OLEH:
NAMA ANGGOTA :
FAKULTAS TEKNIK
2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya, maka kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan tentang
“Analisis Pemantauan Air Bawah Tanah Di Tanjung Benoa”
Dalam penulisan laporan ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
dalam materi maupun cara penulisan. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi menyempurnakan isi laporan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
BAB III. METODELOGI ANALISIS...................................................................5
3.1 Lokasi dan waktu Penelitian......................................................................5
3.2 Cara Pengambilan Sampel.........................................................................5
3.3 Pengujian Parameter Fisika.......................................................................7
3.4 Pengujian Parameter Kimia Organik......................................................11
3.5 Pengujian Parameter Mikrobiologi..........................................................17
BAB IV. HASIL PEMBAHASAN........................................................................19
4.1 Hasil Analisis Air Tanah Tanjung Benoa................................................19
4.2 Hasil Pembahasan .....................................................................................20
BAB V. PENUTUP.................................................................................................24
5.1 Kesimpulan.................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah
mencapai ± 70%. Penduduk biasanya mengambil air dan air tanah ditingkat
dangkal untuk kebutuhan domestk dan pertanian, sedangkan industri biasanya
memerlukan air dalam jumlah banyak sehingga mengambil air tanah dalam, yaitu
dari sumur artesis. Air tanah bergerak di dalam tanah mengisi ruang-ruang
antarbutir tanah atau dalam retakan batuan. Air tanah tidak hanya dilihat dari segi
kuantitas yang harus mencukupi kebutuhan, namun juga dari segi kualitas air
tanah yang harus sesuai dengan standar baku mutu air tanah.
Keberadaan air tanah dapat tercemar jika tidak dilakukan pengawasan dan
pemantauan. Pencemaran air tanah akan berakibat buruk bagi kesehatan manusia.
Oleh karena itu, air tanah yang ada harus dijaga dengan baik. Akan tetapi pada
masa kini, ketersediaan air tanah mulai berkurang, ditambah lagi banyaknya
sumber air tanah yang sudah mulai tercemar oleh zat-zat berbahaya sehingga tidak
dapat digunakan.
(kurang layak digunakan untuk air minum), karena besar peluang bertambahnya
sumber pencemaran yang dapat mencemari kualitas air tanah di lokasi tersebut.
(Priyana, Yuli, 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat dibawah permukaan
tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut
daur hidrologi, yaitu proses alamiah yang berlangsung pada air di alam yang
mengalami perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus (Kodoatie,
2012).
Air tanah yang ada di bumi berjumlah sekitar 97% dari total air tawar yang
ada. Hampir disetiap permukaan bumi dijumpai air tanah, bahkan di bawah gurun
pasir yang sangat kering pun terdapat air tanah, begitu juga dibawah tanah yang
membeku dan tertutup salju/es terdapat air tanah. Sumbangan terbesar air tanah
berasal dari daerah arid dan semi-arid serta daerah lain yang mempunyai formasi
paling sesuai untuk menampung air tanah (Chay Asdak, 2010).
Air tanah ini terletak tidak jauh dari permukaan tanah serta berada diatas
lapisan kedap air. Sedangkan air tanah dalam adalah air hujan yang meresap
kedalam tanah lebih dalam lagi mealui proses absorpsi serta filtrasi oleh batuan
dan mineral di dalam tanah. Sehingga berdasarkan prosesnya air tanah dalam
lebih jernih dari air tanah dangkal (Kumalasari & Satoto, 2011).
Karakteristik utama yang membedakan air tanah dan air permukaan adalah
pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang sangat lama, dapat
mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat
dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali
jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).
Kualitas air tanah adalah dimana kondisi kualitas air yang akan diuji dan
diukur harus berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
dengan peraturan yang berlaku. Air tanah mempunyai peran penting, karena
airtanah mudah diperoleh dan memiliki kualitas yang relatif baik. Masyarakat
mengandalkan air tanah untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena
4
itu, kualitas dan kuantitas air tanah penting untuk di jaga (Suprihanto,2005).
Sebagai acuan dalam kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana yang di
atur dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemran Air (Masduqi, 2011).
Di Indonesia Klasifikasi dan kualitas air yang ada diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut,
kualitas air diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu:
BAB III
METODELOGI ANALISIS
Penelitian ini dilakukan terhadap air bawah tanah di daerah Tanjung Benoa.
Metode penentuan pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling yaitu dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai kondisi
serta keadaan daerah penelitian.
Sampel air bawah tanah diperiksa secara fisik, kimia, dan mikrobiologi.
Sampel air tanah yang telah terambil masing-masing dimasukkan dalam jerigen
(untuk analisis sifat kimia), botol steril (analisis mikrobia). Sampel air kemudian
dianlisis secara insitu terhadap parameter kualitas air yang sifatnya cepat berubah,
antara lain pH, suhu, kecerahan, bau, rasa, dan warna, dengan alat-alat yang telah
disediakan (Dahuri, 1993).
Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk pengambilan sampel air
bawah tanah sebagai berikut.
a. Air Sampel
b. Buku Catatan
c. Alat Tulis
d. Jerigen
e. Gelas Ukur
f. Kamera (untuk dokumentasi pada saat pengambilan sampel)
g. Alat saat pengujian parameter
h. Bahan saat pengujian parameter
6
Cara pengambilan sampel air bawah tanah Tanjung Benoa dapat dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut.
Pengambilan sampel air bawah tanah Tanjung Benoa mengacu pada SNI
6989.58:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Tanah.
Dalam pengujian parameter rasa ini dapat kita lakukan secara sederhana atau
langsung dengan melakukan cara menuangkan sampel air bawah tanah ke dalam
gelas ukur kemudian kita merasakan air tersebut dengan menggunakan lidah
sebagai alat pengecap rasa. Metode analisis ini disebut dengan metode
organoleptik. Apabila saat kita melakukan pengujian air bawah tanah tersebut
memiliki rasa yang tidak seperti pada umumnya seperti terasa asam, manis, pahit
atau asin menunjukan bahwa air tersebut dalam kondisi yang tidak baik serta air
tersebut telah terkontaminasi oleh berbagai zat yang dapat membahayakan
Kesehatan.
2. Bau
3. Warna
4. Temperatur
Alat: Termometer
Cara Kerja:
matahari yang melalui air tersebut. Pengujian ini menggunakan metode analisis
turbidimetrik.
Alat: Turbidimeter
Cara Kerja:
1) Masukan sampel air bawah tanah ke dalam botol sampai mendekati garis
tera.
2) Botol sampel di lap dengan kain lembut untuk membersihkan.
3) Tekan tombol I/O. instrument akan terbuka kemudian tempatkan
instrument pada suatu permukaan datar (kokoh) dan jangan memegang
instrument ketika sedang melakukan pengukuran.
4) Masukan cell sampel air bawah tanah dalam ruang cell dengan
mengorientasikan tanda garis pada bagian depan ruang cell.
5) Pilih daerah/range secara manual atau otomatis dengan menekan tombol
range.
6) Memilih mode sinyal rata-rata dengan menekan tombol signal average.
Dan monitor akan menunjukkan SIG AVG Ketika instrument sedang
menggunakan mode sinyal rata-rata.
7) Tekan read. Monitor akan menunjukkan NTU, kemudian angka turbiditas
akan muncul dalam NTU.
8) Kemudian catat angka turbiditas setelah symbol lampu padam.
6. Residu Terlarut
Residu terlarut dalam air dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang
diperbolehkan (1000 mg/L). Padatan yang terlarut di dalam air berupa bahan-
10
bahan kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Air yang mengandung jumlah
padatan melebihi batas menyebabkan rasa yang tidak enak
Alat: Gravimetrik
Cara Kerja:
pH merupakan suatu parameter untuk menentukan kadar asam dan basa dalam
suatu perairan. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan alat pH-
meter yaitu dengan menggunakan prinsip potensiometrik. Nilai pH normal
menurut baku mutu air Kelas I memiliki rentang antara 6,5 – 8,5.
Alat:
1. pH-Meter
Besi atau ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan yang pada
umumnya sukar larut di dalam tanah. Tingginya kandungan Besi yang terdapat
pada sampel diduga karena adanya faktor alami dikarenakan tidak adanya sektor
industri ataupun aktivitas yang dapat menimbulkan limbah maupun menyumbang
kandungan Besi ke dalam air tanah.
Alat: Spektrofotometer
Cara Kerja:
Cara Kerja:
Alat: Spektrofotometer
Cara Kerja:
5. Amonia
Alat: Spektrofotometer
Cara Kerja:
Bahan-bahan yang digunakan ialah contoh uji sample air tanah Tanjung
Benoa, air suling, larutan standar amonia 10 mg/L dan 0,5 mg/L, larutan fenol,
larutan etil alkohol 95% larutan natrium nitropusida 0,5 %, larutan alkalin sitrat,
larutan natrium hipoklorit 5% dan larutan pengoksidasi.
6. Deterjen
Alat: Spektrofotometer
Cara Kerja:
Cara Kerja:
Cara Kerja:
1) Pengujian Coliform pada air tanah dengan metode Most Probable Number
(MPN) terdiri dari uji presumtif (penduga) dan uji konfirmasi
(peneguhan).
2) Pengujian MPN Coliform diawali dengan membuat pengenceran terhadap
sampel limbah dengan menggunakan dilution water, kemudian hasil
pengenceran ditumbuhkan dengan menggunakan Lauryl Tryptose Broth
sebagai media tumbuh dan diinkubasi pada suhu 35 ± 0,5 ⁰C selama 24 ±
2 jam.
3) Setelah itu, dilakukan uji konfirmasi total Coliform dengan menggunakan
Brilliant Green Bile Broth sebagai media tumbuh dan diinkubasi pada
suhu 35 ± 0,5 ⁰C selama 72 ± 5 jam.
19
BAB IV
1. Parameter Fisik
Berdasarkan hasil analisis air bawah tanah untuk baku mutu air minum
parameter fisik yang memenuhi standar baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan
No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persayaratan kualitas air minum adalah
parameter bau, warna, kekeruhan, dan parameter temperature, dimana jenis
parameter tersebut masih berada dibawah kadar maksimum serta memenuhi baku
mutu air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010.
Adapun parameter fisik yang melebihi baku mutu air minum sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010, parameter yang
melebihi baku mutu tersebut adalah sebagai berikut:
21
a. Rasa
Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 2. menerangkan bahwa air pada
sampel memiliki rasa asin. Jika dibandingkan dengan baku mutu kualitas air
minum Permenkes No. 492, kadar maksimum yang diperbolehkan adalah tidak
memiliki rasa. Oleh karena itu parameter rasa air pada sampel telah mengalami
pencemaran. Pencemaran parameter rasa tersebut dipengaruhi oleh intrusi air laut,
dikarenakan lokasi pengambilan sampel yang berada dekat lokasi pantai Tanjung
Benoa. Banyakanya pemenafaatan atau pemboran sumur air bawah tanah oleh
masyrakat sekitar dan pemanfatan industri juga akan mempengaruhi terjadinya
intrusi air laut pada kondisi air bawah tanah Tanjung Benoa.
b. Residu Terlarut
Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 2 bahwa nilai kadar residu
terlarut pada sampel air berkisar 2.852 mg/L. Apabila dibandingkan dengan baku
mutu kualitas air minum Permenkes No. 492, nilai kadar residu terlarut
maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/L. Sehingga kadar residu terlarut
pada sampel air telah mengalami pencemaran.
Tingginya nilai kadar residu terlarut pada sampel air tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti resapan dari septictank atau penampungan tinja yang
berada di sekitar lokasi pengambilan sampel sehingga banyaknya kandungan
organik yang meresap ke dalam tanah akibat adanya rembesan air ke dalam aliran
air tanah tersebut. Selain itu, adanya rembesan dari air selokan dari air buangan
dari aktivitas domestik (grey water) yaitu berupa air dari hasil cucian yang
bercampur dengan air hujan.
2. Parameter Kimia
a. pH
pH merupakan suatu parameter untuk menentukan kadar asam dan basa dalam
suatu perairan. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan alat pH
meter yaitu dengan menggunakan prinsip potensiometrik. Nilai pH normal
menurut baku mutu air Kelas I memiliki rentang antara 6-9. Berdasarkan hasil
22
analisis pH air bawah tanah untuk baku mutu kualitas air parameter kimia
anorganik yang memenuhi standar baku mutu Permenkes
No.492/Menkes/Per/IV/2010 berkisar antara 6-9. Apabila dibandingkan dengan
air bawah tanah Tanjung Benoa dengan nilai parameter pH sebesar 7,92. Hal ini
menunjukan kandungan pH di air bawah tanah sangat baik untuk kehidupan, serta
dalam kategori aman dan layak digunakan sebagai air bersih.
b. Besi
c. Krom Total
Berdasarkan analisis dapat dilihat data sampel pada Tabel 2 bahwa nilai kadar
krom total pada sampel berkisar <0,02 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa pada
parameter krom total memenuhi standar baku mutu kualitas air maksimum
berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
d. Phenol
Berdasarkan analisis dapat dilihat data sampel pada Tabel 2. bahwa nilai kadar
phenol pada sampel berkisar < 0,01 mg/L. Dimana hal ini menunjukkan bahwa
pada parameter krom total memenuhi standar baku mutu kualitas air bawah tanah
23
memenuhi standar baku mutu kualitas air pada Peraturan Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010.
e. Amonia
Berdasarkan analisis dapat dilihat data sampel pada Tabel 2. bahwa nilai kadar
amonia pada sampel berkisar < 0,01 mg/L. Sedangkan untuk batas maksimum
kadar amonia pada kualitas air berdasarkan Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 1,5 mg/L. Oleh karena itu, parameter amonia
pada sampel air bawah tanah di Tanjung Benoa memenuhi standar baku mutu
kualitas air.
f. Deterjen
Berdasarkan analisis dapat dilihat data sampel pada Tabel 2. bahwa nilai kadar
deterjen pada sampel berkisar < 0,05 mg/L. Sedangkan untuk batas maksimum
kadar deterjen pada kualitas air berdasarkan Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 0,05 mg/L. Oleh karena itu, parameter deterjen
pada sampel air bawah tanah di Tanjung Benoa memenuhi standar baku mutu
kualitas air.
3. Parameter Mikrobiologi
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis air bawah tanah di Tanjong Benoa maka dapat
disimpulkan bahwa kualitas air bawah tanah di Tanjung Benoa yang melebihi
baku mutu air bersih kelas 1 menurut Peraturan Menteri Kesehatan
No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persayaratan kualitas air minum adalah rasa,
residu terlarut, dan besi. Tingginya nilai residu terlarut pada sampel air bawah
tanah yang disebabkan oleh adanya aktivitas yang memicu terjadinya pencemaran
di wilayah setempat. Tingginya kadar besi tersebut menunjukkan bahwa
kandungan besi di air bawah tanah diduga karena adanya faktor aktivitas yang
dapat menimbulkan pencemaran
Upaya yang dapat dilakukan dalam mengelola kualitas air bawah tanah di
Tanjung Benoa adalah dengan melakukan pemantauan kualitas air bawah tanah
secara berkala dan selalu memperhatikan aspek sanitasi di lingkungan sekitar.
25
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. SNI 6989.58:2008. Air dan Air Limbah – Bagian
58: Metode Pengambilan Contoh Air Tanah.
Supriyantini, Endang & Endrawati Hadi. 2015. Kandungan Logam Berat Besi
(Fe) Pada Air, Sedimen, Dan Kerang Hijau. Jurnal Kelautan Tropis,
Vol. 18(1): 38-45.
Wildan, Abu. 2015. Cara Uji Fenol dalam Air: Bogor. (dikurtip dari:
http://www.sampling-analisis.com/2015/11/cara-uji-fenol-dalam
air.html#.YKg6OaFlDIX. Pada tanggal: 19 Mei 2021).