KEJANG
A. Definisi
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari
sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak).
Menurut Brown (1974) kejang adalah suatu aritma serebral.
Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun
fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal
Emergensi Dasar).
Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal
atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda penting akan adanya penyakit
lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap di
kemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui harus segera di obati. Hal yang paling penting dari
kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebabnya dan
memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba menanggulangi kejang tersebut dengan
obat antikonvulsan.
Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-
tiba menangis melengking. Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan kesadaran,
gerakan yang tidak menentu (involuntary movements) nistagmus atau mata mengedip-edip
proksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan. Oleh karena itu Manifestasi klinik yang
berbeda-beda dan bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak di kenali oleh yang belum
berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila
berangsur berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan kemungkinan Manifestasi kejang.
B. Patogenesis
Kejang pada neonatus seringkali tidak dikenali kerena bentuknya yang berbeda dengan
kejang orang dewasa dan anak-anak. Penyelidikan sinemotografi dan EEG menunjukkan bahwa
kelainan pada EGG sesuai dengan twitching dari muka, kedipan muka, menguap, kaku tiba-tiba dan
sebagainya. Oleh karena itu, kejang pada bayi baru lahir tidak spesifikasi dan lebih banyak digunakan
istilah “fit” atau “seizure”.
Manifestasi yang berbeda-beda ini disebabkan morfologi dan organisasi dari korteks serebri
yang belum terbentuk sempurna pada neonatus (Froeman, 1975). Demikian pula pembentukan
dendrit, synopsis dan mielinasasi. Susunan syarat pusat pada neonatus terutama berfungsi pada
medulla spinalis dan batang orak. Kelainan lokal pada neuron tidak disalurkan kepada jaringan
berikutnya sehingga kejang umum jarang terjadi.
Batang otak berhubungan dengan gerakan-gerakan seperti menghisap, gerakan bola mata,
pernafasan dan sebagainya, sedangkan fleksi umum atau kekakuan secara fokal atau umum adalah
gejala medula spinalis.
D. Diagnosis
1. Anamnesa
a. Anemnesa lengkap mengenai keadaan ibu pada saat hamil
b. Obat yang di minum oleh ibu saat hamil
c. Obat yang diberikan dan yang diperlukan sewaktu persalinan
d. Apakah ada anak dan keluarga yang sebelumnya menderita kejang dan lain-lain.
e. Riwayat persalinan: bayi lahir prematus, lahir dengan tindakan, penolong persalinan, asfiksia
neontorum
f. Riwayat immunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan
g. Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional
h. Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah, ekstremitas
i. Riwayat spasme atau kekakukan pada ekstremitas, otot mulut dan perut
j. Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan
k. Riwayat bayi malas minum sesudah dapat minum normal
l. Adanya faktor resiko infeksi
m. Riwayat ibu mendapatkan obat, misal: heroin, metadon, propoxypen, alkohol
n. Riwayat perubahan warna kulit (kuning)
o. Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang
2. Pemeriksaan fisik
a. Kejang
1) Gerakan normal pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas
2) Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda, mata berkedip berputar,
juling
3) Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti
4) Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar menonjol, suhu tidak normal
b. Spasme
1) Bayi tetap sadar, menangis kesakitan
2) Trismus, kekakuan otot mulut pada ekstremitas, perut, kontraksi otot, tidak terkendali dipicu oleh
kebisingan, cahaya atau prosedur diagnostik
3) Infeksi tali pusat
E. Prognosis
Tergantung dari cepat lambatnya timbul kejang (makin dini timbulnya kejang, makin tinggi
angka kematian dan gejala usia) beratnya penyakit, fasilitas laboratorium, cepat lambatnya
mendapat pengobatan yang adekuat dan baik tidaknya perawatan.
F. Etiologi
1. Metabolik
a. Hipoglikemia
Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada
bayi dengan berat badan lahir rendah. Hipoglikemia dapat dengan/tanpa gejala. Gejala dapat berupa
serangan apnea, kejang sianosis, minum lemah, biasanya terdapat pada bayi berat badan lahir
rendah, bayi kembar yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes melitus, asfiksia.
b. Hipokalsemia
Yaitu: keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 8 mg/100 ml
atau kurang dari 4 MEq/L
Gejala: tangis dengan nada tinggi, tonus berkurang, kejang dan diantara dua serangan bayi dalam
keadaan baik.
c. Hipomagnesemia
Yaitu kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya terdapat bersama-sama dengan
hipokalsemia, hipoglikemia dan lain-lain.
Gejala kejang yang tidak dapat di atasi atau hipokalsemia yang tidak dapat sembuh dengan
pengobatan yang adekuat.
d. Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l. gejalanya adalah kejang, tremor.
Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih dari 145 mEg/l. Kejang yang biasanya disebabkan oleh
karena trombosis vena atau adanya petekis dalam otak.
e. Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
Merupakan akibat kekurangan vitamin B6. gejalanya adalah kejang yang hebat dan tidak hilang
dengan pemberian obat anti kejang, kalsium, glukosa, dan lain-lain. Pengobatan dengan
memberikan 50 mg pirodiksin
f. Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir etiologi karena
adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O 2 dari ibu ke janin.
2. Perdarahan intrakranial
Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi vitamin K,
trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub aroknoid, intraventrikulus dan
intraserebral. Biasanya disertai hipoglikemia, hipokalsemia. Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan,
fungsi lumbal dan offalmoskopi mungkin dapat membantu diagnosis. Terapi : pemberian obat anti
kejang dan perbaikan gangguan metabolism bila ada.
3. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis
4. Genetik/kelainan bawaan
5. Penyebab lain
a. Polisikemia
Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah, infufisiensi placenta, transfuse dari bayi kembar
yang satunya ke bayi kembar yang lain dengan kadar hemoktrokit di atas 65%
b. Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui penyebabnya berikan oksigen
untuk sianosisnya
2. Atropometri
a. Berat badan : 2800 gr
b. Panjang badan : 49 cm
c. Lingkar kepala : 35 cm
d. Lingkar dada : 30
e. Lila : 9,5 cm
3. Reflek
a. Moro : tidak ada
b. Tonic neak : tidak ada
c. Palmargrap : tidak ada
: tidak menangis spontan, bayi manangis saat dirangsang
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
1. Diagnosa
Bayi Ny. Rina lahir spontan pervaginam cukup bulan dengan kejang
Dasar: Bayi kejang seluruh tubuh, suhu tubuh 36 oC, apgar score 5/8 berat badan: 2800 gr, tinggi badan : 49
cm, denyut jantung 98 x/menit, ekstremitas kaku dan mata berputar-putar.
2. Masalah
1. Kejang
Dasar:
a. Ektremitas bayi pergerakannya kaku
b. Mata berputar-putar
c. Seluruh tubuh bayi kejang
2. Gangguan O2
Dasar: Terdapat lendir pada jalan nafas bayi
3. Gangguan cairan dan nutrisi
Dasar: bayi belum mau menyusu
4. Hipotermi
Dasar:
a. Esktrimitas bayi biru
b. Bayi teraba dingin
c. Suhu 36oC
3. Kebutuhan
1. Atasi kejang
2. Pasang infus
3. Perbaiki jalan nafas bayi
4. Perbaiki suhu
5. Perawatan tali pusat
6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan
Dasar:
a. Ektremitas bayi pergerakannya kaku
b. Mata berputar-putar
c. Seluruh tubuh bayi kejang
d. Terdapat lendir pada jalan nafas bayi
e. Apgar 5/8
f. Bayi susah bernafas
g. Suhu 360C
h. Tali pusat masih basah
V. PERENCANAAN
1. Atasi kejang
a. Beri bayi obat anti kejang dengan memberikan obat diazepam dengan dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV.
b. Pasang infus intravena dipembuluh darah periver dengan cairan dextrose 10%
2. Lakukan pembebasan jalan nafas
a. Bebas jalan nafas
b. Letakkan bayi pada posisi yang benar
c. Lakukan slim zuinger
3. Lakukan ransangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi
b. Atau sentil
4. Pertahankan suhu badan bayi
a. Membungkus bayi
b. Menghidupkan radian warmer
5. Lakukan perawatan tali pusat
a. Jepit tali pusat dengan 2 klem
b. Potong tali pusat dengan kasa steril
c. Bungkus tali pusat dengan kasa steril
d. Ajarkan ibu untuk perawatan tali pusat
e. Anjurkan pada ibu untuk perawatan tali pusat secara teratur
f. Evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang
6. Lakukan penilaian bayi
a. Perhatikan dan nilai nafas bayi
b. Hitung frekuensi/denyut jantung bayi
c. Nilai warna kulit bayi
7. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI Ekslusif
8. Anjurkan ibu untuk mengkomsumsi sayuran hijau
VI. PELAKSANAAN
Pada tanggal 19 November 2007
1. Mengobati kejang
a. Pasang infus intravena di pembuluh darah perifer, di tangan, kaki atau kepala jika bayi di duga
dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit diabetes melitus pemasangan infus melalui vana umbilikostik
b. Beri obat anti kejang yaitu : diazepam 0,5/kg, supositoria IM sampai kejang teratasi
c. Bila kejang sudah teratasi, beri cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg BB/hari
2. Melakukan pembebasan jalan nafas
a. Membersihkan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung dan mulut bayi secara zig-zag
dengan kasa steril segera setalah lahir
b. Melakukan bayi terlentang atau miring dengan leher agak ekstensi atau tengadah dengan
meletakkan selimut atau handuk yang digulung ke bawah bahu sehingga bahu terangkat 2-3 cm
c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion dan lendir dari mulut dan hidung
menggunakan slim zuinger. Bila air ketuban bercampur mekonium. Maka penghisapan dari trakea
diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium. Hisap dari mulut terlebih dahulu kemudian hisap
dari hidung
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi
a. Membungkus bayi dengan handuk kering dan bersih yang ada di atas perut ibu bila tali pusat
panjang, mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk mengihilangkan air ketuban
dan mencegah kehilangan suhu tubuh melalui evaporasi
b. Menghidupkan radio warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi dengan meletakkan bayi
telentang di bawah alat pemancar panas. Alat pemancar panas perlu disiapkan sebelumnya agar
kasur tempat diletakkan bayi juga hangat.
4. Melakukan perawatan tali pusat
a. Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat dan mengikatnya
c. Membungkus tali pusat dengan kasa steril
d. Mengajarkan pada ibu untuk perawatan tali pusat
e. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat
5. Melakukan rangsangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi kearah atas
b. Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang dapat menimbulkan atau
mempertahankan pernafasan
6. Melakukan penilaian bayi
a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi
b. Menilai warna kulit bayi
7. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI ekslusif bagi bayi selama 6 bulan
8. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat
9. Melibatkan suami dan keluarga untuk mendukung kegiatan ibu dalam merawat bayinya
10. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau seperti bayam, daun katu, daun
singkong, serta kacang-kacang.
VII. EVALUASI
Pada tanggal 19 November 2007
1. Pemberian obat anti kejang telah dilakukan
a. Pemasangan infus intravena
b. Memberi obat anti kejang yaitu diazepam 0,5/kg sampai kejang teratasi
2. Pembebasan jalan nafas telah dilakukan
a. Mata, hidung, dan mulut telah di bersihkan
b. Bayi telah diposisikan dengan benar
c. Jalan nafas telah dibersihkan
3. Suhu tubuh bayi telah dipertahankan
a. Bayi telah dibungkus dengan handuk kering dan bersih
b. Tubuh dan kepala bayi telah dikeringkan dengan handuk
c. Radian wamer telah melakukan pembesan jalan nafas
4. Rangsangan taktil telah dilakukan dan punggung telah diusap ke arah atas
5. Perawatan tali pusat telah dilakukan
Kejang telah teratasi, memberikan cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kgBB/hari
6. Bayi telah bernafas spontan
7. Ibu mengerti akan pentingnya ASI ekslusif selama 6 bulan
8. Ibu mengerti cara merawat tali pusat bayi
9. Suami dan keluarga bersedia membantu ibu dalam merawat bayinya
10. Ibu mengerti dan tersedia mengkonsumsi sayuran hijau, seperti : bayam, daun katu, daun sinkong,
serta kacang-kacang
CATATAN PERKEMBAGAN
Hari ke-2
Tanggal 20 November 2007
S : 1. Ibu menyatakan sudah melakukan apa yang dianjurkan kepadanya
2. Ibu menyatakan sudah memberi ASI pada bayinya
3. Ibu mengatakan bayinya BAB 3x
4. Ibu mengatakan anaknya tampak sehat dan akan segera pulang
5. Ibu mengatakan bayinya sudah mandi lap dan di bedong
6. Ibu mengatakan bayinya sudah tidak kejang lagi
A 1. Diagnosa
Bayi baru lahir umur 1 hari
Dasar : Bayi lahir spontan tanggal 19 November 2007
2. Masalah : tidak ada
3. Kebutuhan
a. Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
b. Perawatan tali pusat
c. Perawatan pada ibu dan keluarga tentang
1) Personal hygiene bayi
2) Pemberian ASI ekslusif
3) Pertahankan suhu tubuh bayi
d. Perawatan bayi sehari-hari
P : 1. Memandikan bayi dengan cara mandi lap 2 x sehari. Pagi dan sore
2. Merawat tali pusat
3. Berikan penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang :
a. Personal hygiene bayi
b. Pemberian ASI ekslusif
c. Pertahankan suhu bayi
CATATAN PERKEMBAGAN
Hari ke-4
Tanggal 22 November 2007
S : 1. Ibu mengatakan bayi tidur + 16 jam
2. Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI saja atau pada saat bayi lapar
3. Ibu mengatakan bayinya BAB 3 x/hari, BAK + 7-8 x/hari
O : 1. Diagnosa
Bayi baru normal umur 4 hari
Dasar : Bayi lahir spontan tanggal 19 November 2007
2. Masalah : tidak ada
3. Kebutuhan
a. Perawatan bayi sehari-hari
b. Pemberian ASI ekslusif
CATATAN PERKEMBAGAN
Hari ke-7
Tanggal 27 November 2007
S : 1. Ibu mengatakan bayi telah menyusu dengan baik dan akan dilanjutkan sampai 6 bulan
yang akan datang
2. Ibu mengatakan bayi menangis pada saat haus dan lapar juga pada saat popoknya basah pada saat
BAK atau BAB
3. Ibu mengatakan akan menjaga bayinya agar tetap hangat dan mengganti popok bila basah
DAFTAR PUSTAKA
Staf pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta bagian IKA FKUI