Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang
stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri,
misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang,
menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan
sepeda montor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke
rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai
bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998),
perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri
sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah
tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak
bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari
gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk,
2008).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO
(2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia
mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang
di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum
terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di
Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami
gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun
2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16
persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan,

1
jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO,
2006).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka kami tertarik untuk
menyusun makalah mengenai kegawatdaruratan pada perilaku kekerasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perilaku kekerasan?
2. Bagaimana penyebab dari perilaku kekerasan?
3. Bagaimana manifestasi dari perilaku kekerasan
4. Bagaimana akibat dari perilaku kekerasan?
5. Bagaimana penalaksaan pada perilaku kekerasan?
6. Bagaiman pohon masalah pada perilaku kekerasan?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari perilaku kekerasan?

C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan gawat
darurat psikiatri pada perilaku kekerasan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk


melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay,
2008).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol
(Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai
marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif
dan masih terkontrol (Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu
kegiatan yang dapat menimbulkan kematian baik secara langsung maupun
tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah (Depkes, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya
kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan
suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.

B. PENYEBAB

Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku


kekerasan pada pasien gangguan jiwa antara lain
1. Faktor Predisposisi

3
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa
kecil yang tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang
rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan
prestise yang dapat meningkatkan citra diri serta memberikan
arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa
perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak
kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku
yang dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik
dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-
anak tanpa faktor predisposisi biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya
secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai
dengan teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan
respon-respon yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui
observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan
maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat
mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima.

4
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku
kekerasan merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku
kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus
elektris ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata
menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi
limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran
rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indra penciuman
dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil
berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang
dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan,
yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem
neurologis mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan
menghambat impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend
(1996) menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter
(epinefrin, norepinefrin, dopamine, asetilkolin, dan serotonin)
sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin serta
penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat
erat kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe
XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak
kriminal (narapidana)

5
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan
berbagai gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada
limbik dan lobus temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis,
epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri.
Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang
penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri
maupun eksternal dari lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai
berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang
dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti
penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol
emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.

6
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangan keluarga.

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

D. AKIBAT

7
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan

E. PENATALAKSANAAN
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2
yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
F. POHON MASALAH

Resiko Tinggi Mencederai, Orang Lain, dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan PPS : Halusinasi

Regimen Terapeutik
Inefektif

Harga Diri Rendah Isolasi Sosial :


Kronis Menarik Diri

8
Koping Keluarga
Tidak Efektif Berduka Disfungsional

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah
melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muka amerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengarupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda /orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol
perilaku kekerasan.
2. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada
perilaku kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.
3. Rencana Tindakan Keperawatan

9
Menurut Fitria (2010) rencana tindakan keperawatan yang
digunakan untuk diagnosa perilaku kekerasan yaitu :
a. Tindakan keperawatan untuk klien
1) Tujuan
a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan.
c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya.
d) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasannya.
e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukannya.
f) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan terapi psikofarmaka.
2) Tindakan
a) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan Saudara. Tindakan yang harus Saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan salig percaya
adalah mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan,
menjelaskan tujuan interaksi, serta membuat kontrak topik,
waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
b) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan
yang terjadi di masa lalu dan saat ini.
c) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan. Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan
gejala perilaku kekersan, baik kekerasan fisik, psikologis,
sosial, sosial, spiritual maupun intelektual.

10
d) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa
dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan.
e) Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari
perilaku marahnya. Diskusikan bersama klien cara
mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik (pukul
kasur atau bantal serta tarik napas dalam), obat-obat-
obatan, sosial atau verbal (dengan mengungkapkan
kemarahannya secara asertif), ataupun spiritual (salat atau
berdoa sesuai keyakinan klien).
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
2) Tindakan
a) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
meliputi penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul,
serta akibat dari perilaku tersebut.
b) Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan
perilaku kekerasan.
(1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar
melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
(2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
klien bila anggota keluarga dapat melakukan kegiatan
tersebut secara tepat.
(3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus klien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
c) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang
perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar
atau memukul benda/orang lain.
4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Menurut Fitria (2010) strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
dengan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan

11
a. SP I Pasien
1. Membina hubungan saling percaya
2. Berdiskusi dengan klien penyebab PK, tanda dan gejala PK, PK
yang dilakukan, dan Akibat PK
3. Melatih cara fisik 1: nafas dalam
4. Menganjurkan masukkan dalam jadwal kegiatan
b. SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi kemampuan: SP1
2. Melatih mengontrol PK: cara fisik 2: pukul bantal/kasur
3. Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
c. SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi kemampuan: SP1 dan SP2
2. Melatih cara verbal
3. Memasukkan dalam jadwal harian
d. SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi kemampuan : SP1, SP2 dan SP3
2. Melatih cara sprititual
3. Memasukkan dalam jadwal harian
e. SP 5 Pasien
1. Mengevaluasi kemampuan : SP1, SP2, SP3 dan SP4
2. Melatih cara minum obat: 5 benar
3. Memasukkan dalam jadwal harian
f. SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses
terjadinya PK
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK
g. SP 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
PK

12
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien PK
h. SP 3 Keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon
klien terhadap tindakan keperawatanyang telah dilaksanakan. Evaluasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus
dan umum yang telah ditentukan.Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.
Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan
perilaku kekerasan antara lain
a. Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku keekrasan.
b. Klien dapat membina hubungan saling pecaya.
c. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukakannya.
d. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
e. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan.
f. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan.
h. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
i. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengontrol
perilaku kekerasan.

13
j. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan.
(Fitria, 2010).

14
Kasus

Seorang anak berusia 12 tahun datang ke RSJ diantar oleh orang tuanya,
menurut keterangan orang tuanya di rumah ia sering menyendiri, marah-marah
dan sering memukul-mukul diri ke tembok. Di awal pengkajian anak tersebut
mengatakan “aku ini sangat bodoh dan sangat memalukan. Kepandaianku
sebanding dengan kebodohan seekor keledai”. 2 minggu sebelum MRS anak suka
menyendiri dikamar, tak mau berinteraksi dengan orang lain, tak mau makan
minum dan mandi. Hal ini terjadi sejak ia mendapat kabar buruk tentang dirinya
yang merasa pandai dalam semua bidang pelajaran menerima hasil UJIAN
NASIONAL SEKOLAH DASAR yang menyatakan bahwa dirinya TIDAK
LULUS ujian yang sangat membuatnya malu dan merasa sangat bodoh dan
membuatnya syok. Anak tersebut mengatakan “mengapa ini terjadi padaku?
Tuhan tidak adil dan selalu memukul orang yang menayakan tentang
ketidaklulusannya.

1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama : An. B
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
3) Alasan Masuk
Menurut orang tuanya, klien sering menyendiri, marah-marah, dan sering
memukul-mukul diri ke tembok.
4) Faktor Predisposisi
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan tetapi klien sebagai pelaku
penganiayaan, klien sering marah-marah, memukul-mukul diri ke tembok
dan sering memukul orang yang menanyakan ketidaklulusannya.
5) Konsep diri
Klien mengatakan aku ini sangat bodoh kepandaianku sebanding dengan
kebodohan seekor keledai.
2. Diagnosa keperawatan / masalah keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
3. Implementasi
Diagnosa 1

15
Resiko perilaku kekerasan
SP 1
1. Membina hubungan saling percaya
2. Berdiskusi dengan klien penyebab PK, tanda dan gejala PK, PK yang
dilakukan, dan Akibat PK
3. Melatih cara fisik 1: nafas dalam
4. Menganjurkan masukkan dalam jadwal kegiatan
SP 2
1. Mengevaluasi kemampuan: nafas dalam (SP1)
2. Melatih mengontrol PK: cara fisik 2: pukul bantal/kasur
3. Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 3
1. Mengevaluasi kemampuan:
 Cara fisik 1: Nafas dalam
 Cara fisik 2: Pukul bantal/kasur
2. Melatih cara verbal
3. Memasukkan dalam jadwal harian
SP 4
1. Mengevaluasi:
 Cara fisik 1: nafas dalam
 Cara fisik 2: pukul bantal dan kasur
 Cara verbal
2. Melatih cara sprititual
3. Memasukkan dalam jadwal harian
SP 5
1. Mengevaluasi:
 Cara fisik 1: nafas dalam
 Cara fisik 2: pukul bantal dan kasur
 Cara verbal
 Cara spiritual
2. Melatih cara minum obat: 5 benar
3. Memasukkan dalam jadwal harian
SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK
SP 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK
SP 3 Keluarga

16
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum
obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Diagnosa 2
Isolasi sosial b.d harga diri rendah
SP1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang
5. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian
SP 2 :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien berkenalan dengan dua org
3. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian
SP 3 :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok
3. Membimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian
SP KELUARGA
SP 1:
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
SP 2 :
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi
sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi
sosial
SP 3 :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum
obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Diagnosa 3
Gangguan Harga diri rendah
SP 1 :
1. Mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan
pasien
4. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan

17
5. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 2 :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya
2. Melatih kegiatan kedua/selanjutnya yang dipilih sesuai kemampuan
3. Membimbing pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian
SP KELUARGA :
SP 1 :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
SP 2 :
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga
diri rendah
SP 3 :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum
obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu
akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagai suatu rentang, dimana
agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
3. Memberontak (acting out)
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.

B. Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga
dalam mengatasi masalahnya.
Perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang
kegawatdaruratan psikiatrik pada perilaku kekerasan, diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat
secara bersama-sama dapat meningkat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr.
Soeroyo Magelang.

Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap


Penurunan Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan , 138-139.

Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.

Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa. Medan: USU Press.

Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa

Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa (Cetakan 1). Bandung: PT Refika Aditama.

20
21

Anda mungkin juga menyukai