I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mendemonstrasikan operasi manual motorized valve dan menentukan
kerakteristiknya (laju alir/posisi).
2. Untuk mengendalikan suhu keluaran fluida proses (TCA) menggunakan
thermocouple/conditioner on–off proses controller dengan relay output untuk
mengontrol motorized valve.
3. Untuk mendemontrasikan karakteristik proses controller Proporsional (P) dan
tanggapannya terhadap perubahan set point atau gangguan proses.
4. Untuk mendemontrasikan karakteristik proses controller Proporsional + Integral
(PI) dan tanggapannya terhadap perubahan set point atau gangguan proses.
5. Untuk mendemontrasikan karakteristik proses controller Proporsional + Integral
+ Derivatif (PID) dan tanggapannya terhadap perubahan set point atau
gangguan proses.
II. PERALATAN
1. PCT – 10, Electrical console + trim tool.
2. PCT – 13, Temperature control accessory.
3. Pemanas air.
4. Thermocouple.
5. Recorder BBC.
Set point
Heater
Time
G
Gambar 4.1 Aksi Kontrol On–Off
On
Heater
Off
Sp Temperatur
Controller on–off ideal tidak biasa dibuat karena adanya gangguan proses
dan interferensi listrik, karena yang biasa membuat output bersiklus secara
cepat saat suhu melewati set point. Kondisi ini sangat mengganggu alat-alat
kontrol akhir. Fungsi ini bekerja kalau suhu melewati set point sejumlah
tertentu sebelum output mati. Hysterisis mencegah agar output bergerak tidak
terkendali kalau gangguan puncak ke puncak kurang dari hysterisis. Besarnya
hysterisis menentukan kemungkinan variasi suhu minimum. Namun
karakteristik proses biasanya akan menambah diferensial. Diagram waktu
suhu untuk controller dengan hysterisis dapat dilihat pada gambar 4.3.
ON ON ON ON
Temperatur
Histerisis
Set point
(differensial)
Time
100%
80%
60%
40%
20%
0%
375° Sp 425° Temperatur
PB = 50 400°
Gambar 4.4. Kurva Transfer Controller Aksi – Balik (Reverse Action)
100%
80%
60%
Error
40%
20%
0%
Sp 425° Temperatur
Wide PB.
100%
80%
60%
Error
40%
20%
0%
Temperatur
Narrow PB.
V. PROSEDUR KERJA
5.1 Operasi Manual
1. Dimasukkan nilai 0% (4mA) pada controller dan diamati bahwa aliran
pada F2 berhenti, pembacaan dicatat.
2. Diatur output controller secara bertahap dari 0% - 80% dengan kenaikan
tahap 10% dan dicatat kenaikan aliran pada F2 pada tiap – tiap tahap.
3. Digambar controller output vs laju alir untuk menentukan karakteristik
control valve.
5.2 Kontrol On–Off
Tabel Setting Proses Kontroller untuk percobaan On – Off.
Setting Kode Nilai Satuan
Set Point - 40 C
Power output ‘Pr’ - -
Proporsional ‘Prop’ 0 %
Integral ‘Int’ 0 Menit
Derivatif ‘Der’ 0 Detik
Hysterisis ‘Hyst’ 3 %
Reverse action ‘Cs-2’ -r- -
AMMETER
PROCESS CONTROLLER
VOLTMETER
SIGNAL CONDITIONING CH 1
ZERO SPAN
0-1 V OUTPUT 4-20 mA OUTPUT
T/C
1 2 3 4
INPUTS
A
4-20 mA INPUT
COMMUNICATION CONNECTION
FOR USE WITH PCT 10/12
MOTOR POSITIONER 4-20 mA MANUAL OUTPUT
4-20 mA OUTPUT
ZERO SPAN
TC HEAT TC Valve
3 Ex. 4 Motor
TC
2
TC
F1 1 F2
V1 V2
PUMP
T/STAT
V3
Rangkaian Alat Percobaan 3 : Kontrol On–Off
AMMETER
PROCESS CONTROLLER SUPPLAY
VOLTMETER
AMMETER
PROCESS CONTROLLER
VOLTMETER
RECORDER
A
4-20 mA INPUT
SIGNAL CONDITIONING CH 1
COMMUNICATION CONNECTION
FOR USE WITH PCT 10/12
ZERO SPAN
4-20 mA OUTPUT
0-1 V OUTPUT 4-20 mA OUTPUT
T/C
1 2 3 4
INPUTS
24 V ~ OUTPUT
240 V ~ OUTPUT
MOTOR POSITIONER
TC HEAT TC Valve
3 Ex. 4 Motor
TC
2
TC
F1 1 F2
V1 V2
PUMP
T/STAT
V3
Rangkaian Alat Percobaan 4 : Kontrol Proporsional
AMMETER
PROCESS CONTROLLER SUPPLAY
VOLTMETER
AMMETER
PROCESS CONTROLLER
VOLTMETER
RECORDER
A
4-20 mA INPUT
SIGNAL CONDITIONING CH 1
COMMUNICATION CONNECTION
FOR USE WITH PCT 10/12
ZERO SPAN
4-20 mA OUTPUT
0-1 V OUTPUT 4-20 mA OUTPUT
T/C
1 2 3 4
INPUTS
24 V ~ OUTPUT
240 V ~ OUTPUT
MOTOR POSITIONER
TC HEAT TC Valve
3 Ex. 4 Motor
TC
2
TC
F1 1 F2
V1 V2
PUMP
T/STAT
V3
VI. DATA PENGAMATAN
6.1 Hasil pengamatan karateristik katup kontrol temperatur operasi manual
Tabel 6.1. Data karateristik katup kontrol temperatur operasi manual dengan
variasi set point 0% sampai 100%.
Set Point (%) Ammeter (mA) Laju Alir (cm3/s)
0 4 0
10 5 10
20 6.8 20
30 8.5 160
40 10 200
50 12 230
60 13.5 240
70 15 250
80 17 260
90 19 270
100 20 280
6.2 Hasil pengamatan efek hysterisis terhadap overshoot dan undershoot pada
sistem pengendali on-off dengan variasi nilai hysterisis 2%, 3%, 4%, dan 5%
dengan set point 40.
1. Untuk Hysterisis 2%
3. Untuk Hysterisis 4 %
Dari kedua percobaan diatas dapat kita lihat efek yang ditimbulkan dari hysterisis
terhadap perubahan overshoot dan undershoot pada system pengendalian on-off dari
grafik diatas, bahwa semakin besar hysterisis yang diberikan maka semakin besar
pula overshoot dan undershootnya.
Dengan adanya nilai hysterisis yang diberikan pada suatu alat kontrol proses maka
dapat mengontrol setiap keluaran (output) dimana dengan adanya penambahan nilai
hysterisis maka output akan bergerak sebesar nilai hysterisis yang diberikan.
VII. PERHITUNGAN
7.1 Hasil Pengamatan Efek Gain terhadap Offset pada Pengendali dengan
Mode Proporsional.
Untuk Proporsional = 10%
Po = 23
Sp awal = 40
100
Kc =
5 PB
100
= =2
5 x 10
= 5
Pr (praktek) = 34
Pr (teori) = (Kc x ) + Po
= (2 x 5) + 23
= 33
Prs (praktek) = 26
SP akhir = 45
PV = 43,8
= SP – PV
= 45 – 43,8
= 1,2
Prs (teori) = (Kc x ) + Po
= (2 x 1,2) + 23
= 25,4
Untuk data perhitungan yang lain dapat dilihat pada tabel perhitungan
pengendali dengan kontrol proporsional.
4. Untuk Proporsional 15
Dari hasil percobaan ini yaitu dengan mengamati efek gain terhadap offset dengan
variasi proporsional serta pada set point 40oC menunjukkan bahwa semakin besar
nilai proporsional maka nilai gain akan semakin kecil. Begitupun dengan nilai Pr
yang diperoleh, terlihat bahwa semakin besar proporsional maka nilai Pr yang
diperoleh akan semakin kecil pula.
Dari percobaan terlihat bahwa perubahan set point menyebabkan nilai dari Pr
praktek berubah, sedangkan pada tabel dapat dilihat bahwa nilai dari Pr teori sedikit
berbeda dengan nilai Pr praktek yang ditunjukkan pada grafik yang terekam pada alat
recorder. Hal ini mungkin disebabkan karena terjadi perubahan suhu yang sangat
lambat pada thermocouple.
7.2 Hasil Pengamatan Efek Gain terhadap Offset pada Pengendali dengan
Mode Proporsional + Integral.
Untuk Proporsional = 5% dan Integral = 1
Po = 19
Sp awal = 40
100
Kc =
5 PB
100
= =4
5x5
= 5
Pr (praktek) = 42
Pr (teori) = (Kc x ) + Po
= (4 x 5) + 19
= 39
Prs (praktek) = 24
SP akhir = 45
PV = 45,1
= SP – PV
= 45 – 45,1
= 0,1
Prs (teori) = (Kc x ) + Po
= (4 x 0,1) +19
= 19,4
Untuk data perhitungan yang lain dapat dilihat pada tabel perhitungan
pengendali dengan kontrol Proporsional + Integral.
2. Untuk Integral 2
4. Untuk Integral 4
7.3 Hasil Pengamatan Efek Gain terhadap Offset pada Pengendali dengan
Mode Proporsional + Integral + Derivatif (PID).
Untuk Proporsional = 5%, Integral = 3, dan Derivatif 1
Po = 16
Sp awal = 40
100
Kc =
5 PB
100
= =4
5x5
= 5
Pr (praktek) = 38
Pr (teori) = (Kc x ) + Po
= (4 x 5) + 16
= 36
Prs (praktek) = 19
SP akhir = 45
PV = 44,9
= SP – PV
= 45 – 44,9
= 0,1
Prs (teori) = (Kc x ) + Po
= (4 x 0,1) +16
= 16,4
Untuk data perhitungan yang lain dapat dilihat pada tabel perhitungan
pengendali dengan kontrol Proporsional + Integral + Derivatif.
2. Untuk Derivatif 2
4. Untuk Derivatif 4
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan atas percobaan yang telah kelompok kami lakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Pada operasi manual, semakin tinggi set point maka bukaan katup laju air
masuk akan semakin besar pula.
Pada pengamatan efek hysterisis terhadap overshoot dan undershoot,
terlihat bahwa semakin besar nilai hysterisis yang diberikan maka overshoot dan
undershoot akan semakin besar pula.
Pada pengamatan efek gain terhadap offset pada pengendalian dengan mode
Proporsional, terlihat bahwa semakin besar nilai dari proporsional band maka gain
akan semakin kecil. Perubahan set point juga menyebabkan nilai Pr semakin
tinggi.
Pada pengamatan efek gain terhadap offset pada pengendalian dengan
mode Proporsional + Integral, terlihat bahwa semakin besar nilai dari integral
maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan stabil akan semakin cepat.
Penambahan derivatif pada proses pengendali dengan mode Proporsional
+ Integral + Derivatif bertujuan untuk mempercepat tanggapan sekaligus
memperkecil overshoot pada variabel proses, sehingga dapat menghasilkan
tanggapan yang cepat tanpa terjadi osilasi yang berlebihan. Disamping itu,
penambahan derivatif ini pula berfungsi untuk menghilangkan offset.