Norma Hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peratran hukum. Dalam
pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala
sumber hukum.
Etika dalam kehidupan kenegaraan dan hukum tidak lepas dari analisis
fungsi-fungsi kenegaraan, sistem kenegaraan, hak dan kewajiban warga
negara dan ppenduduk yang kesemuanya di atur dalam etika kenegaraan
dan etika tata hokum sebuah negara.
Karena pemahaman istilah “politik” untuk ber-Etika Pancasila harus dari
seginya yang ilmiah, bukan yang non-ilmiah, maka untuk dapat memiliki
kemampuan ber-Etika politik Pancasila orang dituntut memiliki sikap ilmiah,
kejujuran ilmiah, hasrat ilmiah dan mampu menjaga dan
menyelenggarakan suasana ilmiah. Sikap ilmiah meliputi:
Inti masalah politik tidak hanya terbatas pada masalah kekuasaan. Tetapi
politik adalah masalah seperangkat keyakinan dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, yang dibela dan diperjuangkan oleh para
penganutnya, yaitu manusia-manusia Pancasila yang sedang berusaha
dan berjuang untuk menyelenggarakan suatu kehidupan bermasyarakat,
berbagsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila.
Itu tadi adalah pengertian “politik” yang ilmiah. Di samping itu ada
pengertian “politik” yang non-ilmiah, yang prinsip perjuangannya adalah
demi kemenangan dalam kekuasaan, masalah nilai kemanusiaan tidaklah
penting, kalau perlu “tujuan menghalalkan cara”. Nilai-nilai Pancasila juga
tidak selalu dianut, kalau perlu berbuat dan bertindak yang bertentangan
dengan Pancasila, bahkan mungkin pula tersembunyi keinginan/ kehendak
untuk mengganti Pancasila dengan dasar negara yang lain.
Jelas ini tidak lah ilmiah, karena tidak dapat dipertanggungjawabkan
kepada Pancasila. Sejarah telah menunjukkan bahwa perilaku atau
perbuatan politik yang demikian ini tidak akan dan tidak mungkin
mendatangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dilihat dari
segi “politik” dalam pengertiannya yang ilmiah ini betapa banyak politisi kita
yang nampaknya “bermasalah”.
Kalau kita perhatikan panggung politik dunia, keakhiran kekuasaan
Presiden Sadam Husein yang bisa dinilai tragis dengan berbagai nestapa
dibaliknya itu pasti bukan cita-cita Sadam Husein sendiri. Demikian pula
keakhiran presiden Soekarno dan presiden Suharto yang bisa dinilai “tidak
nyaman” dengan berbagai masalah di baliknya itu pasti juga bukan cita-cita
beliau.
Semua ini menunjukkan bahwa merealisasikan filsafat Politik secara
benar yang dibuktikan dengan tetap berpegang pada etika politik
dalam pengertiannya yang ilmiah itu sungguh tidak mudah, dan oleh
karenanya harus selalu diupayakan. Kalau tidak diupayakan dengan
sungguh-sungguh, maka hambatan, kesukaran, dan godaan-godaan akan
selalu membelokkan para politisi dan orang pada umumnya untuk
menjalankan “politik” dalam pengertiannya yang tidak ilmiah, yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan kepada Filsafat Politik Pancasila.
Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, artinya utuh tidak terpecah-pecah.
Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak
yang berabeka ragam menjadi satu kebulatan. Sila Persatuan Indonesia ini
mencakup persatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi, social budaya,
dan hankam. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea keempat,
yang berbunyi, “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia …”. Selanjutnya lihat
batang tubuh UUD 1945.
1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk
hidup dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga
masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat.
Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan beragama,
kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme
memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.
4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia atau
sebuah elit atau sekelompok ideologi berhak untuk menentukan dan
memaksakan orang lain harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan
kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang
memimpin mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Jadi demokrasi
memerlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam
tindakan politik.
Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar yaitu :
5. Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan
masyarakat. Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap
ketidakadilan. Tuntutan keadilan sosial tidak boleh dipahami secara
ideologis, sebagai pelaksanaan ide-ide, ideologi-ideologi, agama-agama
tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan sosialisme.
Keadilan sosial adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan,
keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-
ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Ketidakadilan adalah
diskriminasi di semua bidang terhadap perempuan, semua diskriminasi
atas dasar ras, suku dan budaya.
Untuk itu tantangan etika politik paling serius di Indonesia sekarang adalah:
Etika Politik Pancasila adalah cabang dari filsafat politik Pancasila yang
menilai baik dan buruknya perbuatan atau perilaku politik berdasarkan
Filsafat Politik Pancasila. Peran etika politik Pancasila sangat dibutuhkan
dalam menangani pelanggaran-pelanggaran etika politik di Indonesia,
karena etika politik pancasila mampu mendeteksi adanya gejala- gejala
awal dari pelanggaran terhadap filsafat politik pancasila.
Merealisasikan filsafat Politik secara benar yang dibuktikan dengan tetap
berpegang pada etika politik dalam pengertiannya yang ilmiah itu sungguh
tidak mudah, dan oleh karenanya harus selalu diupayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Http:/Plityz. Blogs pot. Com/2010/Pancasila – Sebagai – Etika – Politik.html Diakses tanggal 22 maret 2012.
Http:/Khairunnisa Zhet. Blog Spot. Com/2011/06/ Pancasila Sebagai Etika Poltik.html .Diakses tanggal 22 maret 2012
Suseno, Franz Magnis. 2007. Etika Politik; Sebuah Keharusan. Yogyakarta: Makalah Kuliah Umum Prof. Frans Magnis Suseno