4 RALS
Analisis fundamental untuk PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk periode tahun 2016 – 2020 kami
● Rasio Lancar
keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber
daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan
ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya
untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).
Tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan pendapatan dan tentunya juga menghasilkan
keuntungan atau laba bagi perusahaan itu sendiri. Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat
membantu manajemen dan investor untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu
Tingkat Pengembalian Aset atau Return on Assets ini sebenarnya juga dapat dianggap
sebagai imbal hasil investasi (return on investment) bagi suatu perusahaan karena pada umumnya
aset modal (capital assets) seringkali merupakan investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan.
Dengan kata lain, uang atau modal diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat
pengembaliannya atau imbal hasilnya diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang
diperolehnya. ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset ini dihitung dengan cara
membagi laba bersih perusahaan (biasanya pendapatan tahunan) dengan total asetnya dan
ditampilkan dalam bentuk persentase (%). Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin tinggi
pula tingkat profitabilitas perusahaan.Dengan kata lain semakin tinggi ROA maka semakin
baik,ini artinya perusahaan mampu memanfaatkan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan
keuntungan.
Return on Assets (ROA) = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total
Pada tahun 2018 ROA yang dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 11%.
Maka pada tahun ini terjadi kenaikan sebesar 35,8% yang disebabkan adanya peningkatan yang
cukup signifikan dari laba tahun 2017-2018. Begitu juga dengan total aset perusahaan juga
meningkat. Maka, pada tahun 2018 aset yang dimiliki perusahaan 5.243.047.000.000 mampu
mencetak keuntungan sebesar 11%.
Pada tahun 2019 ROA yang dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 11%.
Maka pada tahun ini ROA tidak berubah dengan tahun sebelumnya. Laba perusahaan untuk
tahun ini meningkat begitu juga dengan total aset yang dimiliki perusahaan juga meningkat.
Maka, pada tahun 2019 aset yang dimiliki perusahaan 5.649.823.000.000 mampu mencetak
keuntungan sebesar 11%.
Pada tahun 2020 ROA yang dimilki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar -2,1%.
Maka tahun ini terjadi penurunan yang cukup drastis yang mana perusahaan pada tahun ini tidak
mendapatkan laba. Aset perusahaan sendiri terjadi penurunan yang tidak terlalu signifikan.
Karena perusahaan pada tahun ini merugi maka hal ini berdampak pada hasil ROA. Maka, pada
tahun 2020 aset yang dimiliki perusahaan 5.285.218.000.000 tidak mampu mencetak
keuntungan.
Kesimpulan : ROA PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk berfluktuasi dan ROA yang terburuk
ada pada tahun 2020.
Pengembalian ekuitas adalah ukuran dari profitabilitas bisnis dalam kaitannya dengan
ekuitas. Karena ekuitas pemegang saham dapat dihitung dengan mengambil semua aset dan
mengurangi semua kewajiban, ROE juga dapat dianggap sebagai pengembalian aset dikurangi
kewajiban. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu badan usaha dalam menghasilkan
laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham. ROE dinyatakan
dalam persentase dan dihitung dengan rumus ROE (Return On Equity) membandingkan laba
bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai
buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih
perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. ROE sangat
menarik bagi pemegang maupun calon pemegang saham , dan juga bagi manajemen, karena rasio
tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholders value creation, artinya
semakin tinggi rasio ROE , semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan
daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Semakin tinggi
rasio ROE semakin baik, ini menunjukkan perusahaan mampu memanfaatkan dana pemegang
Analisis:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 ROE yang dimiliki PT
Ramayana Lestari SentosaTbk sebesar 1.2% dan pada tahun 2017 ROE perusahaan sebesar
1,1%. Hal ini mengalami penurunan sebesar 8,3% yang disebabkan oleh laba neto yang
mengalami penurunan pada tahun 2017. Maka, pada tahun 2016 perusahaan mampu
memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya 3.337.399.000.000 untuk
menghasilkan keuntungan sebesar 1,2%. Sedangkan pada tahun 2017 perusahaan mampu
memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya 3.949.345.000.000 untuk
menghasilkan keuntungan sebesar 1,1%.
Pada tahun 2018 ROE yang dimiliki perusahaan sebesar 16% . Hal ini mengalami
kenaikan yang cukup signifikan sebesar 13,54 yang disebabkan oleh laba neto yang mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Ekuitas juga pada tahun ini mengalami kenaikan. Maka, pada
tahun 2018 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya
3.827.465.000.000 untuk menghasilkan keuntungan sebesar 16%.
Pada tahun 2019 ROE yang dimiliki perusahaan sebesar 15%. Hal ini mengalami
penurunan 6,25%. Pada tahun ini ekuitas perusahaan dan laba perusahaan naik. Maka, pada
tahun 2019 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya
4.168.930.000.000 untuk menghasilkan keuntungan sebesar 15%.
Pada tahun 2020 ROE yang dimiliki perusahaan sebesar -3%. Hal ini mengalami
penurunan yang cukup signifikan. Hal ini diakibatkan karena pada tahun ini perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan.
Kesimpulan: Dari tahun 2016-2020 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk memiliki ROE yang
berfluktusi dan yang terburuk yaitu pada tahun 2020.
3.4.3 Rasio Lancar
Rasio lancar (bahasa Inggris: Current ratio) adalah rasio keuangan yang
memperbandingkan antara aktiva lancar dengan utang lancar suatu perusahaan. Rasio lancar
menjadi indikator dari tingkat likuiditas perusahaan, yang artinya seberapa besar aset lancar yang
dimiliki oleh perusahaan dapat menutupi semua kewajiban yang akan jatuh tempo kurang dalam
satu tahun. Rasio lancar digunakan untuk mengungkapkan jaminan keamanan (margin of
safety) perusahaan terhadap kreditor jangka pendek. Jika perbandingan utang lancar melebihi
aktiva lancarnya (rasio lancar menunjukan angka di bawah 1), maka perusahaan dikatakan
mengalami kesulitan melunasi utang jangka pendeknya. Jika rasio lancarnya terlalu tinggi, maka
sebuah perusahaan dikatakan kurang efisien dalam mengurus aktiva lancarnya. Jika angka rasio
lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya kemampuan yang
Rasio Lancar = Aktiva lancar (Current Assets) ÷ Hutang lancar (Current Liabilities)
( Dalam jutaan rupiah)
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Rasio Lancar yang
dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 2,60 dan pada tahun 2017 Rasio lancar
perusahaan sebesar 2,81. Hal ini mengalami kenaikan sebesar 8,8% yang disebabkan oleh utang
usaha mengalami kenaikan di tahun 2017 dari tahun sebelumnya, sementara aset lancar
mengalami kenaikan di tahun 2017. Maka, pada tahun 2016 dari rasio lancar tersebut dapat
disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 2. 60 aset
lancar yang dimiliki perusahaan. Sedangkan pada tahun 2017 dari rasio lancar tersebut dapat
disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 2.83 aset
Pada tahun 2018 rasio lancar perusahaan sebesar 3,39. Hal ini mengalami kenaikan
sebesar 19,79% yang disebabkan oleh kenaikan aset lancar yang cukup signifikan sementara
untuk hutang lancar sendiri mengalami penurunan. Maka, pada tahun 2018 dari rasio lancar
tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh
Pada tahun 2019 rasio lancar perusahaan sebesar 3,54. Hal ini mengalami kenaikan
sebesar 4,42% yang disebabkan oleh kenaikan aset lancar yang cukup signifikan sebanding
dengan terjadi kenaikan hutang lancar namun tidak begitu signifikan. Maka, pada tahun 2019
dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang
Pada tahun 2020 rasio lancar perusahaan sebesar 3,46. Hal ini mengalami penurunan
sebesar 2,26% yang disebabkan oleh penurunan aset lancar dan juga penurunan hutang lancar
yang sangat signifikan. Maka, pada tahun 2020 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan
bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 3.46 aset lancar yang
dimiliki perusahaan.
Kesimpulan : Dari tahun 2016 hingga 2019 perusahaan mengalami kenaikan secara
bertahap dan cukup signifikan namun di tahun 2020 perusahaan mengalami penurunan. Namun
dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa rasio nya di atas 1 maka perusahaan meskipun
mengalami penurunan namun perusahaan tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi
kewajibannya karena perbandingan aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki.
Rasio keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan jumlah
hutang yang digunakan untuk operasional perusahaan harus berada dalam jumlah yang
proporsional. Debt to Equity Ratio juga sering dikenal sebagai rasio leverage atau rasio
pengungkit. Yang dimaksud dengan rasio pengungkit yaitu rasio yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dari suatu investasi yang terdapat di perusahaan. Debt to equity ratio
adalah rasio keuangan yang utama dalam suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan Debt to
Equity Ratio digunakan untuk mengukur posisi keuangan suatu perusahaan. Semakin tinggi
nilai DER, semakin besar perusahaan menggunakan utang dibandingkan modal yang dimiliki.
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Hutang / Ekuitas
Analisis :
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 DER yang dimiliki PT
Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 0,39 dan pada tahun 2017 DER perusahaan sebesar 0,40.
Hal ini mengalami kenaikan DER sebesar 2,5%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di
posisi 0,40 yang menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar kewajibannya yang
hanya berkisar 40% dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun 2016 DER perusahaan yaitu 0,39 x
lebih banyak dari total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas
perusahaan akan menjamin Rp 0,39 utang. Sedangkan pada tahun 2017 DER perusahaan yaitu
0,40 x lebih banyak dari total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas
Pada tahun 2018 DER yang dimiliki perusahaan sebesar 0,37. Hal ini mengalami
penurunan sebesar 7,5%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di posisi 0,37 yang
menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar kewajibannya yang hanya berkisar 37%
dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun 2018 DER perusahaan yaitu 0,37 x lebih banyak dari
total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan menjamin
Rp 0,37 utang.
Pada tahun 2019 DER yang dimiliki perusahaan sebesar 0,35. Hal ini mengalami
penurunan sebesar 5,40%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di posisi 0,35 yang
menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar kewajibannya yang hanya berkisar 35%
dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun 2019 DER perusahaan yaitu 0,35 x lebih banyak dari
total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan menjamin
Rp 0,35 utang.
Pada tahun 2020 DER yang dimiliki perusahaan sebesar 0,42. Hal ini mengalami
kenaikan yang cukup signifikan sebesar 20%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di posisi
0,42 yang menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar kewajibannya yang hanya
berkisar 42% dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun 2020 DER perusahaan yaitu 0,42 x lebih
banyak dari total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan
Net Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Marjin Laba
Bersih adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih pada
suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin Laba Bersih ini menunjukan proporsi
penjualan yang tersisa setelah dikurangi semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut
juga dengan Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba). Bagi Investor, Marjin Laba Bersih atau
Net Profit Margin ini biasanya digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen
Dengan membandingkan laba bersih dengan total penjualan, investor dapat melihat
berapa persentase pendapatan yang digunakan untuk membayar biaya operasional dan biaya non-
operasional serta berapa persentase tersisa yang dapat membayar dividen ke para pemegang
saham ataupun berinvestasi kembali ke perusahaannya. Semakin tinggi margin maka semakin
baik, margin laba bersih artinya perusahaan mampu mencetak keuntungan bersih setelah
dikurangi semua pengeluaran atau biaya perusahaan termasuk biaya pajak keuntungan. Semakin
besar NPM, semakin baik perusahaan mengonversi pendapatan menjadi laba bersih
Marjin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak / Pendapatan Penjualan bersih
Analsis:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 NPM yangdimiliki PT
Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 0, 68 dan pada tahun 2017 NPM perusahaan sebesar 0,71. Hal
ini mengalami kenaikan sebesar 4,41%. Hal ini disebabkan oleh kenaikan pendapatan yang terjadi pada
tahun 2017.
Pada tahun 2018 NPM perusahaan ini sebesar 0,10. Hal ini mengakibatkan kenaikan sebesar
40,8% yang disebabkan oleh kenaikan laba neto pada tahun 2018. Pada tahun 2019 NPM
perusahaan sebesar 0,11. Hal ini mengakibatkan kenaikan sebesar 10% yang disebabkan oleh
kenaikan laba yang cukup signifikan. Pada tahun 2020 NPM perusahaan sebesar -0,045. Hal ini
mengakibatkan penurunan yang drastis pada tahun 2020 yang disebabkan oleh penurunan yang
drastis pada penjualan serta pada tahun ini perusahaan tidak mencetak keuntungan.
Kesimpulan: Dari tahun 2016-2020 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk mengalami peningkatan
secara bertahap tiap tahunnya ini juga menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik setiap
periodenya karena manajemen dianggap mampu dalam mengelola biaya operasional sehingga
profitabilitas yang dihasilkan pun setiap tahunnya semakin baik. Namun pada tahun 2020
perusahaan tidak mencetak profitabilitas sehingga manajemen dianggap kurang maksimal dalam
mengelola.
3.5 HOKI
Analisis fundamental untuk PT Buyung Poetra Sembada Tbk periode tahun 2016 – 2020 kami
● Rasio Lancar
keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber
daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan
ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya
untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).
Tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan pendapatan dan tentunya juga menghasilkan
keuntungan atau laba bagi perusahaan itu sendiri. Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat
membantu manajemen dan investor untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu
Tingkat Pengembalian Aset atau Return on Assets ini sebenarnya juga dapat dianggap
sebagai imbal hasil investasi (return on investment) bagi suatu perusahaan karena pada umumnya
aset modal (capital assets) seringkali merupakan investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan.
Dengan kata lain, uang atau modal diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat
pengembaliannya atau imbal hasilnya diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang
diperolehnya. ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset ini dihitung dengan cara
membagi laba bersih perusahaan (biasanya pendapatan tahunan) dengan total asetnya dan
ditampilkan dalam bentuk persentase (%). Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin tinggi
pula tingkat profitabilitas perusahaan.Dengan kata lain semakin tinggi ROA maka semakin
baik,ini artinya perusahaan mampu memanfaatkan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan
keuntungan.
Return on Assets (ROA) = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total
Pada tahun 2018 ROA yang dimiliki PT Buyung Poetra Sembada Tbk sebesar 12%.
Maka pada tahun ini terjadi kenaikan sebesar 44,58% yang disebabkan adanya peningkatan yang
cukup signifikan dari laba tahun 2017-2018. Begitu juga dengan total aset perusahaan juga
meningkat. Maka, pada tahun 2018 aset yang dimiliki perusahaan 758.846.556.031 mampu
mencetak keuntungan sebesar 12%.
Pada tahun 2019 ROA yang dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 12%.
Maka pada tahun ini ROA tidak berubah dengan tahun sebelumnya. Laba perusahaan untuk
tahun ini meningkat begitu juga dengan total aset yang dimiliki perusahaan juga meningkat.
Maka, pada tahun 2019 aset yang dimiliki perusahaan 848. 676.035.300 mampu mencetak
keuntungan sebesar 12%.
Kesimpulan : ROA PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk berfluktuasi dan ROA yang terburuk
ada pada tahun 2017.
ekuitas. Karena ekuitas pemegang saham dapat dihitung dengan mengambil semua aset dan
mengurangi semua kewajiban, ROE juga dapat dianggap sebagai pengembalian aset dikurangi
kewajiban. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu badan usaha dalam menghasilkan
laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham. ROE dinyatakan
dalam persentase dan dihitung dengan rumus ROE (Return On Equity) membandingkan laba
bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai
buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih
perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.
ROE sangat menarik bagi pemegang maupun calon pemegang saham , dan juga
bagi manajemen, karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting
dari shareholders value creation, artinya semakin tinggi rasio ROE , semakin
tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi investor
Analisis:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 ROE yang
dimiliki PT Buyung Poetra SembadaTbk sebesar 20% dan pada tahun 2017 ROE
perusahaan sebesar 10%. Hal ini mengalami penurunan sebesar 100% yang
disebabkan oleh laba neto yang mengalami kenaikan yang tidak begitu signifikan
pada tahun 2017.Namun untuk total asetnya mengalami kenaikan pesat. Maka,
pada tahun 2016 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang saham
yang besarnya 220.074.121.683 untuk menghasilkan keuntungan sebesar 20%.
Sedangkan pada tahun 2017 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari
pemegang saham yang besarnya 475.980.511.7590 untuk menghasilkan keuntungan
sebesar 10%.
Pada tahun 2018 ROE yang dimiliki perusahaan sebesar 16% . Hal ini
mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 60% yang disebabkan oleh
laba neto yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Ekuitas juga pada
tahun ini mengalami kenaikan. Maka, pada tahun 2018 perusahaan mampu
memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya 563.167.578.239 untuk
menghasilkan keuntungan sebesar 16%.
Pada tahun 2019 ROE yang dimiliki perusahaan sebesar 16%. Hal ini
perusahaan tidak mengalami kenaikan maupun penurunan. Pada tahun ini ekuitas
perusahaan dan laba perusahaan naik. Maka, pada tahun 2019 perusahaan mampu
memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya 41.55.552.088 untuk
menghasilkan keuntungan sebesar 16%.
Rasio lancar (bahasa Inggris: Current ratio) adalah rasio keuangan yang
Rasio lancar menjadi indikator dari tingkat likuiditas perusahaan, yang artinya
seberapa besar aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan dapat menutupi semua
kewajiban yang akan jatuh tempo kurang dalam satu tahun. Rasio lancar digunakan
kreditor jangka pendek. Jika perbandingan utang lancar melebihi aktiva lancarnya
mengalami kesulitan melunasi utang jangka pendeknya. Jika rasio lancarnya terlalu
tinggi, maka sebuah perusahaan dikatakan kurang efisien dalam mengurus aktiva
lancarnya. Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka
Lancar yang dimiliki PT Buyung Poetra Sembada Tbk sebesar 0,75 dan pada
tahun 2017 Rasio lancar perusahaan sebesar 0,22. Hal ini mengalami penurunan
sebesar 70, 67% yang disebabkan oleh utang usaha mengalami kenaikan di tahun
2017 dari tahun sebelumnya, sementara aset lancar mengalami kenaikan di tahun
2017. Maka, pada tahun 2016 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 0.75 aset lancar
yang dimiliki perusahaan. Sedangkan pada tahun 2017 dari rasio lancar tersebut
dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin
oleh Rp 0.22 aset lancar yang dimiliki perusahaan.
Pada tahun 2018 rasio lancar perusahaan sebesar 0,37. Hal ini mengalami
kenaikan sebesar 68,18% yang disebabkan oleh kenaikan aset lancar yang cukup
signifikan dan juga untuk hutang lancar sendiri mengalami kenaikan. Maka, pada
tahun 2018 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang
jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 0.37 aset lancar yang dimiliki
perusahaan.
Pada tahun 2019 rasio lancar perusahaan sebesar 0,33. Hal ini mengalami
penurunan sebesar 10,81% yang disebabkan oleh penurunan aset lancar yang
cukup signifikan sebanding dengan terjadi penurunan hutang lancar. Maka, pada
tahun 2019 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang
jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 0.33 aset lancar yang dimiliki
perusahaan.
kenaikan dan penurunan dan cukup signifikan. Namun dari hasil perhitungan dapat
dilihat bahwa rasio nya di bawah 1 maka perusahaan tersebut punya tidak punya
Ekuitas dan jumlah hutang yang digunakan untuk operasional perusahaan harus
berada dalam jumlah yang proporsional. Debt to Equity Ratio juga sering dikenal
sebagai rasio leverage atau rasio pengungkit. Yang dimaksud dengan rasio
pengungkit yaitu rasio yang digunakan untuk melakukan pengukuran dari suatu
investasi yang terdapat di perusahaan. Debt to equity ratio adalah rasio keuangan
yang utama dalam suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan Debt to Equity
( Dalam rupiah)
Periode 2016 2017 2018 2019 2020
Analisis :
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 DER yang
dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 0, 68 dan pada tahun 2017
DER perusahaan sebesar 0,21. Hal ini mengalami penurunan DER sebesar 69,12%.
Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di posisi 0,21 yang menunjukkan
dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun 2016 DER perusahaan yaitu 0, 68x lebih
banyak dari total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas
Pada tahun 2018 DER yang dimiliki perusahaan sebesar 0,35. Hal ini
mengalami kenaikan sebesar 66, 67%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di
kewajibannya yang hanya berkisar 35% dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun
2018 DER perusahaan yaitu 0,35 x lebih banyak dari total ekuitas perusahaan.
Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan menjamin Rp 0,35
utang.
Pada tahun 2019 DER yang dimiliki perusahaan sebesar 0,32. Hal ini
mengalami penurunan sebesar 8,57%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di
kewajibannya yang hanya berkisar 32% dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun
2019 DER perusahaan yaitu 0,32 x lebih banyak dari total ekuitas perusahaan.
Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan menjamin Rp 0,32
utang.
Net Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
Marjin Laba Bersih adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin
Laba Bersih ini menunjukan proporsi penjualan yang tersisa setelah dikurangi
semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut juga dengan Profit
Margin Ratio (Rasio Marjin Laba). Bagi Investor, Marjin Laba Bersih atau Net
Profit Margin ini biasanya digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen
operasional dan biaya non- operasional serta berapa persentase tersisa yang dapat
perusahaannya. Semakin tinggi margin maka semakin baik, margin laba bersih
besar NPM, semakin baik perusahaan mengonversi pendapatan menjadi laba bersih
Analsis:
yangdimiliki PT Buyung Poetra Sembada Tbk sebesar 0, 038 dan pada tahun 2017 NPM
perusahaan sebesar 0,040. Hal ini mengalami kenaikan sebesar 5,26%. Hal ini
disebabkan oleh kenaikan pendapatan yang terjadi pada tahun 2017 dan juga adanya
Pada tahun 2018 NPM perusahaan ini sebesar 0,063. Hal ini mengakibatkan
kenaikan sebesar 57,5% yang disebabkan oleh kenaikan laba neto pada tahun 2018
dan juga kenaikan pendapatan . Pada tahun 2019 NPM perusahaan sebesar 0,03.
setiap tahunnya semakin baik. Tahun dengan NPM terbaik terjadi pada tahun 2018
dan 2019.