Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andi Diana Damayanti Hasba

Nim : PO713211191.008
Kelas : 2 A

A. Tugas Resume Pendarahan Post Partum


1. Pengertian Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum adalah peristiwa dimana ibu kehilangan banyak darah
setelah usainya kala 3 yang biasanya di tandai dengan tanda vital yang menurun
akibat ketidakstabilan hemodinamik yang disebabkan oleh perdarahan postpartum.
WHO mengatakan Perdarahan postpartum dikatakan berat apabila jumlah
perdarahan mencapai 1000 ml dalam 24 jam setelah melahirkan. Pada umumnya,
perdarahan harus segera di tangani bila terdapat perdarahan yang melebihi
normal , tidak harus menunggu darah yang keluar melebihi 1000 ml.12
Perdarahan pada umumnya terjadi setelah kelahiran bayi sebelum, selama dan
sesudah keluarnya placenta.13 Perdarahan postpartum juga bisa terjadi setelah
kala III dan kala IV persalinan selesai. Karena adanya selaput plasenta yang
tertinggal dan adanya kontraksi uterus yang lemah sehingga menyebabkan
terjadinya perdarahan postpartum.
2. Tanda Gejala Perdarahan Postpartum
Seorang ibu hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume
total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala baru tampak pada ibu bersalin
dalam fase kala 3 dapat dikatakan mengalami perdarahan postpartum bila telah
menyebabkan tanda vital yang menurun ( kesadaran menurun, pucat, limbung,
keringat dingin, sesak napas dan tekanan darah < 90 mmhg dan nadi > 100 /
menit. Klasifikasi Perdarahan Postpartum Bila dibedakan menurut waktu
terjadinya, perdarahan postpartum terdiri dari perdrahan primer dan sekunder.
Perdarahan posrpartum primer adalah perdarahan yang terjadi 24 jam setelah
melahirkan. Sedangkan perdarahan postpartum sekunder adalah perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pasca persalinan sampai dengan 12 minguu pasca
melahirkan. Penyebab Perdarahan Postpartum Perdarahan postpartum bisa
disebabkan karena perdarahan dari tempat implantasi plasenta atau uterus, sisa
plasenta dalam uterus, robekan jalan lahir dan gangguan koagulasi pasien. Atonia
uteri yang merupakan penyebab perdarahan postpartum bisa terjadi karena
penggunakan anestesi. Kehamilan gemeli, makrosomia dan hidramnion juga
menyebabkan atonia uteri karena terjadi distensi yang berlebihan pada uterus.
Partus lama, partus presipitatus, partus dengan induksi oksitosin, multiparitas,
korioamnionitis dan riwayat atonia.
Beberapa faktor risiko perdarahan postpartum diantaranya yaitu:
 Umur Ibu yang berusia 35 tahun terjadi kemunduran yang progresif dari
endometrium yang mempengaruhi kekuatan kontraksi pada saat persalinan
dan setelah persalinan. Salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya
perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri adalah usia terlalu tua dan
terlalu muda.
 Paritas merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya perdarahan
postpartum primer. Pada paritas yang rendah (paritas = 1) dapat
menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan sehingga
ibu tidak mampu dalam menangani komplikasi yang terjadi selama
kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan semakin sering wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih dari 3) menyebabkan
uterus semakin lemah sehingga besar risiko komplikasi kehamilan dan
persalinan. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
perdarahan postpartum yang dapat mengakibatkan kematian maternal.
 Jarak antar kelahiran Jarak antar kelahiran adalah waktu sejak kelahiran
sebelumnya hingga kelahiran berikutnya. Jarak antar kelahiran 2-4 tahun
dibutuhkan agar kondisi tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya.
 Anemia merupakan suatu kondisi dimana kadar hemoglobin kurang dari
11 g/dL, yang dapat mempengaruhi keadaan umum serta merupakan faktor
risiko yang meningkatkan perdarahan postpartum. Anemia dibagi menjadi
2 yaitu anemia ringan (Hb 10-12 g/dL), anemia sedang (Hb 8-10g/dL), dan
anemia berat (Hb <8g/dL). Dengan adanya anemia akan terjadi penurunan
kadar oksigen dalam darah sehingga dapat meningkatkan oksigen dan
meningkatkan proses penggalian otot-otot, selanjutnya dapat
meningkatkan kontraksi miometrium pasca persalinan yang menyebabkan
peningkatan perdarahan postpartum.

B. Resume Trombofeblitis dan Emboli Air Ketuban


Adalah invasi / perluasan mikroorganisme yang mengikuti aliran darah disepanjang
vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi
pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas (Nugroho, Taufan.
2010. Kasus Emergency Kebidanan Halaman 173. Yogyakarta : Nuha Medika.)
Terbagi atas dua yaitu :
 Tromboflebitis Femoralis
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis
 Tromboflebitis Pelvik
Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena
uterina dan vena hipogastrika
Apa itu emboli air ketuban (emboli cairan amnion)?
Emboli cairan amnion atau disebut juga emboli air ketuban adalah komplikasi yang jarang
terjadi saat melahirkan.
Emboli air ketuban adalah kondisi di mana air ketuban, sel-sel janin, rambut, atau yang
lainnya memasuki aliran darah ibu melalui dasar plasenta rahim.
Berbagai cairan dan bahan-bahan tersebut dapat memicu reaksi yang menyerupai alergi.
Reaksi ini kemudian dapat mengakibatkan kolaps kardiorespirasi (jantung dan paru-paru) dan
perdarahan yang berlebihan (koagulopati).
Emboli cairan amnion sebenarnya bisa terjadi selama kehamilan.
Akan tetapi, komplikasi persalinan yang satu ini lebih sering terjadi selama proses
melahirkan berlangsung atau segera setelahnya.
Emboli air ketuban adalah komplikasi melahirkan yang cukup sulit untuk didiagnosis.
Jika dokter mencurigai Anda mengalami kondisi ini, akan segera dilakukan tindakan guna
mencegah komplikasi pada Anda dan bayi yang berisiko mengancam nyawa.
Bahkan, emboli air ketuban masih adalah salah satu komplikasi yang bisa berujung fatal
karena sulit diprediksi dan dicegah.
Segera bawa ibu hamil melahirkan di rumah sakit ketimbang melahirkan di rumah bila
mengalami masalah tertentu menjelang kelahiran.
Ada beberapa faktor yang juga dapat meningkatkan risiko Anda mengalami emboli air
ketuban.
Faktor tersebut meliputi memiliki masalah pada plasenta, preeklampsia, jumlah air ketuban
berlebih (polihidramnion), serta usia di atas 35 tahun saat hamil dan melahirkan.
Tanda-Tanda dan Gejala
Emboli air ketuban adalah kondisi yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat.
Tahap awal dari komplikasi ini biasanya meliputi serangan jantung dan gagal pernapasan
yang cepat.
Serangan jantung terjadi ketika jantung berhenti bekerja dan ibu kehilangan kesadaran serta
berhenti bernapas.
Gagal pernapasan cepat terjadi ketika paru-paru tidak dapat memasok cukup oksigen untuk
darah atau membuang cukup karbon dioksida dari darah.
Ini membuat ibu sangat sulit untuk bernapas.
Kemungkinan tanda-tanda dan gejala dari emboli air ketuban lain adalah sebagai berikut:
Sesak napas mendadak
Cairan berlebih dalam paru-paru (edema paru)
Tekanan darah rendah yang mendadak
Jantung mendadak gagal untuk memompa darah dengan efektif (kolaps kardiovaskular)
Masalah pembekuan darah yang mengancam nyawa (koagulopati intravaskular diseminata)
Perubahan keadaan mental seperti kecemasan
Kedinginan
Ritme jantung cepat atau gangguan dalam ritme jantung
Fetal distress, seperti ritme jantung lambat
Kejang
Koma
Abnormalitas ritme jantung pada janin secara mendadak
Pendarahan dari rahim, sayatan, atau lokasi intravena (IV)

Anda mungkin juga menyukai