Anda di halaman 1dari 16

Telaah Jurnal

Dyspnea rather than fever is a risk factor for predicting mortality in


patients with COVID-19

Disusun Oleh:

Novi Putri Dwi Iriani, S.Ked

NIM 712019076

Pembimbing:

dr. Achmad Ridwan MO, M.SC

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan telaah jurnal yang berjudul
“Dyspnea rather than fever is a risk factor for predicting mortality in patients
with COVID-19”, sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa telaah jurnal ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian telaah jurnal ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan
maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada dr. Achmad Ridwan MO, M. Sc selaku Pembimbing
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan masukan, arahan,
serta bimbingan dalam penyelesaian telaah jurnal ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan telaah jurnal ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga telaah jurnal ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.
Palembang, Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................I


KATA PENGANTAR ...................................................................................II
DAFTAR ISI ..................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1. Latar Belakang ................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...........................................................................2
1.3.Tujuan ...............................................................................................2
1.4. Manfaat ............................................................................................2
BAB II METODE PENULISAN ..................................................................3
2.1. Skenario Kasus ................................................................................3
2.2. Membuat Pertanyaan Klinis ............................................................3
2.3. Strategi Penelusuran Jurnal .............................................................3
2.4. Kriteria Seleksi ................................................................................3
BAB III TELAAH KRITIK JURNAL ........................................................4
3.1. Hasil Penelusuran ............................................................................4
3.2. Deskripsi Jurnal ...............................................................................4
3.3. Telaah Kritis Jurnal .........................................................................9
BAB IV PENUTUP ........................................................................................12
4.1. Kesimpulan ......................................................................................12
4.2. Saran ................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, perkembangan teknologi
informasi, perubahan paradigma pengambilan keputusan klinis, serta
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas
mengharuskan para dokter secara terus-menerus meningkatkan pengetahuan
dan kompetensiya untuk dapat memberikan pelayanan dengan kualitas baik.
Informasi terbaru tentang diagnostik, terapi, prognostik, serta hal- hal yang
lain termasuk etiologi, faktor risiko, panduan klinis, dan lain-lain dapat
diperoleh dari jurnal ilmiah kedokteran. Tujuan akhir dari membaca jurnal
ilmiah bagi seorang dokter adalah sebagai acuan dalam penerapan
pelayanan kesehatan terhadap pasiennya. Hal ini merupakan suatu
pendekatan yang disebut dengan “Evidence Based Medicine”.
Agar dapat memperoleh manfaat yang maksimal dalam membaca jurnal
ilmiah, setiap klinikus membekali diri dengan pemahaman yang memadahi
tentang metodologi penelitian. Jika seorang dokter tidak melakukan telaah
kritis terhadap jurnal ilmiah yang di baca, maka ia tidak mengetahui
kelemahan dari hasil penelitian tersebut. Hal ini akan berdampak kepada
pemahaman yang keliru. Dalam rangka mengaplikasikan cara menelaah
jurnal ilmiah, penulis memilih jurnal dengan judul ”Dyspnea rather than
fever is a risk factor for predicting mortality in patients with COVID-19”.
Penulis menelaah jurnal ini dari melalui pendekatan evidence based
medicine sebelum diterima sebagai tambahan ilmu pengetahuan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Apakah artikel jurnal berjudul “Dyspnea rather than fever is a risk
factor for predicting mortality in patients with COVID-19 “ telah memenuhi
kriteria sebagai sumber yang valid, penting dan dapat diaplikasikan pada
pasien menurut telaah klinis evidence based medicine ?

1.3 Tujuan
Menentukan apakah artikel jurnal berjudul “Dyspnea rather than fever
is a risk factor for predicting mortality in patients with COVID-19“ telah
memenuhi kriteria sebagai sumber yang valid, penting dan dapat
diaplikasikan pada pasien menurut pedoman telaah kritis evidence based
medicine.

1.4 Manfaat
Dengan telaah kritis, untuk menentukan validitas artikel jurnal yang
berjudul “Dyspnea rather than fever is a risk factor for predicting mortality
in patients with COVID-19“, maka dapat diputuskan layak tidaknya
informasi yang terdapat dalam jurnal tersebut untuk digunakan untuk
kepentingan pasien/masyarakat.

2
BAB II

METODE PENULISAN

2.1 Skenario Kasus


Sebagai dokter puskesmas ada kasus COVID 19 konfirmasi positif
ringan, oleh pasien diminta bagaimana peluang sembuhnya. Lakukan
pencarian faktor prognosis penyebab kematian COVID 19

2.2 Membuat Pertanyaan Klinis


1. PICO
P : Pasien COVID 19 konfirmasi positif ringan
I : Peluang sembuh
C : Prognosis kematian
O : Besarnya peluang kesembuhan dan peluang kematian
2. Pertanyaan Klinis
Pada pasien COVID 19 konfirmasi positif ringan, bagaimana peluang
sembuh serta peluang kematiannya?

2.3 Strategi Penelusuran Jurnal


“COVID-19” AND “Mortality factor”

2.4 Kriteria Seleksi


 Article type : Randomize control trial dan 1 year
 Inclusion Criteria : English article dan Free full text

3
BAB III

TELAAH KRITIK JURNAL

3.1 Hasil Penelusuran


Pada pencarian di PubMed pada 25 Agustus 2020, menggunakan kata
kunci “COVID-19” AND “Mortality factors” didapatkan 1.202 artikel, lalu
pencarian diperkecil hanya artikel dengan tipe randomize control trial dan
mendapatkan 7 artikel. Pencarian dibatasi dengan artikel berbahasa inggris
dan menyediakan seluruh artikel gratis dengan waktu penerbitan satu tahun
didapatkan 3 artikel. Terakhir diambil 1 artikel yang relevan tentang terapi
COVID-19.

3.2 Deskripsi Jurnal


Judul : “Dyspnea rather than fever is a risk factor for predicting
mortality in patients with COVID-19“
Penulis : Li Shi, Ying Wang, Yadong Wang, Guangcai Duan, Haiyan
Yang
Publikasi : PubMed
Tanggal Rilis : 21 Mei 2020

Baru-baru ini, makalah berjudul “Faktor Risiko Kritis & Kematian


Kasus COVID-19: Tinjauan Literatur Sistematis dan Meta-analisis”
dipublikasikan di Journal of Infection pada April 2020. Hasil dari Zheng et
al. menunjukkan bahwa demam berhubungan negatif dengan perkembangan
keparahan dan kematian pada COVID 19 (OR = 0,56, 95% CI [0,38-0,82], P
= 0,003) dan sesak napas / dispnea berhubungan positif dengan
perkembangan keparahan dan kematian pada COVID-19 (OR = 4,16, 95%
CI [3,13-5,53], P <0,00001), yang menunjukkan bahwa pasien COVID-19

4
dengan demam mungkin memiliki risiko yang lebih rendah untuk
berkembang menjadi parah dan kritis. Hasil penyakit dan COVID-19 pasien
dengan dispnea mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi lebih
parah dan kritis. Namun, Fu et al. mengamati bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan secara statistik antara demam atau sesak napas dan tingkat
keparahan pasien dengan COVID-19. Untuk mengidentifikasi secara jelas
faktor risiko dalam memprediksi kematian pada pasien dengan COVID-19,
kami melakukan meta-analisis untuk mengevaluasi apakah demam dan
dispnea (tidak termasuk nafas pendek) dikaitkan dengan risiko kematian
pada pasien COVID-19.

Meta-analisis ini dilakukan berdasarkan pedoman PRISMA (Preferred


Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses). Li Shi dan
Ying Wang secara sistematis mencari database elektronik, termasuk Web of
Science, Chinese National Knowledge Infrastructure (CNKI) dan PubMed.
Mesin pencari ini digunakan untuk menangkap literatur yang tersedia
dengan menggunakan tiga kelompok kata kunci berikut: "coronavirus 2019,
2019-nCoV, SARS-CoV-2, COVID-19, hasil, kematian dan klinis ".
Pencarian terakhir dilakukan pada 4 Mei 2020. Hanya artikel yang
melaporkan jumlah pasien COVID-19 dengan gejala klinis demam atau
dispnea pada kelompok survival dan kelompok non-survival yang
diidentifikasi sebagai artikel yang memenuhi syarat. Semua perhitungan
diimplementasikan dengan perangkat lunak Stata 11.2. Rasio odds yang
dikumpulkan (OR) dengan interval kepercayaan 95% yang sesuai digunakan
untuk mengevaluasi risiko kematian pada pasien COVID-19 dengan demam
atau dispnea. Ketangguhan hasil dinilai dengan melakukan analisis
sensitivitas. Kedua tes Begg dan tes Egger diterapkan untuk mengevaluasi
bias publikasi.

5
Tabel 1

Setelah memilih 1589 artikel, 15 artikel akhirnya diperoleh untuk


meta-analisis ini. Seperti yang ditampilkan pada Tabel 1, data 2851 pasien
COVID-19 (2114 survivor dan 737 non survivor) tersedia di artikel ini.
Ukuran sampel berkisar dari 27 hingga 663. Sebagian besar artikel
dilakukan di Cina, kecuali satu di Inggris. Kami menemukan bahwa dispnea
secara signifikan terkait dengan mortalitas yang lebih tinggi pada pasien
COVID-19 berdasarkan 11 penelitian dengan 2.091 kasus (OR = 4,34, 95%
CI [2,68–7,05], P <0,001; I2 = 69,2%, P <0,001 , model efek acak) (Gbr. 1
A). Namun, kami tidak mengamati hubungan yang signifikan antara demam
dan risiko kematian pada pasien dengan COVID-19 berdasarkan 15
penelitian dengan 2.818 kasus (OR = 0,74, 95% CI [0,50-1,09], P = 0,127; I2
= 38,0%, P = 0,062, model efek-acak) (Gbr. 1 B). Seperti yang disajikan
dalam analisis sensitivitas, tidak ada studi individu yang secara signifikan
mempengaruhi OR secara keseluruhan, yang membuktikan kekokohan hasil
kami (Gambar 1 C dan D). Tidak ada bukti bias publikasi yang diberikan

6
oleh uji Begg (dispnea: P = 0,350 dan demam: P = 0,964) dan uji Egger
(dispnea: P = 0,294 dan demam: P = 0,854).

Gambar 1. A. Odds Rasio (OR) dengan CI 95% pada hubungan antara dispnea
dengan risiko kematian pasien COVID-19

Gambar 1. B. Odds Rasio (OR) dengan CI 95% pada hubungan antara demam
dengan risiko kematian pasien COVID-19

7
Gambar 1. C

Gambar 1. D

8
Sepengetahuan kami, gejala klinis yang paling umum adalah demam,
batuk, kelelahan dan dispnea pada pasien COVID-19. Zheng dkk.
menunjukkan bahwa proporsi demam secara signifikan lebih rendah pada
kelompok kritis / kematian dibandingkan dengan kelompok tidak kritis, 1
yang menunjukkan bahwa demam dapat melindungi pasien COVID-19 agar
tidak berkembang menjadi penyakit yang parah dan kritis. Fu et al.
melaporkan bahwa prevalensi demam pada kelompok kritis sedikit lebih
tinggi dibandingkan pada kelompok tidak parah (80,8%, 95% CI [41,1–
100,0]) vs (71,2%, 95% CI [23,8–99,9]), tetapi perbedaannya tidak
signifikan secara statistik. Penelitian kami saat ini menunjukkan bahwa
demam tidak secara signifikan terkait dengan risiko kematian pada 19
pasien COVID. Selain itu, penelitian kami menunjukkan bahwa dispnea
dikaitkan secara positif dengan risiko kematian pada pasien COVID-19.
Secara keseluruhan, dispnea, daripada demam, direkomendasikan sebagai
indikator hasil yang buruk pada pasien COVID-19, studi lebih lanjut yang
dirancang dengan baik dengan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan
untuk memvalidasi temuan penelitian kami saat ini.

3.3 Telaah Kriteria Jurnal


Critical Appraisal of Prognostic Study
Apakah artikel merupakan review sistematik atau meta-analisis yang
diharapkan dapat menjawab pertanyaan klinis kita?

Apakah dalam metodologi Pada artikel disebutkan bahwa


disebutkan : peneliti mencari sumber literatur dari
a. bagaimana cara memperoleh Web of Science, Chinese National
artikel yang relevan? Knowledge Infrastructur (CNKI) dan
Pubmed menggunakan kata kunci
“coronavirus 2019, 2019-nCoV,
SARS-CoV-2, COVID-19, hasil,
kematian dan klinis.

9
b. bagaimana cara menilai validitas Perhitungan diimplementasikan
masing-masing artikel? dengan perangkat lunak Stata 11.2.
rasio odds yang dikumpulkan (OR)
dengan confidence interval (CI) 95%
digunakan untuk mengevaluasi risiko
kematian pada pasien COVID-19
dengan demam atau dispnea.
Apakah ada kemungkinan hasil Pada artikel ini membahas tentang
penelitian yang penting tidak keterkaitan dispnea dan demam
disertakan dalam meta-analisis? dengan peningkatan risiko kematian
pasien COVID-19 dan keduanya
telah disertakan dalam meta-analisis
Apakah secara umum hasil masing- Secara umum masing-masing hasil
masing penelitian konsisten? penelitian konsisten

Apakah meta-analisis ini secara klinis penting?

Apakah hasil keseluruhan secara klinis penting sehingga akan kita terapkan
pada pasien kita?

Berdasarkan 11 penelitian dengan 2.091 kasus, keterkaitan dispnea dan peningkatan


mortalitas pasien COVID-19 yang lebih tinggi dengan nilai P=0,000 (gambar 1. A).
Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara demam dan peningkatan
mortalitas pasien COVID-19 berdasarkan 15 penelitian dengan 2.818 kasus dengan
nilai P=0,127 (gambar 1. B).
Secara klinis dispnea merupakan penentu faktor prognosis pada pasien COVID-19,

10
sedangkan demam memiliki faktor pelindung / proteksi pada pasien COVID-19.
Bila terdapat sub-grup apakah kita Pada penelitian ini ditemukan dua sub-grup
percaya hasil sub-grup tersebut yaitu survival dan non-survival, hasil subgrup
penting? tersebut dapat dianggap penting karena dapat
menentukan prognosis pada pasien.
Apakah hasil secara klinis penting Kedua faktor yang diteliti (dispnea dan
dan secara statistik bermakna? demam) adalah penting secara klinis namun
secara statistik tidak bermakna.

Apakah hasil penelitian dapat kita terapkan pada pasien kita?

Apakah karakteristik pasien kita Ya, karakteristik pasien COVID-19


mirip dengan pasien yang ada umumnya sama dengan pasien pada
dalam meta-analisis? penelitian ini.
Apakah tersedia obat, keahlian, Pada penelitian tidak membahas
fasilitas serta biaya yang tentang obat maupun keahlian
diperlukan? tertentu yang diperlukan untuk
penerapan pada pasien kita.
Apakah pasien dan keluarga Hasil penelitian ini dapat diterapkan
dapat menerima pemberian obat/ untuk membantu penentuan
pengobatan atas dasar nilai-nilai prognosis pasien.
sosial, budaya dan agama?

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jurnal berjudul Dyspnea rather than fever is a risk factor for predicting
mortality in patients with COVID-19 telah memenuhi persyaratan validitas,

11
penting, dan relevan untuk digunakan sebagai sumber ilmiah di klinik.
Dispnea secara klinis terbukti memiliki faktor prognosis pada pasien
COVID-19 sedangkan demam merupakan faktor pelindung pada pasien
COVID-19. Secara statistik, kedua faktor yang diteliti baik dispnea maupun
demam tidak bermakna.

4.2 Saran
1. Dispena merupakan faktor prognosis yang menandakan perburukan
pada pasien COVID-19, bagi para praktisi agar lebih memfokuskan
terapi pada pasien COVID-19 dengan dispnea.
2. Untuk penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan sampel yang
lebih besar agar hasil dapat bermakna secara statistik.
3. Untuk jurnal ini disarankan menjelaskan data yang digunakan untuk
sampel penelitian, rumus pengambilan sampel yang digunakan dan
metodologi yang lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, S. Metodologi penelitian kesehatan. 2012. Jakarta: Rineka


Cipta
2. Dahlan, Sopiyudin. Membaca Dan Menelaah Jurnal Uji Klinis. 2010.
Jakarta: Salemba Medika.

12
3. Sudigdo Satroasmoro, Menelusur Asas dan Kaidah EBM. Buku Kajian
Mandiri, Sagung seto, Jakarta , 2014.
4. Li Shi, Ying Wang, Yadong Wang, Guangcai Duan, Haiyan Yang. 2020.
China. Journal of Infection.

13

Anda mungkin juga menyukai