LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Bank
Pengertian bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut
ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Menurut Undang-Undang RI nomor 10
tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Satria, Rizal 2018).
B. Jenis Bank
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan
keluarnya Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, jenis perbankan
terdiri dari 2 (Kasmir, 2013) yakni sebagai berikut :
1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti bahwa
bank
ini dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah
operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank
komersial (Barus, 2016).
2. Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga.
Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan atau perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi
SAW (Wahyuni & Efriza, 2017).
C. Fungsi Bank
Menurut Adli, (2012) Bank sebagai sebuah lembaga keuangan tentu memiliki
fungsi seperti halnya lembaga lembaga lain. Fungsi bank dalam perekonomian suatu
Negara diklasifikasikan sebagai berikut
1. Fungsi bank Sebagai Agent of Trust Artinya bahwa aktivitas bank sebagai financial
intermediary menjalankan fungsinya atas dasar kepercayaan yang diterima oleh bank
dari masyarakat kepercayaan masyarakat yang diberikan berupa amanat agar bank
mengelola dan mengamankan dana yang disimpan masyarakat di bank tersebut.
2. Fungsi bank sebagai Agent of Trust ini tentu tidak terlepas dari prinsip saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
3. Fungsi bank Sebagai Agent of development Guna mewujudkan pembangunan dan
kesejahteraan dalam perekonomian, bank dianggap sebagai lembaga yang cukup
berperan signifikan. Hal ini dikarenakan aktivitas bank sebagai financial
intermediary dapat mempertemukan sektor riil dan sektor moneter untuk berinteraksi.
Pada umumnya peredaran uang dalam perekonomian terjadi melalui lembaga
keuangan sehingga interaksi sektor riil dan sektor moneter diharapkan berjalan
dengan baik demi mendukung proses pembangunan.
4. Fungsi Bank sebagai Agent of service Lembaga keuangan merupakan sebagai
lembaga yang bergerak dibidang jasa yang lebih beragam, dengan kata lain aktivitas
perbankan tidak hanya terbatas dalam hal menghimpun dana dan menyalurkan dana
ditengah masyarakat.
D. Peranan Bank dalam Sistem Keuangan
Dalam menjalankan kegiatannya, bank mempunyai peranan penting dalam sistem
keuangan nasional. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengalihan Aset (Asset Transmutasion) Pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke
unit deficit. Dalam hal ini sumber dana yang diberikan kepada pihak peminjam
berasal dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur seusai
dengan keinginan pemilik dana. Dengan demikian, bank berperan sebagai pengalih
aset yang likuid dari unit surplus kepada unit defisit.
2. Transaksi (Transaction) Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku
ekonomi untuk melakukan transaksi keuangan.
3. Dalam ekonomi modern, transaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari
transaksi keuangan. Untuk itu, produk, jasa, dan layanan yang ditawarkan oleh bank
memudahkan masyarakat dalam bertransaksi.
4. Likuiditas (Liquidity) Bank juga berperan sebagai penjaga likuiditas masyarakat,
dengan membantu aliran likuiditas/dana
5. dari unit surplus kepada unit deficit yang dilakukan dengan cara unit surplus
menempatkan dananya dalam bentuk giro, tabungan, deposito dan produk dana bank
lainnya yang kemudian disalurkan dalam bentuk kredit kepada pihak yang
melangalami deficit. Dengan demikian bank memberikan layanan fasilitas
pengelolaan likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami
kekurangan likuiditas
6. Efisiensi (Efficiency) Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan
pengguna modal tanpa mengubah produknya. Disini bank hanya memperlancar dan
mempertemukan pihal-pihak yang saling membutuhkan. Sosial, Ekonomi dan Bisnis.
2. BANK KONVENSIONAL
A. Pengertian Bank Konvensional
Menurut Wiroso (2005:2) menerangkan bahwa yang dimaksud dengan bank umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional dan atau berlandaskan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara
itu, pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha yang dijalankan oleh
bank meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan
jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dana yang dilakukan bank dapat berupa
penghimpunan dana melalui tabungan, giro maupun deposito nasabah. Selanjutnya kegiatan
menyalurkan dana dapat berupa pemberian kredit maupun pembiayaan yang dilakukan bank
kepada para nasabahnya yang membutuhkan dana (Mikro & Menengah, n.d.).
3. BANK SYARI’AH
A. Pengertian Bank Syari’ah
Menurut Muhammad (2005:13) menyatakan bahwa bank syariah adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga, atau dapat pula disebut bank islam, yaitu
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa- jasa perbankan
lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariah. Dari pengertian tersebut, bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang menggunakan hukum islam dalam
melaksanakan kegiatan perbankannya. Melalui produk- produk yang dihasilkan oleh bank
islam atau bank syariah dalam produk produk yang dihasilkan oleh bank islam atau bank
syariah dalam produk pengumpulan dana tersebut dapat dioperasikan sesuai dengan
ketentuan ajaran islam. Kegiatan dan transaksi yang dilakukan oleh bank syariah juga
berlandaskan hukum halal atau haram, lembaga perbankan syariah hanya melakukan
transaksi yang sesuai dengan aturan hukum islam (Barus et al., 2016).
5. Pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina).
2. Bagi Hasil
3. Jual Beli
a) Bai’ al-Murabahah, merupakan penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Artinya
Bank akan membelikan barang dari pengguna jasa kemudian menjualnya kembali
ke pengguna jasa.
b) Bai’ As-Salam, dimana bank akan membelikan barang yang dibutuhkan
dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.
c) Bai’ Al-Istishna’, merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang bisa
dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayardi kemudian hari.
4. Jasa
a) Al-Wakalah, adalah suatu akadpada transaksi perbankan syariah, yang merupakan
akad(perwakilan) yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam syariat
Islam.
b) Al-Kafalah, adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
c) Al-Hawalah, adalah akadperpindahan yang dalam praktiknya memindahkan utang
dari tanggungan orang yang berutang menjadi tanggungan orang yang
berkewajiban membayar utang. Ar-Rahn, adalah suatu akadpada transaksi
perbankan syariah, yang merupakan akad gadai yang sesuai dengan syariah.
Dalam beberapa hal bank konvensional dan bank syari’ah memilki persamaa,
terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi computer yang
digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal,
laporan keuangan dan sebbagainya. Namun, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara
keduanya, antara lain ; (Umum & Di, 2018).
4. KREDIT
A. Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” yang artinya percaya. Sedangkan
kredit menurut UUP 1967 pasal 1c adalah penyediaan uang atau tagihantagihan berdasarkan
persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak
meminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga yang telah ditetapkan. Kredit memiliki dua unsur pihak, yaitu kreditur (Bank) dan
debitur (Nasabah) yang melakukan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan. Di
dalam perkreditan terdapat unsur-unsur yang harus ada, yaitu: kepercayaan, persetujuan,
penyerahan barang, jasa atau uang, jangka waktu, unsur resiko, dan unsur keuntungan
(bunga). Pemberian kredit tanpa analisis terlebih dahulu akan menyebabkan kerugian pada
pihak bank (Kasmir, 2017).
B. Fungsi Kredit
Kredit di awal perkembangan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak
untuk saling menolong dengan tujuan pencapain kebutuhan, baik itu dalam bidang usaha atau
kebutuhan sehari-hari. Macam-macam fungsi kredit adalah (Doni,2020).
C. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Andreani, (2013) Sebelum krdit dikucurkan bank terlebih dulu menilai
kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah, kelayakan ini meliputi berbagai aspek
penilain. Penerima kredit akan dikenakan bunga kredit yang besarnya tergantung dari bank
yang menyalurkanya. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan adalah:
1. Kredit Investasi adalah merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha
atau penanaman modal.
2. Kredit Modal Kerja adalah kredit yang digunakan sebagai modal kerja dan
berjangka pendek tidak lebih dari 1 (satu) tahun.
3. Kredit Perdagangan adalah kredit yang diberikan kepada para pedangang dalam
rangka mempelancar kegiatan perdagangnya.
4. Kredit Produktif adalah kredit diberikan untuk diusahakan kembali sehingga
pengambalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.
5. Kredit Profesi adalah kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional dosen,
dokter, atau pengacara.
D. Tujuan Pemberian Kredit
Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui beberapa tahap
penilaian, tahapan ini disebut dengan prosedur pemberian kredit. Prosedur ini bertujuan
untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak.
Menurut Kashmir (2008 : 95) ada beberapa tahap dalam pemberian kredit, yaitu:
1. Pengajuan proposal
Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap pertama pemohon
mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal. Yang perlu
diperhatikan dalam setiap pengajuanproposal suatu kredit hendaknya berisi
tentang: Riwayat perusahaan, tujuan pengambilan kredit, besarnya kredit dan
jangka waktu, menjelaskan secara rinci maksud dan tujuan mengambil kredit,
menuliskan jaminan yang akan diberikan.berkas pinjaman.
2. Penyelidikan berkas pinjaman
Tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan oleh
pemohon kredit, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang
diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan.
3. Penilaian kelayakan kredit
Dalam penelitian layak atau tidak suatu kredit disalukan maka perlu dilakukan
suatu penilaian kredit. Penilaian dapat dilakukan dengan menilai dai aspek-
aspeknya. Seperti yang telah dijelaskan daripembahasan diatas.
4. Wawancara Pertama
Tahap ini merupakan penyelidikan kepada calon peinjam dengan cara
berhadapan langsung dengan calon peminjam. Tujuannya untuk mendapatkan
keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang
diinginkan oleh bank.
5. Peninjauan Ke Lokasi ( On The Spot )
Setelah memperoleh keyakinan atau keabsahan dokumen dari hasil penyelidikan
dan wawancara maka langkah selanjutnya melakukan peninjauan ke lokasi yang
menjadi objek kredit. Kemudia hasil on the spotdicocokkan dengan hasil
wawancara pertama.
6. Wawancara Kedua
Hasil peninjauan ke lapangan dicocokkan dengan dokumen yang ada serta hasil
wawancara satu dalam wawancara kedua. Wawancara kedua ini merupakan
kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan saat melakukan on the
spot di lapangan
7. Keputusan Kredit
Keputusan kredit adalah menentukan apakah kredit layak diberikan atau ditolak,
jika layak maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit akan
mencakup: Akad kredit yang akan ditandatangani, jmlah uang yang diterima,
jangka waktu kredit dan biaya-biaya yang harus dibayar.
8. Penandatanganan Akad Kredit / Perjanjian Lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit. Sebelum kredit
dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit
9. Realisasi Kredit
Setelah kredit ditandatangani maka langkah selanjutnya adalah merealisasikan
kredit. Realisasi kredit diberikan setelah penandatangan surat – surat yang
diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang
bersangkutan. Pencairan dan kredit tergantung dari kesepakatan kedua belah
pihak dan dapat dilakukan sekaligus atau dengan bertahap (Zulfikri, Sobari, &
Gustiawati, 2019).
5. Pembiayaan Murabahah
transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna, transaksi pinjam
meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk
ijarah untuk transaksi multi jasa.
Sedangkan Murabahah didefinisikan oleh para Fuqoha sebagai penjualan barang
seharga biaya/ harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark-up atau margin keuntungan
yang disepakati (Wiroso, 2005). Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Bank hanya melakukan transaksi murabahah dengan pesanan. Dalam murabahah
berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah.
Sementara dalam perspektif Undang-undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
murabahah merupakan produk finansial yang berbasis bai’ atau jual beli. Pengertian
Murabahah ini diatur dalam Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
pasal 19 ayat (1) huruf d, dijelaskan bahwa murabahah adalah “akad pembiayaan suatu
barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan
lebih sebagai keuntungan yang disepakati (Zulfikri et al., 2019).
2. Dasar Hukum
1. al-Qur’an
2. Hadist
hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
3. Ijma’
Umat Islam telah berkonsensus tentang keabsahan jual beli, karena manusia sebagai
anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki oleh orang
lain. Oleh karena itu jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkannya secara
sah. Dengan demikian mudahlah bagi setiap individu utnuk memenuhi kebutuhannya.
D. Sighat / Akad :
1. Harus jelas dan disebutkan secara spesifik (siapa) para pihak yang berakad.
2. Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras dan transparan baik dalam
spesifikasi barang (penjelasan fisik barang) maupun harga yang disepakati
(memberitahu biaya modal kepada pembeli).
3. Tidak mengundang klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi
pada kejadian yang akan datang.
4. Tidak dibatasi waktu, misalnya: “saya jual ini kepada anda untuk jangka waktu
12 bulan setelah itu jadi milik saya sendiri.
6. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu
tertentu yang telah disepakati.
1
2
AKAD JUAL BELI
NASABAH BANK
BELI BARANG
4
3 KIRIM
SUPLIER
PENJUAL
Keterangan:
1. Bank syariah dan nasabah melakukan negosiasi tentang rencana transaksi jual beli yang
akan dilaksanakan.
2. Atas dasar negoisasi yang dilaksanakan antara bank syariah dan nasabah, maka bank
syariah membeli barang dari supplier.
3. Bank syariah melakukan akad jual beli dengan nasabah dimana bank syariah sebagai
penjual dan nasabah sebagai pembeli.
4. Supplier mengirimkan barang kepada nasabah atas perintah bank syariah.
5. Nasabah menerima barang dari supplier dan menerima dokumen kepemilikan barang
tersebut.
6. Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah melakukan pembayaran.
Pembayaran yang lazim dilakukan oleh nasabah adalah dengan pembayaran angsuran.
6. Kerangka Teoritik
7. Kerangka Konsepual
Bank harus memiliki kinerja keuangan yang baik untuk dapat menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi Beberapa penelitian terdaulu menguji apakah
terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank syari’ah dengan bank konvensional,
sehubungan dengan adanya perbedaan ruang lingkup operasional. Perbedaan ruang
lingkup operasional tersebut menghasilkan indikasi perbedaan kinerja keuangann
sehingga bagi para berkepentingan dapat mengambil keputusan. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti membuat suatu kerangka konseptual seperti dibawah ini.
BANK
(Y1)
BANK BANK
KONVENSIONAL SYARI'AH
(X1) (X2)
Sistem Kredit
Pembiayaan
DIBANDINGKAN
HASIL