Anda di halaman 1dari 22

3.

4 RALS

Analisis fundamental untuk PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk periode tahun 2016 – 2020 kami

akan menganalisis 5 rasio yaitu :

● Rasio Laba Terhadap Jumlah Aset

● Rasio Laba Terhadap Jumlah Ekuitas

● Rasio Lancar

● Rasio Hutang Terhadap Ekuitas

● Margin Laba Bersih

3.4.1 Rasio Laba Terhadap Jumlah Aset (ROA)

Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase

keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber

daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan

ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya

untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).

Tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan pendapatan dan tentunya juga menghasilkan

keuntungan atau laba bagi perusahaan itu sendiri. Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat

membantu manajemen dan investor untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu

mengkonversi investasinya pada aset menjadi keuntungan atau laba (profit).

Tingkat Pengembalian Aset atau Return on Assets ini sebenarnya juga dapat dianggap

sebagai imbal hasil investasi (return on investment) bagi suatu perusahaan karena pada umumnya

aset modal (capital assets) seringkali merupakan investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan.

Dengan kata lain, uang atau modal diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat

pengembaliannya atau imbal hasilnya diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang
diperolehnya. ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset ini dihitung dengan cara

membagi laba bersih perusahaan (biasanya pendapatan tahunan) dengan total asetnya dan

ditampilkan dalam bentuk persentase (%). Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin tinggi

pula tingkat profitabilitas perusahaan.Dengan kata lain semakin tinggi ROA maka semakin

baik,ini artinya perusahaan mampu memanfaatkan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan

keuntungan.

Return on Assets (ROA) = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total

Aset) ( Dalam jutaan rupiah)

Periode 2016 2017 2018 2019 2020

ROA 399.215 398.967 602.033 643.224 (112.943)

4. 647.009 4.891.922 5.243.047 5. 649.823 5.285.218

=0,086 = 0,081 = 0,11 = 0,11 = -0,021

Tabel 3.16 Tabel ROA RALS


Analisis:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 ROA yang dimiliki PT
Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 8,6% dan pada tahun 2017 ROA perusahaan sebesar
8,1%. Hal ini mengalami penurunan sebesar 5,81% yang disebabkan adanya penurunan laba neto
pada tahun 2017 sementara untuk total asetnya terjadi kenaikan pada tahun 2017. Maka, pada
tahun 2016 aset yang dimiliki perusahaan 4. 647.009.000.000 mampu mencetak keuntungan
sebesar 8,6% atau setara dengan 399.215.000.000. Sedangkan pada tahun 2017 aset yang
dimiliki perusahaan 4.891.922.000.000 mampu mencetak keuntungan sebesar 8,1%.

Pada tahun 2018 ROA yang dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 11%.
Maka pada tahun ini terjadi kenaikan sebesar 35,8% yang disebabkan adanya peningkatan yang
cukup signifikan dari laba tahun 2017-2018. Begitu juga dengan total aset perusahaan juga
meningkat. Maka, pada tahun 2018 aset yang dimiliki perusahaan 5.243.047.000.000 mampu
mencetak keuntungan sebesar 11%.

Pada tahun 2019 ROA yang dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 11%.
Maka pada tahun ini ROA tidak berubah dengan tahun sebelumnya. Laba perusahaan untuk
tahun ini meningkat begitu juga dengan total aset yang dimiliki perusahaan juga meningkat.
Maka, pada tahun 2019 aset yang dimiliki perusahaan 5.649.823.000.000 mampu mencetak
keuntungan sebesar 11%.

Pada tahun 2020 ROA yang dimilki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar -2,1%.
Maka tahun ini terjadi penurunan yang cukup drastis yang mana perusahaan pada tahun ini tidak
mendapatkan laba. Aset perusahaan sendiri terjadi penurunan yang tidak terlalu signifikan.
Karena perusahaan pada tahun ini merugi maka hal ini berdampak pada hasil ROA. Maka, pada
tahun 2020 aset yang dimiliki perusahaan 5.285.218.000.000 tidak mampu mencetak
keuntungan.
Kesimpulan : ROA PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk berfluktuasi dan ROA yang terburuk
ada pada tahun 2020.

3.4.2 Rasio Laba Terhadap Jumlah Ekuitas

Pengembalian ekuitas adalah ukuran dari profitabilitas bisnis dalam kaitannya dengan

ekuitas. Karena ekuitas pemegang saham dapat dihitung dengan mengambil semua aset dan

mengurangi semua kewajiban, ROE juga dapat dianggap sebagai pengembalian aset dikurangi

kewajiban. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu badan usaha dalam menghasilkan

laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham. ROE dinyatakan

dalam persentase dan dihitung dengan rumus ROE (Return On Equity) membandingkan laba

bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van

Horne dan Wachowicz, 2005:225).

Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai

buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih
perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. ROE sangat

menarik bagi pemegang maupun calon pemegang saham , dan juga bagi manajemen, karena rasio

tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholders value creation, artinya

semakin tinggi rasio ROE , semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan

daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Semakin tinggi

rasio ROE semakin baik, ini menunjukkan perusahaan mampu memanfaatkan dana pemegang

saham untuk menghasilkan keuntungan yang semaksimal mungkin.

Return On Equity = laba bersih setelah pajak : ekuitas

( Dalam jutaan rupiah)

Periode 2016 2017 2018 2019 2020

ROA 399.215 398.967 602.033 643.224 (112.943)

3.337.399 3.494.345 3.827.465 4.168.930 3.718.744

=0,012 = 0,011 = 0,16 = 0,15 = -0,030

Tabel 3.17 ROE RALS

Analisis:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 ROE yang dimiliki PT
Ramayana Lestari SentosaTbk sebesar 1.2% dan pada tahun 2017 ROE perusahaan sebesar
1,1%. Hal ini mengalami penurunan sebesar 8,3% yang disebabkan oleh laba neto yang
mengalami penurunan pada tahun 2017. Maka, pada tahun 2016 perusahaan mampu
memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya 3.337.399.000.000 untuk
menghasilkan keuntungan sebesar 1,2%. Sedangkan pada tahun 2017 perusahaan mampu
memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya 3.949.345.000.000 untuk
menghasilkan keuntungan sebesar 1,1%.
Pada tahun 2018 ROE yang dimiliki perusahaan sebesar 16% . Hal ini mengalami
kenaikan yang cukup signifikan sebesar 13,54 yang disebabkan oleh laba neto yang mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Ekuitas juga pada tahun ini mengalami kenaikan. Maka, pada
tahun 2018 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya
3.827.465.000.000 untuk menghasilkan keuntungan sebesar 16%.
Pada tahun 2019 ROE yang dimiliki perusahaan sebesar 15%. Hal ini mengalami
penurunan 6,25%. Pada tahun ini ekuitas perusahaan dan laba perusahaan naik. Maka, pada
tahun 2019 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya
4.168.930.000.000 untuk menghasilkan keuntungan sebesar 15%.

Pada tahun 2020 ROE yang dimiliki perusahaan sebesar -3%. Hal ini mengalami
penurunan yang cukup signifikan. Hal ini diakibatkan karena pada tahun ini perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan.
Kesimpulan: Dari tahun 2016-2020 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk memiliki ROE yang
berfluktusi dan yang terburuk yaitu pada tahun 2020.
3.4.3 Rasio Lancar

Rasio lancar (bahasa Inggris: Current ratio) adalah rasio keuangan yang

memperbandingkan antara aktiva lancar dengan utang lancar suatu perusahaan. Rasio lancar

menjadi indikator dari tingkat likuiditas perusahaan, yang artinya seberapa besar aset lancar yang

dimiliki oleh perusahaan dapat menutupi semua kewajiban yang akan jatuh tempo kurang dalam

satu tahun. Rasio lancar digunakan untuk mengungkapkan jaminan keamanan (margin of

safety) perusahaan terhadap kreditor jangka pendek. Jika perbandingan utang lancar melebihi

aktiva lancarnya (rasio lancar menunjukan angka di bawah 1), maka perusahaan dikatakan

mengalami kesulitan melunasi utang jangka pendeknya. Jika rasio lancarnya terlalu tinggi, maka

sebuah perusahaan dikatakan kurang efisien dalam mengurus aktiva lancarnya. Jika angka rasio

lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya kemampuan yang

baik dalam melunasi kewajibannya dan begitu sebaliknya

Rasio Lancar = Aktiva lancar (Current Assets) ÷ Hutang lancar (Current Liabilities)
( Dalam jutaan rupiah)

Periode 2016 2017 2018 2019 2020

Rasio 2.830.815 3.093.496 3.557.488 4.017. 659 3.200.854

Lancar 1.088.981 1.093.095 1.048. 640 1.135. 638 925. 658

= 2, 60 = 2,83 = 3,39 = 3,54 = 3.46

Tabel 3.18 Rasio Lancar RALS


Analisis:

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Rasio Lancar yang

dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 2,60 dan pada tahun 2017 Rasio lancar

perusahaan sebesar 2,81. Hal ini mengalami kenaikan sebesar 8,8% yang disebabkan oleh utang

usaha mengalami kenaikan di tahun 2017 dari tahun sebelumnya, sementara aset lancar

mengalami kenaikan di tahun 2017. Maka, pada tahun 2016 dari rasio lancar tersebut dapat

disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 2. 60 aset

lancar yang dimiliki perusahaan. Sedangkan pada tahun 2017 dari rasio lancar tersebut dapat

disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 2.83 aset

lancar yang dimiliki perusahaan.

Pada tahun 2018 rasio lancar perusahaan sebesar 3,39. Hal ini mengalami kenaikan

sebesar 19,79% yang disebabkan oleh kenaikan aset lancar yang cukup signifikan sementara

untuk hutang lancar sendiri mengalami penurunan. Maka, pada tahun 2018 dari rasio lancar

tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh

Rp 3.39 aset lancar yang dimiliki perusahaan.

Pada tahun 2019 rasio lancar perusahaan sebesar 3,54. Hal ini mengalami kenaikan
sebesar 4,42% yang disebabkan oleh kenaikan aset lancar yang cukup signifikan sebanding

dengan terjadi kenaikan hutang lancar namun tidak begitu signifikan. Maka, pada tahun 2019

dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang

dimiliki dijamin oleh Rp 3.54 aset lancar yang dimiliki perusahaan.

Pada tahun 2020 rasio lancar perusahaan sebesar 3,46. Hal ini mengalami penurunan

sebesar 2,26% yang disebabkan oleh penurunan aset lancar dan juga penurunan hutang lancar

yang sangat signifikan. Maka, pada tahun 2020 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan

bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 3.46 aset lancar yang

dimiliki perusahaan.

Kesimpulan : Dari tahun 2016 hingga 2019 perusahaan mengalami kenaikan secara

bertahap dan cukup signifikan namun di tahun 2020 perusahaan mengalami penurunan. Namun

dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa rasio nya di atas 1 maka perusahaan meskipun

mengalami penurunan namun perusahaan tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi

kewajibannya karena perbandingan aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimiliki.

3.4.4 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas

Rasio keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan jumlah

hutang yang digunakan untuk operasional perusahaan harus berada dalam jumlah yang

proporsional. Debt to Equity Ratio juga sering dikenal sebagai rasio leverage atau rasio

pengungkit. Yang dimaksud dengan rasio pengungkit yaitu rasio yang digunakan untuk

melakukan pengukuran dari suatu investasi yang terdapat di perusahaan. Debt to equity ratio

adalah rasio keuangan yang utama dalam suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan Debt to

Equity Ratio digunakan untuk mengukur posisi keuangan suatu perusahaan. Semakin tinggi

nilai DER, semakin besar perusahaan menggunakan utang dibandingkan modal yang dimiliki.
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Hutang / Ekuitas

( Dalam jutaan rupiah)


Periode 2016 2017 2018 2019 2020

ROA 1.309. 610 1.397.577 1.415.582 1.480.893 1.566.474

3.337.399 3.494.345 3.827.465 4.168.930 3.718.744

=0,39 = 0,40 = 0,37 = 0,35 = 0,42

Tabel 3.19 DER RALS

Analisis :

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 DER yang dimiliki PT

Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 0,39 dan pada tahun 2017 DER perusahaan sebesar 0,40.

Hal ini mengalami kenaikan DER sebesar 2,5%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di

posisi 0,40 yang menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar kewajibannya yang

hanya berkisar 40% dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun 2016 DER perusahaan yaitu 0,39 x

lebih banyak dari total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas

perusahaan akan menjamin Rp 0,39 utang. Sedangkan pada tahun 2017 DER perusahaan yaitu

0,40 x lebih banyak dari total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas

perusahaan akan menjamin Rp 0,40 utang.

Pada tahun 2018 DER yang dimiliki perusahaan sebesar 0,37. Hal ini mengalami

penurunan sebesar 7,5%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di posisi 0,37 yang

menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar kewajibannya yang hanya berkisar 37%

dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun 2018 DER perusahaan yaitu 0,37 x lebih banyak dari

total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan menjamin
Rp 0,37 utang.

Pada tahun 2019 DER yang dimiliki perusahaan sebesar 0,35. Hal ini mengalami

penurunan sebesar 5,40%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di posisi 0,35 yang

menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar kewajibannya yang hanya berkisar 35%

dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun 2019 DER perusahaan yaitu 0,35 x lebih banyak dari

total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan menjamin

Rp 0,35 utang.

Pada tahun 2020 DER yang dimiliki perusahaan sebesar 0,42. Hal ini mengalami

kenaikan yang cukup signifikan sebesar 20%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di posisi

0,42 yang menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar kewajibannya yang hanya

berkisar 42% dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun 2020 DER perusahaan yaitu 0,42 x lebih

banyak dari total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan

akan menjamin Rp 0,42 utang.

3.4.5 Margin Laba Bersih

Net Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Marjin Laba

Bersih adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih pada

suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin Laba Bersih ini menunjukan proporsi

penjualan yang tersisa setelah dikurangi semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut

juga dengan Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba). Bagi Investor, Marjin Laba Bersih atau

Net Profit Margin ini biasanya digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen

mengelola perusahaannya dan juga memperkirakan profitabilitas masa depan berdasarkan

peramalan penjualan yang dibuat oleh manajemennya.

Dengan membandingkan laba bersih dengan total penjualan, investor dapat melihat

berapa persentase pendapatan yang digunakan untuk membayar biaya operasional dan biaya non-
operasional serta berapa persentase tersisa yang dapat membayar dividen ke para pemegang

saham ataupun berinvestasi kembali ke perusahaannya. Semakin tinggi margin maka semakin

baik, margin laba bersih artinya perusahaan mampu mencetak keuntungan bersih setelah

dikurangi semua pengeluaran atau biaya perusahaan termasuk biaya pajak keuntungan. Semakin

besar NPM, semakin baik perusahaan mengonversi pendapatan menjadi laba bersih

Marjin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak / Pendapatan Penjualan bersih

( Dalam jutaan rupiah)

Periode 2016 2017 2018 2019 2020

ROA 399.215 398.967 602.033 643.224 (112.943)

5.857.037 5. 622.728 5.739.553 5.596.398 2.527.951

=0,068 = 0,071 = 0,10 = 0,11 = -0,045

Tabel 3.20 Marjin laba bersih RALS

Analsis:

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 NPM yangdimiliki PT

Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 0, 68 dan pada tahun 2017 NPM perusahaan sebesar 0,71. Hal

ini mengalami kenaikan sebesar 4,41%. Hal ini disebabkan oleh kenaikan pendapatan yang terjadi pada

tahun 2017.

Pada tahun 2018 NPM perusahaan ini sebesar 0,10. Hal ini mengakibatkan kenaikan sebesar

40,8% yang disebabkan oleh kenaikan laba neto pada tahun 2018. Pada tahun 2019 NPM

perusahaan sebesar 0,11. Hal ini mengakibatkan kenaikan sebesar 10% yang disebabkan oleh
kenaikan laba yang cukup signifikan. Pada tahun 2020 NPM perusahaan sebesar -0,045. Hal ini

mengakibatkan penurunan yang drastis pada tahun 2020 yang disebabkan oleh penurunan yang

drastis pada penjualan serta pada tahun ini perusahaan tidak mencetak keuntungan.

Kesimpulan: Dari tahun 2016-2020 PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk mengalami peningkatan

secara bertahap tiap tahunnya ini juga menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik setiap

periodenya karena manajemen dianggap mampu dalam mengelola biaya operasional sehingga

profitabilitas yang dihasilkan pun setiap tahunnya semakin baik. Namun pada tahun 2020

perusahaan tidak mencetak profitabilitas sehingga manajemen dianggap kurang maksimal dalam

mengelola.

3.5 HOKI

Analisis fundamental untuk PT Buyung Poetra Sembada Tbk periode tahun 2016 – 2020 kami

akan menganalisis 5 rasio yaitu :

● Rasio Laba Terhadap Jumlah Aset

● Rasio Laba Terhadap Jumlah Ekuitas

● Rasio Lancar

● Rasio Hutang Terhadap Ekuitas

● Margin Laba Bersih

3.5.1 Rasio Laba Terhadap Jumlah Aset (ROA)

Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase

keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber
daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan

ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya

untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).

Tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan pendapatan dan tentunya juga menghasilkan

keuntungan atau laba bagi perusahaan itu sendiri. Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat

membantu manajemen dan investor untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu

mengkonversi investasinya pada aset menjadi keuntungan atau laba (profit).

Tingkat Pengembalian Aset atau Return on Assets ini sebenarnya juga dapat dianggap

sebagai imbal hasil investasi (return on investment) bagi suatu perusahaan karena pada umumnya

aset modal (capital assets) seringkali merupakan investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan.

Dengan kata lain, uang atau modal diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat

pengembaliannya atau imbal hasilnya diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang

diperolehnya. ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset ini dihitung dengan cara

membagi laba bersih perusahaan (biasanya pendapatan tahunan) dengan total asetnya dan

ditampilkan dalam bentuk persentase (%). Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin tinggi

pula tingkat profitabilitas perusahaan.Dengan kata lain semakin tinggi ROA maka semakin

baik,ini artinya perusahaan mampu memanfaatkan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan

keuntungan.

Return on Assets (ROA) = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total

Aset) ( Dalam rupiah)

Periode 2016 2017 2018 2019 2020


ROA 43.822.031.348 47.964.112.940 90.195.136.265 103.723.133.972 Tidak ada
370.245.134.305 576.963.542.579 758.846.556.031 848.676.035.300

=0,12 = 0,083 = 0,12 = 0,12

Tabel 3.20 Tabel ROA HOKI


Analisis:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 ROA yang dimiliki PT
Buyung Poetra Sembada Tbk sebesar 12% dan pada tahun 2017 ROA perusahaan sebesar 8,3%.
Hal ini mengalami penurunan sebesar 30,8% yang disebabkan adanya peningkatan total aset
pada tahun 2017 yang sangat pesat. Sementara untuk laba neto terjadi peningkatan juga namun
tidak begitu signifikan. Maka, pada tahun 2016 aset yang dimiliki perusahaan 370.245.134.305
mampu mencetak keuntungan sebesar 12% atau setara dengan 43.822.031.348. Sedangkan pada
tahun 2017 aset yang dimiliki perusahaan 576.963.542.579 mampu mencetak keuntungan
sebesar 8,3%.

Pada tahun 2018 ROA yang dimiliki PT Buyung Poetra Sembada Tbk sebesar 12%.
Maka pada tahun ini terjadi kenaikan sebesar 44,58% yang disebabkan adanya peningkatan yang
cukup signifikan dari laba tahun 2017-2018. Begitu juga dengan total aset perusahaan juga
meningkat. Maka, pada tahun 2018 aset yang dimiliki perusahaan 758.846.556.031 mampu
mencetak keuntungan sebesar 12%.

Pada tahun 2019 ROA yang dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 12%.
Maka pada tahun ini ROA tidak berubah dengan tahun sebelumnya. Laba perusahaan untuk
tahun ini meningkat begitu juga dengan total aset yang dimiliki perusahaan juga meningkat.
Maka, pada tahun 2019 aset yang dimiliki perusahaan 848. 676.035.300 mampu mencetak
keuntungan sebesar 12%.
Kesimpulan : ROA PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk berfluktuasi dan ROA yang terburuk
ada pada tahun 2017.

3.5.2 Rasio Laba Terhadap Jumlah Ekuitas


Pengembalian ekuitas adalah ukuran dari profitabilitas bisnis dalam kaitannya dengan

ekuitas. Karena ekuitas pemegang saham dapat dihitung dengan mengambil semua aset dan

mengurangi semua kewajiban, ROE juga dapat dianggap sebagai pengembalian aset dikurangi

kewajiban. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu badan usaha dalam menghasilkan

laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham. ROE dinyatakan

dalam persentase dan dihitung dengan rumus ROE (Return On Equity) membandingkan laba

bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van

Horne dan Wachowicz, 2005:225).

Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai

buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih
perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.

ROE sangat menarik bagi pemegang maupun calon pemegang saham , dan juga

bagi manajemen, karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting

dari shareholders value creation, artinya semakin tinggi rasio ROE , semakin

tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik bagi investor

untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio ROE

semakin baik, ini menunjukkan perusahaan mampu memanfaatkan dana pemegang

saham untuk menghasilkan keuntungan yang semaksimal mungkin.

Return On Equity = laba bersih setelah pajak : ekuitas

( Dalam jutaan rupiah)

Periode 2016 2017 2018 2019 2020

ROA 43.822.031.348 47.964.112.940 90.195.136.265 103.723.133.972 Tidak ada


220.074.121.683 475.980.511.759 563.167.578.239 641.567.444.819

=0,20 = 0,10 = 0,16 = 0,16

Tabel 3.22 ROE HOKI

Analisis:
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 ROE yang
dimiliki PT Buyung Poetra SembadaTbk sebesar 20% dan pada tahun 2017 ROE
perusahaan sebesar 10%. Hal ini mengalami penurunan sebesar 100% yang
disebabkan oleh laba neto yang mengalami kenaikan yang tidak begitu signifikan
pada tahun 2017.Namun untuk total asetnya mengalami kenaikan pesat. Maka,
pada tahun 2016 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang saham
yang besarnya 220.074.121.683 untuk menghasilkan keuntungan sebesar 20%.
Sedangkan pada tahun 2017 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari
pemegang saham yang besarnya 475.980.511.7590 untuk menghasilkan keuntungan
sebesar 10%.
Pada tahun 2018 ROE yang dimiliki perusahaan sebesar 16% . Hal ini
mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 60% yang disebabkan oleh
laba neto yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Ekuitas juga pada
tahun ini mengalami kenaikan. Maka, pada tahun 2018 perusahaan mampu
memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya 563.167.578.239 untuk
menghasilkan keuntungan sebesar 16%.
Pada tahun 2019 ROE yang dimiliki perusahaan sebesar 16%. Hal ini
perusahaan tidak mengalami kenaikan maupun penurunan. Pada tahun ini ekuitas
perusahaan dan laba perusahaan naik. Maka, pada tahun 2019 perusahaan mampu
memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya 41.55.552.088 untuk
menghasilkan keuntungan sebesar 16%.

Kesimpulan: Dari tahun 2016-2020 PT Buyung Poetra Sembada Tbk memiliki


ROE yang berfluktusi dan yang terburuk yaitu pada tahun 2017.
3.5.3 Rasio Lancar

Rasio lancar (bahasa Inggris: Current ratio) adalah rasio keuangan yang

memperbandingkan antara aktiva lancar dengan utang lancar suatu perusahaan.

Rasio lancar menjadi indikator dari tingkat likuiditas perusahaan, yang artinya

seberapa besar aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan dapat menutupi semua

kewajiban yang akan jatuh tempo kurang dalam satu tahun. Rasio lancar digunakan

untuk mengungkapkan jaminan keamanan (margin of safety) perusahaan terhadap

kreditor jangka pendek. Jika perbandingan utang lancar melebihi aktiva lancarnya

(rasio lancar menunjukan angka di bawah 1), maka perusahaan dikatakan

mengalami kesulitan melunasi utang jangka pendeknya. Jika rasio lancarnya terlalu
tinggi, maka sebuah perusahaan dikatakan kurang efisien dalam mengurus aktiva

lancarnya. Jika angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka

perusahaan tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya

dan begitu sebaliknya

Rasio Lancar = Aktiva lancar (Current Assets) ÷ Hutang lancar

(Current Liabilities) ( Dalam jutaan rupiah)

Periode 2016 2017 2018 2019 2020

Rasio 141.500.588.823 88.130.681.014 183.224.424.681 161.901.915.986 Tidak ada


188.294.784.719 402.492.112.857 490.747.589.782 483.422.211.591
Lancar
= 0,75 = 0,22 = 0,37 = 0,33

Tabel 3.23 Rasio Lancar HOKI


Analisis:

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Rasio

Lancar yang dimiliki PT Buyung Poetra Sembada Tbk sebesar 0,75 dan pada

tahun 2017 Rasio lancar perusahaan sebesar 0,22. Hal ini mengalami penurunan

sebesar 70, 67% yang disebabkan oleh utang usaha mengalami kenaikan di tahun

2017 dari tahun sebelumnya, sementara aset lancar mengalami kenaikan di tahun

2017. Maka, pada tahun 2016 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa

setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 0.75 aset lancar

yang dimiliki perusahaan. Sedangkan pada tahun 2017 dari rasio lancar tersebut

dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin
oleh Rp 0.22 aset lancar yang dimiliki perusahaan.

Pada tahun 2018 rasio lancar perusahaan sebesar 0,37. Hal ini mengalami

kenaikan sebesar 68,18% yang disebabkan oleh kenaikan aset lancar yang cukup

signifikan dan juga untuk hutang lancar sendiri mengalami kenaikan. Maka, pada

tahun 2018 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang

jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 0.37 aset lancar yang dimiliki

perusahaan.

Pada tahun 2019 rasio lancar perusahaan sebesar 0,33. Hal ini mengalami

penurunan sebesar 10,81% yang disebabkan oleh penurunan aset lancar yang

cukup signifikan sebanding dengan terjadi penurunan hutang lancar. Maka, pada

tahun 2019 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang

jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 0.33 aset lancar yang dimiliki

perusahaan.

Kesimpulan : Dari tahun 2016 hingga 2019 perusahaan berfluktuasi terjadi

kenaikan dan penurunan dan cukup signifikan. Namun dari hasil perhitungan dapat

dilihat bahwa rasio nya di bawah 1 maka perusahaan tersebut punya tidak punya

kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya.

3.5.4 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas

Rasio keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas.

Ekuitas dan jumlah hutang yang digunakan untuk operasional perusahaan harus

berada dalam jumlah yang proporsional. Debt to Equity Ratio juga sering dikenal

sebagai rasio leverage atau rasio pengungkit. Yang dimaksud dengan rasio

pengungkit yaitu rasio yang digunakan untuk melakukan pengukuran dari suatu
investasi yang terdapat di perusahaan. Debt to equity ratio adalah rasio keuangan

yang utama dalam suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan Debt to Equity

Ratio digunakan untuk mengukur posisi keuangan suatu perusahaan. Semakin

tinggi nilai DER, semakin besar perusahaan menggunakan utang dibandingkan

modal yang dimiliki.

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Hutang / Ekuitas

( Dalam rupiah)
Periode 2016 2017 2018 2019 2020

ROA 150.171.012.622 100.983.030.820 195.678.977.792 207.108.590.481 Tidak ada


220.074.121.683 475.980.511.759 563.167.578.239 641.567.444.819

=0, 68 = 0,21 = 0,35 = 0,32

Tabel 3.24 DER HOKI

Analisis :

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 DER yang

dimiliki PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar 0, 68 dan pada tahun 2017

DER perusahaan sebesar 0,21. Hal ini mengalami penurunan DER sebesar 69,12%.

Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di posisi 0,21 yang menunjukkan

kemampuan Perseroan dalam membayar kewajibannya yang hanya berkisar 21%

dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun 2016 DER perusahaan yaitu 0, 68x lebih

banyak dari total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas

perusahaan akan menjamin Rp 0, 68 utang. Sedangkan pada tahun 2017 DER


perusahaan yaitu 0,21x lebih banyak dari total ekuitas perusahaan. Dengan kata

lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan menjamin Rp 0,21 utang.

Pada tahun 2018 DER yang dimiliki perusahaan sebesar 0,35. Hal ini

mengalami kenaikan sebesar 66, 67%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di

posisi 0,35 yang menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar

kewajibannya yang hanya berkisar 35% dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun

2018 DER perusahaan yaitu 0,35 x lebih banyak dari total ekuitas perusahaan.

Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan menjamin Rp 0,35

utang.

Pada tahun 2019 DER yang dimiliki perusahaan sebesar 0,32. Hal ini

mengalami penurunan sebesar 8,57%. Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di

posisi 0,32 yang menunjukkan kemampuan Perseroan dalam membayar

kewajibannya yang hanya berkisar 32% dari jumlah ekuitas. Maka, pada tahun

2019 DER perusahaan yaitu 0,32 x lebih banyak dari total ekuitas perusahaan.

Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan menjamin Rp 0,32

utang.

3.5.5 Margin Laba Bersih

Net Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan

Marjin Laba Bersih adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur

persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin

Laba Bersih ini menunjukan proporsi penjualan yang tersisa setelah dikurangi

semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut juga dengan Profit

Margin Ratio (Rasio Marjin Laba). Bagi Investor, Marjin Laba Bersih atau Net
Profit Margin ini biasanya digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen

mengelola perusahaannya dan juga memperkirakan profitabilitas masa depan

berdasarkan peramalan penjualan yang dibuat oleh manajemennya.

Dengan membandingkan laba bersih dengan total penjualan, investor dapat

melihat berapa persentase pendapatan yang digunakan untuk membayar biaya

operasional dan biaya non- operasional serta berapa persentase tersisa yang dapat

membayar dividen ke para pemegang saham ataupun berinvestasi kembali ke

perusahaannya. Semakin tinggi margin maka semakin baik, margin laba bersih

artinya perusahaan mampu mencetak keuntungan bersih setelah dikurangi semua

pengeluaran atau biaya perusahaan termasuk biaya pajak keuntungan. Semakin

besar NPM, semakin baik perusahaan mengonversi pendapatan menjadi laba bersih

Marjin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak / Pendapatan

Penjualan bersih ( Dalam jutaan rupiah)

Periode 2016 2017 2018 2019 2020

ROA 43.822.031.348 47.964.112.940 90.195.136.265 103.723.133.972 Tidak ada


1.146.887.827.845 1.209.215.316.632 1.430.785.280.985 1.653.031.823.505

=0,038 = 0,040 = 0,063 = 0,063

Tabel 3.25 Marjin laba bersih HOKI

Analsis:

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 NPM

yangdimiliki PT Buyung Poetra Sembada Tbk sebesar 0, 038 dan pada tahun 2017 NPM
perusahaan sebesar 0,040. Hal ini mengalami kenaikan sebesar 5,26%. Hal ini

disebabkan oleh kenaikan pendapatan yang terjadi pada tahun 2017 dan juga adanya

kenaikan laba bersih.

Pada tahun 2018 NPM perusahaan ini sebesar 0,063. Hal ini mengakibatkan

kenaikan sebesar 57,5% yang disebabkan oleh kenaikan laba neto pada tahun 2018

dan juga kenaikan pendapatan . Pada tahun 2019 NPM perusahaan sebesar 0,03.

Hal ini mengakibatkan tidak terjadi kenaikan maupun penurunan .

Kesimpulan: Dari tahun 2016-2020 PT Buyung Poetra Sembada Tbk mengalami

peningkatan secara bertahap tiap tahunnya ini juga menunjukkan bahwa

perusahaan semakin baik setiap periodenya karena manajemen dianggap mampu

dalam mengelola biaya operasional sehingga profitabilitas yang dihasilkan pun

setiap tahunnya semakin baik. Tahun dengan NPM terbaik terjadi pada tahun 2018

dan 2019.

Anda mungkin juga menyukai