Anda di halaman 1dari 33

7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Senam Nifas

a. Definisi Senam Nifas

Senam nifas adalah terapi latihan gerak dengan tujuan

merehabilitasi ibu nifas sedini mungkin, baik fisik maupun mental

kepada kondisi yang normal dan mencapai kelangsingan berat badan

(Maryunani, 2011:92)

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama

melahirkan setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari

sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat

pemulihan keadaan ibu (Suherni, 2009:105).

b. Tujuan

Tujuan senam nifas menurut Maryunani (2011: 94)

1) Mengembalikan/meingkatkan organ reproduksi terutama otot

abdomen pada keadaan semula. Dengan kata lain, membantu

relaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan kelahiran

atau memperbaiki regangan otot abdomen/perut setelah hamil.

2) Menguatkan otot-otot yang telah mendukung isi panggul dan

menstabilkan otot spingter.

3) Memulihkan kembali elastisitas dan kekuatan rahim. Dalam hal ini,

termasuk membantu memulihkan tonus otot yang menunjang

7
8

kehamilan dan kelahiran (atau memperbaiki tonus otot pelvis),

serta mempercepat onvolusi.

4) Memperbaiki regangan otot tungkai bawah.

5) Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar

panggul.

6) Mencegah komplikasi dan melancarkan sirkulasi darah ibu.

7) Melatih dan menjaga agar bentuk tubuh dan sikap tubuh ibu tetap

baik yaitu memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan.

8) Memperbaiki ASI dalam hal ini membantu fungsi payudara dan

memulihkan ketegangan karena capek merawat bayi.

9) Untuk menguatkan tubuh bagian atas yang banyak berfungsi untuk

menggendong bayi.

10) Mempercapat pemulihan keadaan umum ibu.

11) Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil.

c. Manfaat Senam Nifas

1) Secara umum

a) Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang

mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-

bagian tersebut kebentuk normal.

b) Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar

diakibatkan kehamilan.

c) Menghasilkan manfaat psikologis menambah kemampuan

menghadapi strees dan bersantai sehingga mengurangi depresi

pasca persalinan.
9

2) Manfaat khusus latihan perut

a) Mengurangi resiko sakit punggung dan pinggang

b) Mengurangi varises vena

c) Mengatasi edema di kaki

d) Memperlancar peredaran darah

e) Mencegah pembentukan gumpalan darah dalam vena

f) Mengatasi kram kaki

3) Manfaat khusus latihan senam perineal

a) Membantu menghindari terjadinya turunnya organ-organ

pinggul

b) Mencegah turunnya organ-organ pinggul

c) Mengatasi masalah seksual

(Maryunani, 2011:95)

d. Tata Cara Melakukan Senam Nifas

Tata Cara Melakukan Senam Nifas Menurut Remelda (2008)

Senam nifas ini merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan

tubuh ibu dan bermanfaat juga untuk memulihkan keadaan ibu baik

psikologis maupun fisiologis, latihan ini dapat dimulai setelah hari 1

melahirkan hingga minggu ke enam setelah melahirkan latihan ini

dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan akan

meningkat secara perlahan-lahan. Senam nifas ini dilakukan dengan

berbagai macam gerakan dan setiap gerakan mempunyai manfaat

sendiri.
10

e. Kontra indikasi

1) Ibu yang menderita anemi

2) Ibu yang mempunyai penyakit jantung dan paru-paru

(Maryunani, 2011:96).

f. Pelaksanaan Senam Nifas

Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya tenaga kesehatan

mengajarkan kepada ibu untuk melakukan pemanasan terlabih dahulu.

Pemanasan dapat dilakukan dengan latihan pernafasan dan menggerak-

gerakkan kaki dan tangan secara santai. Hal ini bertujuan untuk

menghindari kekejangan otot selama melakukan gerakan senam nifas.

1) Pemanasan

a) Posisi tegak, kemudian gerakan kepala kekanan dan kekiri,

lanjutkan dengan gerakan menunduk dan mengangkat kepala,

lalu dengan posisi yang sama buka kedua kaki, tangan di

rentangkan kemudian tekuklah lutut sambil mengangkat tumit

lalu kembali ke posisi semula. Lakukan gerakan masing-

masing 8 kali.

b) Posisi tegak dengan perut di kencangkan, kemudian ayunkan

badan kekanan dan kekiri masing-masing sebanyak 8 kali.

c) Terakhir dengan kaki terbuka, lalu gerakan seperti mendorong

ke arah serong kanan dan sebaliknya lakukan gerakan masing-

masing 8 kali.
11

2) Peregangan

Posisi setengah jongkok, tekuk kaki sambil mengayunkan

tangan kanan hingga menyentuh lantai begitu pula sebaliknya

lakukan masing-masing 8 kali.

3) Mengencangkan otot panggul

Lakukan gerakan untuk mengencangkan otot panggul ini

dengan posisi jongkok dan telapak tangan menyentuh lantai, tahan

beberapa detik lalu angkat panggul perlahan-lahan sambil

mengangkat kedua tangan keatas hingga posisi berdiri lakukan

sebanyak 8 kali.

4) Mengencangkan otot paha

a) Dengan posisi seperti merangkak dorong salah satu kaki

kebelakang tanpa menyentuh lantai, lakukan juga untuk kaki

yang lainnya masing-masing 8 kali.

b) Lanjutkan dengan posisi merangkak, dorong kaki kesamping,

lakukan gerakan yang sama untuk kaki yang lainnya masing-

masing 8 kali. Gerakan ini sangat bermanfaat untuk

mengencangkan otot paha.

5) Memutar lengan

Lakukan gerakan-gerakan inti ini dengan posisi duduk

bersila, untuk gerakan memutar lengan rentangkan tangan lalu

putarlah pergelangan tangan, lengan dan bahu. Lakukan gerakan

dengan cepat sambil memgencangkan perut.


12

6) Memutar pinggang

Untuk gerakan memutar pinggang lakukan dengan duduk

dalam keadaan posisi kaki terbuka. Lalu ayunkan badan keposisi

kanan dan kiri. Lanjutkan gerakan dengan posisi kaki yang sama

sambil merentangkan tangan lalu serongkan badan kekanan dan

kekiri.

7) Mengencangkan paha dan betis

a) Gerakan mengencangkan paha dan betis ini dilakukan dengan

posisi tidur miring kekanan, angkat kaki keatas dan turunkan

perlahan-lahan, lakukan juga untuk posisi sebaliknya masing-

masing 8 kali.

b) Masih dengan posisi tidur miring ayunkan kaki depan

bersamaan dengan tangan kearah berlawanan lakukan juga

dengan posisi sebaliknya masing-masing 8 kali.

c) Kemudian dengan posisi tidur terlentang angkat salah satu

kaki dan ayunkan naik turun lakukan juga gerakan ini pada

kaki yang lain masing-masing 8 kali.

8) Mengecilkan perut

Angkat salah satu kaki bersamaan dengan mengangkat

kepala dan bahu, sementara itu tangan meraih kaki yang diangkat.

Kemudian dengan posisi terlentang dengan kaki ditekuk serta

mengencangkan perut. Lakukan gerakan ini secara berulang-ulang,

kemudian lanjutkan dengan mengangkat kedua kaki, tahan dan

turunkan.
13

9) Pendinginan

a) Ambil posisi tidur terlentang, rentangkan tangan ke atas sambil

mengatur nafas. Tekuk salah satu kaki kemudian tahan dengan

kedua tangan, lepaskan. Lakukan juga dengan kaki yang lain.

b) Masih dalam keadaan tidur terlentang, tekuk kaki sambil

memiringkan badan, letakkan kaki ke posisi lain. Lakukan

bergantian dengan kaki yang lainnya (Saifuddin, 2007).

g. Latihan Fisik Untuk Mengurangi Varises

Pembuluh darah balik(varises) pada tungkai bawah dan liang

dubur. Keadaan ini dapat dikurangi atau dihilangkan dengan

melakukan latihan fisik.

1) Latihan 1

Sikap : Tidur telentang, ke dua lengan di bawah kepala dan

kedua kaki di luruskan

Latihan : Angkat ke dua kaki sehingga pinggul dan lutut

mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan

dan angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-

lahan turunkan kembali ke lantai.

2) Latihan II

Sikap : Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas (disangga

dengan tempat tidur yang lebih tinggi atau meja)

Latihan : Gerakkan jari-jari kaki seperti mencakar dan

meregangkan, selama 30 detik.


14

3) Latihan III

Sikap : Sikap seperti latihan II

Latihan : Gerakkan ujung jari secara teratur seperti lingkaran dari

luar ke dalam dan dari dalam keluar selama 30 detik.

4) Latihan VI

Sikap : Sikap seperti latihan II

Latihan : Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas

dan ke bawah seperti gerakan menggergaji selama 30

detik.

5) Latihan V

Sikap : Tidur terlentang dengan ke dua tangan bebas bergerak

Latihan : Gerakkan lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri

dan kanan, sedangkan tangan memegang ujung jari dan

urutkan mulai dari ujung kaki sampai batas betis, lutut

dan paha.

6) Latihan VI

Sikap : Berbaring terlantang, ke dua tangan di bawah kepala.

Latihan : Jepitlah bantal di antara kedua kaki dan tekanlah

sekuat-kuatnya. Saat itu angkatlah pantat dari kasur

dengan melengkungkan badan

7) Latihan VII

Sikap : Tidur terlantang, kaki terangkat ke atas, ke dua lengan

di samping badan.
15

Latihan : Kaki kanan di silangkan di atas kaki kiri dan tekan yang

kuat. Pada saat itu tegangkan kaki dan kendorkan lagi

perlahan-lahan dalam gerakan selama 30 detik.

8) Latihan VIII

Sikap : Berdiri tegak di atas lantai

Latihan : Berjalanlah dengan ujung kaki, dan kemudian dengan

tumit. Setiap gerakan lamanya 30 detik.

9) Latihan IX

Lakukan latihan bernafas di ruang terbuka atau di depan jendela

dimana ventilasi udara cukup nyaman dan segar.

Langkah lain melakukan senam nifas mulai hari I-III menurut

Sulistyowati, (2011)

1) Latihan Hari I

a) Siapkan alat dan bahan (Susun alat dan bahan secara

ergonomis)

Gambar 2.1 Siapkan Alat

b) Lakukan pemanasan

Dilakukan setiap sebelum dan setelah melakukan senam inti


16

c) Latihan pernafasan iga-iga

Pakaian dilonggarkan, tidur dengan satu bantal.

Keluarkan nafas dari mulut, tangan menekan iga kedalam

sehingga rongga dada mengempes. Lakukan 15 x gerakan,

dilakukan pada pagi dan sore hari

Gambar 2.2 Latihan pergelangan kaki

d) Latihan gerak pergelangan kaki

(1) Latihan 1 (Gerakan dorsi fleksi dan plantar fleksi)

Tidur telentang, lutut lurus. Tegakkan kedua telapak

kaki, lutut bagian belakang menekan kasur, tundukkan

kedua telapak kaki bersama jari-jarinya. Lakukan 15 x

gerakan dilakukan pagi dan sore

Gambar 2.3 Latihan Gerakan Pergelangan Kaki


17

Gambar 2.4 Lutut bagian belakang menekan kasur

(2) Latihan 2 ( Gerakan inverse dan eversi)

Hadapkan kedua telapak kaki dengan lutut

menghadap keatas. Posisi telapak kaki berhadapan,

gerakkan kebawah, buka kesamping dan tegakkan kembali

di lakukan 15 x gerakan, Posisi telapak kaki berhadapan

Gambar 2.5 Gerakan Inversi dan Eversi

(3) Latihan 3 (Gerakan sirkum duksi)

Kedua telapak kaki diturunkan kebawah, buka

kesamping, dan tegakkan kembali lakukan 15 x gerakan,

pagi dan sore, telapak kaki diturunkan ke bawah.


18

Gambar 2.6 Gerakan Sirkum duksi

e) Latihan kontraksi otot perut dan pantat secara ringan

(1) Latihan 1

Angkat kepala dan bahu sehingga kepala menyentuh

dada. Lakukan 4 x gerakan, lanjutkan kelatihan kedua.

Kepala menyentuh dada

Gambar 2.7 Mengangkat Kepala

(2) Latihan 2

Tidur terlentang, kedua tangan disamping. Tekuk

lutut kiri, lalu luruskan dan lakukan juga pada lutut kanan,

lakukan 4 x gerakan untuk tiap sisi secara bergantian


19

Gambar 2.8 Menekuk Lutut

(3) Latihan 3

Posisi berbaring satu kaki ditumpangkan pada yang

lainnya. Tundukkan kepala, kerutkan pantat ke dalam,

kempeskan perut sehingga punggung menekan kasur.

Lakukan 15 x gerakan, tiap pagi dan sore hari. Kemudian

pantat ke dalam. Kempeskan perut, posisi berbaring satu

kaki ditumpangkan pada yang lainnya.

Gambar 2.9 Menumpangkan Kaki

2) Latihan Hari II

a) Latihan pernafasan iga-iga

Tarik nafas dari hidung dengan mulut tertutup sambil

mendorong kedua tangan, keluarkan nafas sebanyak mungkin


20

dari mulut sambil menekan perut. Pakaian dilonggarkan,

lakukan 5-6 x. Tidur terlentang, keluarkan nafas dari mulut

Gambar 2.10 Latihan Pernafasan Iga

b) Latihan otot perut

Kedua lutut ditekuk setengah tinggi dan telapak kaki rata

pada kasur angkat kepala dan bahu perlahan-lahan sehingga

dagu menempel di dada, turunkan kembali dengan lambat.

Tidur terlentang, kedua lutut ditekuk setengah tinggi, telapak

kaki rata pada kasur. Lakukan 5 x pada pagi dan sore hari

Gambar 2.11 Latihan Otot Perut


21

c) Latihan kaki

Lutut ditekuk setinggi tinggi, lurus dan dirapatkan, putar

pinggang dan ayunkan kedua lutut bersama-sama ke kiri

sehingga menyentuh lantai, panggul kanan tetap mengarah ke

depan. Ulangi gerakan tersebut dengan bergantian arah,

lakukan 5 x ke kiri ke kanan. Lakukan setiap pagi dan sore hari.

Lutut ditekuk setengah tinggi, luruskan dan dirapatkan

Gambar 2.12 Latihan Kaki

d) Latihan Otot dada

(1) Latihan 1

Kedua tangan saling berpegangan pada lengan

bawah dekat siku. Pegang tangan erat-erat dan dorong

sejauh-jauh bersamaan kearah siku sampai otot dada terasa

tertarik, lalu lepaskan. Lakukan gerakan ini 45 x, setiap 15

x gerakan berhenti sebentar. Kedua tangan saling

berpegangan pada lengan bawah dekat siku.


22

Gambar 2.13 Latiahan 1 Otot Dada

(2) Latihan 2

Angkat tangan hingga sejajar dengan kepala.

Lakukan gerakan 45x dan berhenti sebentar setiap 15 x.

Lakukan sesuai kemampuan

Gambar 2.14 Latihan 2 Otot Dada

e) Latihan Pengembalian Rahim

Latihan untuk pengambilan rahim ke bentuk dan tempat

semula. Tidur tengkurap, dua bantal menyangga perut, satu


23

bantal menyangga punggung kaki. Kepala menoleh kesamping

kiri atau kanan, tangan sedikit dibengkokkan. Lakukan satu kali

setiap hari sampai tertidur. Dua bantal menyangga perut satu

bantal menyangga punggung kaki

Gambar 2.15 Latihan Pengembalian Rahim

f) Latihan sikap baik secara ringan

(1) Latihan 1

Tidur terlentang tanpa bantal dan tangan di samping

badan. Lakukan 5 gerakan setiap pagi dan sore. Punggung

tangan berada diatas

(2) Latihan 2

Putar sendi bahu ke arah depan, ke atas, ke

belakang, ke bawah, dan seterusnya Posisi duduk atau

berdiri, lakukan 15 x gerakan dan berhenti seteiap 5

gerakan dan lakukan setiap selesai menyusui bayi. Putar

arah belakang tulang belikat mendekat satu sam lain


24

Gambar 2.16 Sikap Tubuh

3) Latihan Hari Ke III

Sikap balik dalam mengangkat dan menggendong bayi.

Langkahkan kaki kanan ke depan, kempeskan perut, bengkokkan

lutut, jongkok sampai tumit. Berdiri dengan kaki sedikit

direnggangkan, Tundukkan kepala dan ambil bayi dengan kepala

tetap tegak

Gambar 2.17 Sikap Menggendong Bayi


25

h. Jadwal pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan senam nifas menurut Widyasari (2011)

1) Latihan tahap pertama : 24 jam setelah persalinan

2) Latihan tahap kedua : tiga hari pasca persalinan

3) Latihan tahap ketiga : setelah pemeriksaan pasca persalinan, latihan

ini dilakukan setiap hari selama tiga bulan.

i. Macam latihan senam nifas

Macam latihan senam nifas menurut Widyasari (2011)

Latihan setelah kelahiran bayi dapat dilkakukan untuk

mengembalikan kondisi tubuh ke keadaan semula dengan membantu

ibu post partum dengan latihan.

1) Kegels

2) Abdominals

3) Berjalan

j. Faktor yang mempengaruhi tindakan senam nifas

Faktor yang mempengaruhi tindakan senam nifas menurut

Widyasari (2011)

Faktor-faktor yang mempengaruhi senam nifas yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kesiapan fisik dan

kesiapan psikologis ibu. Sedangkan faktor eksternal meliputi bayi

kedinginan, kelelahan ibu, tenaga kesehatan kurang tersedia, bayi

kurang siaga, dan kolostrum tidak keluar.


26

2. Konsep Dasar Nifas

a. Pengertian

Masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sarwono, 2006: 122).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

semula (sebelum hamil (Sulistyawati, 2009:1)

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :

1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi

2) Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu

3) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu

4) Mendukung dan pemperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan

ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga

dan budaya yang khusus.

5) Imunisasi ibu terhadap tetanus.

6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian

makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik

antara ibu dan anak.

(Sulistyawati, 2009:2-3).

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

1) Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam

menghadapi saat-saat kritis masa nifas.


27

2) Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap

ibu dan keluarga.

3) Pelaksaan asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,

pemantapan, penanganan masalah, rujukan, dan deteksi dini

komplikasi masa nifas.

d. Tahapan Masa Nifas

Menurut referensi dari Sulistyawati (2009:5), pembagian nifas di

bagi 3 bagian, yaitu :

1) Puerperium Dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan, dimana ibu di

perbolehkan berdiri dan berjalan. Dalam agama Islam, dianggap

telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium Intermedial

Puerperium Intermedial merupakan masa kepulihan

menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium

Remote Puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

bisa berminggu, bulan atau tahunan.

e. Fisiologis Yang Terjadi Selama Post Partum (Nifas)

1) Perubahan fisik

2) Involusi uterus dan pengeluaran lochea

3) Laktasi/pengeluaran air susu ibu


28

4) Perubahan sistem tubuh lainnya

5) Perubahan psikis

(Sarwono, 2006: 122)

f. Perawatan Dalam Post Partum (Nifas)

1) Pengawasan Kala IV, 1 jam pertama dari nifas meliputi

pemeriksaan plasenta supaya tidak ada bagian-bagian plasenta

yang tertinggal, pengawasan tingginya fundus uteri, pengawasan

perdarahan dari vagina, pengawasan konsistensi rahim,

pengawasan keadaan umum ibu.

2) Early ambulation, Kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan.

3) Karena lelah habis persalinan, ibu harus istirahat, tidur terlentang,

selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring ke kanan

dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosi dan tromboemboli.

Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari

ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang.

4) Mobilisasi tersebut bervariasi bergantung pada komplikasi

persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka. Kini perawatan

perenium lebih aktif dengan dianjurkan “ Mobilisasi Dini ” (early

mobilitation), perawatan ini mempunyai keuntungan:

a) Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi nifas.

b) Mempercepat involusi alat kandungan.


29

c) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

(Bahiyatun, 2009:10)

3. Konsep Dasar Involusi Uterus

a. Pengertian involusi uteri

Involusi uteri adalah pengecilan yang normal dari suatu organ

setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan

uterus setelah melahirkan (Bahiyatun, 2009: 54).

Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah

persalinan kembali kebentuk asal (Bahiyatun, 2009: 54).

Williams menjelaskan involusi sebagai berikut :

1) Involusi tidak dipengaruhi oleh absorbsi insitu, namun oleh suatu

proses eksfoliasi yang sebagian besar ditimbulkan oleh

berkurangnya tempat implantasi plasenta karena pertumbuhan

jaringan endometrium. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh perluasan

dan pertumbuhan kebawah endometrium dari tepi-tepi tempat

plasenta dan sebagian oleh perkembangan jaringan endometrium

dari kelenjar dan stoma yang tersisa di bagian dalam desidua

basalis setelah pelepasan plasenta.

2) Proses semacam itu akan dianggap sebagai konservatif, dan

sebagai suatu ketetapan yang bijaksana sebagai bagian dari alam.

Sebaiknya kesulitan besar akan dialami dalam pembuangan arteri

yang mengalami obliterasi dan trombin yang mengalami

organisasi, kalau mereka tetap insitu, akan segera mengubah


30

banyak bagian dari mukosa uterus dan endometrium dibawah

menjadi suatu masa jaringan parut dengan akibat bahwa setelah

beberapa kehamilan tidak akan mungkin lagi untuk melaksanakan

siklus perubahan yang biasa, dan karier reproduksi berakhir

(Bahiyatun, 2009: 54).

b. Proses Involusi Uterus

1) Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia

Yaitu kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini

bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti

tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah

yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus

membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. 

Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke

uterus dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi

dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang,

kembali seperti biasa. Dan aliran darah dialirkan ke buah dada

sehingga peredaran darah ke buah dada menjadi lebih baik. 

Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan

mengalami kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus

mengalami otropi kembali kepada ukuran semula.

2) Autolisis

Adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh

karena adanya hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar

menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari
31

sewaktu masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan

semula.

Faktor yang menyebabkan terjadinya autolisis apakah

merupakan hormon atau enzim sampai sekarang belum diketahui,

tetapi telah diketahui adanya penghancuran protoplasma dan

jaringan yang diserap oleh darah kemudian di keluarkan oleh

ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu

mengalami beser air kemih atau sering buang air kemih.

3) Aktifitas otot-otot

Adalah adanya retraksi dan kontrksi dari otot-otot setelah

anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembulu darah yang

pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang terus-menerus ini

menyebabkan terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang

mengakibatkan jaringan-jaringan otot-otot tersebut menjadi lebih

kecil.

(Bahiyatun, 2009: 54)

c. Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus adalah melalui 2

cara yaitu :

1) Kontraksi oleh ion kalsium

Sebagai pengganti troponin, sel-sel otot polos mengandung

sejumlah besar protein pengaturan yang lain yang disebut

kamodulin. Terjadinya kontraksi diawali dengan ion kalsium

berkaitan dengan kalmoduli. Kombinasi kalmodulin ion kalsium

kemudian bergabung dengan sekaligus mengaktifkan myosin


32

kinase yaitu enzim yang melakukan fosforilase sebagai respon

terhadap myosin kinase. 

Bila rantai ini tidak mengalami fosforilasi, siklus perlekatan-

pelepasan kepala myosin dengan filament aktin tidak akan terjadi.

Tetapi bila rantai pengaturan mengalami fosforilasi, kepala

memiliki kemampuan untuk berikatan secara berulang dengan

filament aktin dan bekerja melalui seluruh proses siklus tarikan

berkala sehingga mengghasilkan kontraksi otot uterus

2) Kontraksi yang disebabkan oleh hormon

Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual

artinya, tidak sekaligus tetapi setingkat. Sehari atau 24 jam setelah

persalinan, fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan oleh adanya

pelemasan uterus segmen atas dan uterus bagian bawah terlalu

lemah dalam meningkatkan tonusnya kembali. Tetapi setelah tonus

otot-otot kembali fundus uterus akan turun sedikit demi sedikit.

3) Involusi alat-alat kandungan

a) Uterus

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan

mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga

dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada

bekas implantasi plasenta. Pada hari pertama ibu post partum

tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1 cm). Pada

hari kelima post partum uterus menjadi 1/3 jarak antara

symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas


33

symphisis. tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari.. Secara

berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.

Gambar 2.6 Penurunan TFU

Tabel 2.1 Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa
involusi
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Setinggi bawah pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu Pertengahan symphisis 500 gr
pusat
2 minggu Tidak terba diatas symphisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Sebesar normal 30 gr
Sumber: Bahiyatun (2009)

b) Bekas implantasi uteri

Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke

ovum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu

menjadi 3,5 cm. Pada minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum.

Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman-

anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan

menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Bagian bekas


34

plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke

dalam kavum uteri segera setelah persalinan. Penonjolan

tersebut dengan diameter 7,5 sering disangka sebagai suatu

bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu diameternya

menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih.

c) Lochea

Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan

vagina dalam masa nifas.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah

dan warna sebagai berikut :

(1) Lochea rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa. Lanugo dan

mekoneum selama 2 hari pasca persalinan.

(2) Lochea sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah

dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

(3) Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,

pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

(4) Lochea alba cairan putih, setelah 2 minggu

(5) Lochea purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

(6) Lochea astastis lokia tidak lancar keluarnya.


35

Tabel 2.2 pengeluaran lokia menurut masa involusi

Involusi uteri Pengeluaran lokia


Hari 1 Rubra
Hari 2 Rubra
Hari 3 Sanguinolenta
Hari 4 Sanguinolenta
Hari 5 Sanguinolenta
Hari 6 Sanguinolenta
Hari 7 Sanguinolenta
Sumber: Bahiyatun (2009)

d) Servik

Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti

corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengandakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi,

sehingga seolah-olah pada berbatasan antara korpus dan servik

uteri berbentuk, semacam cincin. Warna servik sendiri merah

kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya

lunak, segera setelah janin dilahirkan. Tangan pemeriksa masih

dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya dapat

dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri.

(Bahiyatun, 2009: 56-59)


36

d. Faktor - faktor yang mempengaruhi Involusi

Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, faktor yang

mempengaruhi involusi uterus antara lain :

1) Mobilisasi dini

Aktivitas otot-otot ialah kontraksi dan retraksi dari otot-otot

setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah

yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk

mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya

kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan

terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan

jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran

jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.

2) Status gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang

sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada

ibu post partum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum

yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel bulat yang disamping

mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat

pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum

dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan

kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan

mempercepat proses involusi uterus.


37

3) Menyusui

Pada proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi

merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin

yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu

uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.

4) Usia

Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh

proses penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan jumlah

lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan

lemak, protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan

dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan

menghambat involusi uterus.

5) Paritas

Parietas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu

sering teregang memerlukan waktu yang lama.

(Bahiyatun, 2009: 60-61)

e. Pengukuran involusi uterus

1) Pengukuran involusi dapat dilakukan dengan mengukur tinggi

fundus uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran lochea.

2) Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua

dan pengelupasan kulit pada situs plasenta sebagai tanda

penurunan ukuran dan berat, perubahan lokasi uterus, warna dan

jumlah lochea.

(Bahiyatun, 2009: 61)


38

B. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan dasara pemikiran pada penelitian yang

dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka.

Faktor yang Faktor yang


mempengaruhi
mempengaruhi senam involusi uterus Normal
nifas:
Faktor internal: Involusi
Senam nifas uterus
Fisik Senam Nifas
Tidak normal
Psikologis Status gizi

Mobilisasi dini
Faktor Eksternal: Menyusui
Usia
Bayi kedinginan Paritas

Ibu kelelahan

Tenaga kesehatan yang


Sumber
kurang : Modifikasi Sulistyawati (2011), Suhaemi (2009), Bahiyatun (2009)
tersedia
Bayi yang kurang siaga
Keterangan:
Kolostrum yang tidak
keluar
: Di teliti

: Tidak di teliti

Skema 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Senam Nifas Dengan


Proses Involusi Uteri
39

Narasi :

Faktor yang mempengaruhi senam nifas yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor internal meliputi kesiapan fisik dan kesiapan psikologis ibu.

Sedangkan faktor eksternal meliputi bayi kedinginan, kelelahan ibu, tenaga

kesehatan kurang tersedia, bayi kurang siaga, dan kolostrum tidak keluar.

Faktor tersebut tidak diteliti dan akan mempengaruhi proses involusi uteri

dalam tindakan ibu melakukan senam nifas sedangkan Involusi uteri itu

sendiri dipengaruhi oleh senam nifas, status gizi, mobilisasi dini, menyusui,

usia dan paritas yang dikategorikan normal dan tidak normal.

Dalam penelitian ini yang diteliti adalah hubungan senam nifas dengan

proses involusi uteri.

Anda mungkin juga menyukai