Anda di halaman 1dari 20

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,

RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

Silabus Program Pendidikan Dokter Spesialis


Program Studi : Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Dasar Anestesi Anatomi dan fisiologi


Beban studi : 2 SKS
Lama studi : 4 minggu akademik

I. Tujuan Pendidikan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu melakukan persiapan preoperatif pasien
ambulatori dengan baik dan cermat, melakukan pembiusan umum maupun regional yang baik dan
tepat, monitoring dan penatalaksanaan pasca operasi pasien ambulatori

II. Prinsip Metode Pengajaran

Peserta didik akan mendapat instruksi secara langsung dari supervisor dalam pengamatan dan
pelaksanaan tindakan anestesi rawat jalan termasuk evaluasi preoperatif, penatalaksanaan
postoperatif, dan obat – obat yang diperlukan saat tindakan anestesi melalui metode pembelajaran
didaktik.

III. Target Pencapaian


Sikap:

 S1: Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap yang sesuai
dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia
 S2: Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
moral, dan etika
 S3: Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara
dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila
 S4: Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa
 S5: Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain
/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

 S6: Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan menginternalisasi nilai, norma
serta etika
 S7: Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
 S8: Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang Ilmu Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah
 S9: Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi
 S10: Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kedokterannya
dan mempraktikkan belajar sepanjang hayat dengan selalu mengikuti perkembangan ilmu dan
praktek kedokteran mutakhir

Pengetahuan:
 P1: Memahami filosofi ilmu pengetahuan secara umum maupun keilmuan khusus dalam bidang
Anestei Rawat Jalan
 P2: Memahami teori mengenai embriologi, anatomi, fisiologi, dan patofisiologi terkait ilmu
Anestesiologi dan Terapi Intesif
 P3: Memahami proses perkembangan ilmu Anestesiologi dan Terapi Intesif pada seluruh
kelompok usia
 P4: Memahami ilmu mengenai pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang baik non invasif
maupun invasive, dan tatalaksana ilmu Anestesiologi dan Terapi Intesif
 P5: Memahami prinsip dasar, prinsip kerja, serta interpretasi pemeriksaan penunjang baik non
invasif maupun invasif ilmu Anestesiologi dan Terapi Intesif
 P6: Memahami konsep ilmu ilmu Anestesiologi dan Terapi Intesif pada pasien yang dilakukan
tindakan anestesi pada pasien pasca intervensi non bedah maupun bedah
 P7: Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang ilmu ilmu
Anestesiologi dan Terapi Intesif melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji
 P8: Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di dalam bidang ilmu
ilmu Anestesiologi dan Terapi Intesif melalui pendekatan inter atau multidisipliner
 P9: Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan
keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional

/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

 P10: Memiliki pengetahuan penyakit ilmu Anestesiologi dan Terapi Intesif dari usia bayi
sampai dewasa dan usia lanjut.
 P11: Pengetahuan dalam membaca, menginterpretasikan dan mengaplikasikan secara klinis
hasil pemeriksaan laboratorium pasien dalam ilmu Anestesiologi dan Terapi Intesif

Ketrampilan umum:

 KU1: Mampu bekerja di bidang keahlian ilmu Anestesiologi dan Terapi Intesif serta memiliki
kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi dokter Anestesiologi dan
Terapi Intensif yang berlaku secara nasional
 KU2: Mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan profesi
dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif berdasarkan pemikiran logis, kritis,
sistematis, kreatif, dan komprehensif
 KU3: mampu mengomunikasikan hasil kajian, kritik, apresiasi, argumen, atau karya inovasi
yang bermanfaat bagi pengembangan profesi, kewirausahaan, dan kemaslahatan manusia, yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat umum
melalui berbagai bentuk media
 KU4: mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang dibuat
dalam melaksanakan pekerjaan profesi kedokteran baik oleh dirinya sendiri, sejawat, atau
sistem institusinya
 KU5: mampu meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang khusus Ilmu Anestesiologi
dan Terapi Intensif melalui pelatihan dan pengalaman kerja dengan mempertimbangkan
kemutakhiran bidang Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif di tingkat nasional, regional, dan
internasional
 KU8: Mampu bekerja sama dengan profesi lain melalui pendekatan inter, dan multi disipliner
dalam menyelesaikan masalah kesehatan di bidang Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif
 KU9: Mampu melakukan komunikasi efektif, berempati pada pasien dan komunitas serta
melakukan upaya advokasi dalam pemecahan masalah kesehatan individu, keluarga dan
komunitas
 KU10: mampu bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang Ilmu Anestesiologi dan Terapi
Intensif sesuai dengan kode etik profesi kedokteran dan etika profesi dokter spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif
/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

 KU11: mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri dan tim yang berada di
bawah tanggungjawabnya
 KU 12: mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan nasional dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan profesi atau pengembangan kebijakan nasional pada
bidang Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif
 KU13: Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan menemukan
kembali data serta informasi untuk keperluan pengembangan hasil kerja sebagai dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif

Keterampilan khusus:

 KK1: Mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini guna
meningkatkan ketrampilan klinik dalam bidang Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif
 KK2: Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan baru melalui kegiatan riset dalam bidang
Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif
 KK3: Mampu mengembangkan teknologi kedokteran baru yang inovatif, kreatif dan teruji
dalam bidang Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif melalui kegiatan riset dalam bidang Ilmu
Anestesiologi dan Terapi Intensif
 KK4: Mampu merangkum intepretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
dan prosedur yang sesuai dengan Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif untuk menegakkan
diagnosis dengan mengacu pada evidence-based medicine
 KK5: Mampu melakukan prosedur klinik dalam bidang Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif
sesuai dengan masalah/tanda atau gejala klinik termasuk kedaruratan klinis
 KK6: Mengembangkan konsep dan prinsip serta filosofi Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif
 KK7: Mampu berkontribusi dalam tim untuk menangani permasalahan di bidang Ilmu
Anestesiologi dan Terapi Intensif
 KK8: Mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah
Anestesiologi dan Terapi Intensif secara ilmiah menurut Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif
untuk mendapatkan peningkatan kualitas hidup
 KK10: Mampu mengelola sumber daya manusia dan sarana-prasarana secara efektif dan efisien
dalam pelayanan kesehatan

/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

 KK15: Mampu memeriksa, membuat diagnosis secara klinis, mengobati dan merawat penderita
yang akan dilakukan tindakan Anestesiologi dan Terapi Intensif
 KK16: Mampu melakukan pemeriksaan, interpretasi, merencanakan dan memberikan
keputusan pada pasien Anestesiologi dan Terapi Intensif

IV. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


 Mampu memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan anestesi rawat jalan, mulai
dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
 Mampu melakukan ppengelolaan perioperatif pada pasien dengan komorbiditas serta pengisian
informed consent yang adekuat

V. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


 Keilmuan (Kognitif)

 Mampu menjelaskan kriteria pemilihan pasien untuk operasi ambulatori.


 Mampu menjelaskan pemeriksaan preoperatif pasien untuk operasi ambulatori, meliputi
pemeriksaan fisik dan penunjang yang tepat.
 Mampu menjelaskan status fisik pasien ambulatori berdasarkan klasifikasi ASA.
 Mampu menjelaskan kondisi pasien yang tidak sesuai untuk operasi ambulatori dan
resikonya, seperti bayi prematur dan ex-prematur, pasien dengan riwayat gangguan
respirasi seperti ISPA, apneu, spasme bronkus, pasien dengan penyakit jantung sepeiti
CHF, kelainan jantung kongenital, pasien dengan riwayat hipertermia maligna, pasien
obesitas morbid, pasien dengan keganasan, gangguan jalan nafas sulit, operasi besar
yang memungkinkan kehilangan banyak darah, yang membutuhkan monitoring dan
penanganan nyeri khusus pasca operasi.
 Mampu menjelaskan persiapan preoperatif operasi ambulatori seperti puasa dan
premedikasi.
 Mampu menjelaskan rencana anestesia umum seperti anestesia intravena, sungkup,
LMA atau intubasi ETT, dan regional seperti spinal, epidural, kaudal maupun blok
perifer untuk operasi pasien ambulatori yang akan dilakukan.
 Mampu menjelaskan persiapan alat anestesi umum maupun regional, dan obat cbatan
dengan masa kerja singkat yang sesuai untuk anestesia ambulatori.
/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

 Mampu menjelaskan monitoring yang baik dan sesuai untuk anestesia ambulatori.
 Mampu menjelaskan cara pemulihan pembiusan yang cepat (Fast track anesthesia)
untuk pasien ambulatori.
 Mampu menjelaskan penatalaksanan nyeri, mual muntah pasca bedah untuk pasien
ambulatori.
 Mampu menjelaskan komplikasi yang dapat timbul pasca operasi ambulatori.
Mampu menjelaskan kriteria pasien keluar dari PACU/ruang pulih fase 1 ke ruang pulih
fase 2 (dengan Modifikasi Aldrete’s score) pulang kerumah (PADSS score) atau harus
dirawat pasca operasi ambulatori

 Keterampilan Klinis (Psikomotor)

 Mampu melakukan pemilihan pasien untuk operasi ambulatori.


 Mampu melakukan pemeriksaan preoperative pasien untuk operasi ambulatori, meliputi
pemenksaan fisik dan penunjang yang tepat.
 Mampu mengklasifikasi status fisik pasien ambulatori berdasarkan klasifikasi ASA.
 Mampu menilai kondisi pasien yang tidak sesuai untuk operasi ambulatori dan
resikonya, seperti bayi prematur dan ex-prematur, pasien dengan riwayat gangguan
respirasi seperti ISPA, apneu, spasme bronkus, pasien dengan penyakit jantung seperti
CHF, kelainan jantung kongenital, pasien dengan riwayat hipertenma maligna, pasien
obesitas morbid, pasien dengan keganasan, gangguan jalan nafas sulit, operasi besar
yang memungkinkan kehilangan banyak darah, yang membutuhkan monitoring dan
penanganan nyeri khusus pasca operasi.
 Mampu melakukan persiapan preoperatif operasi ambulatori seperti puasa dan
premedikasi.
 Mampu melakukan anestesia umum seperti anestesia intravena, sungkup, LMA atau
intubasi ETT. dan regional seperti spinal, epidural, kaudal untuk operasi pasien
ambulatori yang akan dilakukan (lihat prosedur anestesia umum dan regional).
 Mampu melakukan persiapan alat anestesi umum maupun regional.
 Mampu melakukan pemberian obat-obatan dengan masa kerja singkat yang sesuai
untuk anestesia ambulatori.
 Mampu melakukan monitoring yang baik dan sesuai untuk anestesia ambulatori.
/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

 Mampu melakukan penatalaksanaan nyeri, mual muntah pasca bedah untuk pasien
ambulatori
 Mampu mengenali tanda-tanda dan mengatasi komplikasi yang dapat timbul pasca
operasi ambulatori.
 Mampu menilai kondisi pasien keluar dari PACU/ruang pulih fase 1 ke ruang pulih fase
2 dengan Modifikasi Aldrete score atau pulang (dengan PADSS score), atau dirawat
pasca operasi ambulatori
- .

 Etika Profesionalisme
a. Etika Profesionalisme
- Mampu bersikap professional terhadap penderita/keluarga, staf pendidik dan
kolega, paramedis dan nonparamedis
- Mampu bersikap disiplin dan bertanggungjawab
- Taat mengisi dokumen medic
- Taat melaksanakan pedoman penggunaan obat dan alat sesuai SOP yang
berlaku.

b. Komunikasi
Mampu berkomunikasi pada penderita/keluarga, staf pendidik dan kolega, paramedis
dan nonparamedis secara jujur, terbuka dan baik

c. Kerjasama
- Mampu bekerjasama yang baik dengan penderita/keluarga, staf pendidik dan
kolega, paramedis dan nonparamedis
- Mampu bekerjasama dalam bentuk tim secara harmonis untuk pelayanan yang
optimal

d. Keselamatan Pasien
Mampu mengikuti dan menjalankan kaidah-kaidah keselamatan pasien (IPSG 1-6:
Identifikasi pasien, komunikasi efekt1if, keamanan pemberian obat, surgical safety

/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

checklist, pencegahan infeksi [termasuk cuci tangan], dan pencegahan pasien risiko
jatuh)

VI. Indikator Pembelajaran


Mampu menjelaskan dan melakukan:
1. Evaluasi Preoperasi:
- Anamnesis
- Diagnosis fisik
- Menentukan pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan tambahan lain yang sesuai
2. Penatalaksanaan Pascaoperasi
- Observasi pascaoperasi
- Mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi
- Penatalaksanaan komplikasi
3. Komunikasi Perioperatif dengan Pasien dan Keluarga
- Diskusi
- Informed consent
- Penyampaian terjadinya perburukan dan keadaan yang tidak diinginkan
4. Etika dan Profesionalisme

VII. Bentuk Pembelajaran


1. Tutorial
2. Responsi
3. Praktek lapangan

VIII. Metode Pembelajaran


1. Tugas baca/belajar mandiri untuk menghadapi pretest
- Bahan acuan sesuai daftar pustaka
- Ilmu dasar yang berkaitan dengan modul
- Ilmu klinis dasar yang berkaitan dengan modul

2. Kuliah dan diskusi mengenai pokok bahasan dan subpokok bahasan


/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

- Belajar dua arah (student centered learning)


- Small group discussion
- Case based Discussion (CbD)
- Problem based learning (PBL)
- Bedside teaching
- Task-based medical education
- Peer assisted learning (PAL).
3. Simulasi dengan manikin di skills lab
4. Role play untuk melatih kompetensi di ranah komunikasi/hubungan interpersonal dan
profesionalisme
5. Tugas ilmiah (textbook reading, journal reading, telaah artikel, laporan kasus)
6. Bimbingan khusus
7. Workshop/pelatihan terstruktur
8. Kuliah tamu

IX. Penilaian Pembelajaran

1. Knowledge
- MCQ
- EMQ {Extended Medical Question)
- Ujian lisan
2. Kognitif
- EMQ (Extended edical Question\
- Multiple observation and
assessments - Multiple observers
- OSCE {Objective Structure Clinical
Examination)
- Minicheck
3. Skill

- Multiple observation and


- assessments Multiple observers
- OSCE {Objective Structure Clinical
Examination)
- Minicheck
4. Communication and Interpersonal Skills

-Multiple obsen atton and assessments


/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

Multiple - observers
5. Professionalism

- Multiple observation and assessments


Multiple
- observers

DAFTAR CEK PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR


ANESTESIA

NO Daftar cek penuntun belajar prosedur anestesi a Sudah Belum


dilakukan dilakukan
PERSIAPAN PRA ANESTESIA

l Anamnesis, periksaan fisik, pemeriksaan penunjang

Penentuan ASA :
2
3 Persiapan alat, mesin pembiusan, STATIK, obat

4 Pemasangan monitor

ANESTESIA

l Anestesia umum (intubasi, LMA)

2 Anestesia subarahnoid, epidural, kaudal

3 Anestesia intravena

4 Pemberian cairan dan tranfusi

5 Komplikasi dan penanganannya


PENATALAKSANAAN PASCA BEDAH

1 Pengawasan ABC dan tanda vital

2 Penanganan mual muntah dan nyeri pasca bedah

X. Level Kompetensi
XI. Sumber Rujukan

1. Morgan GE, Mikhhail MS, Murray MJ, Larson CP. Clinical Anaesthesiology, 3th ed. New
York: Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2002
2. Clinical .Anesthesia PG Barash 41*1 ed 2006

3. Miller's Anesthesia RD Miller 6th ed 2005

4. Tatang Bisri: Literasi Anestesiologi: Ambulatori Anestesi, 2007

/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

Pendahuluan
Bedah rawat jalan mempunyai banyak definisi dan pengertian, tergantung sistem pelayanan
kesehatan yangberlaku disuatu negara.InternationalAssociation for Ambulatory Surgery (IAAS)
memberi definisi sebagai berikut: “Suatu tindakan atau prosedur pada seorang pasien yang tidak perlu
rawat inap tapi masih memerlukanfasilitas untuk pemulihan pascatindakan/ prosedur”. Dengan
demikian pengertian anestesi pada bedah rawat jalan adalah tindakan atau prosedur yang memerlukan
pemberian anestesi pada seorangpasien yang tidak perlu rawat inap tapi masih memerlukan fasilitas
untuk pemulihan pascaanestesi.1 Istilah bedah rawat jalan juga dikenal dengan berbagai sebutan antara
lain:same-day surgery, day surgery, day-care surgery, one-day surgery, same admission surgery,
outpatient surgery, ambulatory surgery, dan short-stay surgery. Secara garis besar pengertian bedah
rawat jalan merupakan suatu tindakan atau prosedur baik bedah atau non-bedah, yang pasiennya dapat
dipulangkan pada hari yang sama dengan waktu tindakan atau kurangdari 24 jam.

Jenis Pelayanan Bedah Rawat Jalan


Bila ditinjau dan lokasi unit bedah rawat jalan, dikenal beberapa bentuk pelayanan bedah
sehari, yaitu hospitalintegrated ambulatory surgical center, hospital self-contained/hospital-based
ambulatory surgery center,free-standing ambulatory surgical center, dan office-based ambulatory
surgery. Jaminan kesehatan Amerika Serikat Medicare mengelompokkan unit bedah rawat jalan ke
dalam 2 bentuk unit pelayanan, yaitu Outpatient Surgery Department, mencakup pelayanan bedah
rawat jalan yangdilakukan di rurnah sakit dan Ambulatory Surgery Center, pelayanan di luar rumah
sakit.1 • Hospital integrated ambulatory surgical center merupakan pelayanan bedah rawat jalan yang
dilakukan di fasilitas bedah pasien rawat inap (inpatient) atau kamar bedah sentral tapi dengan ruang
persiapan prabedah dan pemulihan yang berbeda. • Hospitalself-contained/hospital-based ambulatory
surgery center merupakan pelayanan bedah rawat jalan yangdilakukan dilingkungan rumah sakit tapi
dengan fasilitas yang terpisah dari kamar bedah rawat inap, termasuk pelayanan administrasinya. •
Free-standing ambulatory surgical center merupakan pelayanan bedah rawat jalan yang dilakukan di
luar lingkungan rumah sakit atau fasilitas yang berdirisendiri di luar rumah sakit. • Office-based
ambulatory surgery merupakan pelayanan bedah rawat jalan yang dilakukan di tempat praktik pribadi
dokter.

/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

Jenis pelayanan lain yang termasuk pelayanan anestesi pada bedah rawat jalan tapi yang bukan
pembedahan adalah prosedur anestesi di luar kamar bedah (Non-Operating Room Anesthesia/NORA)
sebagai berikut:2
• Ruangan radiologi: Intervensi, Magnetic Resonance Imaging (MRI), Computerized
Tomography (CT) Scan, ultrasonografi (USG), dan radiasi onkologi
• Ruangan gastroenterologi
• Ruangan intervensi jantung: Elektrofisiologi, kateterisasi, intervensi kardiologi, dan transe¬
sophageal echocardiography
• Litotripsi
• Terapi elektrokonvulsi
• Ruang emergensi
• Intensive Care Unit (ICU)
• Kamar bersalin
• Ruang perawatan

Kriteria Pasien
Beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam penentuan pasien yang bisa menjalani prosedur bedah
rawat jalan. Penentuan pasien yang tepat dapat mengurangi efek samping pascabedah dan rawat inap
tidak terencana (unplanned admission), mengurangistres pada pasien dan keluarga, efesiensi pelayanan
serta penghematan biaya. Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:1
1. Karakteristik pasien: klasifikasi American Society of Anesthesiologist (ASA), ada
orang/keluarga yang kompeten yang bisa mendampingi di rumah sakit serta yang dapat mengasuh di
rumah, memiliki sarana komunikasi yang bisa menghubungi pasien saat di rumah, memiliki akses ke
pelayanan emergensi bila sewaktu-waktu diperlukan.
2. Jenis pembedahan: prosedur pembedahan berupa prosedur yang tidak kompleks yang sedikit
menyebabkan trauma jaringan dan perdarahan serta berlangsung tidak lama dengan pemulihan yang
cepat tanpa perlu perawatan khusus.
3. Bentuk pelayanan bedah rawat jalan: bentuk pelayanan biasanya dikaitkan dengan
kelengkapan fasilitasdan sumber daya. Pelayanan dalam bentuk hospital integrated atau hospital-based
akan lebih lengkap fasilitas dan sumber daya yang tersedia sehingga berbagai prosedur dan
karakteristik pasien dapat dilakukan di tempat ini. Sedangkan /ree-standing dan office-based surgery
memerlukan pertimbangan yang lebih selektif dalam jenis pembedahan maupun dalam jenis pasien.
/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

4. Fasilitas dan sumber daya manusia:seperti telah dijelaskan di atas bahwa fasilitas dan
sumber daya akan dipengaruhi dari bentuk pelayanan bedah rawat jalan yang tersedia. ASA telah
membuat pedoman terkait standar pelayanan, kebijakan, dan panduan untuk pelayanan bedah dan
anestesi rawat jalan yang harus sama dengan yang telah ditetapkan oleh ASA untuk pelayanan anestesi
secara umum. Demikian juga telah ditentukan standar minimal yang harus dipenuhi terkait kualifikasi
dokter, sumber daya manusia serta fasilitas untuk pelayanan anestesi dan bedah rawat jalan. Semakin
lengkapnya fasilitas dan sumber daya, semakin bervariasi kasus dan pasien yang bisa menjalani bedah
rawat jalan

Sama seperti tindakan anestesi lainnya, manajemen perioperatif dibagi menjadi prabedah,
intraoperatif, dan pascabedah. Prabedah adalah hal yang membuat anestesi pada bedah rawat jalan
/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

menjadi unik karena adanya seleksi pasien yang tepat untuk dilakukan tindakan anestesi pada bedah
rawat jalan.4 Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam seleksi pasien antara lain adalah penyakit
sistemik dan terapi yang sedang dijalankan, masalah pengelolaan jalan napas, sleep apnea, obesitas
morbid, riwayat alergi, riwayat komplikasi anestesi sebelumnya (misalnya hipertermia maligna), dan
keadaan sosial pasien (ada tidaknya orangatau keluarga yang bertanggungjawab terhadap keadaan
pasien selama 24 jam).Anestesiolog harus mampu memperkiraan kondisi serta penyakit penyerta
pasien yang diprediksi dapat menimbulkan komplikasi intrabedah maupun pascabedah. Pasien dengan
klasifikasi ASA 3masih dapat menjalani bedah rawat jalan apabila penyakit komorbidnya sudah
terkendali dan dilakukan di fasilitas bedah rawat jalan yang sesuai'. Untuk pasien dengan komorbid
yang berat sebaiknya dilakukan di fasilitas pelayanan yang hospital integrated/hospital-based
ambulatory surgery center, yang akses ke fasilitas dan sumber daya yang lengkapmudah dilakukan.
Demikian pula untuk pasien dengan prediksi kesulitan pengelolaan jalan napas, harus dilakukan di
hospital integrated/hospital-based ambulatory surgery center.

Obesitas dan Obstruktif Sleep Apneu


Belum ada pedoman sebagai acuan terkait restriksi berat badan pasien yang akan menjalankan
bedah rawat jalan, tapi ada pendapat bahwa body mass index (BMI) kurang dari 40 kg/m2 masih dapat
menjalankan bedah rawat jalan, asalkan penyakit penyertanya sudah terkendali.4 Sedangkan BMI
lebih dari 50 kg/m2 (obesitas super) memiliki risiko yang tinggi teijadinya komplikasi perioperatif
sehingga pasien seperti ini harus dipilih dengan hati-hati untuk anestesi pada bedah rawat jalan. Pada
pasien dengan BMI antara 40-50 kg/m2, evaluasi prabedah yangteliti diperlukan untuk
mengidentifikasi kondisi komorbid yang berkaitan dengan obesitas (seperti sindrom hipoventilasi,
OSA, hipertensi pulmonal, penyakit jantung koroner yang signifikan, dan gagal jantung).
Pasien dengan komorbid seperti ini tidak cocok untuk anestesi pada bedah rawat jalan. Karena
adanya banyak faktor yang memengaruhi hasil akhir dari anestesi pada bedah rawat jalan, maka BMI
saja tidak menjadi faktor penentu untuk seleksi pasien.10 Obesitas dapat disertai beberapa penyakit,
seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, dan sindrom metabolik yang disebabkan oleh kombinasi
ketiga penyakit tersebut, serta adanya OSA.
Pasien dapat dilakukan skrining untuk mengetahui apakah ada risiko OSA dengan
menggunakan kuesioner STOPBANG (Tabel 55.1). ASA menyusun satu konsensus tahun 2006 untuk
identifikasi dan asesmen pasien dengan OSA (Tabel 55.2).9 Anestesiolog, untuk menghindari risiko
komplikasi respirasi pascabedah (postoperative pulmonary complication/POPC) pada pasien OSA,
/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

dapat menerapkan opioid-sparing multimodal analgesia, teknik neuraksialserta anestesi regional. Hal
lain yang direkomendasi oleh ASA8 terkait pasien OSA adalah: 1. Sebelum dipulangkan saturasi
oksigen harus kembali ke nilai basal dengan udara kamar. 2. Mengobservasi fungsi pernapasan saat
tidur, apakah tidak mengalami gangguan. 3. Bila pascabedah mengalami obstruksi jalan napas atau
desaturasi berulang, maka pertimbangkan penggunaan continuous positive ainvay pressure (CPAP)
atau nasal intermitten positive pressure ventilation (NIPPV). 4. Pemantauan pascabedah yang lebih
lama untuk memastikan bahwa pasien tidak mengalami risiko gangguan respirasi

/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

Penyakit Kardiovaskular
Pasien dengan penyakit kardiovaskular biasanya mendapat antiplatelet, antikoagulan,
antihipertensi, dan lain sebagainya.Terapi antiplatelet atau antikoa¬ gulan dapat mengakibatkan
perdarahan intraoperatif bila dilanjutkan dan tetjadinya oklusi vaskular bila dihentikan, sehingga harus
didiskusikan untung ruginya diteruskan pemakaiannya dengan dokter jantung dan dokter bedah. Obat
antihipertensi angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors dan angiotensin receptor blockers
dapat menyebabkan hipotensi setelah induksi anestesi. Masih menjadi kontroversi apakah terapi obat
ini dihentikan atau dilanjutkan sebelum operasi.

/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

Pada pasien geriatri perlu diperhatikan kemungkinan terjadi hipotensi yang tidak responsif
terhadap obat vasopressor atau vasokonstriktor bila obat tersebut dilanjutkan. Pasien yang
mengonsumsi obatft-blocker hamstetap melanjutkannya perioperatif. Pasien yang baru mengalami
serangan infark miokard, stroke, angioplasty koroner dan stenting perlu dievaluasi lebih
mendetailsebelum diputuskan untuk menjalankan bedah rawat jalan. Meskipun belum ada kepastian
kapan waktu yang aman untuk pasien-pasien tersebut menjalani pembedahan, diketahui bahwa pada
minggu-minggu pertama setelah serangan atau tindakan adalah waktu yang sangat berisiko tinggi
untuk terjadi komplikasi kardiak. Apabila diperlukan pembedahan maka tidak bisa dilakukan secara
ambulatori, tapi harus dengan rawat inap.
Pasien yang menggunakan alat pacu jantung masih dapat menjalankan bedah rawat jalan
asalkan anestesiolog mengetahui latar belakang pasien menggunakan alat tersebut, mengetahui jenis
dan seting alat tersebut serta penggunaan elektrokauter intraoperatif.9 Pasien dengan permasalahan
jantung yang akan menjalani tindakan/pembedahan non-jantung pada bedah rawat jalan harus
dievaluasi secara cermat sama seperti pasien rawat inap yang menjalani operasi elektif di kamar
operasi. Untuk evaluasi dan perawatan jantung dapat berdasarkan algoritma 2014 American College of
Cardiology (ACC)/American Heart Association (AHA) Guideline on Perioperative Cardiovascular
Evaluation and Management of Patient undergoing Noncardiac Surgery atau 2014 European Society of
Cardiology (ESC)/European Society of Anaesthesiology (ESA) guidelines on non-cardiac surgery:
cardiovascular assesment and management. Perhatian evaluasi prabedah pada pasien dengan
permasalahan jantungharus berfokus pada identifikasi dan stratifikasi risiko pasien sambil mencoba
untuk menghindari pemeriksaan rutin dan revaskularisasi profilaksis. Tes diagnostik dan intervensi
hanya dilakukan apabila terdapat risiko tinggi untuk hasil akhir yang merugikan dan tindakan
intervensi bisa menurunkan risiko tersebut.1
Persiapan dan Pemilihan Anestesi pada Bedah Rawatc Jalan
Tidak ada satu metode anestesi terbaik yang cocok untuk semua kasus anestesi pada bedah
rawat jalan. Pilihan pasien, usia, kondisi fisik, dan kebutuhan operator harus dipertimbangkan untuk
menentukan metode anestesi dan obat anestesi yang paling efektif dan nyaman untuk pasien.
Pemilihan metode anestesi pada bedah rawat jalan juga harus memperhitungkan keamanan, kualitas,
efikasi, obat, dan metode dari berbagai macam metode yang ada. Secara umum obat anestesi yang
dipilih adalah yang memiliki mula ketja dan waktu pulih cepat serta tidak memiliki efek samping.
Pilihan metode anestesi tergantung tipe pembedahan dan status pasien.

/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

Anestesi untuk bedah rawat jalan termasuk anestesi umum, anestesi regional (blok neuroaksial
dan blok saraf perifer), anestesi lokal, monitored anesthesia care (MAC) atau kombinasi dari metode-
metode ini.7 Obat-obatan profilaksis tromboemboli (thrombo¬ prophylaxis drugs) dapat diberikan
pada pasien yang memiliki risiko tinggi. Penatalaksanaan anestesi intraoperatif bertujuan memberi
pemulihan yang cepat dan tenang tanpa komplikasi mual muntah (PONV) maupun nyeri pascabedah.
Intraoperatif sebaiknya menggunakan obat anestesi berdurasi singkat seperti propofol, remifentanil,
fentanil, sufentanil, rokuronium, atrakurium serta gas inhalasi sevofluran atau desfluran. Pemulihan
yang cepat bisa dicapai dengan sevofluran atau desfluran dibandingkan dengan total intravenous
anestesi

Tatalaksana Pascabedah
/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

Komplikasi pascabedah yang paling memengaruhi pemulihan dan pemulangan pasien adalah
PONV dan nyeri. Komplikasi PONV dan nyeri yang teijadi harus mampu diatasi agar tidak berlanjut
yang mungkin menyebabkan pasien menjalani rawat inap tidak terencana Penatalaksanaan nyeri
pascabedah difokuskan pada analgesia multimodal menggunakan kombinasi anestetik regional, opioid,
parasetamol, NSAID intravena,dan lidokain intravena.22Obat gabapentinoid (gabapentin, pregabalin)
dan pemberian infiltrasi pada luka operasi bisa diberikan sebagai bagian dari analgesia multimodal.
Analgesia regional dapat diberikan secara kontinu hingga di rumah dengan menggunakan alat
portabel penghantarobat analgesia kontinu. Analgesia oral parasetamol dan NSAID dapat diberikan
sebagai obat analgesia pascabedah di rumah. Pendekatan nonfarmakologi dalam terapi multimodal
dapat dipertimbangkan sebagai ajuvan pada multimodal analgesia,sepertiTENS, akupunktur, hipnosis
dan cognitive-behavioral therapy.

Kriteria Pemulihan dan Dischrage


Skor Aldrete digunakan untuk menilai pemulihan di PACU dan Post anesthesia discharge
scoring system/PADSS (Tabel 55.4) digunakan untuk menilai kesiapan pemulangan pasien ke rumah.

/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Raya Bandung - Sumedang KM. 21, Jatinangor - Sumedang 45363
Telepon 022-842888888
Jalan Eijkman No 38 Bandung Telepon 022-2032170, 2038115 Fax. 2037823
Website: http://www.fk.unpad.ac.id Email: fk@unpad.ac.id

Harus ada orangdewasa yangbertanggungjawab mendampingi selama perjalanan pulang sampai 24 jam
kemudian.15 Kriteria untuk pemulangan secara umum mencakup5:
• Sadar dan orientasi terhadap waktu dan tempat
• Tanda vital stabil
• Nyeri terkendali dengan analgesia oral, bupivakain atau blok saraf perifer
• Mual-muntah terkendali
• Dapat berjalan tanpa pusing
• Tidak ada perdarahan dari luka operasi
• Mampu melakukan asupan oral dan miksi
• Memahami dengan jelasinstruksi pascabedah dari dokter bedah dan anestesiologis
Pada kriteria PADSS, pasien tidak perlu dipantau sampai mendapat asupan oral dan miksi. Nasihat
yang harus diberikan saat pasien pulang adalah pasien tidak boleh minum alkohol dan mengoperasikan
mesin atau mengemudi selama 24 jam setelah tindakan anestesi. Pasien seharusnya dipulangkan
dengan stok obat analgesik yang cukup dengan instruksi yang jelas. Follow-up melalui telepon pada
keesokan harisetelah tindakan anestesi memberikan informasi terkait komplikasi pascabedah yang
mungkin terjadi dan kepuasan pasien
Kesimpulan
Bermacam-macamaspek telah dibicarakan mengenai anestesi Rawat Jalan. Disebabkan oleh
prosedur dan lokasi yang berbedabeda,dokter anestesi harus dapat melakukan penlianan dan tindakan
anestesi dengan memperhatikan aspek-aspek yang penting sehubungan dengan situasi tersebut
sehingga komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari (patient safety).

Kepala Program Studi Kepada Divisi Anestesi Rawat Jalan

Radian Ahmad Halimi, dr., SpAn, KNA


Dr. Iwan Fuadi, dr., SpAnKNA MKes
NIP 19850901201921001
NIP 197112091999031002
NIDK
NIDK

/conversion/tmp/activity_task_scratch/535177615.doc

Anda mungkin juga menyukai