EKONOMI SYARIAH
“REKSA DANA MANDIRI SYARIAH”
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
Puji syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. , karena hanya
dengan segala rahmat-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah tugas
mata Kuliah Ekonomi Syariah.
Adapun judul makalah ini adalah “Reksa Dana Mandiri Syariah”. Dalam
makalah ini, akan dijelaskan tentang pengertian , perbedaan reksa dana syariah
dan konvensional serta kelebihan dan kelemahan reksa dana syariah.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................24
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................24
3.2 Saran...............................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26
ii
BAB I PENDAHULUAN
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa dana kelolaan reksa dana syariah
susut menjadi Rp 9,37 triliun pada 10 September 2014 dibanding pada akhir 2013
sekitar Rp 9,43 triliun. Pada 12 Agustus 2014 dana kelolaan reksa dana syariah
susut menjadi Rp 9,3 triliun dibanding Januari 2014 sekitar Rp 9,51 triliun.
Berdasarkan data Infovesta Utama (03/10/2014), total dana kelolaan reksa dana
syariah per akhir Agustus 2014 mencapai Rp 9,45 triliun atau turun 1,26 % dari
perolehan Januari senilai Rp 9,57 triliun dibandingkan dengan tahun 2013 yang
Rp 9,49 triliun, sehingga pertumbuhan hingga Agustus 2014 hanya sekitar 0,45%.
Padahal Dewan Syariah Nasional (DSN) menargetkan bahwa market share pasar
modal syariah pada tahun 2014 diharapkan mencapai 4% yang dilansir oleh
forumriset.com (24/02/2015).
Hal tersebut senada dengan target dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
dilansir oleh infobanknews.com (13/08/2014) bahwa sejak beberapa tahun lalu
OJK telah mencanangkan market share industri keuangan syariah bisa mencapai
5%. Hal tersebut didukung berdasarkan Roadmap Pasar Modal Syariah 20152019
bahwa dalam pengembangan produk reksa dana syariah memiliki pangsa pasar
kurang dari 5% dari seluruh produk syariah dan konvensional.
1
dana, dilihat dari unit penyertaan, total unit penyertaan reksa dana syariah sejak
awal tahun 2014 hingga Agustus 2014 hanya tumbuh 1,03%. Adanya penyusutan
unit penyertaan pada beberapa jenis reksa dana khususnya reksa dana syariah
terproteksi dan indeks reksa dana syariah membuat kinerja reksa dana syariah
mengalami penurunan. Hal tersebut menjadikan jumlah produk reksa dana syariah
menjadi terbatas. Sehingga pilihan investor lebih terbatas dibandingkan dengan
reksa dana konvensional.
Sedangkan reksa dana syariah berbasis indeks sebesar Rp7,22 miliar dan reksa
dana syariah berbasis pasar uang sebesar Rp277,79 miliar. Reksa dana syariah
yang memberi kontribusi terbesar adalah reksa dana syariah berbasis saham,
diikuti reksa dana syariah berbasis campuran dan di posisi ketiga adalah reksa
dana syariah berbasis terproteksi, reksa dana syariah berbasis pasar uang dan
reksa dana syariah berbasis indeks.
Selain dari total dana kelolaan, total unit penyertaan reksa dana syariah sejak awal
tahun 2014 hingga Agustus hanya tumbuh 1,03%. Jika dibandingkan dengan
Januari 2014 tercatat 5,85 miliar unit, sedangkan pada Agustus sekitar 5,79 miliar
unit penyertaan. Perlambatan pertumbuhan reksa dana syariah selain dilihat dari
2
dana kelolaan dan unit penyertaan dapat dilihat pula dalam nilai aktiva bersih
(NAB) atau dapat disebut juga net asset value (NAV). Berikut perkembangan
reksa dana syariah dilihat dari nilai aktiva bersih (NAB) dari tahun 2003 sampai
dengan tahun 2014 bulan Agustus.
GAMBAR 1.1
Berdasarkan gambar di atas bahwa nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana syariah
dari sejumlah kelas aset tercatat mencapai Rp 8,83 triliun hingga akhir Juli 2014
menurun senilai 5,3 % dari capaian akhir tahun 2013 senilai Rp 9,32 triliun.
Menurut Komang Darmawan (2006) yang dikutip dari Novianti (2008:5)
menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadikan keterpurukan
industri reksa dana yang pertama krisis finansial yang menyebabkan naiknya suku
bunga. Kedua, penerapan market to market sehingga pasar obligasi yang tidak
likuid dan sikap sebagian manajer investasi yang tidak transparan. Dan yang
ketiga yaitu kesalahan dalam penjualan sehingga sebagian investor tidak berani
mengambil risiko yang tinggi.
Hal tersebut berdampak pula pada jenis reksa dana syariah yang mengalami
perlambatan. Jenis reksa dana syariah yang diterbitkan di Indonesia terdiri dari
3
jenis reksa dana syariah saham, reksa dana syariah pendapatan tetap, reksa dana
syariah indeks, reksa dana syariah terproteksi, pasar uang, exchange trade fund
serta reksa dana syariah campuran.
Berdasarkan hal tersebut dapat dipastikan bahwa jenis reksa dana syariah
campuran dapat unggul dibandingkan jenis reksa dana syariah yang lainnya.
Namun berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai aktiva bersih (NAB)
reksa dana syariah campuran masih tertinggal jauh dibandingkan nilai aktiva
bersih (NAB) reksa dana syariah saham. Berdasarkan Wermers (2000), Coval and
Moskowitz (2001), Jan and Hung (2003), Papadamou and Stephanidesz (2004)
dalam Goel et al. (2012:101) bahwa returns kinerja reksa dana dapat diprediksikan
pada indikator kinerjanya seperti kinerja pada masa yang lalu (persistence),
turnover, expense ratio, asset siza, load fee, gaya investasi dan manajer reksadana
atau biasa dikenal dengan manajer investasi serta pemilik dari reksa dana.
Pengukuran kinerja reksa dana syariah sebagai pemberian informasi atas reksa
dana syariah. Dikarenakan perlambatan dana kelolaan, unit penyertaan serta nilai
aktiva bersih (NAB) pada reksa dana syariah bukanlah merupakan indikator yang
dapat menilai baik atau buruknya kinerja suatu reksa dana. Senada dengan Goel et
al. (2012:100) bahwa dengan dilakukannya pengukuran kinerja reksa dana dapat
membantu investor untuk mendapatkan informasi mengenai reksa dana yang akan
diinvestasikannya dengan dilakukan pengukuran kinerja reksa dana dapat
dijadikan sebagai prediksi untuk pengukuran kinerja reksa dana pada masa yang
akan datang. Berdasarkan Hendricks et al. (1993), Goetzmann dan Ibbotson
(1994) serta Brown dan Goetzmann (1995) dalam Greg N. Gregoriou (2007:2)
bahwa kinerja reksa dana dikatakan sebagai “hot-hands effect” karena kinerja
4
reksa dana yang lalu dapat diprediksikan untuk return reksa dana di masa yang
akan datang.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Elton et al. (1996);
Hendricks et al. (1993) bahwa kinerja reksa dana syariah yang lalu dapat
memprediksi kinerja di masa yang akan datang sehingga ukuran kinerja reksa
dana syariah sangat diperlukan oleh investor. Reksa dana memiliki peranan
penting dalam memajukan pasar modal dalam Widoatmodjo (2009:109)
menyatakan bahwa kelebihan yang dimiliki reksa dana dari sisi investor yaitu
reksa dana merupakan instrumen investasi yang dapat menampung kepentingan
investor kecil dengan dibuatkan portofolio sehingga risiko dapat dikendalikan,
serta dari segi pasar modal, reksa dana merupakan sumber dana investasi yang
besar. Reksa dana dapat menghimpun dana dari investor kecil yang jika
dijumlahkan dapat menjadi besar. Hal tersebut senada dengan penelitian Mansor
et al. (2012:140) bahwa pertumbuhan kinerja reksa dana syariah di dunia dapat
mendorong pendapatan bagi investor untuk menginvestasikan dana pada investasi
portofolio.
Maka penulis merasa penting untuk melakukan penelitian karena dampak yang
akan terjadi dapat mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada jenis
reksa dana syariah campuran. Sehingga diperlukan pengukuran kinerja reksa dana
syariah dikarenakan dapat membantu investor dalam memberikan informasi pada
reksa dana syariah.
Industri reksadana syariah memiliki dana kelolaan sebesar Rp 9,37 triliun pada 10
September 2014 ketimbang posisi akhir 2013 yang sekitar Rp 9,43 triliun. Total
5
dana kelolaan industri reksa dana syariah per akhir Agustus mencapai Rp9,45
triliun atau turun 1,26% dari perolehan Januari yang senilai Rp9,57 triliun. Bila
dibandingkan dengan dana kelolaan reksa dana syariah sepanjang 2013 yang
Rp9,49 triliun, pertumbuhan hingga Agustus hanya sekitar 0,45%.
Sedangkan total unit penyertaan reksa dana syariah sejak awal tahun hingga
Agustus hanya tumbuh 1,03%. Unit penyertaan reksa dan syariah pada Januari
2014 tercatat 5,85 miliar unit, sedangkan pada Agustus sekitar 5,79 miliar unit.
Sepanjang tahun lalu, total unit penyertaan sekitar 5,91 miliar unit penyertaan.
Selain itu, nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah dari sejumlah kelas aset
tercatat mencapai Rp 8,83 triliun hingga akhir Juli 2014 menurun senilai 5,3 %
dari capaian akhir tahun 2013 senilai Rp 9,32 triliun.
Padahal Dewan Syariah Nasional (DSN) menargetkan bahwa market share pasar
modal syariah pada tahun 2014 diharapkan mencapai 4% yang dilansir oleh
forumriset.com (24/02/2015). Adanya penyusutan unit penyertaan pada beberapa
jenis reksa dana khususnya reksa dana syariah terproteksi dan indeks reksa dana
syariah membuat kinerja reksa dana syariah mengalami penurunan. Hal tersebut
menjadikan jumlah produk reksa dana syariah menjadi terbatas. Sehingga pilihan
investor lebih terbatas dibandingkan dengan reksa dana konvensional. Selain itu,
pengetahuan investor akan produk reksa dana syariah pun terbatas sehingga dalam
mengatasi permasalahan tersebut perlu diperhatikan pengukuran kinerja reksa
dana syariah dengan menggunakan pengukuran benchmark (pembanding) yang
diperkuat dengan penelitian terdahulu mengenai kinerja reksa dana syariah.
6
kinerja risk and return, risiko diversifikasi dan budaya serta manajemen
perusahaan pengelola dana. Menurut Sharpe dan Treynor (1996) pengukuran
kinerja yang digunakan yaitu membandingkan antara return dan risiko atau
disebut dengan reward to variability ratio.
Hal tersebut dimaksudkan sebagai dasar untuk memprediksi return yang akan
datang.Menurut Mohammad Samsul (2006:381) disebutkan bahwa return yang
akan datang dianggap sama dengan return masa lalu. Dalam pengukuran kinerja
reksa dana dilakukan melalui dua metode menurut Baghdadabad et al. (2012:143)
yang terdiri dari pengukuran parametric dan non-parametric. Metode non
parametrik terdiri dari downside risk measure (DRM) yang dilakukan melalui
model tiga faktor Fama and French. Metode parametrik dalam Baghdadabad et al.
(2012:139) fokus kepada pengukuran evaluasi di awal seperti Treynor (1965),
Sharpe (1966), Jensen’s alpha (Jensen, 1968), M-square (Modigliani and
Modigliani, 1997), information ratio (IR), fund’s performance index (FPI)
(Pedersen dan Rudholm, 2003), and MSR (Ferruz dan Sarto, 2004) untuk
mengevaluasi kinerja portofolio menggunakan statistika varians dan standar
deviasi (SD). Pengukuran risk adjusted performance yang terdiri dari rasio Sharpe
(1964), rasio Treynor (1973) dan rasio Jensen (1968). Fadillah Mansor dan Ishaq
Bhatti (2011:777) mengemukakan bahwa kinerja reksa dana dapat diprediksikan
dengan menggunakan pengukuran model Sharpe (1966). Hal tersebut dikarenakan
dalam model Sharpe digunakan standar deviasi sebagai penghitungan risiko total.
Dalam Fadillah Mansor dan Ishaq Bhatti (2011:777) dijelaskan pula pengukuran
dengan menggunakan model Treynor didasarkan pada risiko sistematik yang
disimbolkan melalui beta. Ditambahkan menurut Mohammad Samsul (2006:296)
bahwa beta saham menunjukkan seberapa besar/kecil tingkat perubahan return
saham dibandingkan dengan return pasar. Dalam Fadillah Mansor dan Ishaq
Bhatti (2011:778) dijelaskan mengenai model Jensen yang disimbolkan melalui
alpha yang diartikan sebagai risiko sistematik dari sekuritas yang didasarkan pada
efisiensi pasar. Berdasarkan pengujian Hasbi (2007) bahwa risk-adjusted
performance (pengukuran Sharpe, Treynor dan Jensen) memberikan hasil bahwa
kinerja return dan risiko semua jenis reksa dana syariah (saham, pendapatan tetap,
7
campuran dan terproteksi) lebih baik atau lebih tinggi dari indeks pasarnya yaitu
Jakarta Islamic Index (JII).
Dari sisi kinerja risiko semua jenis reksa dana syariah yaitu lebih baik atau lebih
rendah dibandingkan dengan indeks pasarnya. Secara simultan bahwa kinerja
reksa dana syariah lebih baik atau lebih tinggi dari indeks pasarnya, begitu pula
dengan risiko reksa dana syariah secara simultan lebih baik atau lebih rendah dari
risiko pasarnya. Dalam Mangiring (2009) disebutkan bahwa pengukuran Sharpe
digunakan pada portofolio yang tediversifikasi dengan baik, sedangkan Treynor
digunakan dalam aset-aset individual, serta pengukuran dengan menggunakan
metode Jensen dan Treynor dapat menghasilkan peringkat kinerja yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metode Sharpe.
8
Karena pengukuran kinerja reksa dana syariah campuran dapat memberikan
informasi bagi investor. Dimana investor memerlukan benchmark agar investor
tidak salah dalam mengambil keputusan. Hal tersebut dilakukan melalui
pengukuran kinerja reksa dana syariah dengan menggunakan tiga model yaitu
model Sharpe, model Treynor, dan model Jensen.
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini tujuan
dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
9
3. Untuk mengajarkan cara mengatur kas dan membuat tujuan keuangan di
masa mendatang sesuai dengan syariah.
4. Untuk memberikan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan reksa
dana Syariah dan memberikan sara terbaik untuk masyarakat.
10
BAB 2 PEMBAHASAN REKSA DANA MANDIRI SYARIAH
11
Reksa Dana Syariah Reksa Dana Konvensional
Wajib dikelola oleh profesional yang mengerti Profesional yang mengelola tidak wajib
kegiatan yang dilarang berdasarkan prinsip mengerti kegiatan yang dilarang
syariah dan diawasi oleh DPS berdasarkan prinsip syariah
Reksa Dana Syariah Pasar Uang adalah Reksa Dana yang hanya melalukan
investasi pada instrumen pasar uang syariah dalam negeri dan/atau efek syariah
berpendapatan tetap yang jangka waktu atau sisa jatuh temponya tidak lebih dari 1
(satu) tahun.
Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap adalah Reksa Dana yang melakukan
investasi paling sedikit 80% dari nilai aktiva bersih dalam bentuk efek syariah
berpendapatan tetap.
Manajer Investasi yang mengelola Reksa Dana Syariah Campuran hanya dapat
melakukan investasi pada Efek Syariah Berpendapatan Tetap, Efek Syariah
bersifat ekuitas, dan/atau instrumen pasar uang dalam negeri yang sesuai dengan
Prinsip Syariah di Pasar Modal dengan ketentuan:
Investasi pada salah satu instrumen investasi tersebut paling banyak adalah 79%
(tujuh puluh sembilan persen) dari Nilai Aktiva Bersih; dan
Portofolio Reksa Dana Syariah tersebut wajib berisi Efek Syariah bersifat ekuitas
dan Efek Syariah Berpendapatan Tetap.
12
Reksa Dana Syariah Saham
Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap adalah Reksa Dana yang melakukan
investasi paling sedikit 80% dari nilai aktiva bersih dalam bentuk efek saham
syariah.
Misalnya dalam pengaturan Arus Kas, kita harus memasukan alokasi untuk zakat,
memprioritaskan pembayaran utang jika punya, dan mengalokasikan investasi
masa depan secara rutin.
Kemudian, tujuan keuangan harus sesuai prioritas yang di ajarkan dalam Islam.
Misalkan, menunaikan ibadah haji harus lebih diprioritaskan dari jalan – jalan ke
luar negeri, dan menyiapkan dana sekolah anak harus lebih diprioritaskan dari
tujuan ganti mobil.
13
Tetapi jangan lupa bahwa biaya hidup hari ini tidak sama dengan biaya hidup
yang akan datang karna adanya Inflasi. Contoh, di tahun 2002 uang Rp. 1000,-
dapat membeli air susu satu gelas penuh, tahun 2008 dengan nilai yang sama
hanya dapat setengahnya dan di tahun 2016 kemungkinan hanya dapat
seperempatnya saja atau tidak mendapatkan apa – apa. Jadi inflasi adalah suatu
proses peningkatan harga – harga secara umum dan terus – menerus berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat di sebabkan oleh beberapa faktor.
Sejatinya, kita tidak perlu pandai mengatur uang tetapi kita hanya perlu pandai
mengatur diri sendiri dengan menggunakan uang. Kita tidak bisa mengatur harga
bahan makanan akan tetapi kita bisa mengatur menu makanan kita. Kita tidak bisa
mengatur tariff harga listrik dan BBM tetapi kita bisa mengatur pemakaiannya.
Kita pun tidak bisa mengatur biaya pendidikan anak kita tetapi kita bisa
menyiapkan dananya sedini mungkin.
Banyak hal kecil berdampak besar pada keuangan kita, seperti mengajarkan anak
ke kamar mandi sejak dini dapat menghemat biaya popok, mengatur pola makan
dan olahraga rutin dapat menghemat biaya kesehatan bahkan dengan berhenti
merokok bisa menghemat uang untuk biaya di masa mendatang.
Mari bedah arus kas kita, aturlah uang maksimal cicilan utang sebesar 35% dari
total pendapatan untuk investasi maksimal 30% dari pendapatan, alokasikan untuk
membayar zakat minimal 2,5% – 10% dari pendapatan anda, untuk hiburan dan
biaya hidup alokasikan maksimal 20% dari pendapatan. Untuk biaya hidup
maksimal 40% dari total pendapatan anda. Bagaimana kalau defisit? Solusinya
ada dua, Tambah Penghasilan atau kurangi pengeluaran anda jika bisa di lakukan
keduanya itu lebih baik. Setelah itu saatnya mengoptimalkan dana untuk investasi
baik berupa harta benda atau di sektor keuangan. Tetapi jangan lupa harus sesuai
dengan prinsip – prinsip syariah.
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip Syariah.
Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan bank
konvensional. Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu kepada syariah
14
Islam yang berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama
merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan
universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah) maupun
dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).
Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang
menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah
Akhlaq: landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai
seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman
hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi
yang menyatakan “Tidaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan
akhlaqul karimah”
Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan ekonomi umat
yang antara lain secara garis besar adalah sebagai berikut:
15
Harta harus berputar (diniagakan) sehingga tidak boleh hanya berpusat pada
segelintir orang dan Allah sangat tidak menyukai orang yang menimbun harta
sehingga tidak produktif dan oleh karenanya bagi mereka yang mempunyai harta
yang tidak produktif akan dikenakan zakat yang lebih besar dibanding jika
diproduktifkan. Hal ini juga dilandasi ajaran yang menyatakan bahwa kedudukan
manusia dibumi sebagai khalifah yang menerima amanah dari Allah sebagai
pemilik mutlak segala yang terkandung didalam bumi dan tugas manusia untuk
menjadikannya sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan manusia.
Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan wajib dilakukan sehingga
tidak seorangpun tanpa bekerja - yang berarti siap menghadapi resiko – dapat
memperoleh keuntungan atau manfaat (bandingkan dengan perolehan bunga bank
dari deposito yang bersifat tetap dan hampir tanpa resiko).
Sesungguhnya telah menjadi kesepakatan ulama, ahli fikih dan Islamic banker
dikalangan dunia Islam yang menyatakan bahwa bunga bank adalah riba dan riba
diharamkan.
Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan
resiko masing-masing pihak
16
Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna
dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling
bersinergi untuk memperoleh keuntungan
Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negative maisir. Ketika
melakukan perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung maupun rugi
secara abnormal. Suatu saat ketika seseorang beruntung ia mendapatkan
keuntungan yang lebih besar ketimbang usaha yang dilakukannya. Sedangkan
ketika tidak beruntung seseorang dapat mengalami kerugian yang sangat besar.
Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan keseimbangan sehingga
diharamkan dalam sistem keuangan Islam.
Gharar: Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut istilah gharar berarti
seduatu yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan atau perjudian. Setiap
transaksi yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya
alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar. Misalnya membeli burung di
17
udara atau ikan dalam air atau membeli ternak yang masih dalam kandungan
induknya termasuk dalam transaksi yang bersifat gharar. Pelarangan ghararkarena
memberikan efek negative dalam kehidupan karena gharar merupakan praktik
pengambilan keuntungan secara bathil. Ayat dan hadits yang melarang gharar
diantaranya :“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Al-
Baqarah : 188)
Riba: Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan, kelebihan, pertumbuhan
atau peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Para ulama sepakat bahwa
hukumnya riba adalah haram. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali
Imran ayat 130 yang melarang kita untuk memakan harta riba secara berlipat
ganda. Sangatlah penting bagi kita sejak awal pembahasan bahwa tidak terdapat
perbedaan pendapat di antara umat Muslim mengenai pengharaman Riba dan
bahwa semua mazhab Muslim berpendapat keterlibatan dalam transaksi yang
mengandung riba adalah dosa besar. Hal ini dikarenakan sumber utama syariah,
yaitu Al-Qur’an dan Sunah benar-benar mengutuk riba. Akan tetapi, ada
perbedaan terkait dengan makna dari riba atau apa saja yang merupakan riba harus
dihindari untuk kesesuaian aktivitas-aktivitas perekonomian dengan ajaran
Syariah.
18
RIBA’), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Alloh. Orang yang kembali
(mengambil RIBA’), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan tidak
sama timbangannya atau takarannya yang disyaratkan oleh orang yang
menukarkan. Contoh: tukar menukar dengan emas, perak dengan perak, beras
dengan beras, gandum dan sebagainya.
Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau
tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi. Contoh: Andi meminjam
uang sebesar Rp. 25.000 kepada Budi. Budi mengharuskan Andi mengembalikan
hutangnya kepada Budi sebesar Rp. 30.000. Maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba
Qardh.
19
Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum timbang diterima. Maksudnya:
orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelumnya ia menerima barang
tersebut dari sipenjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli seperti itu
tidak boleh, sebab jual-beli masih dalam ikatan dengan pihak pertama.
Riba Nasi’ah, yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis
yang pembayarannya disyaratkan lebih, dengan diakhiri/dilambatkan oleh yang
meminjam. Contoh: Rusminah membeli cincin seberat 10 Gram. Oleh penjualnya
disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas seberat 12 gram, dan
jika terlambat satu tahun lagi, maka tambah 2 gram lagi menjadi 14 gram dan
seterusnya.
20
merupakan penjelasan (bayan) terhadap kemujmalan al Qur’an, baik riba naqad
maupun riba nasi’ah.
Bunga uang atas pinjaman (Qardh) yang berlaku di atas lebih buruk dari riba yang
di haramkan Allah SWT dalam Al-Quran karena dalam riba tambahan hanya
dikenakan pada saat jatuh tempo. Sedangkan dalam system bunga tambahan sudah
langsung dikenakan sejak terjadi transaksi.
Abu zahrah, Abu ‘ala al-Maududi Abdullah al-‘Arabi dan Yusuf Qardhawi
mengatakan bahwa bunga bank itu termasuk riba nasiah yang dilarang oleh Islam.
Karena itu umat Islam tidak boleh bermuamalah dengan bank yang memakai
system bunga, kecuali dalam keadaan darurat atau terpaksa.
Bahkan menurut Yusuf Qardhawi tidak mengenal istilah darurat atau terpaksa,
tetapi secara mutlak beliau mengharamkannya. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-
Syirbashi, menurutnya bahwa bunga bank yang diperoleh seseorang yang
menyimpan uang di bank termasuk jenis riba, baik sedikit maupun banyak.
21
Namun yang terpaksa, maka agama itu membolehkan meminjam uang di bank itu
dengan bunga.
Ketetapan akan keharaman bunga Bank oleh berbagai forum Ulama Internasional,
antara lain:
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun
2000 yang menyatakan bahwa bunga tidak sesuai dengan Syari’ah.
Keputusan Munas Alim Ulama dan Konbes NU tahun 1992 di Bandar Lampung
yang mengamanatkan berdirinya Bank Islam dengan system tanpa Bunga.
22
Akses calon investor untuk berinvestasi di Reksa Dana sangat mudah.
Investasi Reksa Dana dapat melalui Agen Penjual Efek Reksa Dana,
Manajer Investasi bahkan aplikasi elektronik.
2. Dikelola oleh Manajemen Profesional
Manajer Investasi merupakan manajemen profesional yang memiliki
keahlian khusus dalam bidang pengelolaan dana. Perannya sangat penting
karena mereka melayani para investor yang hanya memiliki keterbatasan
waktu dan tidak dapat melakukan riset terhadap perusahaan dan
investasinya secara langsung untuk menganalisis harga efek dan akses
informasi ke pasar modal.
3. Diversifikasi Investasi
Reksa Dana merupakan jenis investasi yang tidak hanya terfokus pada satu
investasi pada satu perusahaan. Ini akan mengurangi risiko yang ada dalam
Reksa Dana tersebut meski tidak dapat menghilangkannya.
4. Likuiditas Tinggi
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendeknya. Dengan likuiditas yang tinggi, investor dapat
mencairkan kembali Unit Penyertaannya setiap saat sesuai dengan
ketetapan yang dibuat masing-masing Reksa Dana.
Dengan adanya transparansi informasi ini, para investor juga dapat memonitor
perkembangan investasinya secara rutin.
23
2.3 Kelemahan Reksa Dana syariah
1. Risiko berkurangnya nilai unit pernyataan
Risiko ini merupakan risiko utama dalam berinvestasi di Reksa Dana.
Berkurangnya jumlah Unit Penyertaan Anda pada sebuah Reksa Dana
terjadi karena adanya fluktuasi dari harga aset-aset atau efek pada Reksa
Dana tersebut.
2. Risiko Likuditas
Manajer Investasi tidak dapat dengan segera melunasi transaksi penjualan
kembali unit penyertaan Reksa Dana Anda. Untuk mengurangi risiko itu,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengatur bahwa manajer investasi
harus melunasi seluruh transaksi penjualan kembali paling lambat 7 hari
bursa dari transaksi Anda.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko yang disebabkan karena Efek berpendapatan tetap yang menjadi
tujuan investasi Reksa Dana mengalami gagal bayar
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian Bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan
sebagai berikut.
24
oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas
pengelolaan operasional reksa dana dan investasi dari dana-dana atau
kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh Reksa dana syariah dalam
mengoprasikan kegiatannya antara lain Saling bekerja sama atau bantu-
membantu, Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan
satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan menghindari unsur-unsur
yang mengandung gharar, maysir dan riba.
Perbedaan yang paling mendasar antara Reksa dana syariah dengan reksa
dana kovensional adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah
(PDS), akad, Investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan
keuntungan.
3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
Reksa dana syariah bisa menjadi salah satu alternative bagi masyarakat
muslim yang ingin membantu sesamanya
Perlu diadakannya sosialisasi mengenai produk-produk dari reksa dana
syariah ini kepada masyarakat agar masyarakat tidak tabu dengan
informasi mengenai produk-produk yang ditawarkan.
Sebaiknya diadakan penyuluhan mengenai pentingnya reksa dana syariah
itu sendiri guna menumbuhkembangkan minat masyarakat terutama
masyarakat yang muslim untuk menginvestasikan sebagian hartanya agar
dapat menolong sesama.
Pemerintah sebaiknya mendukung dan membantu program-program yang
dilakukan oleh reksa dana syariah, agar tujuan untuk memakmurkan
perekonomian Negara ini dapat tercapai dengan baik
25
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 111
http://innazeyina.blogspot.co.id/2014/06/contoh-makalah-reksadana-syariah.html
https://sitisarahadi.wordpress.com/2013/06/22/tugas-makalah-akuntansi-
reksadana-syariah/
26
27