Anda di halaman 1dari 29

i

LAPORAN ANALISIS PEMANTAUAN

AIR BAWAH TANAH DI KAWASAN TANJUNG BENOA

OLEH:

NAMA KELOMPOK : KELOMPOK 2

NAMA ANGGOTA :

1. NI PUTU MEILDA FLORENZIA EKAYANTI (19053520450002)


2. SIMEON PETRUS TALLO (19053520450003)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2021
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya, maka kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan tentang
“Analisis Pemantauan Air Bawah Tanah Di Tanjung Benoa”

Dalam penulisan laporan ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
dalam materi maupun cara penulisan. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi menyempurnakan isi laporan ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada


pihak-pihak yang terlihat secara langsung atas sumber-sumber materi sebagai
bahan referensi yang membantu dalam penyusun laporan ini. Penulis berharap
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Mengwi, 21 Mei 2021

Penulis
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
BAB III. METODELOGI ANALISIS...................................................................5
3.1 Lokasi dan waktu Penelitian......................................................................5
3.2 Cara Pengambilan Sampel.........................................................................5
3.3 Pengujian Parameter Fisika.......................................................................7
3.4 Pengujian Parameter Kimia Organik......................................................11
3.5 Pengujian Parameter Mikrobiologi..........................................................17
BAB IV. HASIL PEMBAHASAN........................................................................19
4.1 Hasil Analisis Air Tanah Tanjung Benoa................................................19
4.2 Hasil Pembahasan .....................................................................................20
BAB V. PENUTUP.................................................................................................24
5.1 Kesimpulan.................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin meningkat jumlah penduduk di perkotaan maka semakin meningkat


pula tingkat kebutuhan air bersih. Air merupakan aspek yang penting bagi
kehidupan, terutama bagi manusia. Selama ini kebutuhan manusia akan air
sangatlah besar, oleh sebab itu air tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia.
Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan, karena fungsinya
sebagai salah satu kebutuhan pokok sehari-hari, seperti memasak, mandi, ataupun
memenuhi kebutuhan lainnya, bahkan untuk mendukung kegiatan dengan skala
besar seperti industri dan pertanian.

Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah
mencapai ± 70%. Penduduk biasanya mengambil air dan air tanah ditingkat
dangkal untuk kebutuhan domestk dan pertanian, sedangkan industri biasanya
memerlukan air dalam jumlah banyak sehingga mengambil air tanah dalam, yaitu
dari sumur artesis. Air tanah bergerak di dalam tanah mengisi ruang-ruang
antarbutir tanah atau dalam retakan batuan. Air tanah tidak hanya dilihat dari segi
kuantitas yang harus mencukupi kebutuhan, namun juga dari segi kualitas air
tanah yang harus sesuai dengan standar baku mutu air tanah.

Keberadaan air tanah dapat tercemar jika tidak dilakukan pengawasan dan
pemantauan. Pencemaran air tanah akan berakibat buruk bagi kesehatan manusia.
Oleh karena itu, air tanah yang ada harus dijaga dengan baik. Akan tetapi pada
masa kini, ketersediaan air tanah mulai berkurang, ditambah lagi banyaknya
sumber air tanah yang sudah mulai tercemar oleh zat-zat berbahaya sehingga tidak
dapat digunakan.

Kualitas air tanah banyak dipengaruhi oleh aktifitas manusia, diantaranya


adanya aktifitas pembuangan limbah domestik, pertanian maupun limbah industri.
Semakin padat suatu wilayah biasanya kualitas air tanahnya akan menurun
2

(kurang layak digunakan untuk air minum), karena besar peluang bertambahnya
sumber pencemaran yang dapat mencemari kualitas air tanah di lokasi tersebut.
(Priyana, Yuli, 2008).

Untuk mengantisipasi tercemarnya lingkungan terutama air bawah tanah


Tanjung Benoa, maka perlu dilakukan suatu upaya pemantauan secara berkala dan
berkelanjutan sehingga dapat diketahui lebih awal apakah air bawah tanah yang
dipantau itu sudah tercemar atau tidak. Apabila air tanah sudah tercemar maka
upaya selanjutnya perlu mengetahui sumber, dan upaya penanggulangan
pencemaran tersebut. Untuk menanggulangi pencemaran air tanah harus didukung
oleh data dari hasil-hasil penelitian yang dapat dipercaya dan akurat terutama
mengenai data kualitas air tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan


 Maksud:
Adapun maksud dari penulisan laporan analisis pencemaran air bawah
tanah Tanjung Benoa adalah sebagai berikut.
1. Dapat memberikan informasi mengenai status atau kualitas air bawah
tanah Tanjung Benoa berdasarkan parameter yang diuji.
2. Sebagai data penunjang penelitian-penelitian selanjutnya.
 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka
tujuan dari penulisan laporan ini yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui tingkat atau kualitas air bawah tanah Tanjung Benoa
berdasarkan parameter fisik, kimia, biologi.
2. Mendapat data kualitas air bawah tanah di Tanjung Benoa, sehingga
mendapat data dasar untuk penelitian selanjutnya.
3. Mengetahui penyeb, dampak, serta cara menanggulangi pencemaran
air bawah tanah tanjong Benoa.
4. Meningkatkan kesadaran untuk menjaga kelestarian air bawah tanah
sebagai sumber air bersih.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat dibawah permukaan
tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut
daur hidrologi, yaitu proses alamiah yang berlangsung pada air di alam yang
mengalami perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus (Kodoatie,
2012).

Air tanah yang ada di bumi berjumlah sekitar 97% dari total air tawar yang
ada. Hampir disetiap permukaan bumi dijumpai air tanah, bahkan di bawah gurun
pasir yang sangat kering pun terdapat air tanah, begitu juga dibawah tanah yang
membeku dan tertutup salju/es terdapat air tanah. Sumbangan terbesar air tanah
berasal dari daerah arid dan semi-arid serta daerah lain yang mempunyai formasi
paling sesuai untuk menampung air tanah (Chay Asdak, 2010).

Air tanah ini terletak tidak jauh dari permukaan tanah serta berada diatas
lapisan kedap air. Sedangkan air tanah dalam adalah air hujan yang meresap
kedalam tanah lebih dalam lagi mealui proses absorpsi serta filtrasi oleh batuan
dan mineral di dalam tanah. Sehingga berdasarkan prosesnya air tanah dalam
lebih jernih dari air tanah dangkal (Kumalasari & Satoto, 2011).

Karakteristik utama yang membedakan air tanah dan air permukaan adalah
pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang sangat lama, dapat
mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat
dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali
jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).

Kualitas air tanah adalah dimana kondisi kualitas air yang akan diuji dan
diukur harus berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan
dengan peraturan yang berlaku. Air tanah mempunyai peran penting, karena
airtanah mudah diperoleh dan memiliki kualitas yang relatif baik. Masyarakat
mengandalkan air tanah untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena
4

itu, kualitas dan kuantitas air tanah penting untuk di jaga (Suprihanto,2005).
Sebagai acuan dalam kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana yang di
atur dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemran Air (Masduqi, 2011).

Di Indonesia Klasifikasi dan kualitas air yang ada diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut,
kualitas air diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu:

a. Kelas I: dapat digunakan sebagai air minum atau untuk keperluan


konsumsi lainnya.
b. Kelas II: dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan mengairi tanaman.
c. Kelas III: dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan dan mengairi tanaman.
d. Kelas IV: dapat digunakan untuk mengairi tanamaan, dan atau hal lain
dengan persyaratan mutu air yang sama.
5

BAB III

METODELOGI ANALISIS

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap air bawah tanah di daerah Tanjung Benoa.
Metode penentuan pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling yaitu dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai kondisi
serta keadaan daerah penelitian.

3.2 Cara Pengambilan Sampel

Sampel air bawah tanah diperiksa secara fisik, kimia, dan mikrobiologi.
Sampel air tanah yang telah terambil masing-masing dimasukkan dalam jerigen
(untuk analisis sifat kimia), botol steril (analisis mikrobia). Sampel air kemudian
dianlisis secara insitu terhadap parameter kualitas air yang sifatnya cepat berubah,
antara lain pH, suhu, kecerahan, bau, rasa, dan warna, dengan alat-alat yang telah
disediakan (Dahuri, 1993).

1. Alat dan Bahan Pengambilan Sampel

Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk pengambilan sampel air
bawah tanah sebagai berikut.

a. Air Sampel
b. Buku Catatan
c. Alat Tulis
d. Jerigen
e. Gelas Ukur
f. Kamera (untuk dokumentasi pada saat pengambilan sampel)
g. Alat saat pengujian parameter
h. Bahan saat pengujian parameter
6

2. Tahapan Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel air bawah tanah Tanjung Benoa dapat dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut.

a. Siapkan alat pengambilan sampel air bawah tanah.


b. Ambil sampel air bawah tanah sesuai dengan kebutuhan analisis.
c. Masukkan ke wadah yang sesuai dengan kebutuhan analisis.
d. Lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan, pH
dikarenakan parameter ini dapat sangat cepat berubah.
e. Dan lakukan segera pengujian terhadap parameter yang lain.

Pengambilan sampel air bawah tanah Tanjung Benoa mengacu pada SNI
6989.58:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Tanah.

Tabel. 1: Parameter Kualitas Air Bawah Tanah Yang Diukur, Metode


Analisis dan Peralatan

No Parameter Satuan Peralatan Metode Analisis


A. FISIKA
1 Rasa - Indra Pengecap Organoleptik
2 Bau - Indra Penciuman Organoleptik
3 Warna mg/L Indra Penglihatan Organoleptik
4 Temperatur ℃ Termometer Thermal
5 Kekeruhan NTU Turbidimeter Turbidimetrik
6 Residu terlarut mg/L Gravimetrik Gravimetri
B KIMIA ANORGANIK
7 pH - pH-Meter Potensiometrik
8 Besi mg/L Spektrofotometer Spektrofotometrik
9 Krom total mg/L Spektrofotometer Spektrofotometri
DR 2800 Serapan Atom
10 Phenol mg/L Spektrofotometer Spektrofotometrik
11 Amonia mg/L Spektrofotometer Spektrofotometrik
12 Deterjen μg/ L Spektrofotometer Spektrofotometrik
C MIKROBIOLOGI
13 Fecal Coliform Jml/10 ml Milipore Milipore
membran-Filter membran-Filter
14 Total Coliform Jml/10 ml Most Probable Most Probable
Number (MPN) Number (MPN)
Coliform Coliform
7

3.3 Pengujian Parameter Fisika


1. Rasa

Dalam pengujian parameter rasa ini dapat kita lakukan secara sederhana atau
langsung dengan melakukan cara menuangkan sampel air bawah tanah ke dalam
gelas ukur kemudian kita merasakan air tersebut dengan menggunakan lidah
sebagai alat pengecap rasa. Metode analisis ini disebut dengan metode
organoleptik. Apabila saat kita melakukan pengujian air bawah tanah tersebut
memiliki rasa yang tidak seperti pada umumnya seperti terasa asam, manis, pahit
atau asin menunjukan bahwa air tersebut dalam kondisi yang tidak baik serta air
tersebut telah terkontaminasi oleh berbagai zat yang dapat membahayakan
Kesehatan.

2. Bau

Pengujian bau di suatu perairan berguna untuk mengetahui apakah perairan


tersebut sudah tercemar atau belum. Warna perairan dapat pula dipengaruhi oleh
biota yang ada didalamnya, misalnya algae, plankton dan tumbuhan air. Air
bawah tanah pada umumnya berwarna bening. Dalam pengujian parameter bau ini
dapat kita lakukan secara sederhana atau langsung dengan melakukan cara
mencium bau pada sampel air bawah tanah. Metode analisis ini disebut dengan
metode organoleptik.
8

3. Warna

Warna perairan dapat dipakai (tidak selamanya) sebagai parameter apakah


suatu perairan sudah tercemar atau belum. Metode analisis ini disebut dengan
metode organoleptik.

4. Temperatur

Temperatur merupakan parameter yang penting karena erat hubungannya


dengan kehidupan di dalam air dan sangat mempengaruhi pertumbuhan organisme
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan temperature dilakukan
untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek
kesehatan habitat dan biota air lainnya.

Alat: Termometer

Cara Kerja:

1) Sampel air bawah tanah diambil dalam botol.


2) Kemudian tuangkan kedalam gelas ukur.
3) Setelah termometer dicelupkan ke dalam sampel air bawah tanah tersebut,
ditunggu beberapa menit kemudian dicatat suhunya.
5. Kekeruhan

Kekeruhan dapat mempengaruhi masuknya sinar matahari ke dalam air. Sinar


matahari sangat diperlukan oleh organisme yang berada didalam perairan untuk
proses metabolisme. Tujuan dari pemeriksaan parameter ini adalah untuk
mengetahui derajat atau tingkat kekeruhan air yang disebabkan oleh adanya
partikel-partikel yang tersebar merata dan dapat menghambat jalannya sinar
9

matahari yang melalui air tersebut. Pengujian ini menggunakan metode analisis
turbidimetrik.

Alat: Turbidimeter

Cara Kerja:

1) Masukan sampel air bawah tanah ke dalam botol sampai mendekati garis
tera.
2) Botol sampel di lap dengan kain lembut untuk membersihkan.
3) Tekan tombol I/O. instrument akan terbuka kemudian tempatkan
instrument pada suatu permukaan datar (kokoh) dan jangan memegang
instrument ketika sedang melakukan pengukuran.
4) Masukan cell sampel air bawah tanah dalam ruang cell dengan
mengorientasikan tanda garis pada bagian depan ruang cell.
5) Pilih daerah/range secara manual atau otomatis dengan menekan tombol
range.
6) Memilih mode sinyal rata-rata dengan menekan tombol signal average.
Dan monitor akan menunjukkan SIG AVG Ketika instrument sedang
menggunakan mode sinyal rata-rata.
7) Tekan read. Monitor akan menunjukkan NTU, kemudian angka turbiditas
akan muncul dalam NTU.
8) Kemudian catat angka turbiditas setelah symbol lampu padam.
6. Residu Terlarut

Residu terlarut dalam air dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang
diperbolehkan (1000 mg/L). Padatan yang terlarut di dalam air berupa bahan-
10

bahan kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Air yang mengandung jumlah
padatan melebihi batas menyebabkan rasa yang tidak enak

Alat: Gravimetrik

Cara Kerja:

1) Pengendapan dilakukan dengan menyaring sampel air sehingga keduanya


menjadi terpisah, padatan tersuspensi memiliki ukuran molekul yang lebih
besar daripada padatan terlarut sehingga padatan tersuspensi ini akan
tinggal pada kkertas saring pada saat menyaring.
2) Sebelum disaring, sampel air terlebih dahulu di kocok agar zat-zat yang
terkandung didalamnya tersebar merata dan homogen kemudian di
masukkan kedalam gelas ukur kemudian di saring menggunakan kertas
saring.
3) Endapan yang tertinggal pada kertas saring sebagai padatan tersuspensi ini
kemudian di letakkan pada wadah berupa cawan kemudian di lakukan
pemanasan di dalam oven pada suhu 1030C-1050C selama 1jam bertujuan
untuk menhilangkan kadar air yang terdapat pada kertas saring maupun
endapan sehingga akan di peroleh berat padatan tersuspensi yang akurat.
4) Setelah di lakukan pemanasan maka kertas beserta wadahnya di dinginkan
didalam desikator selama 10-15 menit selanjutnya di timbang hingga di
peroleh berat yang konstan.
11

3.4 Pengujian Parameter Kimia Organik


1. pH

pH merupakan suatu parameter untuk menentukan kadar asam dan basa dalam
suatu perairan. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan alat pH-
meter yaitu dengan menggunakan prinsip potensiometrik. Nilai pH normal
menurut baku mutu air Kelas I memiliki rentang antara 6,5 – 8,5.

Alat:

1. pH-Meter

2. Pengaduk gelas atau magnetic


3. Gelas piala 250 mL;
4. Kertas tissue;
5. Timbangan analitik
6. Termometer.
Bahan:

1) Larutan penyangga (buffer): Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai


dan tersedia dipasaran, atau dapat juga dibuat dengan cara sebagai berikut:
2) Larutan penyangga, pH 4,004 (250C): Timbangkan 10,12 g kalium
hidrogen ptalat, KHC8H4O4, larutkan dalam 1000 mL air suling.
3) Larutan penyangga, pH 6,863 (250C): Timbangkan 3,387 g kalium
dihidrogen fosfat, KH2PO4 dan 3,533 g dinatrium hidrogen fosfat,
Na2HPO4, larutkan dalam 1000 mL air suling.
12

4) Larutan penyangga, pH 10,014 (250C): Timbangkan 2,092 g natrium


hidrogen karbonat, NaHCO3 dan 2,640 g natrium karbonat, Na2CO3,
larutkan dalam 1000 mL air suling
Cara Kerja:

1. Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi


kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
2. Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.
3. Bilas elektroda dengan contoh uji.
4. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan
pembacaan yang tetap.
5. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
2. Besi

Besi atau ferrum (Fe) merupakan metal berwarna putih keperakan yang pada
umumnya sukar larut di dalam tanah. Tingginya kandungan Besi yang terdapat
pada sampel diduga karena adanya faktor alami dikarenakan tidak adanya sektor
industri ataupun aktivitas yang dapat menimbulkan limbah maupun menyumbang
kandungan Besi ke dalam air tanah.

Alat: Spektrofotometer

Cara Kerja:

1. Masukkan 100 ml sampel air yang sudah dikocok sampai homogen


kedalam gelas piala.
2. Tambahkan 5 ml asam nitrat.
13

3. Panaskan di pemanas listrik sampai larutan sampel hamper kering.


4. Ditambahkan 50 ml air suling, masukan kedalam labu ukur 100 ml melalui
kertas saring dan diterapkan 100 ml dengan air suling.
5. Pipet 10 ml larutan induk besi, Fe 1000 mg/l ke dalam labu ukur 100 ml.
6. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
7. Pipet 50 ml larutan standar logam besi, Fe 100 mg/l kedalam labu ukur
500 ml.
8. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
9. Pipet 0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml; dan 60 ml larutan baku besi,
Fe 10 mg/l masing-masing ke dalam labu ukur 100 ml.
10. Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tera sehingga diperoleh
konsentrasi logam besi 0,0 mg/l; 0,5 mg/l; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 3,0 mg/l; 4,0
mg/l dan 6,0 mg/l.
11. Oplimalkan alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.
12. Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang
gelombang 248,3 nm.
13. Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.
14. Lanjutkan dengan pengukuran uji yang sudah di persiapan.
3. Krom Total

Alat: Spektrofotometer DR 2800

Cara Kerja:

1) Sebanyak 10 mL sampel air dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer


kemudian ditambah satu sachet reagen ChromaVer® 3 Chromium Reagent
powder pillows dan dikocok.
14

2) Larutan kemudian didiamkan selama 5 menit kemudian dimasukkan ke


dalam kuvet dan dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer DR
2.800.
3) Analisis diulangi kembali untuk sampel air bawah tanah Tanjung Benoa.
4. Phenol

Alat: Spektrofotometer

Cara Kerja:

Fenol bereaksi dengan 4-aminoantipyrin dengan penambahan K3Fe(CN)6


pada pH 10 dengan menghasilkan warna merah-coklat antipyrin yang stabil.
Kepekatan warna yang dihasilkan berbanding lurus dengan
konsentrasi/kandungan fenol.

Respon warna fenol dengan 4-aminoantipyrine tidak sama untuk semua


senyawa fenol, sebab senyawa fenol yang berasal dari limbah biasanya
mengandung berbagai jenis fenol, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai standar.
Karena itu dipilih fenol yang spesifik sebagai standar. Warna yang berasal dari
senyawa fenol lainnya dapat dilaporkan sebagai senyawa fenol, nilai
ini sebagai representasi konsentrasi minimum dari senyawa fenol yang terdapat
dalam sampel.
15

5. Amonia

Alat: Spektrofotometer

Cara Kerja:

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu termometer, jerigen 2 L


sebagai wadah air bawah tanah Tanjung Benoa, ice box sebagai wadah agar
contoh uji tidak rusak, water sampler, pH portabel dan GPS sedangkan alat untuk
analisis kadar amonia yaitu Spektrofotometer UV-Vis merk Cintra 2020, sample
cell 25 mL labu ukur 50 mL, pipet ukur 5 mL, pipet ukur 2 mL, pipet volumetrik
10 mL dan pipet tetes.

Bahan-bahan yang digunakan ialah contoh uji sample air tanah Tanjung
Benoa, air suling, larutan standar amonia 10 mg/L dan 0,5 mg/L, larutan fenol,
larutan etil alkohol 95% larutan natrium nitropusida 0,5 %, larutan alkalin sitrat,
larutan natrium hipoklorit 5% dan larutan pengoksidasi.

Pengujian Kadar Amonia :

Contoh uji sebanyak 10 mL dipipet ke dalam sample cell 25 mL. Lalu


ditambahkan 0,4 mL larutan fenol, 0,4 mL larutan natrium nitropusida dan 1 mL
larutan pengkosidasi. Kemudian dihomogenkan dan ditunggu hingga 1 jam.
Selanjutnya diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
640 nm.
16

6. Deterjen

Alat: Spektrofotometer

a. Labu ukur 1000 Ml.


b. Corong pisah 2 buah.
c. Beaker Glas 250 mL.
d. Glass ukur 25 mL.
e. Corong.
f. Pipet takar 10 mL.
g. Bola hisap.
h. Pipet tetes.
i. Botol Sampel.
j. Spatula.
k. Kuvet spektro.
l. Labu semprot.
m. Statip 4 buah

Bahan Yang Digunakan:

a. Larutan biru metilen


b. Larutan indikator fenolftalen
c. NaOH 1 N
d. Na2SO4 1 N dan 6 N
e. Na2SO4 anhidrat
f. Aquadest
17

Cara Kerja:

1) Untuk sampel dan blanko, masukan masing-masing 50 mL ke dalam


corong pisah, tambahkan tiga tetes indikator fenolftalen dan NaOH 1 N
sampai warnanya berubah menjadi merah muda.
2) Tambahkan H2SO4 sampai warnanya hilang, untuk menetralkan
3) Tambahkan metilen biru 25 mL
4) Ekstraksi dengan 10 mLCH2CL2 sebanyak 3 kali
5) Lapisan bawah dipisahkan dengan menggunakan kertas saring dan
Na2SO4 anhidrat
6) Masukan sampel dan balnko kedalam kuvet
7) Hitung nilai absorbannya dengan menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 652 nm.
3.5 Pengujian Parameter Mikrobiologi
1. Fecal Coliform

Alat: Milipore membran-Filter

Cara Kerja:

1) Pengujian Fecal Coliform pada air tanah dengan metode milipore


membran-filter terdiri dari uji-uji presumtif (penduga) dan uji konfirmasi
(peneguhan).
2) Pengujian Coliform dengan metode membrane-filter dilakukan dengan
cara sampel air limbah disaring dengan menggunakan kertas membran
filter, kemudian membran diberikan media tumbuh m-Endo broth dan
diinkubasi pada suhu 35 ± 0,5 °C selama 22 - 24 jam.
18

3) Setelah itu, dilakukan pengamatan koloni Coliform dibawah mikroskop.


Setelah ditemukannya terdapat koloni Coliform.
4) Selanjutnya dilakukan uji konfirmasi terhadap Coliform fekal dilakukan
dengan menggunakan EC medium broth sebagai media tumbuh dan
diinkubasikan pada suhu 44,5 ± 0,2 ⁰C selama 24 jam.
5) Selanjutnya pengamatan tabung positif Coliform dapat dilihat dengan
adanya gas di dalam tabung.
2. Total Coliform

Alat: Most Probable Number (MPN) Coliform

Cara Kerja:

1) Pengujian Coliform pada air tanah dengan metode Most Probable Number
(MPN) terdiri dari uji presumtif (penduga) dan uji konfirmasi
(peneguhan).
2) Pengujian MPN Coliform diawali dengan membuat pengenceran terhadap
sampel limbah dengan menggunakan dilution water, kemudian hasil
pengenceran ditumbuhkan dengan menggunakan Lauryl Tryptose Broth
sebagai media tumbuh dan diinkubasi pada suhu 35 ± 0,5 ⁰C selama 24 ±
2 jam.
3) Setelah itu, dilakukan uji konfirmasi total Coliform dengan menggunakan
Brilliant Green Bile Broth sebagai media tumbuh dan diinkubasi pada
suhu 35 ± 0,5 ⁰C selama 72 ± 5 jam.
19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas 1, dimana
melakukan upaya berupa kegiatan Pemantauan Kualitas Air Bawah Tanah Di
Tanjung Benoa sebagai upaya pemantauan secara berkala dan berkelanjutan
sehingga dapat diketahui lebih awal apakah lingkungan yang dipantau itu sudah
tercemar atau tidak. Hasil pemantauan kualitas air baik fisik, kimia organik
maupun mikrobiologi untuk air bawah tanah di Kabupaten Badung tepat nya di
Tanjung Benoa seperti tercantum pada Tabel 2. Kelayakan kualitas air tanah
untuk air minum dapat diketahui dengan cara menecocokan hasil uji laboraturium
dengan syarat baku mutu air bersih menurut peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum
20

Tabel 2. Hasil Analisis Air Tanah Di Tanjung Benoa


Berdasarkan Permenkes 492/ MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
BAKU MUTU KELAS
NO PARAMETER SATUAN KELAS I
I II III IV
FISIKA
1 Rasa - - - - - Asin
2 Bau - - - - - Tidak berbau
3 Warna mg/L - - - - 7
4 Temperatur mg/L Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 27,2
5 Kekeruhan NTU - - - - 0,50
6 Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000 2852
KIMIA ANORGANIK
7 pH - 6-9 6-9 6-9 5-12 7,92
8 Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) 0,24
9 Krom Total mg/L - - - - <0,02
10 Phenol mg/L - - - - <0,01
11 Amonia mg/L - - - - <0,01
12 Deterjen μg/L 200 200 200 (-) <0,05
MIKROBIOLOGI
13 Fecal Coliform Jml/10 ml 100 1000 2000 2000 0
14 Total Coliform Jml/10 ml 1000 5000 10000 10000 0

4.2 Hasil Pembahasan

Berdasarkan data analisis air bawah tanah di Tanjung Benoa Kabupaten


Badung mengacu pada baku mutu air Kelas I Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Pada pemantaun ini dilakukan pengujian dengan 3 jenis parameter seperti
parameter fisik, parameter kimia, dan parameter mikrobiologi.

1. Parameter Fisik

Berdasarkan hasil analisis air bawah tanah untuk baku mutu air minum
parameter fisik yang memenuhi standar baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan
No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persayaratan kualitas air minum adalah
parameter bau, warna, kekeruhan, dan parameter temperature, dimana jenis
parameter tersebut masih berada dibawah kadar maksimum serta memenuhi baku
mutu air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010.
Adapun parameter fisik yang melebihi baku mutu air minum sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010, parameter yang
melebihi baku mutu tersebut adalah sebagai berikut:
21

a. Rasa

Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 2. menerangkan bahwa air pada
sampel memiliki rasa asin. Jika dibandingkan dengan baku mutu kualitas air
minum Permenkes No. 492, kadar maksimum yang diperbolehkan adalah tidak
memiliki rasa. Oleh karena itu parameter rasa air pada sampel telah mengalami
pencemaran. Pencemaran parameter rasa tersebut dipengaruhi oleh intrusi air laut,
dikarenakan lokasi pengambilan sampel yang berada dekat lokasi pantai Tanjung
Benoa. Banyakanya pemenafaatan atau pemboran sumur air bawah tanah oleh
masyrakat sekitar dan pemanfatan industri juga akan mempengaruhi terjadinya
intrusi air laut pada kondisi air bawah tanah Tanjung Benoa.

b. Residu Terlarut

Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 2 bahwa nilai kadar residu
terlarut pada sampel air berkisar 2.852 mg/L. Apabila dibandingkan dengan baku
mutu kualitas air minum Permenkes No. 492, nilai kadar residu terlarut
maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/L. Sehingga kadar residu terlarut
pada sampel air telah mengalami pencemaran.

Tingginya nilai kadar residu terlarut pada sampel air tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti resapan dari septictank atau penampungan tinja yang
berada di sekitar lokasi pengambilan sampel sehingga banyaknya kandungan
organik yang meresap ke dalam tanah akibat adanya rembesan air ke dalam aliran
air tanah tersebut. Selain itu, adanya rembesan dari air selokan dari air buangan
dari aktivitas domestik (grey water) yaitu berupa air dari hasil cucian yang
bercampur dengan air hujan.

2. Parameter Kimia
a. pH

pH merupakan suatu parameter untuk menentukan kadar asam dan basa dalam
suatu perairan. Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan alat pH
meter yaitu dengan menggunakan prinsip potensiometrik. Nilai pH normal
menurut baku mutu air Kelas I memiliki rentang antara 6-9. Berdasarkan hasil
22

analisis pH air bawah tanah untuk baku mutu kualitas air parameter kimia
anorganik yang memenuhi standar baku mutu Permenkes
No.492/Menkes/Per/IV/2010 berkisar antara 6-9. Apabila dibandingkan dengan
air bawah tanah Tanjung Benoa dengan nilai parameter pH sebesar 7,92. Hal ini
menunjukan kandungan pH di air bawah tanah sangat baik untuk kehidupan, serta
dalam kategori aman dan layak digunakan sebagai air bersih.

b. Besi

Logam berat Fe merupakan logam berat essensial yang keberadaannya dalam


jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah
yang berlebih dapat menimbulkan efek racun. Berdasarkan hasil analisis pada
tabel 2 dapat dilihat bahwa sampel yang diuji memiliki kandungan besi 0,24
mg/L. Sedangkan untuk batas maksimum kadar besi pada kualitas air berdasarkan
Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 0,3 mg/L. Oleh karena itu,
parameter besi pada sampel air Tanjung Benoa melebihi standar baku mutu
kualitas air. Tingginya kadar besi di Tanjung Benoa diduga disebabkan oleh
kandungan Fe yang berasal dari beberapa sumber, yaitu selain dari tanah juga
berasal dari aktivitas manusia yang terjadi di daratan yakni adanya buangan
limbah rumah tangga yang mengandung besi, reservoir air dari besi, endapan-
endapan buangan industry.

c. Krom Total

Berdasarkan analisis dapat dilihat data sampel pada Tabel 2 bahwa nilai kadar
krom total pada sampel berkisar <0,02 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa pada
parameter krom total memenuhi standar baku mutu kualitas air maksimum
berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

d. Phenol

Berdasarkan analisis dapat dilihat data sampel pada Tabel 2. bahwa nilai kadar
phenol pada sampel berkisar < 0,01 mg/L. Dimana hal ini menunjukkan bahwa
pada parameter krom total memenuhi standar baku mutu kualitas air bawah tanah
23

memenuhi standar baku mutu kualitas air pada Peraturan Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010.

e. Amonia

Berdasarkan analisis dapat dilihat data sampel pada Tabel 2. bahwa nilai kadar
amonia pada sampel berkisar < 0,01 mg/L. Sedangkan untuk batas maksimum
kadar amonia pada kualitas air berdasarkan Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 1,5 mg/L. Oleh karena itu, parameter amonia
pada sampel air bawah tanah di Tanjung Benoa memenuhi standar baku mutu
kualitas air.

f. Deterjen

Berdasarkan analisis dapat dilihat data sampel pada Tabel 2. bahwa nilai kadar
deterjen pada sampel berkisar < 0,05 mg/L. Sedangkan untuk batas maksimum
kadar deterjen pada kualitas air berdasarkan Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010 sebesar 0,05 mg/L. Oleh karena itu, parameter deterjen
pada sampel air bawah tanah di Tanjung Benoa memenuhi standar baku mutu
kualitas air.

3. Parameter Mikrobiologi

Sesuai dengan data sampel pada Tabel 2. parameter mikrobiologi yang


digunakan untuk mengindikasikan pencemaran air secara mikrobiologi yaitu fecal
coliform dan total coliform menunjukan kedua parameter tersebut tidak terdeteksi
atau memiliki kadar nilai 0 Jml/100mL pada uji sampel air tersebut. Oleh karena
itu kedua parameter mikrobiologi tersebut jika dibandingkan dengan batas
maksimum baku mutu kualitas air Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010,
sampel air tersebut tidak mengalami pencemaran mikrobiologi.
24

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis air bawah tanah di Tanjong Benoa maka dapat
disimpulkan bahwa kualitas air bawah tanah di Tanjung Benoa yang melebihi
baku mutu air bersih kelas 1 menurut Peraturan Menteri Kesehatan
No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persayaratan kualitas air minum adalah rasa,
residu terlarut, dan besi. Tingginya nilai residu terlarut pada sampel air bawah
tanah yang disebabkan oleh adanya aktivitas yang memicu terjadinya pencemaran
di wilayah setempat. Tingginya kadar besi tersebut menunjukkan bahwa
kandungan besi di air bawah tanah diduga karena adanya faktor aktivitas yang
dapat menimbulkan pencemaran

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengelola kualitas air bawah tanah di
Tanjung Benoa adalah dengan melakukan pemantauan kualitas air bawah tanah
secara berkala dan selalu memperhatikan aspek sanitasi di lingkungan sekitar.
25

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. SNI 6989.58:2008. Air dan Air Limbah – Bagian
58: Metode Pengambilan Contoh Air Tanah.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/


MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Supriyantini, Endang & Endrawati Hadi. 2015. Kandungan Logam Berat Besi
(Fe) Pada Air, Sedimen, Dan Kerang Hijau. Jurnal Kelautan Tropis,
Vol. 18(1): 38-45.

Yuliani. 2014. Analisis Kadar Tembaga Dan Kromium(Vi) Pada Sampel


Air Sungai Winongo Dengan Metode Spektrofotometer. Laporan PKL.
Prodi Kimia FST UIN SUKA: jogja (dikutip dari:
https://www.academia.edu/10887110/Analisis_Kadar_Tembaga_Dan_
Kromium_Vi_Pada_Sampel_Air_Sungai_Winongo_Dengan_Metode_
Spektrofotometer. Pada tanggal: 19 Mei 2021).

Wildan, Abu. 2015. Cara Uji Fenol dalam Air: Bogor. (dikurtip dari:
http://www.sampling-analisis.com/2015/11/cara-uji-fenol-dalam
air.html#.YKg6OaFlDIX. Pada tanggal: 19 Mei 2021).

Tanamas, Elsha Kemala.2013. Laporan Akhir Praktikum Kimia


Lingkungananalisis Deterjen. Jurusan Teknik Lingkungan-Fakultas
Teknik. Universitas Andalas: Padang. (dikutip dari:
https://www.academia.edu/16451195/Laporan_Analisis_Deterjen.
Pada tanggal: 20 Mei 2021).

saka.co.id.2020. Analisis Coliform Pada Air Limbah. (dikutip dari:


http://www.saka.co.id/news-detail/analisis-coliform-pada-air-limbah.
Pada tanggal: 20 Mei 2021).
26

Irnaning Handayani, Novarina.2016. Komprasi Analisis Total Coliform Dan Koli


Tinja Dengan Menggunakan Metode Most Probable Namber (MPN) 5
Tabung Dan Enzim Substrat. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri, 7(2),107-112. (dikutip dari:
http://ejournal.kemenperin.go.id/jrtppi/article/view/927/pdf_7. Pada
tanggal: 20 Mei 2021).

Anda mungkin juga menyukai