Disusun oleh:
Pembimbing:
Pendamping:
RSU WONOLANGAN
KABUPATEN PROBOLINGGO
JAWA TIMUR
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkah-
Nya sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Infark Miokard Akut” ini. Laporan kasus ini bertujuan untuk memenuhi tugas
program dokter internsip di RSU Wonolangan. Penyusunan laporan kasus ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
dokter pembimbing saya dr. Alberti Shintya Sari dan dr. Vidi Prasetyo Utama serta
seluruh pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan laporan kasus ini.
Semoga lapsus ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Pepatah mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pula dalam
penyusunan laporan kasus ini yang banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan guna penyempurnaan laporan kasus ini. Besar harapan penyusun, semoga
laporan kasus ini memberikan manfaat kepada semua pihak di bidang kesehatan dan
pada umumnya, serta khususnya bagi kami selaku dokter internsip.
Penyusun
2
BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. PH
Umur : 52 tahun
Alamat : Kedungdalem-Dringu
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status : Menikah
Tanggal periksa : 21 januari 2020
No RM : 18013628
ANAMNESIS
3
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit sama dengan pasien.
Asma (-), Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-), Alergi (-)
Pasien merokok minimal 1 bungkus per-hari sejak 30 tahun yang lalu dan
berhenti merokok sejak masuk rumah sakit. Pasien masih rutin minum kopi hingga
saat ini.
Pasien mengaku rutin mengonsumsi obat jantung dari dr. Dika, Sp.JP namun
dalam 1 bulan belakangan pasien berhenti berobat karena tidak ada yang mengantar
untuk kontrol bulanan.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
4
Warna : Sawo matang
Turgor : cepat kembali
Ikterus : (-/-)
Anemia : (-/-)
Sianosis : (-)
Kepala
Bentuk : Kesan Normocephali
Rambut : Tersebar rata, Sukar dicabut, Berwarna hitam.
Mata : Cekung (-), Refleks cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
Conj.palpebra inf pucat (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi Geligi : Karies (-), gigi tanggal (-)
Lidah : Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran (-)
Peningkatan TVJ : (-), R -2 cmH2O
Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax depandanbelakang
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Pergerakan simetris
Retraksi : (-)
2. Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
5
- Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri
3. Perkusi
- Sonor (+/+)
- Redup (-/-)
4. Auskultasi
Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Abdomen
Ekstremitas:
Edema - - - -
Pucat - - - -
Sianosis - - - -
6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
2. Laboratorium
7
GDA 137 <200
Kolesterol Total 269 <200
Trigliserida 178 <150
BUN 11,8 10.0-20.0
Kreatinin Darah 0,64 0.60-1.10
Natrium Darah 134,5 135-145
Kalium Darah 3.80 3,5-5,5
Clorida Darah 95,6 85-168
Troponin 1 Neg <0,01
RESUME
Pasien laki laki, 52 tahun dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dada terasa hilang timbul sekitar 15 menit, dada
terasa seperti tertimpa beban berat. Nyeri dada menjalar ke punggung dan lengan kiri.
Sejak subuh ( 6 jam sebelum ke IGD) pasien merasa keluhan nyeri dada semakin
berat sehingga pasien merasa sesak dan lemas. Pasien juga merasakan keringat dingin
saat sedang nyeri dada. Keluhan dialami terus-menerus dan tidak membaik dengan
istirahat. Awalnya nyeri timbul saat aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Selain
itu, pasien juga mengeluh mual sejak 2 hari SMRS. Dalam 1 minggu terakhir pasien
sering ngongsrong bila berjalan agak jauh, lebih nyaman jika tidur dengan posisi
kepala lebih tinggi.
Riwayat MRS di ICU 1 tahun yang lalu karena sakit jantung. Pasien merokok
sejak 30 tahun yang lalu. 1 bulan ini pasien tidak mengonsumsi obat jantung.
DIAGNOSA KERJA
PENATALAKSANAAN
1. Nonfarmakologi
a. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya
8
b. Diet rendah lemak dan garam
c. Life style
2. Farmakologi
Oksigen 2 - 4 L/menit
IVFD Hidromal 7 tpm
Inj. Furosemide 3x1
Inj. Furamin 2x1
Inj. Esomeprazole 2x1
Inj. Diviti 1x1
ISDN 2x5mg
Concir 1x2,5mg
Atorvastatin 0-0-20mg
Aspilet 80mg 1x 4 unit
Clopidogrel 75 mg 1 x 4 unit
Angintris MR 2x1
Follow Up
Tanggal S O A P
22/01/202 nyeri dada (+), ngos- KU : cukup, GCS 456 IMA Inferolateral + IVFD Hidromal 7
ngosan (+), sesak (+) tpm
0 Tensi: 180/100 mmHg HF + LVH
Inj. Furosemide 3x1
Nadi: 81x / menit, regular Inj. Furamin 2x1
Pernafasan: 24 x /menit Inj. Esomeprazole
2x1
Suhu : 36,5 oC Inj. Diviti 1x1
Mata : cekung (-), ISDN 2x5mg
Concir 1x2,5mg
CPA(-/-), SI (-/-) Atorvastatin 0-0-
Telinga : dbn 20mg
Aspilet 1x80mg
Hidung : dbn
Clopidogrel 1x75
Mulut : kering (-) mg
Angintris MR 2x1
Leher : dbn
Q-ten 2x100mg
Thorax : BJ I-II regular Proclozam 0-010mg
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Peristaltik (+)
normal, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Ektremitas : akral hangat
(+/+) / (+/+)
9
23/01/202 nyeri dada (+) hilang KU : cukup, GCS 456 IMA Inferolateral + IVFD Hidromal 7
timbul, ngos-ngosan (-), tpm
0 Tensi: 170/90 mmHg HF + LVH
Inj. Furosemide 3x1
sesak (-)
Nadi: 84x / menit, regular Inj. Furamin 2x1
Pernafasan: 240x /menit Inj. Esomeprazole
2x1
Suhu : 36oC Inj. Diviti 1x1
Mata : cekung (-), ISDN 2x5mg
Concir 1x2,5mg
CPA(-/-), SI (-/-) Atorvastatin 0-0-
Telinga : dbn 20mg
Aspilet 1x80mg
Hidung : dbn
Clopidogrel 1x75
Mulut : kering (-) mg
Angintris MR 2x1
Leher : dbn
Q-ten 2x100mg
Thorax : BJ I-II regular Proclozam 0-010mg
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Peristaltik (+)
normal, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Ektremitas : akral hangat
(+/+) / (+/+)
24/01/202 nyeri dada (-), ngos- KU : cukup, GCS 456 IMA Inferolateral + IVFD Hidromal 7
ngosan (-), sesak (-) tpm
0 Tensi: 140/90 mmHg HF + LVH
Inj. Furosemide 3x1
Nadi: 83x / menit, regular Inj. Furamin 2x1
Pernafasan: 20 x /menit Inj. Esomeprazole
2x1
Suhu : 36,8 oC Inj. Diviti 1x1
Mata : cekung (-), ISDN 2x5mg
Concir 1x2,5mg
CPA(-/-), SI (-/-) Atorvastatin 0-0-
Telinga : dbn 20mg
Aspilet 1x80mg
Hidung : dbn
Clopidogrel 1x75
Mulut : kering (-) mg
Angintris MR 2x1
Leher : dbn
Q-ten 2x100mg
Thorax : BJ I-II regular Proclozam 0-010mg
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Peristaltik (+)
normal, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Ektremitas : akral hangat
(+/+) / (+/+)
10
25/01/202 nyeri dada (-), ngos- KU : cukup, GCS 456 IMA Inferolateral + KRS
ngosan (), sesak (-), HF + LVH Furosemide 1x1
0 Tensi: 130/80 mmHg
Lansoprazole 1x1
sudah mobilisasi di
Nadi: 81x / menit, regular ISDN 2x5mg
tempat tidur
Pernafasan: 20 x /menit Concir 1x2,5mg
Atorvastatin 0-0-
Suhu : 36,5 oC 20mg
Mata : cekung (-), Aspilet 1x80mg
Clopidogrel 1x75
CPA(-/-), SI (-/-) mg
Telinga : dbn Angintris MR 2x1
Q-ten 2x100mg
Hidung : dbn
Mulut : kering (-)
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Peristaltik (+)
normal, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Ektremitas : akral hangat
(+/+) / (+/+)
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Infark Miokard adalah oklusi koroner akut disertai iskemia yang berkepanjangan
yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan kematian (infark) miokard.
Iskemia sendiri merupakan suatu keadaan transisi dan reversible pada miokard akibat
ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan miokard yang menyebabkan
hipoksia miokard.1
Gagal Jantung (HF) adalah komplikasi yang sering terjadi akibat miokard infark
(MI). Beberapa faktor, seperti iskemia miokard berulang, ukuran infark, ventricular
remodeling, komplikasi mekanik, dapat terlihat dari disfungsi sistolik ventrikel kiri
dengan atau tanpa gejala klinik HF setelah MI.1
3.2 Epidemiologi
Prevalensi gagal jantung + 2-3% dari populasi pada umum > 45 tahun. Dalam
satu tahun nilai mortalitas 30-40%. Pada penelitian EuroHeart Faiure 9% dari pasien
UK meninggal selama penanganan, dan bisa bertahan selama 12 minggu. Insidensi
dan nilai dari perawatan rumah sakit denga gagal jantung meningkat cepat dan dapat
dilihat dari usia, rata-rata usia pasien dengan gagal jantung di UK adalah + 75 tahun.2
Penyebab IMA akibat adanya penyumbatan ini, terjadi gangguan pasokan suplai
energi kimiawi ke otot jantung (miokard), sehingga terjadilah gangguan
keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan.3
Banyak penelitian menunjukkan bahwa risiko gagal jantung post-MI lebih tinggi
dalam pasien yang lebih tua, dan orang-orang dengan riwayat penyakit jantung dan
diabetes melitus. Prediktor awal gagal jantung pada usia tua, diabetes melitus, atau
gejala jantung sebelumnya, sementara prediktor gagal jantung adanya riwayat
hipertensi, jenis kelamin, takikardi, dan peningkatan serum creatine phosphokinase.4
Gejala dan tanda yang dapat dijumpai adalah, sesak nafas, mudah lelah, tetapi
gejala ini sulit untuk diinterpretasikan, khususnya pada pasien usia lanjut, obesitas
12
dan pada perempuan. Kelelahan dapat meliputi cardiac output yang menurun,
hipoperfusi perifer. Edema perifer, peningkatan tekanan vena dan hepatomegali
merupakan tanda karakteristik dari kongesti vena sistemik.5
3.5 Diagnosa
a) Anamnesis: pada anamnesa pasien mengeluhkan adanya sesak nafas dan sering
terbangun ketika malam hari karena merasa sesak, mudah lelah, dan adanya nyeri
dada yang menjalar ke punggung, leher ataupun lengan8
13
b) Pemeriksaan Fisik9
Dinilai dari keadaan umum pasien, biasanya pasien datang dengan
keadaan pasien tampak lemas
Pada palpasi didapatkan hasil dalam batas normal
Pada perkusi biasanya didapatkan batas jantung paru menyempit
c) Pemeriksaan Penunjang10,11
1. Elektrokardiografi: gelombang Q patologis yang menunjukkan adanya LVH
yang menyebabkan disfungsi miokard. Gelombang QRS >120 ms dapat
menunjukkan adanya disfungsi kardium.
2. Chest X-ray merupakan salah satu diagnose penunjang pada gagal jantung.
Dengan tujuan untuk melihat adanya kardiomegali dan kengesti pulmonal,
tetapi ini hanya memberikan nilai prediktif dalam tanda dan gejala klinis
pada abnormal ECG.
3. Pemeriksaan hematologi dan biokimia darah: meliputi darah lengkap (Hb,
leukosit dan platelet), serum elektrolit, gula darah, faal hepar dan urinalisa.
4. Natrium peptide: apabila menunjukkan adanya peningkatan maka dapat
menunjukkan adanya disfungsi diastolik. Keadaan lain pada abnormalitas
kardium bisa dikarenakan elevasi serum natrium peptide yang meliputi
adanya hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi katup jantung, akut atau kronik
iskemia atau hipertensi dan emboli pulmonal.
5. Echokardiografi: untuk menilai fungsi ventrikel yaitu ejeksi fraksi ventrikel
kiri (LVEF) untuk membedakan pasien dengan disfungsi kardium diastolik.
14
Gambar 2. Algoritma penegakan diagnosis gagal jantung7
3.6 Penatalaksanaan
Non Farmakologi12
1. Monitoring BB
2. Diet: sodium mengontrol konsumsi garam pada makanan. Cairan control
jumlah cairan yang masuk pada pasien dengan atau tanpa hiponatremia.
3. Olahraga: olahraga akan memperbaiki fungsi otot skeletal dan kapasitas
fungsional. Olahraga dapat dilakukan pada pasien stage II-III.
Farmakologi12
Angiotensin-converting enzyme inhibitors
Merupakan lini pertama pada pasien dengan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri
yang menunjukkan adanya penurunan ejeksi fraksi <40-45% dengan atau tanpa
gejala.
ACE-inhibitors pada disfungsi ventrikel kiri asimptomatik
15
Asimptomatik pasien dengan disfungsi sitolik ventrikel kiri harus diterapi dengan
ACE-inhibitors untuk menghambat atau mencegah berkembangnya gagal jantung.
ACE-inhibitor juga menurunkan resiko infark miokard dan sudden death.
ACE-inhibitors pada gagal jantung simptomatik
Semua pasien dengan gagal jantung simptomatik dikarenakan oleh disfungsi
sistolik ventrikel kiri
ACE-inhibitor dapat memperbaiki dan mempertahankan, gejala, fungsi
kapasitas dan menurunkan angka perawatan pasien gagal jantung sedang dan
berat dan disfungsi sistolik ventrikel kiri
Diberikan dengan diuretic pada pasien dengan retensi cairan
Kontraindikasi pada pasien dengan stenosis arteri renal bilateral dan
angioedema.
Diuretik
Diuretic diberikan untuk pengobatan simptomatik ketika adanya kelebihan
cairan dan adanya kongesti pulmonal atau edema perifer. Penggunaan diuretic
16
dapat memberikan respon cepat pada dyspnoea dan meningkatkan toleransi
aktivitas.
Diuretic selalu dikombinasikan dengan ACE-inhibitor dan beta-blockers.
Diuretic hemat potassium diberikan pada pasien hipokalemi atau gagal jantung
berat dan dikombinasikan dengan ACE-inhibitor dan spironolakton dosis
rendah.
Pembeberian diuretic hemat potassium harus selalu memantau serum kreatinin
dan potassium.
Beta-adrenoreseptor antagonist
Beta-bloker harus dipertimbangkan untuk pengobatan pada semua pasien
gagal jantung ringan, sedang dan berat dengan iskemi atau non iskemi
kardiomiopati dan penurunan LVEF pada pengobatan standart, meliputi
diuretic dan ACE-inhibitor.
17
Aldosterone receptor antagonists
Dapat diberikan pada pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri dan tanda
dari gagal jantung atau DM untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas.
18
Cardiac glycosides
Indikasi pada atrial fibrilasi.
Digoxin tidak memiliki efek pada mortalitas tapi bias mengurangi angka
perawatan, pasien dengan gagal jantung karena disfungsi sistolik dan sinus
rithm diobati dengan ACE, beta bloker diuretic dan pasien dengan gagal
jantung berat diberikan spironolakton.
Kontraindikasi pemberian glikosida meliputi bradikadi, AV blok kedua dan
ketiga, sindrom sinus karotis, sindrom wolff-parkinson-white, hipertrofi
obstruksi kardiomiopati, hipokalemia dan hiperkalamia.
Dosis digoxn yang dpat diberikan 0,125-0,25 mg per oral jika serum kreatinin
dalam batas normal
19
Anti-thrombotic agents
Pada CHF dengan atrial fibrilasi, tromboembolitik, thrombus ventrikel kiri.
Post-miokard infark, seperti aspirin atau anti koagulan oral direkomendasikan
sebagai profilaksis kedua.
Aspirin harus diperhatikan pada pasien dengan perawatan yang memburuk
karena berpotensi akan menyebabkan komplikasi perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Davey P. At A Glance Medicine. Jakarta. Erlangga Medical Series. 2010
4. Ferri F. Practical Guide to The Care of The Medical Patient. Philadelphia: Mosby
Elsevier. 2011
7. Kumar, Abbas, Fausto, dan Mitchell. Robbins: Basic Pathology. 8th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier. 2007.
8. Guyton AC. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran. 2007
11. Harun, Sjaharuddin, Idrus Alwi. Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST. dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI. 2000. Hal: 1626.
21