Kesadahan Total Pada
Air Sumur di Padukuhan Bandung Playen Gunung kidul
Yogyakarta. Analytical and Environmental Chemistry, 1(1): 69-73.

Atima, W.. 2015. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku
Mutu Air Limbah. Jurnal Biology Science and Education, 4(1): 83-
84.

Azizah, M., & M. Humairoh. 2015. Analisis Kadar Amonia Dalam Air Sungai
Cileungsi. Jurnal Nusa Sylva, 1: 47-54.

Darni, Ramadani, & T. Alawiyah. 2020. Analisis Kadar Sulfat So42- Pada Air
Minum yang Mengandung Tawas Dengan Menggunakan Metode
Spektrofotometri UV-Vis. Journal of Pharmaceutical Care and
Science, 1(1): 1-9.

Daroini, T. A., & A. Arisandi. 2020. Analisis BOD (Biological Oxygen Demand)
di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. Jurnal
trunojoyo, 1(4): 558-566.

Effendi, H.. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Indarto. 2012. Hidrologi - Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi.
Jakarta: Bumi Aksara.

Kemenkes. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32


tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi.

Kordi K., Ghufran, & Tancung. 2009. Pengolahan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan . Jakarta: PT. Rineka Cipta Jakarta.

Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Minum . Jakarta: Penerbit Swadaya.

21
Mananoma, T., L. Tanudjaja, & T. Jansen. 2016. Desain Sistem Jaringan dan
Distribusi Air Bersih Pedesaan (Studi Kasus Desa Warembangan).
Jurnal Sipil Statistik, 4(11): 687-694.
Mukarromah, R., I. Yulianti, & Sunarno. 2016. Analisis Sifat Fisis Kualitas Air
Di Mata Air Sumber Asem Dusun Kalijeruk, Desa Siwuran,
Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Unnes Physics Journal,
5(1): 41-45.
Khasanah, U.K.N., & M. Ramli. 2022. Studi Parameter Biologi dalam Analisis
Kualitas Air Sumur di Desa Karakan, Kecamatan Weru, Kabupaten
Sukoharjo. Proceeding Biology Education Conference , 19(1): 69-
74.
Permenkes RI. 2010. Permenkes RI no. 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Prastistho, B., P. Pratiknyo, A. Rodhi, C. Prasetyadi, M.R. Massora, & Y.K.
Munandar. 2018. Hubungan Struktur Geologi Dan Sistem Air
Tanah (pp. 19 - 20). Yogyakarta: LPPM UPN Yogyakarta Press.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Penataan Perizinan Dan Persetujuan
Bidang Sumber Daya Air .
Rolia, E., C. Oktavia, S.R. Rahayu, M. Fansuri & Mufidah. 2023. Penyediaan Air
Bersih Berbasis Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Air. TAPAK,
12(2): 155-165.
Santosa , L.W., & T.N. Adji. 2014. Karakteristik Akuifer dan Potensi Airtanah
Graben Bantul. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Saptati, D., & N. Himma. 2018. Perlakuan Fisiko-Kimia Limbah Cair Industri.
Malang : UB Press.
Sudana, I. M.. 2018. Tinjauan Kualitas Fisik dan Bakteriologis Air Pancuran
Guok Di Desa Kaba - Kaba Kediri Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 2.
Sulistyorini, I. S., Edwin, M., & Arung, A. S. 2016. Analisis kualitas air pada
sumber mata air di kecamatan Karangan dan Kaliorang kabupaten
Kutai Timur. Jurnal hutan tropis, 4(1), 64-76.
Sutandi, M. C.. 2012. Penelitian Air Bersih di PT. Summit Plast Cikarang. Jurnal
Teknik Sipil, 1.
Zulhilmi, I. Efendy, Syamsul , D., & Idawati. 2019. Faktor yang Berhubungan
dengan Tingkat Konsumsi Air Bersih Pada Rumah Tangga di
Kecamatan Peuda Kabupaten Bireun. Jurnal Biology Education,
7(2): 110-126.

22

Anda mungkin juga menyukai