Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sarwono, 2006:237).

Proses pemulihan kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang sangat penting

bagi ibu setelah melahirkan, dimana ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta

fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir

berangsur-angsur kembali seperti sedia kala, tidak jarang ligamentum menjadi

kendor yang mengakibatkan uterus jatuh kebelakang, tidak jarang pula wanita

mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan oleh karena ligamenta, fasia,

jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor. Untuk memulihkan

kembali jaringan jaringan penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot

dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan

tertentu pada dua hari post partum sudah dapat diberikan fisioterapi

(Prawirohardjo, 2007:239).

Selama masa nifas kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami

perubahan fisik seperti diniding perut menjadi kendor, longgarnya liang

senggama dan otot dasar panggul. Intuk mengembalikan kepada keadaan normal

dan menjaga kesehatan tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu

setalah melahirkan (Suherni, 2009:105)

Menurut data statistik yang di keluarkan world Heal Organization

(WHO) sebagai badan perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani

1
2

masalah bidang kesehatan, tercatat angka kematian, Tercatat angka kematian

ibu dalam kehamilan dan persalinan didunia mencapai 515.000 jiwa setiap

tahun (http:// Suparyanto.blogspot.com/). AKI Indonesia masih tertinggi di

Asia, di Indonesia 226/100.000 persalinan hidup. Sementara untuk AKI ibu

nifas, selama 2010 sebanyak 283 ibu meninggal setiap 100.000 kelahiran per

tahun. Tahun 2015, ditargetkan AKI turun sampai 112/100.000 persalinan

hidup (SDKI, 2010). Angka kematian ibu tahun 2010 di Jawa Timur

598/100.000 dan angka kematian ibu nifa ssebanyak 283/100.000.Angka

kematian ibu (AKI) di daerah Situbondo adalah 15 ibu dari 589 kelahiran

hidup untuk tahun 2010. Angka kematian ibu nifas di situbondo sebanyak 6

ibu dari 283 ibu (Depkes, 2010).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 23 Juni 2012 dengan

cara wawancara dan observasi dari 5 responden didapatkan 3 responden (60%)

tidak melakukan senam nifas dam 2 responden (40%) melakukan senam nifas.

Sedangkan yang mangalami involusi uteri yang adalah 3 responden (60%) dan

involusi uteri tidak baik 2 responden (40%).

Pada ibu post partum terjadi perubahan pada alat kandungan dan juga

banyak otot-otot pada uterus mengalami peregangan akibat kehamilan.

Pengembalian otot ini sangat penting segera dilakukan, salah satu caranya

dengan melakukan senam nifas. Apabila tidak melaksanakan maka kontraksi

otot pada uterus lambat dan kurang baik. Kontraksi uterus yang jelek sangat

memungkinkan akan mengalami tombosisi, degenerasi pada uterus dan

endometrium yang lambat, sehingga pembuluh darah menjadi beku dan

bermuara pada bekas implantasi plasenta. Apabila perdarahan ini tidak


3

diketahui, maka ibu bisa mengalami kekurangan darah bahkan bisa shock

sampai terjadi kematian. Hal ini juga menyebabkan pengeluaran lochia yang

berjalan lambat sehingga menyebabkan masa nifas yang berkenpanjangan

(Sarwono, 2006:702).

Untuk membantu mengembalikan uterus ke bentuk dan kondisi semula,

tak bisa lain harus dengan latihan senam nifas yang teratur. Apabila ibu

bersalin melakukan senam nifas, itu bisa mengurangi rasa sakit pada otot,

memperbaiki peredaran darah, mengencangkan otot-otot perut dan perineum,

mempercepat involusi uterus, mempelancar lochea, dan mencegah komplikasi

yang timbul pada waktu nifas (Saminem, 2009:78). Dengan kontraksi uterus

yang baik, diharapkan rahim bisa kembali mengerut ke ukuran normal tanpa

bantuan obat-obatan. Secara otomatis rahim akan berkontraksi dengan

sendirinya, kontraksi ini ikut mengerutkan kembali saluran kemih yang

mengendor akibat membesarnya rahim selama kehamilan. Hanya saja saluran

tersebut maupun otot-otot tidak akan langsung mengerut secara otomatis

melainkan harus dibantu pengencangannya kembali lewat senam khusus yaitu

senam nifas (http:// Suparyanto.blogspot.com/). Senam nifas mempunyai

beberapa manfaat antara lain dapat mempercepat penyembuhan , membuat

jahitan lebih rapat, meredakan hemoroid, meningkatkan pengendalian atas

urine, dan mengencangkan otot-otot abdomen setelah melahirkan

(Ambarwati, 2010:109).

Dampak apabila tidak dilakukannya senam nifas kemungkinan akan

mengakibatkan memperlambat proses involusio, menghindari terjadi trombo

plebitis sehingga perlu adanya upaya pencegahan bahaya nifas, untuk itu
4

diperlukan peran bidan yaitu peran bidan sebagai peneliti, pendidik, pengelola

dan pelaksana, yang baik bagi ibu nifas termasuk senam nifas dan satu-

satunya cara untuk mencegah atau mengurangi timbulnya kondisi tersebut

adalah senantiasa melakukan senam nifas sesudah setiap kali persalinan

(http:// Suparyanto.blogspot.com/)

Peran bidan disini adalah menjaga dan memberikan informasi tentang

hubungan senam nifas dengan proses involusi uteri. Berdasarkan latar

belakang diatas peneliti ingin melakukan peneliti tentang hubungan senam

nifas dengan proses involusi uteri pada ibu nifas di BPS Ny. Endang

srihartini. Amd, Keb. Desa Mlandingan Wetan Kec. Bungatan Situbondo.

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah

1. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membatasi penelitian pada hubungan

senam nifas dengan involusio uteri pada ibu nifas di BPS Ny. Endang

srihartini. Amd, Keb. Desa Mlandingan Wetan Kec. Bungatan Situbondo.

2. Rumusan Masalah

Adakah hubungan senam nifas dengan involusi uteri pada ibu nifas

di BPS Ny. Endang srihartini. Amd, Keb. Desa Mlandingan Wetan Kec.

Bungatan Situbondo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan senam nifas dengan involusi uteri pada ibu

nifas di BPS Ny. Endang srihartini. Amd, Keb. Desa Mlandingan Wetan

Kec. Bungatan Situbondo.


5

2. Tujuan kusus

a. Mengidentifikasi ibu yang mengikuti senam nifas di BPS Ny.

Endang srihartini. Amd, Keb. Desa Mlandingan Wetan Kec.

Bungatan Situbondo.

b. Mengidentifikasi involusi uteri pada ibu nifas di BPS Ny. Endang

srihartini. Amd, Keb. Desa Mlandingan Wetan Kec. Bungatan

Situbondo.

c. Menganalisis hubungan senam nifas dengan involusi uteri pada ibu

nifas di BPS Ny. Endang srihartini. Amd, Keb. Desa Mlandingan

Wetan Kec. Bungatan Situbondo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi Bidan

Diharapkan penelitian ini akan menambah informasi baru bagi

ilmu kabidanan, khususnya berkaitan dengan hubungan senam nifas

dengan involusi uteri

b. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan dalam

upaya meningkatkan atau menerapkan latihan senam nifas pada ibu-

ibu setelah melahirkan untuk mengurangi terjadinya sub involusi

uteri.
6

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan

khasanah wacana kepustakaan, juga dapat digunakan sebagai

referensi untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi Responden

Sebagai bahan informasi untuk ibu nifas tentang senam nifas yang

dilakukan oleh ibu setelah melahirkan untuk mengembalikan rahim

seperti sebelumnya.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang

hubungan senam nifas dengan involusi uteri dan dapat digunakan

sebagai acuan dalam mengajarkan ibu nifas untuk melakukan senam

nifas.

Anda mungkin juga menyukai