Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

EKONOMI SYARIAH
“REKSA DANA MANDIRI SYARIAH”

Dosen Pengampu : Dr. Nurdin. MM. M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Rendy David Sanjaya 3012181032


2. Sadila Nur Azizah ` 3012181320
3. Wati Julianti 3012181315
4. Yuspita Astriyanti 3012181268

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

UNIVERSITAS MH. THAMRIN


JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

 Assalamu Alaikum Wr.Wb.

Puji syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. , karena hanya
dengan segala rahmat-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah tugas
mata Kuliah Ekonomi Syariah.

Adapun judul makalah ini adalah “Reksa Dana Mandiri Syariah”. Dalam
makalah ini, akan dijelaskan tentang pengertian , perbedaan reksa dana syariah
dan konvensional serta kelebihan dan kelemahan reksa dana syariah.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak


kesalahan dan kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan
sistematika pembahasannya Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih
kepada pembaca yang sudah berkenan membaca makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan pembaca.
Semoga Allah Swt senantiasa tetap memberikan petunjuk dan bimbingan-
Nya kepada kami menuju jalan lurus yang penuh dengan Ridha-Nya.
Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu alaikum Wr.Wb.

Jakarta, Oktober 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................................................5

1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................................................9

1.4 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................9

1.5 Kegunaan Penulisan................................................................................................................10

BAB 2 PEMBAHASAN REKSA DANA MANDIRI SYARIAH................................11


2.1 Pengertian Reksa Dana Syariah...................................................................................................11

2.2.1 Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional...............11


2.2.2 Jenis-Jenis Reksa Dana Syariah...................................................................11
2.2.3 Perencanaan Keuangan Syariah..................................................................12
2.2.4 Prinsip Dan Konsep Dasar Perbankan Syariah..........................................14
2.2.5 Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu:.........................................14
2.2.6 Jenis-jenis Riba..............................................................................................19
2.2.7 Hikmah Pelarangan Riba.............................................................................19
2.2.8 Pendapat Ulama tentang Bunga Bank.........................................................20
2.2 Kelebihan Reksa Dana syariah.....................................................................................................22

2.3 Kelemahan Reksa Dana syariah.............................................................................................23

BAB 3 PENUTUP..........................................................................................................24
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................24

3.2 Saran...............................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mengenai manajemen


keuangan yang berkaitan dengan melambatnya pertumbuhan reksa dana syariah
yang disebabkan oleh menurunnya dana kelolaan pada reksa dana syariah.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa dana kelolaan reksa dana syariah
susut menjadi Rp 9,37 triliun pada 10 September 2014 dibanding pada akhir 2013
sekitar Rp 9,43 triliun. Pada 12 Agustus 2014 dana kelolaan reksa dana syariah
susut menjadi Rp 9,3 triliun dibanding Januari 2014 sekitar Rp 9,51 triliun.

Berdasarkan data Infovesta Utama (03/10/2014), total dana kelolaan reksa dana
syariah per akhir Agustus 2014 mencapai Rp 9,45 triliun atau turun 1,26 % dari
perolehan Januari senilai Rp 9,57 triliun dibandingkan dengan tahun 2013 yang
Rp 9,49 triliun, sehingga pertumbuhan hingga Agustus 2014 hanya sekitar 0,45%.
Padahal Dewan Syariah Nasional (DSN) menargetkan bahwa market share pasar
modal syariah pada tahun 2014 diharapkan mencapai 4% yang dilansir oleh
forumriset.com (24/02/2015).

Hal tersebut senada dengan target dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
dilansir oleh infobanknews.com (13/08/2014) bahwa sejak beberapa tahun lalu
OJK telah mencanangkan market share industri keuangan syariah bisa mencapai
5%. Hal tersebut didukung berdasarkan Roadmap Pasar Modal Syariah 20152019
bahwa dalam pengembangan produk reksa dana syariah memiliki pangsa pasar
kurang dari 5% dari seluruh produk syariah dan konvensional.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya industri keuangan syariah


mengejar market share 5%. Hal tersebut diakibatkan karena pelaku pasar dinilai
masih memiliki pengetahuan yang minim mengenai keuangan syariah serta pelaku
usaha industri keuangan konvensional secara kuantitas lebih banyak dibandingkan
dengan pelaku usaha industri keuangan syariah, serta banyak ahli syariah yang
belum memahami konsep pasar modal. Selain menurunnya dana kelolaan reksa

1
dana, dilihat dari unit penyertaan, total unit penyertaan reksa dana syariah sejak
awal tahun 2014 hingga Agustus 2014 hanya tumbuh 1,03%. Adanya penyusutan
unit penyertaan pada beberapa jenis reksa dana khususnya reksa dana syariah
terproteksi dan indeks reksa dana syariah membuat kinerja reksa dana syariah
mengalami penurunan. Hal tersebut menjadikan jumlah produk reksa dana syariah
menjadi terbatas. Sehingga pilihan investor lebih terbatas dibandingkan dengan
reksa dana konvensional.

Berdasarkan Kepala Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida bahwa penurunan


dana kelolaan disebabkan karena investor cenderung memilih investasi langsung
dalam surat utang syariah seperti sukuk. Dan menurunnya nilai portofolio dinilai
dapat menurunkan dana kelolaan karena nilai portofolio menjadi aset dasar reksa
dana syariah. Faktor redemption oleh investor pun dinilai dapat menurunkan dana
kelolaan.

Berdasarkan Kepala Departemen Pasar Modal 2A Otoritas Jasa Keuangan (OJK),


Fakhril Hilmi menyebutkan bahwa adanya pembubaran reksa dana syariah yang
menimbulkan dana kelolaan reksa dana syariah mengalami penurunan secara
agregat. Adapun total dana kelolaan dari setiap jenis reksa dana syariah yang ada
di Indonesia yang dilansir oleh neraca.co.id (08/10/2014) bahwa kontribusi reksa
dana syariah berbasis campuran sebesar Rp1,75 triliun, reksa dana syariah
berbasis terproteksi sebesar Rp1,12 triliun dan reksa dana syariah berbasis saham
mencapai Rp5,48 triliun.

Sedangkan reksa dana syariah berbasis indeks sebesar Rp7,22 miliar dan reksa
dana syariah berbasis pasar uang sebesar Rp277,79 miliar. Reksa dana syariah
yang memberi kontribusi terbesar adalah reksa dana syariah berbasis saham,
diikuti reksa dana syariah berbasis campuran dan di posisi ketiga adalah reksa
dana syariah berbasis terproteksi, reksa dana syariah berbasis pasar uang dan
reksa dana syariah berbasis indeks.

Selain dari total dana kelolaan, total unit penyertaan reksa dana syariah sejak awal
tahun 2014 hingga Agustus hanya tumbuh 1,03%. Jika dibandingkan dengan
Januari 2014 tercatat 5,85 miliar unit, sedangkan pada Agustus sekitar 5,79 miliar
unit penyertaan. Perlambatan pertumbuhan reksa dana syariah selain dilihat dari

2
dana kelolaan dan unit penyertaan dapat dilihat pula dalam nilai aktiva bersih
(NAB) atau dapat disebut juga net asset value (NAV). Berikut perkembangan
reksa dana syariah dilihat dari nilai aktiva bersih (NAB) dari tahun 2003 sampai
dengan tahun 2014 bulan Agustus.

Sumber: www.ojk.go.id, di akses hari Jumat, tanggal 26 September 2014 pukul


13.10 Annual Report Reksa Dana Syariah tahun 2003-2014 Kinerja Keuangan
Bulan Agustus 2014

GAMBAR 1.1

PERKEMBANGAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH

Berdasarkan gambar di atas bahwa nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana syariah
dari sejumlah kelas aset tercatat mencapai Rp 8,83 triliun hingga akhir Juli 2014
menurun senilai 5,3 % dari capaian akhir tahun 2013 senilai Rp 9,32 triliun.
Menurut Komang Darmawan (2006) yang dikutip dari Novianti (2008:5)
menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadikan keterpurukan
industri reksa dana yang pertama krisis finansial yang menyebabkan naiknya suku
bunga. Kedua, penerapan market to market sehingga pasar obligasi yang tidak
likuid dan sikap sebagian manajer investasi yang tidak transparan. Dan yang
ketiga yaitu kesalahan dalam penjualan sehingga sebagian investor tidak berani
mengambil risiko yang tinggi.

Hal tersebut berdampak pula pada jenis reksa dana syariah yang mengalami
perlambatan. Jenis reksa dana syariah yang diterbitkan di Indonesia terdiri dari

3
jenis reksa dana syariah saham, reksa dana syariah pendapatan tetap, reksa dana
syariah indeks, reksa dana syariah terproteksi, pasar uang, exchange trade fund
serta reksa dana syariah campuran.

Dalam Widoatmodjo (2009:116) disebutkan bahwa reksa dana campuran


merupakan alternatif bagi investor meskipun penghasilan reksa dana campuran
lebih besar dari pada reksa dana saham. Ditambahkan dalam Samsul (2006:45)
bahwa reksa dana campuran merupakan reksa dana yang paling fleksibel dalam
melakukan penyesuaian terhadap setiap siklus, karena dapat. melakukan shifting
secara drastis dari saham menjadi obligasi atau sebaliknya.

Berdasarkan hal tersebut dapat dipastikan bahwa jenis reksa dana syariah
campuran dapat unggul dibandingkan jenis reksa dana syariah yang lainnya.
Namun berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai aktiva bersih (NAB)
reksa dana syariah campuran masih tertinggal jauh dibandingkan nilai aktiva
bersih (NAB) reksa dana syariah saham. Berdasarkan Wermers (2000), Coval and
Moskowitz (2001), Jan and Hung (2003), Papadamou and Stephanidesz (2004)
dalam Goel et al. (2012:101) bahwa returns kinerja reksa dana dapat diprediksikan
pada indikator kinerjanya seperti kinerja pada masa yang lalu (persistence),
turnover, expense ratio, asset siza, load fee, gaya investasi dan manajer reksadana
atau biasa dikenal dengan manajer investasi serta pemilik dari reksa dana.

Pengukuran kinerja reksa dana syariah sebagai pemberian informasi atas reksa
dana syariah. Dikarenakan perlambatan dana kelolaan, unit penyertaan serta nilai
aktiva bersih (NAB) pada reksa dana syariah bukanlah merupakan indikator yang
dapat menilai baik atau buruknya kinerja suatu reksa dana. Senada dengan Goel et
al. (2012:100) bahwa dengan dilakukannya pengukuran kinerja reksa dana dapat
membantu investor untuk mendapatkan informasi mengenai reksa dana yang akan
diinvestasikannya dengan dilakukan pengukuran kinerja reksa dana dapat
dijadikan sebagai prediksi untuk pengukuran kinerja reksa dana pada masa yang
akan datang. Berdasarkan Hendricks et al. (1993), Goetzmann dan Ibbotson
(1994) serta Brown dan Goetzmann (1995) dalam Greg N. Gregoriou (2007:2)
bahwa kinerja reksa dana dikatakan sebagai “hot-hands effect” karena kinerja

4
reksa dana yang lalu dapat diprediksikan untuk return reksa dana di masa yang
akan datang.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Elton et al. (1996);
Hendricks et al. (1993) bahwa kinerja reksa dana syariah yang lalu dapat
memprediksi kinerja di masa yang akan datang sehingga ukuran kinerja reksa
dana syariah sangat diperlukan oleh investor. Reksa dana memiliki peranan
penting dalam memajukan pasar modal dalam Widoatmodjo (2009:109)
menyatakan bahwa kelebihan yang dimiliki reksa dana dari sisi investor yaitu
reksa dana merupakan instrumen investasi yang dapat menampung kepentingan
investor kecil dengan dibuatkan portofolio sehingga risiko dapat dikendalikan,
serta dari segi pasar modal, reksa dana merupakan sumber dana investasi yang
besar. Reksa dana dapat menghimpun dana dari investor kecil yang jika
dijumlahkan dapat menjadi besar. Hal tersebut senada dengan penelitian Mansor
et al. (2012:140) bahwa pertumbuhan kinerja reksa dana syariah di dunia dapat
mendorong pendapatan bagi investor untuk menginvestasikan dana pada investasi
portofolio.

Ditambahkan pendapat menurut penelitian Goel et al. (2012:100) bahwa reksa


dana merupakan hal penting dalam pengembangan ekonomi dan industri yang
sedang tumbuh subur saat ini. Dikarenakan reksa dana memiliki peranan penting
dalam mengembangkan ekonomi suatu negara. Berdasarkan pemasalahan
mengenai perlambatan pertumbuhan reksa dana syariah yang terjadi akibat
perlambatan pada dana kelolaan, unit penyertaan dan nilai aktiva bersih (NAB).

Maka penulis merasa penting untuk melakukan penelitian karena dampak yang
akan terjadi dapat mempengaruhi minat investor dalam berinvestasi pada jenis
reksa dana syariah campuran. Sehingga diperlukan pengukuran kinerja reksa dana
syariah dikarenakan dapat membantu investor dalam memberikan informasi pada
reksa dana syariah.

1.2 Identifikasi Masalah

Industri reksadana syariah memiliki dana kelolaan sebesar Rp 9,37 triliun pada 10
September 2014 ketimbang posisi akhir 2013 yang sekitar Rp 9,43 triliun. Total

5
dana kelolaan industri reksa dana syariah per akhir Agustus mencapai Rp9,45
triliun atau turun 1,26% dari perolehan Januari yang senilai Rp9,57 triliun. Bila
dibandingkan dengan dana kelolaan reksa dana syariah sepanjang 2013 yang
Rp9,49 triliun, pertumbuhan hingga Agustus hanya sekitar 0,45%.

Sedangkan total unit penyertaan reksa dana syariah sejak awal tahun hingga
Agustus hanya tumbuh 1,03%. Unit penyertaan reksa dan syariah pada Januari
2014 tercatat 5,85 miliar unit, sedangkan pada Agustus sekitar 5,79 miliar unit.
Sepanjang tahun lalu, total unit penyertaan sekitar 5,91 miliar unit penyertaan.
Selain itu, nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah dari sejumlah kelas aset
tercatat mencapai Rp 8,83 triliun hingga akhir Juli 2014 menurun senilai 5,3 %
dari capaian akhir tahun 2013 senilai Rp 9,32 triliun.

Padahal Dewan Syariah Nasional (DSN) menargetkan bahwa market share pasar
modal syariah pada tahun 2014 diharapkan mencapai 4% yang dilansir oleh
forumriset.com (24/02/2015). Adanya penyusutan unit penyertaan pada beberapa
jenis reksa dana khususnya reksa dana syariah terproteksi dan indeks reksa dana
syariah membuat kinerja reksa dana syariah mengalami penurunan. Hal tersebut
menjadikan jumlah produk reksa dana syariah menjadi terbatas. Sehingga pilihan
investor lebih terbatas dibandingkan dengan reksa dana konvensional. Selain itu,
pengetahuan investor akan produk reksa dana syariah pun terbatas sehingga dalam
mengatasi permasalahan tersebut perlu diperhatikan pengukuran kinerja reksa
dana syariah dengan menggunakan pengukuran benchmark (pembanding) yang
diperkuat dengan penelitian terdahulu mengenai kinerja reksa dana syariah.

Dikarenakan untuk mengetahui seberapa baik kinerja reksa dana syariah.


Sehingga investor dapat berinvestasi dalam produk reksa dana syariah.
Berdasarkan Hoepner et al. (2011) bahwa kinerja keuangan dari reksadana
signifikan dengan equity market benchmark. Sehingga dalam mengukur kinerja
reksa dana syariah investor diperlukan standar pengukuran (benchmark) dalam
melakukan investasi.

Penggunaan benchmark digunakan sebagai pembanding dalam pengambilan


keputusan investasi bagi investor. Berdasarkan John A. Haslem (2010:306)
terdapat dimensi analisis dalam kinerja reksa dana yaitu tingkat return, risk dan

6
kinerja risk and return, risiko diversifikasi dan budaya serta manajemen
perusahaan pengelola dana. Menurut Sharpe dan Treynor (1996) pengukuran
kinerja yang digunakan yaitu membandingkan antara return dan risiko atau
disebut dengan reward to variability ratio.

Hal tersebut dimaksudkan sebagai dasar untuk memprediksi return yang akan
datang.Menurut Mohammad Samsul (2006:381) disebutkan bahwa return yang
akan datang dianggap sama dengan return masa lalu. Dalam pengukuran kinerja
reksa dana dilakukan melalui dua metode menurut Baghdadabad et al. (2012:143)
yang terdiri dari pengukuran parametric dan non-parametric. Metode non
parametrik terdiri dari downside risk measure (DRM) yang dilakukan melalui
model tiga faktor Fama and French. Metode parametrik dalam Baghdadabad et al.
(2012:139) fokus kepada pengukuran evaluasi di awal seperti Treynor (1965),
Sharpe (1966), Jensen’s alpha (Jensen, 1968), M-square (Modigliani and
Modigliani, 1997), information ratio (IR), fund’s performance index (FPI)
(Pedersen dan Rudholm, 2003), and MSR (Ferruz dan Sarto, 2004) untuk
mengevaluasi kinerja portofolio menggunakan statistika varians dan standar
deviasi (SD). Pengukuran risk adjusted performance yang terdiri dari rasio Sharpe
(1964), rasio Treynor (1973) dan rasio Jensen (1968). Fadillah Mansor dan Ishaq
Bhatti (2011:777) mengemukakan bahwa kinerja reksa dana dapat diprediksikan
dengan menggunakan pengukuran model Sharpe (1966). Hal tersebut dikarenakan
dalam model Sharpe digunakan standar deviasi sebagai penghitungan risiko total.
Dalam Fadillah Mansor dan Ishaq Bhatti (2011:777) dijelaskan pula pengukuran
dengan menggunakan model Treynor didasarkan pada risiko sistematik yang
disimbolkan melalui beta. Ditambahkan menurut Mohammad Samsul (2006:296)
bahwa beta saham menunjukkan seberapa besar/kecil tingkat perubahan return
saham dibandingkan dengan return pasar. Dalam Fadillah Mansor dan Ishaq
Bhatti (2011:778) dijelaskan mengenai model Jensen yang disimbolkan melalui
alpha yang diartikan sebagai risiko sistematik dari sekuritas yang didasarkan pada
efisiensi pasar. Berdasarkan pengujian Hasbi (2007) bahwa risk-adjusted
performance (pengukuran Sharpe, Treynor dan Jensen) memberikan hasil bahwa
kinerja return dan risiko semua jenis reksa dana syariah (saham, pendapatan tetap,

7
campuran dan terproteksi) lebih baik atau lebih tinggi dari indeks pasarnya yaitu
Jakarta Islamic Index (JII).

Dari sisi kinerja risiko semua jenis reksa dana syariah yaitu lebih baik atau lebih
rendah dibandingkan dengan indeks pasarnya. Secara simultan bahwa kinerja
reksa dana syariah lebih baik atau lebih tinggi dari indeks pasarnya, begitu pula
dengan risiko reksa dana syariah secara simultan lebih baik atau lebih rendah dari
risiko pasarnya. Dalam Mangiring (2009) disebutkan bahwa pengukuran Sharpe
digunakan pada portofolio yang tediversifikasi dengan baik, sedangkan Treynor
digunakan dalam aset-aset individual, serta pengukuran dengan menggunakan
metode Jensen dan Treynor dapat menghasilkan peringkat kinerja yang lebih
tinggi dibandingkan dengan metode Sharpe.

Dalam Jensen (1968:390) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja belum


adanya pengukuran mutlak. Pada model Sharpe dan model Treynor didasarkan
pada 5 asumsi yaitu: 1) semua investor menghindari risiko dan memaksimalkan
pendapatan; 2) semua investor memiliki harapan yang sama mengenai peluang
investasi; 3) semua investor dapat memilih portofolio didasarkan pada return yang
diharapkan; 4) semua transaksi biaya dan pajak dianggap nol; dan 5) semua asset
yang tak terhingga dibagi. Namun, untuk model Jensen (1968) dihitung
berdasarkan pada efektivitas portofolio sehingga diukur pula tingkat error.
Sehingga dengan menggunakan tiga model pengukuran tersebut dapat
menginterpretasikan kinerja reksa dana syariah pada masa yang akan datang.
Perlambatan pertumbuhan pada kinerja reksa dana syariah dapat diketahui melalui
penurunan pada dana kelolaan, unit penyertaan dan nilai aktiva bersih (NAB)
yang berdampak pada ketercapaian market share pasar syariah pada reksa dana
syariah kurang dari 5%. Hal tersebut dikarenakan instrumen investasi pada reksa
dana syariah masih terbatas serta kurangnya pengetahuan investor dalam negeri
terhadap reksa dana syariah. Melalui pengukuran kinerja reksa dana syariah
campuran dengan menggunakan tiga model diharapkan investor dapat melihat
kecenderungan dari investasi kinerja reksa dana syariah pada saat pasar bearish
dan bullish.

8
Karena pengukuran kinerja reksa dana syariah campuran dapat memberikan
informasi bagi investor. Dimana investor memerlukan benchmark agar investor
tidak salah dalam mengambil keputusan. Hal tersebut dilakukan melalui
pengukuran kinerja reksa dana syariah dengan menggunakan tiga model yaitu
model Sharpe, model Treynor, dan model Jensen.

Berdasarkan uraian di atas bahwa pengukuran kinerja reksa dana syariah


campuran sangat diperlukan bagi investor. Sehingga dapat menentukan kinerja
reksa dana syariah pada masa yang akan datang sebagai alat untuk menentukkan
investasi pada reksa dana syariah. Maka yang menjadi judul dalam penelitian ini
adalah “Analisis Kinerja Reksa Dana Syariah CampuranPeriode 2004-2014:
Menggunakan Model Sharpe, Treynor Dan Jensen”

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi di atas, maka dalam penelitian ini rumusan


masalah yang dijadikan sebagai dasar penelitian yang dilaksanakan, yakni:

1. Bagaimana membedakan reksa dana Syariah dan reksa dana konvensional


secara teoritis.
2. Bagaimana caranya memperkenalkan reksa dana Syariah kepada
masyarakat umum secara sistematik.
3. Bagaimana cara mengatur arus kas, membuat tujuan keuangan di masa
mendatang sesuai dengan cara syariah.
4. Apa kelebihan dan kekurangan reksa dana Syariah dan bagaimana cara
mengatasi kelemahannya.
1.4 Tujuan Penulisan

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dalam penelitian ini tujuan
dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh pengetahuan tentang perbedaan reksa dana Syariah


dan reksa dana konvensional.
2. Untuk memperkenalkan system reksa dana Syariah kepada masyarakat
umum.

9
3. Untuk mengajarkan cara mengatur kas dan membuat tujuan keuangan di
masa mendatang sesuai dengan syariah.
4. Untuk memberikan informasi mengenai kelebihan dan kekurangan reksa
dana Syariah dan memberikan sara terbaik untuk masyarakat.

1.5 Kegunaan Penulisan

Berdasarkan tujuan penulisan, hasil penelitian diharapkan mempunyai kegunaan


sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat


memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu yang berkaitan dengan
kinerja industri pasar modal syariah terutama dalam hal kinerja reksa dana
syariah. Sehingga akan didapat gambaran yang jelas antara studi aplikasi
dengan kenyataan di lapangan. Dengan demikian disusunnya penelitian
ini, diharapkan penulis dapat memaparkan secara jelas mengenai analisis
variabel tersebut.
2. Kegunaan Praktis
 Bagi penulis yaitu diharapkan dapat menambah pengetahuan,
wawasan, ilmu serta pengalaman mengenai analisa pada kinerja
reksa dana syariah.
 Bagi pembuat kebijakan yaitu diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan suatu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
pada masa yang akan datang.
 Bagi investor yaitu diharapkan penelitian ini dapat dijadikan suatu
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pada jenis atau
instrumen reksa dana syariah yang sesuai, melalui penghitungan
kinerja reksa dana syariah sesuai dengan model yang
komprehensif.

10
BAB 2 PEMBAHASAN REKSA DANA MANDIRI SYARIAH

2.1 Pengertian Reksa Dana Syariah


Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh
Manajer Investasi.

2.2.1 Perbedaan Reksa Dana Syariah dan Reksa Dana Konvensional

Reksa Dana Syariah Reksa Dana Konvensional

Dikelola sesuai prinsip syariah Dikelola tanpa memperhatikan prinsip


syariah

Investasi hanya pada Efek Syariah Investasi pada seluruh efek

Terdapat mekanisme pembersihan harta Non- Tidak menggunakan konsep pembersihan


Halal (cleansing) harta

11
Reksa Dana Syariah Reksa Dana Konvensional

Wajib dikelola oleh profesional yang mengerti Profesional yang mengelola tidak wajib
kegiatan yang dilarang berdasarkan prinsip mengerti kegiatan yang dilarang
syariah dan diawasi oleh DPS berdasarkan prinsip syariah

2.2.2 Jenis-Jenis Reksa Dana Syariah


Reksa Dana Syariah Pasar Uang

Reksa Dana Syariah Pasar Uang adalah Reksa Dana yang hanya melalukan
investasi pada instrumen pasar uang syariah dalam negeri dan/atau efek syariah
berpendapatan tetap yang jangka waktu atau sisa jatuh temponya tidak lebih dari 1
(satu) tahun.

Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap

Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap adalah Reksa Dana yang melakukan
investasi paling sedikit 80% dari nilai aktiva bersih dalam bentuk efek syariah
berpendapatan tetap.

Reksa Dana Syariah Campuran

Manajer Investasi yang mengelola Reksa Dana Syariah Campuran hanya dapat
melakukan investasi pada Efek Syariah Berpendapatan Tetap, Efek Syariah
bersifat ekuitas, dan/atau instrumen pasar uang dalam negeri yang sesuai dengan
Prinsip Syariah di Pasar Modal dengan ketentuan:

Investasi pada salah satu instrumen investasi tersebut paling banyak adalah 79%
(tujuh puluh sembilan persen) dari Nilai Aktiva Bersih; dan

Portofolio Reksa Dana Syariah tersebut wajib berisi Efek Syariah bersifat ekuitas
dan Efek Syariah Berpendapatan Tetap.

12
Reksa Dana Syariah Saham

Reksa Dana Syariah Pendapatan Tetap adalah Reksa Dana yang melakukan
investasi paling sedikit 80% dari nilai aktiva bersih dalam bentuk efek saham
syariah.

2.2.3 Perencanaan Keuangan Syariah


Merencanakan keuangan pribadi dan keluarga kadang perlu mengubah pola pikir
kita, dimulai dengan mengatur arus kas, membuat tujuan keuangan di masa
mendatang, menyusun prioritas-prioritas dalam hidup lalu menerapkanya dengan
perencanaan keuangan syariah.

Ciri-ciri perencanaan keuangan syariah, bahwa proses yang dilakukan tidak


bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah dah berorientasi pada dunia akhirat.
Antara lain mengatur arus kas, membuat tujuan keuangan, menggunakan produk-
produk syariah, dan perencanaan waris.

Misalnya dalam pengaturan Arus Kas, kita harus memasukan alokasi untuk zakat,
memprioritaskan pembayaran utang jika punya, dan mengalokasikan investasi
masa depan secara rutin.

Kemudian, tujuan keuangan harus sesuai prioritas yang di ajarkan dalam Islam.
Misalkan, menunaikan ibadah haji harus lebih diprioritaskan dari jalan – jalan ke
luar negeri, dan menyiapkan dana sekolah anak harus lebih diprioritaskan dari
tujuan ganti mobil.

Selanjutnya, dalam mencapai tujuan keuangan harus menggunakan produk-


produk investasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Contohnya, sukuk, deposito
syariah, atau reksadana syariah, dan yang terakhir perencanaan keuangan
sebaiknya mencakup perencanaan waris, sehingga perencanaan waris harus
mengikuti aturan waris dalam Islam, karena perencanaan keuangan syariah terkait
dengan tujuan hidup maka harus berencanakan sebaik mungkin, diawali dengan
menikah, memiliki anak, membeli rumah, memiliki kendaraan pribadi, naik haji,
pergi liburan, pendidikan anak, kemudian masa pensiun. Seluruh siklus kehidupan
tersebut membutuhkan biaya masing – masing. Disinilah pentingnya perencanaan
keuangan syariah.

13
Tetapi jangan lupa bahwa biaya hidup hari ini tidak sama dengan biaya hidup
yang akan datang karna adanya Inflasi. Contoh, di tahun 2002 uang Rp. 1000,-
dapat membeli air susu satu gelas penuh, tahun 2008 dengan nilai yang sama
hanya dapat setengahnya dan di tahun 2016 kemungkinan hanya dapat
seperempatnya saja atau tidak mendapatkan apa – apa. Jadi inflasi adalah suatu
proses peningkatan harga – harga secara umum dan terus – menerus berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat di sebabkan oleh beberapa faktor.

Sejatinya, kita tidak perlu pandai mengatur uang tetapi kita hanya perlu pandai
mengatur diri sendiri dengan menggunakan uang. Kita tidak bisa mengatur harga
bahan makanan akan tetapi kita bisa mengatur menu makanan kita. Kita tidak bisa
mengatur tariff harga listrik dan BBM tetapi kita bisa mengatur pemakaiannya.
Kita pun tidak bisa mengatur biaya pendidikan anak kita tetapi kita bisa
menyiapkan dananya sedini mungkin.

Banyak hal kecil berdampak besar pada keuangan kita, seperti mengajarkan anak
ke kamar mandi sejak dini dapat menghemat biaya popok, mengatur pola makan
dan olahraga rutin dapat menghemat biaya kesehatan bahkan dengan berhenti
merokok bisa menghemat uang untuk biaya di masa mendatang.

Mari bedah arus kas kita, aturlah uang maksimal cicilan utang sebesar 35% dari
total pendapatan untuk investasi maksimal 30% dari pendapatan, alokasikan untuk
membayar zakat minimal 2,5% – 10% dari pendapatan anda, untuk hiburan dan
biaya hidup alokasikan maksimal 20% dari pendapatan. Untuk biaya hidup
maksimal 40% dari total pendapatan anda. Bagaimana kalau defisit? Solusinya
ada dua, Tambah Penghasilan atau kurangi pengeluaran anda jika bisa di lakukan
keduanya itu lebih baik. Setelah itu saatnya mengoptimalkan dana untuk investasi
baik berupa harta benda atau di sektor keuangan. Tetapi jangan lupa harus sesuai
dengan prinsip – prinsip syariah.

2.2.4 Prinsip Dan Konsep Dasar Perbankan Syariah


Prinsip-prinsip Dasar Syariah

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan Prinsip-Prinsip Syariah.
Implementasi prinsip syariah inilah yang menjadi pembeda utama dengan bank
konvensional. Pada intinya prinsip syariah tersebut mengacu kepada syariah

14
Islam yang berpedoman utama kepada Al Quran dan Hadist.Islam sebagai agama
merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan
universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (HabluminAllah) maupun
dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas).

2.2.5 Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu:


Aqidah: komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas
keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang
muslim manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata untuk
mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah dari Allah.

Syariah: komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang


muslim baik dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang
muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang
menjadi keyakinannya.

Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang
menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan disebut muamalah maliyah

Akhlaq: landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai
seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang menjadi pedoman
hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi
yang menyatakan “Tidaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan
akhlaqul karimah”

Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan ekonomi umat
yang antara lain secara garis besar adalah sebagai berikut:

Tidak memperkenankan berbagai bentuk kegiatan yang mengandung unsur


spekulasi dan perjudian termasuk didalamnya aktivitas ekonomi yang diyakini
akan mendatangkan kerugian bagi masyarakat. Islam menempatkan fungsi uang
semata-mata sebagai alat tukar dan bukan sebagai komoditi, sehingga tidak layak
untuk diperdagangkan apalagi mengandung unsur ketidakpastian atau spekulasi
(gharar) sehingga yang ada adalah bukan harga uang apalagi dikaitkan dengan
berlalunya waktu tetapi nilai uang untuk menukar dengan barang.

15
Harta harus berputar (diniagakan) sehingga tidak boleh hanya berpusat pada
segelintir orang dan Allah sangat tidak menyukai orang yang menimbun harta
sehingga tidak produktif dan oleh karenanya bagi mereka yang mempunyai harta
yang tidak produktif akan dikenakan zakat yang lebih besar dibanding jika
diproduktifkan. Hal ini juga dilandasi ajaran yang menyatakan bahwa kedudukan
manusia dibumi sebagai khalifah yang menerima amanah dari Allah sebagai
pemilik mutlak segala yang terkandung didalam bumi dan tugas manusia untuk
menjadikannya sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan manusia.

Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan wajib dilakukan sehingga
tidak seorangpun tanpa bekerja - yang berarti siap menghadapi resiko – dapat
memperoleh keuntungan atau manfaat (bandingkan dengan perolehan bunga bank
dari deposito yang bersifat tetap dan hampir tanpa resiko).

Dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam kegiatan ekonomi harus


dilakukan secara transparan dan adil atas dasar suka sama suka tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Adanya kewajiban untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi khususnya


yang tidak bersifat tunai dan adanya saksi yang bisa dipercaya (simetri dengan
profesi akuntansi dan notaris).

Zakat sebagai instrumen untuk pemenuhan kewajiban penyisihan harta yang


merupakan hak orang lain yang memenuhi syarat untuk menerima, demikian juga
anjuran yang kuat untuk mengeluarkan infaq dan shodaqah sebagai manifestasi
dari pentingnya pemerataan kekayaan dan memerangi kemiskinan.

Sesungguhnya telah menjadi kesepakatan ulama, ahli fikih dan Islamic banker
dikalangan dunia Islam yang menyatakan bahwa bunga bank adalah riba dan riba
diharamkan.

Dalam operasionalnya, perbankan syariah harus selalu dalam koridor-


koridorprinsip-prinsip sebagai berikut:

Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai kontribusi dan
resiko masing-masing pihak

16
Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan pengguna
dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling
bersinergi untuk memperoleh keuntungan

Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan keuangan


secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor dapat mengetahui
kondisi dananya

Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan golongan dalam
masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Prinsip-Prinsip syariah yang dilarang dalam operasional perbankan syariah adalah


kegiatan yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

Maisir: Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir


berarti memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal
dengan perjudian karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh
keuntungan dengan cara mudah. Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa
untung atau bisa rugi.Judi dilarang dalam praktik keuangan Islam, sebagaimana
yang disebutkan dalam firman Allah sebagai berikut:”Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS Al-Maaidah : 90)

Pelarangan maisir oleh Allah SWT dikarenakan efek negative maisir. Ketika
melakukan perjudian seseorang dihadapkan kondisi dapat untung maupun rugi
secara abnormal. Suatu saat ketika seseorang beruntung ia mendapatkan
keuntungan yang lebih besar ketimbang usaha yang dilakukannya. Sedangkan
ketika tidak beruntung seseorang dapat mengalami kerugian yang sangat besar.
Perjudian tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan keseimbangan sehingga
diharamkan dalam sistem keuangan Islam.

Gharar: Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Menurut istilah gharar berarti
seduatu yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan atau perjudian. Setiap
transaksi yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya
alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar. Misalnya membeli burung di

17
udara atau ikan dalam air atau membeli ternak yang masih dalam kandungan
induknya termasuk dalam transaksi yang bersifat gharar. Pelarangan ghararkarena
memberikan efek negative dalam kehidupan karena gharar merupakan praktik
pengambilan keuntungan secara bathil. Ayat dan hadits yang melarang gharar
diantaranya :“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (Al-
Baqarah : 188)

Riba: Makna harfiyah dari kata Riba adalah pertambahan, kelebihan, pertumbuhan
atau peningkatan. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Para ulama sepakat bahwa
hukumnya riba adalah haram. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali
Imran ayat 130 yang melarang kita untuk memakan harta riba secara berlipat
ganda. Sangatlah penting bagi kita sejak awal pembahasan bahwa tidak terdapat
perbedaan pendapat di antara umat Muslim mengenai pengharaman Riba dan
bahwa semua mazhab Muslim berpendapat keterlibatan dalam transaksi yang
mengandung riba adalah dosa besar. Hal ini dikarenakan sumber utama syariah,
yaitu Al-Qur’an dan Sunah benar-benar mengutuk riba. Akan tetapi, ada
perbedaan terkait dengan makna dari riba atau apa saja yang merupakan riba harus
dihindari untuk kesesuaian aktivitas-aktivitas perekonomian dengan ajaran
Syariah.

Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang keharaman riba,


diantaranya:

Surat Al-Baqarah, ayat 275:

Orang-orang yang makan (mengambil) RIBA’ tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan RIBA’, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan RIBA’. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil

18
RIBA’), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Alloh. Orang yang kembali
(mengambil RIBA’), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.

Surat An-Nisa, ayat 161:

Dan karena mereka menjalankan riba, padahal sesungguhnya mereka telah


dilarang darinya dan karena mereka memakan harta orang dengan cara yang tidak
sah (bathil). Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka
azab yang pedih.

Surat Ali ‘Imran, ayat 130:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.

Surat Ar-Rum, ayat 39:

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.

2.2.6 Jenis-jenis Riba


Menurut para ulama fiqih, riba dibagi menjadi 4 (empat) macam:

Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan tidak
sama timbangannya atau takarannya yang disyaratkan oleh orang yang
menukarkan. Contoh: tukar menukar dengan emas, perak dengan perak, beras
dengan beras, gandum dan sebagainya.

Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau
tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi. Contoh: Andi meminjam
uang sebesar Rp. 25.000 kepada Budi. Budi mengharuskan Andi mengembalikan
hutangnya kepada Budi sebesar Rp. 30.000. Maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba
Qardh.

19
Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum timbang diterima. Maksudnya:
orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelumnya ia menerima barang
tersebut dari sipenjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli seperti itu
tidak boleh, sebab jual-beli masih dalam ikatan dengan pihak pertama.

Riba Nasi’ah, yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis
yang pembayarannya disyaratkan lebih, dengan diakhiri/dilambatkan oleh yang
meminjam. Contoh: Rusminah membeli cincin seberat 10 Gram. Oleh penjualnya
disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin emas seberat 12 gram, dan
jika terlambat satu tahun lagi, maka tambah 2 gram lagi menjadi 14 gram dan
seterusnya.

2.2.7 Hikmah Pelarangan Riba


Banyak pihak yang telah menyatakan pandangan berbeda mengenai dasar rasional
atau tujuan pengharaman riba oleh Syariah. Secara keseluruhan, keadilan sosio
ekonomi dan distribusi, keseimbangan antargenerasi, instabilitas perekonomian,
dan kehancuran ekologis dianggap sebagai dasar pengharaman riba. Mengingat
semua teks dan prinsip yang relevan dalam hukum Islam, alasan satu-satunya
yang meyakinkan adalah tentang keadilan distribusi karena pengharaman Riba
dimaksudkan untuk mencegah akumulasi kekayaan pada segelintir orang, yaitu
harta itu jangan hanya “beredar di antara orang-orang kaya” (Kitab Suci Al-
Quran, 59:7). Oleh sebab itu, tujuan utama pelarangan atas Riba adalah untuk
menghalangi sarana yang dapat menuntun ke akumulasi kekayaan pada segelintir
pihak, baik itu bank maupun individu.

2.2.8 Pendapat Ulama tentang Bunga Bank


Pendapat para Ulama ahli fiqh bahwa bunga yang dikenakan dalam transaksi
pinjaman (utang piutang, al-qardh wa al-iqtiradh) telah memenuhi kriteria riba
yang di haramkan Allah SWT., seperti dikemukakan,antara lain,olehAl-Nawawi
berkata, al-Mawardi berkata: Sahabat-sahabat kami (ulama mazhab Syafi’I)
berbeda pendapat tentang pengharaman riba yang ditegaskan oleh al-Qur’an, atas
dua pandangan.

Pertama, pengharaman tersebut bersifat mujmal (global) yang dijelaskan oleh


sunnah. Setiap hukum tentang riba yang dikemukakan oleh sunnah adalah

20
merupakan penjelasan (bayan) terhadap kemujmalan al Qur’an, baik riba naqad
maupun riba nasi’ah.

Kedua, bahwa pengharaman riba dalam al-Qur’an sesungguhnya hanya mencakup


riba nasai’yang dikenal oleh masyarakat Jahiliah dan permintaan tambahan atas
harta (piutang) disebabkan penambahan masa (pelunasan). Salah seorang di antara
mereka apabila jatuh tempo pembayaran piutangnya dan pihang berhutang tidak
membayarnya, Ia menambahkan piutangnya dan menambahkan pula masa
pembayarannya. Hal seperti itu dilakukan lagi pada saat jatuh tempo berikutnya.
Itulah maksud firman Allah: “… janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda… ” kemudian Sunnah menambahkan riba dalam pertukaran mata
uang (naqad) terhadap bentuk riba yang terdapat dalam al-Qur’an.

Bunga uang atas pinjaman (Qardh) yang berlaku di atas lebih buruk dari riba yang
di haramkan Allah SWT dalam Al-Quran karena dalam riba tambahan hanya
dikenakan pada saat jatuh tempo. Sedangkan dalam system bunga tambahan sudah
langsung dikenakan sejak terjadi transaksi.

Jumhur (mayoritas/kebanyakan) Ulama’ sepakat bahwa bunga bank adalah riba,


oleh karena itulah hukumnya haram. Pertemuan 150 Ulama’ terkemuka dalam
konferensi Penelitian Islam di bulan Muharram 1385 H, atau Mei 1965 di Kairo,
Mesir menyepakati secara aklamasi bahwa segala keuntungan atas berbagai
macam pinjaman semua merupakan praktek riba yang diharamkan termasuk
bunga bank. Berbagai forum ulama internasional yang juga mengeluarkan fatwa
pengharaman bunga bank.

Abu zahrah, Abu ‘ala al-Maududi Abdullah al-‘Arabi dan Yusuf Qardhawi
mengatakan bahwa bunga bank itu termasuk riba nasiah yang dilarang oleh Islam.
Karena itu umat Islam tidak boleh bermuamalah dengan bank yang memakai
system bunga, kecuali dalam keadaan darurat atau terpaksa.

Bahkan menurut Yusuf Qardhawi tidak mengenal istilah darurat atau terpaksa,
tetapi secara mutlak beliau mengharamkannya. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-
Syirbashi, menurutnya bahwa bunga bank yang diperoleh seseorang yang
menyimpan uang di bank termasuk jenis riba, baik sedikit maupun banyak.

21
Namun yang terpaksa, maka agama itu membolehkan meminjam uang di bank itu
dengan bunga.

Ketetapan akan keharaman bunga Bank oleh berbagai forum Ulama Internasional,
antara lain:

Majma’ul Buhuts al-Islamy di Al-Azhar Mesir pada Mei 1965

Majma’ al-Fiqh al-Islamy Negara-negara OKI Yang di selenggarakan di Jeddah


tgl 10-16 Rabi’ul Awal 1406 H/22 28 Desember 1985.

Majma’ Fiqh Rabithah al-Alam al-Islamy, keputusan 6 Sidang IX yang


diselenggarakan di makkah tanggal 12-19 Rajab 1406 H.

Keputusan Dar Al-Itfa, kerajaan Saudi Arabia,1979

Keputusan Supreme Shariah Court Pakistan 22 Desember 1999.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun
2000 yang menyatakan bahwa bunga tidak sesuai dengan Syari’ah.

Keputusan Sidang Lajnah Tarjih Muhammdiyah tahun 1968 di Sidoarjo yang


menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan terwujudnya
konsepsi system perekonomian khususnya Lembaga Perbankan yang sesuai
dengan kaidah Islam.

Keputusan Munas Alim Ulama dan Konbes NU tahun 1992 di Bandar Lampung
yang mengamanatkan berdirinya Bank Islam dengan system tanpa Bunga.

Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tentang Fatwa Bunga


(interest/fa’idah), tanggal 22 Syawal 1424/16 Desember 2003.

Keputusan Rapat Komisi Fatwa MUI, tanggal 11 Dzulqa’idah 1424/03 Januari


2004;28 Dzulqa’idah 1424/17 Januari 2004;dan 05 Dzulhijah 1424/24 Januari
2004.

2.2 Kelebihan Reksa Dana syariah


1. Kemudahan akses berinvestasi

22
Akses calon investor untuk berinvestasi di Reksa Dana sangat mudah.
Investasi Reksa Dana dapat melalui Agen Penjual Efek Reksa Dana,
Manajer Investasi bahkan aplikasi elektronik.
2. Dikelola oleh Manajemen Profesional
Manajer Investasi merupakan manajemen profesional yang memiliki
keahlian khusus dalam bidang pengelolaan dana. Perannya sangat penting
karena mereka melayani para investor yang hanya memiliki keterbatasan
waktu dan tidak dapat melakukan riset terhadap perusahaan dan
investasinya secara langsung untuk menganalisis harga efek dan akses
informasi ke pasar modal.
3. Diversifikasi Investasi
Reksa Dana merupakan jenis investasi yang tidak hanya terfokus pada satu
investasi pada satu perusahaan. Ini akan mengurangi risiko yang ada dalam
Reksa Dana tersebut meski tidak dapat menghilangkannya.
4. Likuiditas Tinggi
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendeknya. Dengan likuiditas yang tinggi, investor dapat
mencairkan kembali Unit Penyertaannya setiap saat sesuai dengan
ketetapan yang dibuat masing-masing Reksa Dana.

5. Dana Investasi Rendah


Dana Investasi yang dibutuhkan berinvestasi di Reksa Dana tergolong jauh
lebih rendah jika dibandingkan dengan instrumen investasi lain.
6. Transparansi
Jenis investasi ini jelas memberikan informasi perkembangan portofolio
serta biaya secara berkelanjutan. Hal ini dilakukan supaya pemegang Unit
Penyertaan bisa memantau keuntungan, biaya, serta risiko setiap saat. MI
selaku pengelola reksa dana juga wajib mengumumkan Nilai Aktiva
Bersih setiap hari di surat kabar dan menerbitkan laporan keuangan tengah
tahunan dan tahunan juga prospektus yang dilakukan secara teratur.

Dengan adanya transparansi informasi ini, para investor juga dapat memonitor
perkembangan investasinya secara rutin.

23
2.3 Kelemahan Reksa Dana syariah
1. Risiko berkurangnya nilai unit pernyataan
Risiko ini merupakan risiko utama dalam berinvestasi di Reksa Dana.
Berkurangnya jumlah Unit Penyertaan Anda pada sebuah Reksa Dana
terjadi karena adanya fluktuasi dari harga aset-aset atau efek pada Reksa
Dana tersebut.
2. Risiko Likuditas
Manajer Investasi tidak dapat dengan segera melunasi transaksi penjualan
kembali unit penyertaan Reksa Dana Anda. Untuk mengurangi risiko itu,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengatur bahwa manajer investasi
harus melunasi seluruh transaksi penjualan kembali paling lambat 7 hari
bursa dari transaksi Anda.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko yang disebabkan karena Efek berpendapatan tetap yang menjadi
tujuan investasi Reksa Dana mengalami gagal bayar

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian Bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan
sebagai berikut.

 Reksa dana merupakan sebuah lembaga keuangan Bank dan Non-bank


yang bertujuan untuk memberikan pembelajaran atau proteksi atas
kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga
sebelumnya.
 Reksa dana Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta
menginfaqkan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang
akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami

24
oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas
pengelolaan operasional reksa dana dan investasi dari dana-dana atau
kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
 Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh Reksa dana syariah dalam
mengoprasikan kegiatannya antara lain Saling bekerja sama atau bantu-
membantu, Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan
satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan menghindari unsur-unsur
yang mengandung gharar, maysir dan riba.
 Perbedaan yang paling mendasar antara Reksa dana syariah dengan reksa
dana kovensional adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah
(PDS), akad, Investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan
keuntungan.

3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.

 Reksa dana syariah bisa menjadi salah satu alternative bagi masyarakat
muslim yang ingin membantu sesamanya
 Perlu diadakannya sosialisasi mengenai produk-produk dari reksa dana
syariah ini kepada masyarakat agar masyarakat tidak tabu dengan
informasi mengenai produk-produk yang ditawarkan.
 Sebaiknya diadakan penyuluhan mengenai pentingnya reksa dana syariah
itu sendiri guna menumbuhkembangkan minat masyarakat terutama
masyarakat yang muslim untuk menginvestasikan sebagian hartanya agar
dapat menolong sesama.
 Pemerintah sebaiknya mendukung dan membantu program-program yang
dilakukan oleh reksa dana syariah, agar tujuan untuk memakmurkan
perekonomian Negara ini dapat tercapai dengan baik

25
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 111

http://innazeyina.blogspot.co.id/2014/06/contoh-makalah-reksadana-syariah.html

https://sitisarahadi.wordpress.com/2013/06/22/tugas-makalah-akuntansi-
reksadana-syariah/

Skripsi Evaluasi Mekanisme Pengelolaan Dana Dengan Sistem Mudharabah Pada


Reksadana Syariah (Studi Kasus Pada Pt. Asuransi Takaful Keluarga Cab.
Makassar). 2014: Andi Sriwahyuni.

26
27

Anda mungkin juga menyukai