Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

PERGERAKAN BOLA MATA DAN KELAINANNYA

Pembimbing :

dr. Harie B. Soedjono, Sp. M

Penyusun :

Hambiah H.O (2012-061-068)

Sardito (2012-061-069)

Helen Halim (2012-061-070)

Stephanie Tanjung (2012-061-071)

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA

RSUD R. SYAMSUDIN, SH – SUKABUMI

PERIODE 18 FEBRUARI 2013 – 22 MARET 2013


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mata merupakan organ penglihatan pada manusia yang berbentuk hampir bulat dan

konsistensinya kenyal. Agar dapat mencapai penglihatan yang optimal, terdapat tiga syarat yang

harus dipenuhi. Pertama, masing-masing mata memiliki faal yang baik, yaitu memiliki visus 6/6.

Kedua, pergerakan kedua bola mata baik dan yang terakhir adalah kemampuan untuk fusi masih

baik.

Kedudukan bola mata harus dipertahankan agar sejajar dengan benda yang akan dilihat.

Kedudukan bola mata yang baik bisa terjadi karena keseimbangan kerjasama otot pergerakan

bola mata. Apabila terjadi ketidakseimbangan kerjasama otot pergerakan bola mata, maka akan

terjadi deviasi atau bayangan benda yang jatuh diluar fovea.


BAB II

ISI

2.1Anatomi Mata

1. Kelopak mata

Kelopak ata palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak

merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi mata terhadap trauma,

trauma sinar dan keringnya bota mata.

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang bagian

belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva

tarsal hanya dapt dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui

forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang

mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin. Gangguan penutupan kelopak mata

akan mengakibatkan kreringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.

Pada kelopak mata terdapat bagian-bagian :

 Kelenjar : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar

Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.

 Otot : M. orbikularis okuli yamg berjalan melingkar di dalam kelopak

mata atas dan bawah, terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi

margo palpebral terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M.

Rioland. M. orbicularis berfungsi menutup boal mata yang dipersarafi N.

fasial. M.levator palpebral , yang berorigo pada annulus foramen orbita


dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbicularis

okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.

levator palpebral sebagai sulkus(lipatan palpebral. Otot ini dipersarafi

oleh N. IIIyang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka

mata.

 Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan

kelenjardi dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo

palpebral

 Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima

orbita sebagai pembatas isi orbita dengan kelopak depan

 Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melkat pada yang melekat

padarima orbita pada seluruh lingkaran pembuka rongga orbita

 Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebral

 Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari rumus frontal saraf

V, sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

2. Rongga orbita

Rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang membentuk dinding

orbita yaitu : lakrimalis, etmoid, frontal, dan dasar orbita yang terutam terdiri atas tulang

maksila, tulang palatinumm dan zigomatikus.

Rongga orbita yang membentuk pyramid ini terletak pada ke dua sisi rongga

hidung, dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.
Gambar 1. Ruang Orbita

Dinding orbita terdiri atas tulang :

1. Atap : os frontal

2. Lateral : os. Frantal, os. Zigomaticus, ala magna, os. Sfenoid

3. Inferior : os. Zigomatik, os, maksila, os. Palatine

4. Nasal : os. Maksila, os. Lakrimalis, os etmoid

3. Bola mata

Berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bola mata di bagiandepan

(kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2

kelengkungan yang berbeda.

1. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva berbatasan dengan

kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel kornea di limbus


2. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,

merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sclera disebut

kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bila mata.

Kelengkungan kornea lebih besar disbanding sclera

3. Kornea

adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya dam

merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.15 Kornea ini

disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini

disebut sulcus scleralis.

Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm di pusatnya (terdapat variasi

menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.

Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan, yaitu:

1) Epitel

Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel kornea mempunyai lima lapis sel

epitel tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng.

2) Membran Bowman

Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang

merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan berasal dari

bagian depan stroma.

3) Stroma

Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma terdiri

atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya.
Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta

kolagen ini bercabang.

4) Membran Descemet

Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan batas

belakang stroma kornea.

5) Endotel

Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, dan

tebalnya 20-40 µm. Lapisan ini berperan dalam mempertahankan deturgesensi

stroma kornea.

4. Uvea

adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera

yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1) Iris

Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai permukaan yang

relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil. Iris

mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam

bola mata secara otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis)

pupil.

2) Badan siliar

Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah

tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun jauh

dalam lapang pandang.15 Badan siliar terdiri ataszona anterior yang berombak-
ombak, pars plicata (2 mm) yang merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona

posterior yang datar, pars plana (4 mm).

3) Koroid

Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan sclera yang

berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar, berfungsi untuk memberi

nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.

5. Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir

transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9mm. Di sebelah anterior

lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous humor.

Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang akan memperbolehkan air

dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus

lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamela

konsentris yang panjang. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium

yang dikenal sebagai zonula Zinii, yang tersusun dari banyak fibril yang berasal dari

permukaan badan siliar dan menyisip ke dalam ekuator lensa.

6. Aqueous Humor

Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik mata

belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian ke

perifer menuju sudut bilik mata depan.19

7. Vitreous Humor

Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avascular yang

membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous humor
normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat-serat

zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreous

mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan

retina tepat di belakang ora serrata.Vitreous humor mengandung air sekitar 99%. Sisa 1%

meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan

konsistensi mirip gel karena kemampuannya mengikat banyak air.19

7. Retina

Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang

menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar yang berbatas

dengan koroid adalah sebagai berikut:

1) Epitel pigmen retina (Membran Bruch)

2) Fotoreseptor

Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.

3) Membran limitan eksterna

4) Lapisan nukleus luar

Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel kerucut dan sel

batang. Keempat lapisan di atas avaskuler dan mendapat nutrisi dari kapiler

koroid.

5) Lapisan pleksiform luar

Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis sel fotoreseptor

dengan sel bipolar dan sel horizontal.

6) Lapisan nukleus dalam


Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel Muller

serta didarahi oleh arteri retina sentral.

7) Lapisan pleksiform dalam

Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps sel bipolar dan sel

amakrin dengan sel ganglion.

8) Lapisan sel ganglion

Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.

9) Serabut saraf

Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju ke arah saraf

optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

10) Membran limitan interna

Membran limitan interna berupa membran hialin antara retina dan vitreous

humor.
Gambar 2. Anatomi Mata

2.2 Otot dan Persyarafan Motorik Mata

Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung

pada letak san sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak mata terditi atas 6 otot :

Dalam setiap mata didapat 6 otot yang berfungsi menggerakkan bola mata , yang terdiri dari :

- 4 musculi rectus, yang berada mulai dari anulus zinii, di sekeliling n. II yang terletak di

apeks posterior orbita dan terdiri dari :

 M. Rectus Medialis
Rectus medius mempunyai origo pada annulus zinnii dan pembungkus dura saraf

optik yang sering memberikan rasa sakit pada pergerakkan mata bila terdapat

neuritis retrobulbar dan berinsersi 5mm di belakang limbus. Rectus medius

merupakan otot mata yan paling tebal dengan tendon terpendek.

 M. Rectus Lateralis

Rectus lateralis mempunyai origo pada anulus zinnii di atas dan di bawah foramen

optik .

 M. Rectus superior

Rectus superior mempunyai origo pada anulus zinnii dekat fisura orbita superior

beserta lapis dura sarf optik yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakan

bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar . Otot ini berinsersi 7mm di belakang

limbus .
Gambar 3. Otot Bola Mata

 . Rectus Inferior

Rectus inferior mempunyai origo pada anulus zinnii , berjalan antara obliqus

inferior dan bola mata atau sclera dan insersi 6mm di belakang limbus yang pada

persilangan dengan obliqus inferior diikat kuat oleh ligament Lockwood

- 2 musculi obliqua, yaitu :

 M. Obliqus Superior

Obliqus superior berorigo pada anulus zinnii dan ala parva tulang sfenodi di atas

foramen optik , berjalan menuju trochlea dan dikatrol balik dan kemudian berjalan

di atas otot rectus superior yang kemudian berinsersi pada sclera di bagian

temporal belakang bola mata

 M. Obliqus Inferior

Obliqus inferior mempunyai origo pada fossa lacrimal tulang lacrimal berinsersi

pada sclera posterior 2mm dari kedudukan makula

1. M. Oblik inferior, dipersarafi saraf ke III

2. M. Oblik superior, dipersarafi saraf ke IV

3. M. Rektus inferior, dipersarafi saraf ke III

4. M. Rektus lateral, dipersarafi saraf ke VI, untuk menggerakkan otot ke arah lateral

5. M. Rektus medius, dipersarafi saraf ke III

6. M. Rektus superior, dipersarafi saraf ke III

 Saraf okulomotorius (N.III)

Fungsi utama : motorik gerakan mata

Asal : mesenfalon
Melewati : fisura orbital superior dari sphenoid

Tujuan : motoric somatik : superior, inferior dan otot rectus medial

Fungsi : mengangkat kelopak mata keatas (otot rectus superior), kebawah (otot

rectus inferior), ke medial (otot rectus medialis), dan kemedial atas (otot

obliqus inferior)

Visceral motoric : otot mata intrinsic

Mesenfalon berisi inti motoric yang mengendalikan saraf kranial III dan IV . Saraf

okulomotorius (N III) berasal dari permukaan ventral dari mensefalon dan menembus

dinding posterior orbital sampai celah orbital superior. Saraf okulomotorius mengontrol 4

dari 6 otot ekstraokular dan otot levator palpebral superior yang mengangkat kelopak

mata atas. Saraf okulomotorius juga menghantarkan preganglion serabut saraf otonom ke

ciliary ganglion.

Gangguan total pada N III ditandai :

 M. Levator palpebrae lumpuh, mengakibatkan ptosis

 Paralisis otot m. rektus superior, m. rektus internus inferior dan m. oblikus inferior

 Kelumpuhan saraf parasimpatis yang mengakibatkan pupil yang lebar (midriasis)

yang tidak bereaksi terhadap cahaya dan konvergensi.

Gangguan sebagian N. III

Pada parese N III yang dissebabkan oleh tekanan, misalnya oleh anerisma a.

komunikns posterior atau oleh herniasi, maka yang terutama terkena ialah bagian oinggir

dari N. III yang mengandung serabut parasimpatis maka terjadi gangguan reaksi pupil.

Pada parese N III yang disebabkan oleh gangguan aliran darah, misalnya pada neuropati
diabetic, bagian serabut N III yang terutama terkena ialah yang letaknya di tengah

sehinggga reaksi pupil tidak terganggu.

Beberapa penyebab gangguan N III :

 Vaskuler (pupil tidak terlibat):

- Diabetes mellitus

- Infark

- Arteritis
Gambar 4. Persarafan Bola Mata

 Tekanan (kompresi), misalnya pada:

- Herniasi

- Anerisma
- Tumor

- Trauma

- Defisiensi vit B1

 Saraf toklearis (N IV)

Fungsi utama : motoric, pergerakan mata

Asal : mensefalon

Melewati : fisura orbita superior sphenoid

Tujuan : otot obliqus superior

Saraf toklearis merupakan saraf terkecil dari saraf kranialis, inti motoric terletak di

ventrolateral mensefalon, Nukleus saraf IV setinggi kolikuli inferior didepan substansi

grisea priakuductal dan di bawah nucleus N.III, N. IV meninggalkan otak tengah di

bawah kolikulus inferior. Satu-satunya saraf yang keluar darri sisi dorsal batang otak dari

sinus kavernosus, N. IV masuk orbita bersama dengan N. III Menginervasi : otot obliqus

superior.

Kelumpuhan N. IV jarang dijumpai. Penyebab kelumpuhan N. IV yang paling

sering ialah trauma dan dapat juga dijumpai pada diabetes mellitus, namun tidak sering

parese N III, N IV dapat mengalami lesidi dalam orbita, dipuncak orbita atau disinus

kavernosus. Kelumpuhan N IV menyebabkan terjadinya diplopia (melihat ganda, melihat

kembar) bila mata dilirikan ke arah ini. Penderitanya juga mengalami kesukaran bila naik

atau turun tangga dan membaca buku karena harus melirik kea rah bawah.

 Saraf Abdusens (N. VI)

Fungsi : motoric, gerak mata

Asal : pons
Melewati : fisura orbital superior

Tujuan : otot rectus lateralis

Nukleus saraf VI pada sisi pons bagian bawah dekat medulla oblongata , saraf VI

berjalan ke atas melalui spasium sub arachnoid pada sisi a. basiliaris ke spasium subdural

di depan klivus, bergabung dengan 2 saraf (N. III dan N. IV) dalam sinus kavernosus.

Saraf ini merupakan saraf kranial terpanjang sehingga tidak punya tanda lokasi yang

khas, bila saraf ini terkena lesi saraf ini menginervasi otot rectus lateralis.

Kelumpuhan N VI, lesi N VI melumpuhkan otot rectus lateralisasi, jadi melirik kea

rah luar (lateral, temporal)terganggu pada mata yang terlibat, yang mengakibatkan

diplopia horizontal. Bila pasien melihat lurus ke depan, posisi mata yang terlibat sedikit

mengalami aduksi, disebabkan oleh aksi yang berlebihan dari otot rektud medialis yang

tidak terganggu.

Beberapa penyebab gangguan N VI :

 Vaskuler, misalnya pada :

- Infark

- Arteritis

- Anerisma (a. basilaris)

 Trauma, misalnya pada :

- Fraktur os petrosum

 Tekanan intracranial tinggi

 Mastoiditis

 Meningitis

 Sarkoidosis
 Glioma di pons

Kelumpuhan Otot mata multiple.

Pada parese otot mata yang multiple, perlu dipikirkan kelumpuhan lebih dari satu

saraf, misalnya oleh proses di sinus kavernosus atau fisura orbitalis superior.

Kelumpuhan ini dapat juga disebabkan oleh miasteniagravis. Pada miastenia gravis,

disamping parese otot penggerak bola mata dapat pula dijumpai ptosis. Melihat ganda

dapat pula terjadi oleh miopati karena penyakit graves.

2.3 Fisiologi Pergerakan Bola Mata

Penglihatan dipengaruhi oleh media refraksi, yaitu kornea, pupil, iris, lensa, dan

retina . Selain itu sistem penglihatan juga dipengaruhi oleh gerakan bola mata yang d iatur

oleh otot penggerak bola mata / ekstraokuler.


Gamabar 1 Tabel Otot Bola Mata

Fisiologi dari penglihatan normal adalah apabila ba yangan benda yang dilihat kedua

mata dapat diterima dengan ketajaman yang sama dan kemudian se cara serentak dikirim ke

susunan saraf pusat untuk diolah menjadi sens asi penglihatan tunggal. Ada dua gerakan yang

dapat dilakukan oleh mata yaitu, gerakan konvergensi dan divergensi y ang berfungsi agar

dapat melihat bersama secara serentak pada kedua mata.

2.3.1 Konvergensi

Suatu keadaan dimana sumbu penglihatan ke dua mata diarahkan pada s atu

titik dekat, yang mengakibatkan kedua pupil mata akan saling mendekat dalam suatu

gerakan yang terkoor dinasi.Untuk dapat mengetahui konvergensi mata m aka pasien

diminta untuk melihat pensil yang diletakkan di bidang medial dari mata yang kemud

ian didekatkan. Normalnya mata akan melihat pensil tunggal pada j arak 5 - 8 cm.

2.3.2 Divergensi

Kedua mata berputar ke luar untuk melihat benda jauh. Mata akan searah bila

dapat mempertahankan fusi kedua mata. Kedudukan mata normal disebut dengan

ortoforia.
2.4 Penglihatan Binokular

2.4.1 Definisi

Penglihatan binokular adalah kemampuan mata untuk mempertahankan fokus

penglihatan pada suatu objek dengan menggunakan kedua bola mata sehingga dapat

menciptakan penglihatan tunggal. Fungsi dari penglihatan ini adalah untuk menciptakan

persepsi tiga dimensi, yang terdiri dari jarak dan kedalaman suatu benda.

2.4.2 Fisiologi

Bola mata merupakan organ yang menerima rangsang sensoris dimana stimuli

yang diterima dari retina diterjemahkan dalam bentuk gambar oleh otak. Saraf optik dan

jaras penglihatan menghantar informasi ini ke korteks visual.

Terdapat dua sistem yang mengatur penglihatan binokular, yaitu sistem sensorik

dan motorik. Sistem sensorik retina menerima gambar dan menghantarkannya ke otak.

Sedangkan sistem motorik mengatur pergerakan kedua bola mata dalam melihat suatu

benda sehingga menghasilkan gambar yang sama di retina. Kemudian otak dapat

memproses informasi ini dalam bentuk impresi penglihatan binokular.

Ada tiga tingkat kualitas pada penglihatan binokular.

1. Simultaneous vision

Retina dari kedua mata menerima dua gambar secara bersamaan. Pada penglihatan

binokular yang normal, kedua mata memiliki titik fiksasi yang sama yang jatuh pada

fovea sentralis di setiap mata. Bayangan benda selalu jatuh di tempat yang sama yaitu di

retina.

2. Fusi
Fusi terjadi ketika kedua retina menyampaikan gambaran penglihatan yang sama,

yang kemudian oleh otak akan digabung menjadi persepsi tunggal. Jika ada kerusakan

pada fusi akan menyebabkan diplopia.

3. Penglihatan stereopsis

Penglihatan stereopsis adalah persepsi visual terhadap kedalaman dan kemampuan

melihat benda secara tiga dimensi.Horopter adalah suatu titik fiksasi yang dilihat oleh

mata yang bayangannya jatuh tepat di fovea. Selain itu daerah di anterior dan posterior

dari horopter disebut dengan area Panum.

Gambar 5 Horopter dan Area Panum

2.5 Supresi
Supresi adalah suatu keadaan dimana otak mengabaikan bayangan benda mata yang

lainnya untuk mencegah terjadinya diplopia. Supresi ini terjadi karena adanya juling kongenital,

satu mata sering berdeviasi, atau mata deviasi berganti dimana tidak akan terjadi diplopia karena

akan terjadi supresi pada salah satu mata.

2.6 Hukum pergerakan Okular

2.6.1 Hukum Sherington

Hukum Sherrington menyatakan bahwa adanya peningkatan inervasi dan

kontraksi otot sinergis berhubungan dengan penurunan inervasi dan relaksasi dari otot

antagonis.

Otot sinergis adalah otot yang bekerja bersamaan untuk menggerakkan bola mata

ke satu arah. Contohnya adalah untuk melihat vertikal, otot rektus superior dan otot

oblique inferior bekerja secara sinergis untuk menggerakkan mata ke atas.

Otot-otot yang bersinergis dapat menjadi antagonis terhadap satu sama

lainnya. Contohnya adalah otot rektus superior menyebabkan intorsi sedangkan

otot oblique inferior menyebabkan ekstorsi.

2.6.2 Hukum Hering

Hukum Hering menyatakan bahwa untuk pergerakan kedua bola mata ke

arah yang sama, otot agonis yang berkoresponden harus menerima inervasi yang

sama sehingga tidak terjadi pergerakan satu bola mata saja. Sekelompok pasangan

otot agonis disebut yoke muscle.

Mata ke atas kiri Rektus superior kanan dan oblique inferior kiri

Mata ke atas kanan Rektus superior kiri dan oblique inferior kanan

Mata ke kanan Rektus lateralis kanan dan rektus medialis kiri

Mata ke kiri Rektus lateralis kiri dan rektus medialis kanan


Mata ke bawah kanan Rektus inferior kanan dan oblique superior kiri

Mata ke bawah kiri Rektus inferior kiri dan oblique superior kanan

Tabel. 2. Otot Yoke Pada Posisi Mata Tertentu

2.7. Parese Saraf Motorik Mata

2.7.1 Kelumpuhan Total N. III

1. Mata tidak dapat digerakkan keatas, kebawah dan ke nasal.

2. Waktu istirahat posisi mata ke lateral bawah karena aktivitas otot rektus lateralis dan

otot obliges superior.

3. Diplopia atau melihat ganda

4. Ptosis karena kelumpuhan otot levator palpebra.

5. Pupil midriasis karena paralisis otot spincter pupilae.

6. Gangguan reflex akomodasi.

2.7.2 Kelumpuhan N. IV

1. terjadi diplipia jika melihat kebawah karena kelumpuhan otot obliges superior

2. Mata memutar kemedial bawah.

3. Pasien biasanya kesulitan turun tangga dan membaca.

2.7.3 Kelumpuhan N. VI

1. Tidak bisa melirik ke lateral.

2. Bila melihat kedepan akan terjadi diplopia dan strabismus konvergen.

2.8 Pemeriksaan Motorik Bola Mata


Ketiga saraf otak yang mensararafi beruap N. III, N. IV, N. VI dinamakan nervi okularis

yang didalam klinik diperiksa secara bersamaan. Pemeriksaan terhadap fungsi nervi okularis

mencakup:

1. Observasi celah kelopak Mata

2. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil.

3. Pemeriksaan gerakan bola mata.

2.8.1 Observasi Celah Kelopak Mata

Bentuk fisura palpebra seseorang adalah sama dan sebangun. Penyempitan fisura

palpebra disebabkan oleh menurunnya kelopak mata atas yang dapat timbul akibat tonus

otot levator palpebra menurun atau akibat kelumpuhan otot tersebut. Menurunnya

kelopak mata atas tersebut disebut ptosis. Ptosis tanpa kelemahan atau kelumpuhan otot-

otot pengangkat kelopak mata atas dinamakan pseudoptosis.

Cara pemeriksaan: pasien diminta untuk mengangkat kelopak mata atasnya secara

sadar. Jika mata tetap tertutup dan dahi menunjukkan lipatan kulit, maka terbuktilah

adanya ptosis tulen. Lipatan-lipatan pada kulit dahi menandakan kontraksi muskulus

frontalis yang menunjukkan kelopak mata benar-benar diangkat sekuat-kuatnya. Pada

ptosis histerik dapat ditetapkan dengan cara pemeriksaan tersebut diatas tapi lipatan

kulit dahi tidak tampak.

2.8.2 Pemeriksaan Fungsi dan Reaksi Pupil


Pupil normal memiliki diameter yang berkisar antara 2-6 mm dan rata-rata diameter

pupil adalah 3,5 mm. Pupil yang sempit disebut miosis dan pupil yang melebar disebut

midriasis.

Pada umumnya pupil adalah bundar dan batasnya rata dan licin. Penyakit di iris selalu

merubah pupil. Perlekatan dengan lensa , koloboma congenital atau bekas operasi iris

selalu menimbulkan perubahan bentuk pupil yang jelas. Secara praktis kedua pupil

adalah sama dan sebangun akan tetatpi selisih kurang 1 mmantara diameter pupil kanan

dan kiri masih dianggap normal. Perbedaan yang lebih dari 1 mm menunjukkan adanya

anisokoria. Anisokoria tidak selamanya patologis. Anisokoria yang disertai kelainan

reflek cahaya adalah patologik.

Cara pemeriksaan reflek cahaya: sebelumnya kamar periksa harus digelapkan dan

pasien memandang jauh kedepan, agar reflek akomodatif tidak mempengaruhi haasil

test reaksi pupil terhadap cahaya, siapkan baterai yang memberikan sinar terang

konvergen. Refleks cahaya langsung: dengan tangan kiri pemeriksa melakukan fiksasi

pada pasien. Tangan kanan pemeriksa menyoroti pupil dari samping agar pupil yang

lain tidak ikut tersoroti. Bila sorotan lampu baterai itu tiba pada retina, imlups visual

opokinetik akan dikirimkan ke kolikulus superior untuk menecetuskan potensial aksi

yang akan merangsang inti Edinger-Westpal, sehingga konstriksi pupil terjadi. Jika

sorotan lampu meninggalkan pupil, pelebaran pupil akan terjadi. Utuhnya lintasan

eferen dan aferen serta utuhnya efektor menjamin reflek cahaya yang positif. Reflek

cahaya konsensual/ tidak langsung: penyinaran pupil sesisi akan menimbulkan miosis

pada pupil kedua sisi. Miosis pada pupil yang tidak disinari, yang terjadi karena pupil

sisi yang lain disoroti sinar lampu, dikenal sebagai reaksi pupil konsensual atau reaksi
cahaya tidak langsung. Hal ini terjadi karena cahaya akan dikirimkan ke pretectal

nucleus kontra lateral setelah sampai pada kolikulus superior.

2.8.3 Pemeriksaan Gerakan Bola Mata

1. Gerakan Bola Mata Volunter

Gerakan Konjugat

Gerakan bola mata dilaksanakan oleh saraf okularis yang diurus oleh saraf otak III, IV,

VI. Dalam gerakan tersebut kedua mata bertindak sebagai organ visual yang tunggal,

yang berarti bahwa hasil pencerapan mata kedua sisi adalah suatu penglihatan yang

tunggal. Hasil tersebut hanya dapat diperoleh bilamana gambar objek yang diterima

diretina kedua sisi menempati tempat yang identik. Gerakan istimewa itu dikenal

sebagai gerakan konjugat, bila bola mata melrik kekiri (N. VI kiri berkontraksi) maka

bola mata kanan melirik pula kekiri (N.III kanan berkontraksi) secara sinkron tanpa

selisish dalam arah dan kecepatan baik dalam arti linier, tangensial. Bila terdapat selisih

meskipun sedikitdalam sinkronisasi itu, kedua bola mata tidak lagi bertindak sebagai

organ visual yang tunggal dan hasilnya ialah penglihatan yang kembar atau diplopia.
Gambar 6. Diagram posisi mata pada enam posisi tatapan mata diagnostic, dengan posisi-

posisi ini kelemahan satu atau beberapa otot ekstraokular dapat terdeteksi paling mudah

Gerakan Diskonjugat atau Konvergen

Gerakan kedua bola mata untuk menatapkan mata pada sesuatu tidak selalu berjalan

searah, melainkan bisa juga berjalan kearah yang berlawanan. Gerakan bola mata yang

sinkron dengan arah yang berlawanan hanyalah gerakan kedua bola mata kearah nasal.

Dalam gerakan itu, bola mata kiri bergerak kekanan dan bola mata kanan bergerak
kekiri. Gerakan kedua bola mata kearah nasal dianamakan gerakan konvergen, yaitu

terjadi karena kedua otot rektus medialis (internus) berkontraksi. Bersamaan dengan

gerakan konvergensi, otot silier berkontraksi juga sehingga menimbulkan konstriksi

pupil (akomodasi). Dalam melaksanakan test tersebut dengan mengacugkan pensil

kearah mata pasien dengan cepat dan pasien diminta untuk terus menatapkan matanya

pada pensil itu yang semakinmendekati matanya. Pupil pasien yang semakin menyemoit

pada pendekatan objek yang dilihatnya dan kedua otot rektus medialis berkontraksi dan

mata bergerak konsensual kearah nasal menandakan bahwa test konvergensi dan reaksi

pupil akomodatif adalah baik.

2. Gerakan Bola Mata Involunter

Nistagmus

Gerakan bola mata involuntary yang dinamakan nistagmus ialah osilasi atau getaran

bola mata yang timbul secara spontan. Nistagmus sebagian besar adalah bilateral dan

gerakannya bersifat konjugat asosiatif atau diskonjugat.

Nistagmus mempuyai arah dan kecepatan arahnya dapat bersifat horizontal, vertical,

oblik rotatorik, atau campuran antara sifat-sifat tersebut. Kecepatan osilasi bola mata itu

dapat sama bagi mata kedua sisi. Nistagmus semacam ini dikenal dengan nistagmus

pendular jika osilasi mata tidak sama cepatnya, maka terdapatlah komponn yang cepat

dan komponen yang kurang cepat. Nistagmus semacam ini disebut nistagmus ritmik.

Julukan nistagmus ialah menurut komponen gerak cepatnya. Nistagmus riitmik adalah

patologik, sedangkan nistagmus pendular tidak mempunyai arti klinik.

Gerakan Okologirik
Gerakan bola mata involunter tersebut timbul dalam serangan, dimana kedua bola mata

memutar keatas secara konjugat dengan sedikit menyimpang kekiri atau kekanan. Setiap

serangn okulogirik dapat berlangsung sejenak atau dapat berlangsung berjam-jam.

Gejala ini merupakan manifestasi iritasi terhadap pusat lirikan atau area delapan dilobus

frontalis.

Anda mungkin juga menyukai