ROA
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Analisis :
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 ROA yang
dimiliki PT Sidomuncul Tbk sebesar 0,16 atau 16% dan pada tahun 2017 ROA
perusahaan sebesar 0,17atau 17%. Hal ini mengalami kenaikan yang disebabkan
laba neto dengan pertumbuhan sebesar 11,1%, dari Rp480,5 miliar pada tahun
2016 menjadi Rp533,8 miliar untuk periode yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2017. Adanya perubahan bauran penjualan serta usaha yang
dilakukan oleh Perseroan untuk terus melakukan efisiensi dan efektivitas biaya
yang tepat sasaran merupakan faktor utama atas pencapaian pertumbuhan laba
bersih di tahun 2017. Perseroan pada tanggal 31 Desember 2017 membukukan
nilai aset sebesar Rp3,2 triliun, mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya
sebesar 5,7%. Komposisi aset Perseroan adalah 52% aset lancar dan 48% aset
1
tidak lancar. Aset lancar mengalami penurunan sebesar 9,2% di tahun 2017
sementara aset tidak lancar mengalami kenaikan sebesar 28,1%.
Maka, pada tahun 2016 aset yang dimiliki perusahaan 2.987.614.000.000
mampu mencetak keuntungan sebesar 16% atau setara dengan 480.525.000.000.
Sedangkan pada tahun 2017 aset yang dimiliki perusahaan 3.158.198.000.000
mampu mencetak keuntungan sebesar 17% atau setara dengan 533.799.000.000.
Pada tahun 2018 ROA perusahaan sebesar 0,20 atau 20% dan ini mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya hal ini juga dipicu karena kenaikan laba tahun
berjalan sejalan dengan usaha Perseroan yang terus berupaya meningkatkan
penjualan dan efisiensi biaya untuk mendapatkan tingkat profitabilitas yang
maksimal.
Maka, pada tahun 2018 aset yang dimiliki perusahaan 3.337.628.000.000
mampun mencetak keuntungan sebesar 20% atau setara dengan
663.849.000.000.
Pada tahun 2019 ROA perusahaan sebesar 0,23 atau 23% dan ini mengalami
kenaikan dari periode sebelumnya. Hal ini dipicu karena laba bersih yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp807,69 miliar, naik
21,7% dari Rp663,85 miliar pada tahun 2018. Perolehan laba bersih berhasil
melampaui target pertumbuhan laba bersih tahun 2019 yang telah direncanakan
sebesar 10% sebanding dengan total aset sebesar Rp3,54 triliun atau naik
sebesar 6,0% dari posisi nilai aset pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Komponen aset Perseroan terdiri dari 49% aset lancar dan 51% aset tidak lancar
Maka, pada tahun 2019 aset yang dimiliki perusahaan 3.529.557.000.000
mampu mencetak keuntungan sebesar 23% atau setara dengan 807.689.000.000.
Pada tahun 2020 ROA perusahaan sebesar 0,24 atau 24% dan ini mengalami
kenaikan dari periode sebelumnya. Hal ini dipicu karena Perolehan laba bersih
berhasil memenuhi target pertumbuhan laba bersih double digit yang ditopang
oleh disiplin pengeluaran belanja modal yang bisa dijaga dengan baik dna juga
jumlah aset Perseroan pada 31 Desember 2020, naik 9,1% dari jumlah aset pada
akhir tahun sebelumnya aset ini terdiri dari 53% aset lancar dan 47% aset tidak
lancar.
2
Maka, pada tahun 2019 aset yang dimiliki perusahaan 3.849.516.000.000
mampu mencetak keuntungan sebesar 23% atau setara dengan 934.016.000.000.
Kesimpulan : Dari tahun 2016-2020 PT Sidomuncul Tbk mengalami kenaikan
ROA setiap tahunnya.
3
( Dalam jutaan rupiah)
ROE
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
Analisis:
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 ROE yang
dimiliki PT Sidomuncul Tbk sebesar 0,17 atau 17% dan pada tahun 2017 ROE
perusahaan sebesar 0,18 atau 18%. Hal ini mengalami kenaikan yang disebakan
oleh laba neto dengan pertumbuhan sebesar 11,1%, dari Rp480,5 miliar pada
tahun 2016 menjadi Rp533,8 miliar untuk periode yang berakhir pada tanggal
31 Desember 2017. Adanya perubahan bauran penjualan serta usaha yang
dilakukan oleh Perseroan untuk terus melakukan efisiensi dan efektivitas biaya
yang tepat sasaran merupakan faktor utama atas pencapaian pertumbuhan laba
bersih di tahun 2017 dan Perseroan membukukan total ekuitas sebesar Rp2,9
triliun, sedikit mengalami kenaikan dari total ekuitas pada 31 Desember 2016
sebesar Rp2,8 triliun.
4
Maka, pada tahun 2016 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang
saham yang besarnya 2.757.885.000.000 untuk menghasilkan keuntungan
sebesar 17% atau setara dengan 480.525.000.000. Sedangkan, pada tahun 2017
perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang saham yang besarnya
2.895.865000.000 untuk menghasilkan keuntungan sebesar 18% atau setara
dengan 533.799.000.000
Pada tahun 2018 ROE perusahaan sebesar 0,23 atau 23% mengalami kenaikan
dari periode sebelumnya hal ini dipicu dengan kenaikan laba tahun berjalan
sejalan dengan usaha Perseroan yang terus berupaya meningkatkan penjualan
dan efisiensi biaya untuk mendapatkan tingkat profitabilitas yang maksimal dan
juga sejalan dengan ekuitas perusahaan yang meningkat sebesar Rp 2,90 triliun.
Maka, pada tahun 2018 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang
saham yang besarnya 2.902.614.000.000 untuk menghasilkan keuntungan
sebesar 23% atau setara dengan 663.849.000.000.
Pada tahun 2019 ROE perusahaan sebesar 0,26 atau 26% dari periode
sebelumnya hal ini dipicu karena laba bersih tumbuh 21,7% dan melampaui
target pertumbuhan laba bersih yang telah direncanakan oleh Perseroan sebesar
10% untuk tahun 2019 sebanding dengan kenaikan ekuitas.
Maka, pada tahun 2019 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang
saham yang besarnya 3.064.707.000.000 untuk menghasilkan keuntungan
sebesar 26% atau setara dengan 807.689.000.000.
Pada tahun 2020 ROE perusahaan sebesar 0,29 atau 29% mengalami kenaikan
dari periode sebelumnya hal ini dipicu karena Perolehan laba bersih berhasil
memenuhi target pertumbuhan laba bersih double digit yang ditopang oleh
disiplin pengeluaran belanja modal yang bisa dijaga dengan baik dna juga
kenaikan ekuitas.
5
Maka, pada tahun 2020 perusahaan mampu memanfaatkan dana dari pemegang
saham yang besarnya 3.221.740.000.000 untuk menghasilkan keuntungan
sebesar 29% atau setara dengan 934.016.000.000.
Rasio Lancar
Rasio lancar (bahasa Inggris: Current ratio) adalah rasio keuangan yang
memperbandingkan antara aktiva lancar dengan utang lancar suatu perusahaan.
Rasio lancar menjadi indikator dari tingkat likuiditas perusahaan, yang artinya
seberapa besar aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan dapat menutupi semua
kewajiban yang akan jatuh tempo kurang dalam satu tahun.
Rasio lancar digunakan untuk mengungkapkan jaminan keamanan (margin of
safety) perusahaan terhadap kreditor jangka pendek. Jika perbandingan utang
lancar melebihi aktiva lancarnya (rasio lancar menunjukan angka di bawah 1),
maka perusahaan dikatakan mengalami kesulitan melunasi utang jangka
pendeknya. Jika rasio lancarnya terlalu tinggi, maka sebuah perusahaan
dikatakan kurang efesien dalam mengurus aktiva lancarnya. Jika angka rasio
lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali, maka perusahaan tersebut punya
kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya dan begitu sebaliknya
6
( Dalam jutaan rupiah)
Rasio Lancar
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Analisis :
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Rasio Lancar
yang dimiliki PT Sidomuncul Tbk sebesar 8,32 dan pada tahun 2017 Rasio
lancar perusahaan sebesar 7,81. Hal ini mengalami penurunan yang
disebabkan oleh utang usaha mengalami penurunan signifikan di tahun 2017
menjadi sebesar Rp124,9 miliar dari tahun sebelumnya Rp177,9 miliar, yang
sebanding dengan penurunan jumlah aset.
Maka, pada tahun 2016 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 8.32 aset
lancar yang dimiliki perusahaan. Sedangkan pada tahun 2017 dari rasio lancar
tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang
dimiliki dijamin oleh Rp 7.81 aset lancar yang dimiliki perusahaan.
7
Pada tahun 2018 Rasio lancar perusahaan sebesar 4,19 dan mengalami
penurunan dari periode sebelumnya yang disebabkan oleh penurunan pada akun
kas dan setara kas untuk pembayaran dividen serta penurunan pada akun
piutang.
Maka, pada tahun 2018 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 4.19 aset
lancar yang dimiliki perusahaan.
Pada tahun 2019 Rasio Lancar perusahaan sebesar 4,12 dan mengalami
penurunan dari periode sebelumnya yang disebabkan oleh yang disebabkan oleh
kenaikan liabilitas jangka pendek.
Maka, pada tahun 2019 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 4.12 aset
lancar yang dimiliki perusahaan.
Pada tahun 2020 Rasio Lancar perusahaan sebesar 3,66 dan mengalami
penurunan dari periode sebelumnya yang disebabkan oleh liabilitas jangka
pendek naik 37,0%, sedangkan aset lancar naik 19,6% dibandingkan tahun
sebelumnya.
Maka, pada tahun 2020 dari rasio lancar tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap Rp 1 hutang jangka pendek yang dimiliki dijamin oleh Rp 3.66 aset
lancar yang dimiliki perusahaan.
8
Rasio keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas
dan jumlah hutang yang digunakan untuk operasional perusahaan harus berada
dalam jumlah yang proporsional. Debt to Equity Ratio juga sering dikenal
sebagai rasio leverage atau rasio pengungkit. Yang dimaksud dengan rasio
pengungkit yaitu rasio yang digunakan untuk melakukan pengukuran dari suatu
investasi yang terdapat di perusahaan.
Debt to equity ratio adalah rasio keuangan yang utama dalam suatu perusahaan.
Hal ini dikarenakan Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur posisi
keuangan suatu perusahaan.
DER
0.2
0.15
0.1
0.05
Analisis :
9
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 DER yang
dimiliki PT Sidomuncul Tbk sebesar 0.083 atau dan pada tahun 2017 DER
perusahaan sebesar 0.091. Hal ini mengalami kenaikan
Rasio utang terhadap ekuitas juga berada di posisi 0.091 yang menunjukkan
kemampuan Perseroan dalam membayar kewajibannya yang hanya berkisar 9%
dari jumlah ekuitas.
Maka, pada tahun 2016 DER perusahaan yaitu 0,083 x lebih banyak dari total
ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan
menjamin Rp 0,083 utang. Sedangkan pada tahun 2017 DER perusahaan yaitu
0,091 x lebih banyak dari total ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp
1 dari ekuitas perusahaan akan menjamin Rp 0,091 utang.
Pada tahun 2018 DER perusahaan sebesar 0.15 yang mana mengalami
kenaikan. Hal ini dipicu karena jumlah liabilitas Perseroan pada akhir tahun
2018 adalah Rp435,01 miliar, naik 65,8% dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar Rp262,33 miliar. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh naiknya
liabilitas jangka pendek sebesar 76,7% dari Rp208,51 miliar di akhir tahun 2017
menjadi Rp368,38 miliar per akhir tahun 2018 ini sebanding dengan
meningkatkan ekuitas perusahaan.
Maka, pada tahun 2018 DER perusahaan yaitu 0,150 x lebih banyak dari total
ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan
menjamin Rp 0,150 utang.
Pada tahun 2019 DER perusahaan sebesar 0.154 yang mengalami kenaikan
sebesar 0.004 hal ini dipicu liabilitas Perseroan sebesar Rp472,19 miliar, naik
8,5% dari Rp435,01 miliar pada tahun 2018. Pendorong utama kenaikan
tersebut adalah peningkatan liabilitas jangka pendek pada akhir tahun 2019
sebanding dengan kenaikan ekuitas. Namun tidak ada peningkatan yang terlalu
signifikan fibandingkan dengan tahun sebelumnya.
10
Maka, pada tahun 2019 DER perusahaan yaitu 0,154 x lebih banyak dari total
ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan
menjamin Rp 0,154 utang.
Pada tahun 2020 DER perusahaan sebesar 0,195 yang mengalami kenaikan
yang dipicu oleh jumlah liabilitas Perseroan per 31 Desember 2020 sebesar
Rp627,78 miliar, naik 35,0% dari Rp464,85 miliar pada 2019. Kenaikan
liabilitas didorong oleh peningkatan liabilitas jangka pendek sebesar 37,0% dari
Rp408,87 miliar pada 2019 menjadi Rp560,04 miliar dan juga kenaikan ekuitas
Maka, pada tahun 2020 DER perusahaan yaitu 0,195 x lebih banyak dari total
ekuitas perusahaan. Dengan kata lain, setiap Rp 1 dari ekuitas perusahaan akan
menjamin Rp 0,195 utang.
11
Semakin besar NPM, semakin baik perusahaan mengonversi pendapatan
menjadi laba bersih
NPM
0.3
0.25 Analisis :
0.2
0.15 Hasil perhitungan diatas
0.1 menunjukkan bahwa pada
0.05
0 tahun 2016 NPM yang
2016 2017 2018 2019 dimiliki PT Sidomuncul
Tbk sebesar 0,19 atau dan
pada tahun 2017 NPM perusahaan sebesar 0,21. Hal ini mengalami kenaikan
hal ini disebabkan karena adanya perubahan bauran penjualan serta usaha yang
dilakukan oleh Perseroan untuk terus melakukan efisiensi dan efektivitas biaya
yang tepat sasaran merupakan faktor utama atas pencapaian pertumbuhan laba
bersih di tahun 2017.
Pada tahun 2018 NPM perusahaan sebesar 0,24 dan mengalami kenaikan dari
periode sebelumnya hal ini dipicu karena kenaikan laba tahun berjalan sejalan
dengan usaha Perseroan yang terus berupaya meningkatkan penjualan dan
efisiensi biaya untuk mendapatkan tingkat profitabilitas yang maksimal dan
sebanding dengan jumlah aset Perseroan per 31 Desember 2018 naik 5,7% dari
12
Rp3,16 triliun pada tahun sebelumnya menjadi Rp3,34 triliun sehubungan
dengan penambahan fasilitas produksi COD II yang selesai pada tahun 2018.
Pada tahun 2019 NPM perusahaan sebesar 0,26 dan mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya hal ini dipicu karena laba bersih berhasil melampaui target
pertumbuhan laba bersih tahun 2019 yang telah direncanakan sebesar 10% dan
juga sebanding dengan penjualan bersih sebesar Rp3,07 triliun. Tumbuh 11,0%
dari tahun sebelumnya sebesar Rp2,76 triliun. Pertumbuhan ini melampaui
target yang telah ditetapkan untuk tahun 2019, yaitu sebesar 10,0%. Kontributor
utama penjualan bersih Perseroan masih berasal dari Segmen Jamu Herbal
dengan kontribusi sebesar 67,3% atas total penjualan bersih. Segmen Jamu
Herbal mencatatkan pertumbuhan sebesar 12,0%, didorong oleh meningkatnya
permintaan akan produk Jamu dan Suplemen Herbal Perseroan di pasar
domestik dan juga ekspor perdana Tolak Angin di Filipina.
Pada tahun 2020 NPM perusahaan sebesar 0.28 dan mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya dipicu oleh Keberhasilan mencapai laba bersih double digit
juga ditopang oleh disiplin pengeluaran belanja modal yang bisa dijaga dengan
baik dan juga pencapaian penjualan yang meningkat 8,7%.
Kesimpulan : Dari tahun 2016-2020 PT Sidomuncul Tbk mengalami
peningkatan dan ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin baik setiap
periode nya karena manajemen dianggap mampu dalam mengelola biaya
operasional sehingga profitabilitas yang dihasilkan pun setiap tahunnya semakin
baik.
13