DAFTAR ISI i
I. PENDAHULUAN 1
DAFTAR PUSTAKA 21
ii
DAFTAR TABEL
4. Jadwal Penelitian………………………………………………………….19
5. Anggaran Penelitian……………………………………………………….20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Desa Sapa merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Tenga,
topografi wilayah yang memanjang dari Selatan ke Utara, dimana pada wilayah
bagian Utara Desa Sapa berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi. Desa Sapa
merupakan salah satu wilayah dengan dataran yang relatif sempit, dikarenakan di
sebelah utara terdiri dari wilayah perbukitan yang memiliki topografi wilayah
bergelombang. Sebagai sebuah desa, Desa Sapa tergolong maju karena telah
kebutuhan air penduduk yang disupply langsung dari mata air Pancuran Lima,
Pakuure yang telah dijadikan hak milik oleh pemerintah Desa Sapa secara sah.
Pengelolaan air milik Desa Sapa merupakan bentuk pemanfaatan potensi alam
yang optimal. Salah satunya adalah sumber daya air yang masih dapat
masyarakat Desa Sapa, termasuk dalam hal ini banyak masyarakat yang
Air bersih adalah air dengan kualitas tertentu yang memenuhi syarat
Republik Indonesia, 2017). Sumber daya air bersih berperan penting dalam
1
kelangsungan hidup mahluk hidup terutama manusia. Penggunaan air bersih
sangat penting untuk konsumsi atau air minum dan keperluan higiene dan sanitasi
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi
radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tam-bahan. Kualitas
air dari mata air akan sangat tergantung dari lapisan mineral tanah yang
dilaluinya. Hal ini menunjukkan karakter-karakter khusus dari mata air tersebut.
Kebanyakan air yang bersumber dari mata air kualitasnya baik sehingga
umumnya digunakan sebagai sumber air minum oleh masyarakat sekitarnya. Air
sebagai sumber air minum masyarakat, maka harus memenuhi beberapa aspek
yang meliputi kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Dalam hal persyara-tan kualitas
memiliki baku mutu yang berbeda oleh karena itu harus dilakukan pengujian
pemikiran ini, maka perlu dilakukan analisa kualitas air dengan berdasarkan
beberapa parameter yaitu parameter fisika, kimia dan biologi (Sulistyorini, Edwin,
dan Arung, 2016). Kualitas air dinyatakan layak untuk dikonsumsi dan digunakan
2
dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik
sebagai sumber air baku dan air minum antara lain harus memenuhi persyaratan
secara fisik, tidak ber-bau, tidak keruh serta tidak berwarna (Permenkes No
492/MENKES/PER/IV/2010).
berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi pada sumber mata air dan juga
terkait kualitas air baik yang berada pada sumber air dan juga air yang
dalam menjaga kualitas air dan juga meningkatkan potensi pemanfaatan air di
Desa Sapa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persetujuan Bidang Sumber Daya Air, Definsi air adalah air yang terdapat di
bawah permukaan tanah , atau diatas permukaan tanah, dalam pengertian tersebut
termasuk juga air hujan , air tanah, dan air laut yang ada di darat (PUPR, 2023 ).
Salah satu kebutuhan vital bagi kehidupan manusia adalah air bersih, air bersih
merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting. Dalam
dan kebutuhan lainnya. (Zulhilmi , Efendy, Syamsul , & Idawati, 2019). Air tidak
hanya berwujud cair , namun air juga dapat berubah wujud menjadi padat (es),
cair (air), dan gas (uap). Satu satunya zat yang dapat ditemukan dalam 3 wujud
yang berbeda adalah air. Rumus kimia air adalah H2O, satu molekul air tersusun
Air merupakan suatu sumber daya yang tidak bisa digantikan dengan yang
lain dan hampir seluruh kegiatan manusia menggunakan air. Ketersediaan air di
muka bumi ini sangat melimpah namun hanya sekitar 5% yang memenuhi kriteria
4
tindakan atau kegiatan yang menyebabkan kerusakan alam dalam hal ini termasuk
kerusakan kualitas air. Seringkali terjadi krisis air bersih di beberapa daerah. Air
harus memiliki beberapa standar kelayakan untuk dapat dimanfaatkan sebagai air
Kesehatan apabila terlihat jernih, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa
(Sutandi, 2012).
Sumber air merupakan tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR tahun 2023 sumber air terdapat diatas
permukaan tanah , di bawah permukaan tanah atau diatas permukaan tanah dalam
hal ini yang dimaksud adalah sungai, mata air, waduk, rawa , danau , dan muara.
diantaranya adalah :
1) Air Angkasa
Air angkasa merupakan air yang jatuh ke permukaan bumi dan air tersebut
berasal dari udara atau atmosfer bumi. Hanya terdapat sekitar 0,001 persen dari
komposisi total air yang berada di bumi yang terdapat di lapisan udara (Rolia,
lebih rendah dikarenakan tidak adanya serapan menuju ke dalam tanah sehingga
air tidak mampu di serap , air ini berasal dari air hujan dan air permukaan ini
5
sering disebut dengan sungai (Rolia, Oktavia, Rahayu, Fansuri, & Mufidah,
2023).
Air tanah merupakan air yang lertelak di bawah permukaan tanah, dan air
ini menunjang sekitar 0,6 % dari seluruh air di muka bumi (Rolia, Oktavia,
Rahayu, Fansuri, & Mufidah, 2023). Semua air yang ada di dalam ruang batuan
dasar atau regolith dapat juga disebut sebagai air yang secara alami naik ke
permukaan tanah melalui rembesan atau pancaran disebut dengan air tanah.
Mayoritas air tanah berasal dari air hujan, air hujan yang mengalir ke laut secara
atau air hujan yang meresap ke dalam tanah semuanya termasuk air tanah. Air
tanah sendiri dapat berasal dari beberapa sumber diantaranya adalah air meteoric
(meteoric water), air konat (Connate water) dan air juvenil (juvenil water). Air
meteoric atau meteoric water merupakan air tanah yang asalnya dari peresapan air
air permukaan. Air konat atau connate water merupakan jenis air tanah yang
berasal dari air yang terjebak pada saat pembentukan batuan sedimen. Air juvenil
atau juvenile water merupakan air tanah dari aktivitas magma. Diantaranya ketiga
sumber air tanah, air meteorik merupakan air tanah dengan sumber terbesar
Mata air merupakan sumber air yang berasal dari air tanah yang mengalir
atau keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Air yang berasal dari mata air
6
2.1.3 Karakteristik Air
terdapat beberapa karakteristik air yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain ,
b. Air memiliki sifat penyimpan panas yang baik karena perubahan suhu air
berlangsung lambat
c. Pada proses penguapan air memerlukan panas yang tinggi. Proses penguapan
Distribusi air bersih merupakan suatu istilah yang digunakan untuk proses
industri. Distribusi air dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air
bersih, air ini nantinya akn digunakan untuk beberapa kegunaan diantaranya
adalah memasak , mencuci , mandi , dan beberapa aktivitas lain yang memerlukan
air. Distribusi air bersih menggunakan suatu sistem yang membutuhkan alat dan
7
membutuhkan air. Sistem distribusi air bersih menggunakan 3 cara yaitu gravity
1. Gravity System
Gravity System digunakan untuk mengalirkan air dengan gaya gravitasi. Gravity
System dapat digunakan apabila lokasi atau tempat keberadaan reservoir cukup
tinggi. Gravity system dapat dilakukan tanpa pompa dan hanya memakai pipa
yang akan mengalirkan air dengan gaya gravitasi (Mananoma, Tanudjaja, &
Jansen, 2016).
2. Pumping System
yang rumah atau tempat tinggalnya lebih tinggi dibandingkan dengan reservoir
3. Dual System
Dual system memiliki cara kerja yang sama dengan pumping system , dual
system digunakan apabila terjadi pemakaian yang minim atau pemakaian air yang
sedikit di suatu daerah sehingga nantinya air yang tersisa akan tertampung pada
“service reservoir”. Air yang terdapat pada “service reservoir” akan digunakan
Ketika terjadi pemakaian dalam jumlah banyak atau jumlah maksimum sehingga
membutuhkan air yang lebih dari kebutuhan biasa maka air yang terdapat pada
8
“service reservoir” akan digunakan. Selain pada kebutuhan air maksimal, system
reservoir juga dapat digunakan ketika pompa diistirahatkan atau sedang diperbaiki
Kualitas fisik air merupakan salah satu kualitas yang dapat dengan mudah
perubahan parameter fisik. Parameter kualitas fisik air diantaranya adalah warna,
suhu, bau, rasa, kekeruhan, dan zat padat terlarut. Apabila terdapat penurunan
kualitas fisik seperti air yang bau , atau warna yang berubah atau bahkan ada
kekeruhan pada air maka air tersebut tidak layak untuk digunakan (Mukarromah,
Yulianti, & Sunarno, 2016). Parameter fisik kualitas air dijelaskan dalam
peraturan Menteri Kesehatan tahun 2017 dapat dilihat pada tabel 1 Berikut ini
a. Kekeruhan
Air yang bersih dan berkualitas harus memenuhi persyaratan salah satunya
adalah tidak keruh. Zat padat yang terkandung dalam air dapat tersuspensi, hal ini
menyebabkan adanya kekeruhan pada air. Air keruh dapat disebabkan oleh tanah
liat, pasir, dan lumpur (Alamsyah, 2006). Kekeruhan sangat berkaitan dengan
nilai TDS, apabila air keruh maka nilai TDS akan meningkat. Kekeruhan
merupakan indikasi terjadinya pencemaran lebih lanjut pada perairan. Air harus
dijernihkan untuk menghasilkan air yang jernih karena ada banyak zat yang dapat
9
kualitas fisik air yang dapat dikonsumsi, bersama dengan suhu, warna, rasa, dan
menghilangkan partikel yang menyebabkan air menjadi keruh (Santosa & Adji ,
2014).
b. Warna
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi warna perairan: bahan organik,
seperti plankton atau humus, dan bahan anorganik, seperti ion mangan dan besi.
Bahan anorganik, seperti oksida besi, membuat air kemerahan, dan bahan
anorganik, seperti mangan, membuat air kehitaman atau kecoklatan. Selain itu, air
dapat berubah menjadi kehijauan karena kalsium karbonat yang berasal dari
daerah berkapur. Bahan organik seperti tanin, lignin, dan asam humus yang
berasal dari proses pelapukan tumbuhan yang telah mati menambah warna pada
air. Warna air dapat menunjukkan adanya zat terlarut yang mempengaruhi kualitas
air. Warna air dapat diamati secara visual (langsung) atau diukur dengan skala
sempel dengan warna standar memungkinkan Anda mengukur nilai satu skala
PtCo sebanding dengan satuan skala TCU, atau dapat dikatakan bahwa nilai 1
TCU sama dengan 1 mg/L platinum kobalt. Warna air dapat menunjukkan adanya
c. Suhu
reaksi kimia pengelolaan, terutama pada suhu tinggi. Temperatur yang diinginkan
adalah 50°F hingga 60°F atau 10°C hingga 15°C, tetapi iklim setempat,
kedalaman pipa saluran air, dan jenis sumber air akan mempengaruhi suhu ini. Di
10
samping itu, suhu air berdampak langsung pada toksisitas bahan kimia pencemar
bahanrur padat dalam air akan meningkat. Efek panas larutan secara keseluruhan
endothermis, maka temperatur larutan meningkat, tetapi jika panas larutan adalah
2007). :
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
(Total Dissolved
Solid)
0
4. Suhu C Suhu udara ±
a. pH
pH, atau derajat keasaman air, adalah logaritma dari kepekatan ion
hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan. Aktivitas ion hidrogen dalam larutan
ditunjukkan oleh konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu
11
(Kordi, 2010). Dengan adanya ion H dan OH, partikel dapat memiliki muatan
lebih positif atau kurang negatif. Ini terjadi pada nilai pH di bawah titik
pada nilai pH yang lebih tinggi di atas titik isoelektrik, efek balik terjadi, di mana
muatan partikel menjadi lebih negatif atau kurang negatif. pH air, yang diukur
dalam skala 1–14, menunjukkan jumlah hidrogen yang ada di dalam air.
b. COD
dalam perairan alami, limbah rumah tangga, dan limbah industri yang memiliki
kemampuan untuk mengurai oksigen. Ini disebabkan oleh fakta bahwa berbagai
bahan organik, baik yang mudah diurai maupun yang kompleks dan sulit diurai,
diurai secara kimia dengan katalisator perak sulfat dan oksidator kalium bikromat
yang kuat pada kondisi asam dan panas. Oleh karena itu, perbedaan nilai antara
COD dan BOD menunjukkan jumlah bahan organik yang sukar diurai yang ada di
perairan. BOD dan COD mungkin memiliki nilai yang sama, tetapi BOD tidak
bisa lebih besar dari COD. Oleh karena itu, COD menggambarkan total bahan
organik yang ada. Jumlah COD dalam air permukaan yang tak terpolusi berkisar
antara lebih dari 20 mg/l, sementara dalam badan air yang menerima limbah
12
c. BOD
mikroorganisme untuk mengurai bahan organik dalam air. BOD di perairan dapat
perairan yang tercemar. Air limbah memiliki kadar BOD sekitar 600 mg/l dan
limbah yang telah diperlakukan dengan baik sekitar 20 mg/l, sementara air yang
tidak terpolusi biasanya hanya memiliki 2 mg/l (Daroini & Arisandi, 2020).
d. Amonia
Amonia (NH3) adalah salah satu komponen yang bertanggung jawab atas
pencemaran air. Kadar Amonia yang melebihi ambang batas, dapat mengganggu
ekosistem perairan dan makhluk hidup lainnya. Hampir semua makhluk hidup
menganggap amonia sebagai zat beracun. Jika jumlah amonia yang masuk ke
dalam tubuh melebihi jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh, amonia dapat
bersifat racun bagi manusia. Menghirup uap amonia pada manusia merupakan hal
paling berbahaya karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran
pernafasan. Penghirupan uap amonia sangat berbahaya pada tingkat yang sangat
hampir semua organisme perairan menjadi racun (Azizah & Humairoh, 2015).
e. Kesadahan
kation seperti Na, Ca, dan Mg. Air laut biasanya memiliki kadar kalsium dan
magnesium yang tinggi (lebih dari 200 ppm) , sehingga air yang mengalir di
daerah batuan kapur memiliki tingkat kesadahan tinggi. Orang dengan ginjal yang
13
lemah, yang mengalami gangguan ginjal, akan mengalami efek kesadahan yang
tinggi dan mulai berakubat pada peralatan rumah tangga apabila tingkat
kesadahan di atas 100 ml/L atau 300 mg/L dalam jangka waktu yang lama.
Kesadahan ini terbagi menjadi dua kategori: kesadahan sementara dan kesadahan
air, kesadahan tetap akan lebih tahan lama. (Astuti, Fatimah, & Anie, 2016).
f. Sulfat
kuantitas air yang cukup untuk diminum karena tubuh mengandung sebagian
besar air 70%. Air melakukan banyak hal untuk tubuh, seperti mengontrol suhu,
tentang kualitas air minum yang mengandung unsur sulfat SO42, Menteri
kesehatan menetapkan standar kadar sulfat pada air minum maksimal kaadalah
250 mg/l jika air sungai 150 L digunakan, dan konsentrasi sulfat tertinggi dapat
g. Nitrit
Nitrit (NO2) adalah hasil dari oksidasi (nitrifikasi yang dilakukan oleh
oksidasi ammonia menjadi Nitrit (NO2) lebih cepat daripada konversi Nitrit
(NO2) menjadi Nitrat (NO3). Akibatnya, konsentrasi Nitrit (NO2) dapat mencapai
tingkat toksik (konsentrasi beracun). Namun, karena Nitrit (NO2) bersifat tidak
14
selalu rendah) di perairan. Sebagai akibat dari reduksi Nitrat (NO3) oleh garam
Besi (Fe), setiap Nitrit (NO2) yang ditemukan dalam air minum harus dicurigai
sebagai pencemaran. Air tanah adalah satu-satunya sumber air minum yang
dalam hemoglobin, nitrit (NO2) beracun bagi udang dan ikan (Kordi K, Ghufran,
Kualitas Biologi air bersih dapat dinilai dari ada atau tidaknya
15
air dapat dinilai berdasarkan total coliform dan E.coli. Bakteri coliform
manusia. bakteri coliform digunakan untuk mengukur kualitas air, semakin sedikit
jumlah bakteri coliform maka kualitas air semakin baik. Selain bakteri coliform ,
kualitas biologi air juga dapat dinilai berdasarkan bakteri E.coli. Bakteri E.coli
harus memiliki jumlah 0 karena adanya bakteri E.Coli di air maka air tersebut
tidak layak untuk dijadikan sanitasi atau tidak layak digunakan sehari hari (Nur
khasanah & Ramli, 2022). Berikut ini merupakan tabel parameter biologi
2. E.coli CFU/100ml 0
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Minahasa Selatan. Dan pengambilan sampel air dilakukan di sumber mata air
Desa Sapa. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 4 bulan yaitu terhitung
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah botol sampel, ATK, HP,
Metode dalam penelitian ini adalah metode survei langsung dan analisis
laboratorium. Lokasi survei sumber mata air ditentukan secara sengaja. Penelitian
ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menggambarkan hasil data kualitas air
bersih hasil uji laboratorium dengan baku mutu yang berlaku dan
17
3.4 Variabel yang Diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini dilihat dari 3 aspek yaitu aspek
parameter fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik meliputi: Warna, Bau, Rasa,
Kekeruhan, Dan Suhu. Parameter kimia meliputi: pH, BOD, COD, Amonia,
Kesadahan (CaCO3), Sulfat (SO4), dan Nitrit. Dan parameter biologi Meliputi:
Caliform.
sebagai berikut:
mata air Pancuran Lima Pakuure dan juga tempat pendistribusian air ke
2. Untuk analisis parameter fisik seperti Warna, Bau, Rasa, Kekeruhan, Dan
satu parameter kimia yaitu pH juga dapat diukur langsung dilapangan dengan
menggunakan pH meter.
BOD, COD, Amonia, Kesadahan (CaCO3), Sulfat (SO4), dan Nitrit serta
kualitas air.
4. Pengambilan sampel air dilakukan di dua lokasi yaitu yang pertama pada
sumber mata air Pancuran Lima Pakuure dan kedua air yang didistribusikan ke
18
5. Untuk setiap lokasi masing-masing diambil 3 botol pada setiap titik
pengambilan sampel.
data kualitas air bersih hasil uji laboratorium dengan baku mutu yang berlaku dan
1 Konsultasi
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar proposal
4 Survei
6 Uji Laboratorium
sampel air
6 Analisis Data
19
7 PenyusunanLaporan
8 Seminar Hasil
9 Ujian Sarjana
20
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, S.. 2006. Merakit Sendiri Alat Penjernih Air Untuk Rumah Tangga.
Jakarta: Kawan Pustaka.
Arthana, I. K.. 2007. Studi Kualitas Air Beberapa Mata Air di Sekitar Bedugul,
Bali (The Study of Water Quality of Springs Surrounding Bedugul,
Bali). Jurnal lingkungan Hidup Bumi Lestari .
Astuti, D. W., S. Fatimah, & S. Anie. 2016. Analisis Kadar Kesadahan Total Pada
Air Sumur di Padukuhan Bandung Playen Gunung kidul
Yogyakarta. Analytical and Environmental Chemistry, 1(1): 69-73.
Atima, W.. 2015. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku
Mutu Air Limbah. Jurnal Biology Science and Education, 4(1): 83-
84.
Azizah, M., & M. Humairoh. 2015. Analisis Kadar Amonia Dalam Air Sungai
Cileungsi. Jurnal Nusa Sylva, 1: 47-54.
Darni, Ramadani, & T. Alawiyah. 2020. Analisis Kadar Sulfat So42- Pada Air
Minum yang Mengandung Tawas Dengan Menggunakan Metode
Spektrofotometri UV-Vis. Journal of Pharmaceutical Care and
Science, 1(1): 1-9.
Daroini, T. A., & A. Arisandi. 2020. Analisis BOD (Biological Oxygen Demand)
di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. Jurnal
trunojoyo, 1(4): 558-566.
Effendi, H.. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Indarto. 2012. Hidrologi - Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Kordi K., Ghufran, & Tancung. 2009. Pengolahan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan . Jakarta: PT. Rineka Cipta Jakarta.
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Minum . Jakarta: Penerbit Swadaya.
21
Mananoma, T., L. Tanudjaja, & T. Jansen. 2016. Desain Sistem Jaringan dan
Distribusi Air Bersih Pedesaan (Studi Kasus Desa Warembangan).
Jurnal Sipil Statistik, 4(11): 687-694.
Mukarromah, R., I. Yulianti, & Sunarno. 2016. Analisis Sifat Fisis Kualitas Air
Di Mata Air Sumber Asem Dusun Kalijeruk, Desa Siwuran,
Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Unnes Physics Journal,
5(1): 41-45.
Khasanah, U.K.N., & M. Ramli. 2022. Studi Parameter Biologi dalam Analisis
Kualitas Air Sumur di Desa Karakan, Kecamatan Weru, Kabupaten
Sukoharjo. Proceeding Biology Education Conference , 19(1): 69-
74.
Permenkes RI. 2010. Permenkes RI no. 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Prastistho, B., P. Pratiknyo, A. Rodhi, C. Prasetyadi, M.R. Massora, & Y.K.
Munandar. 2018. Hubungan Struktur Geologi Dan Sistem Air
Tanah (pp. 19 - 20). Yogyakarta: LPPM UPN Yogyakarta Press.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2023 Tentang Penataan Perizinan Dan Persetujuan
Bidang Sumber Daya Air .
Rolia, E., C. Oktavia, S.R. Rahayu, M. Fansuri & Mufidah. 2023. Penyediaan Air
Bersih Berbasis Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Air. TAPAK,
12(2): 155-165.
Santosa , L.W., & T.N. Adji. 2014. Karakteristik Akuifer dan Potensi Airtanah
Graben Bantul. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Saptati, D., & N. Himma. 2018. Perlakuan Fisiko-Kimia Limbah Cair Industri.
Malang : UB Press.
Sudana, I. M.. 2018. Tinjauan Kualitas Fisik dan Bakteriologis Air Pancuran
Guok Di Desa Kaba - Kaba Kediri Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 2.
Sulistyorini, I. S., Edwin, M., & Arung, A. S. 2016. Analisis kualitas air pada
sumber mata air di kecamatan Karangan dan Kaliorang kabupaten
Kutai Timur. Jurnal hutan tropis, 4(1), 64-76.
Sutandi, M. C.. 2012. Penelitian Air Bersih di PT. Summit Plast Cikarang. Jurnal
Teknik Sipil, 1.
Zulhilmi, I. Efendy, Syamsul , D., & Idawati. 2019. Faktor yang Berhubungan
dengan Tingkat Konsumsi Air Bersih Pada Rumah Tangga di
Kecamatan Peuda Kabupaten Bireun. Jurnal Biology Education,
7(2): 110-126.
22