Anda di halaman 1dari 7

BIMBINGAN PRAKTIKUM HIV/AIDS

PENGKAJIAN HEPATITIS

DOSEN PEMBIMBING :

IDAWATI MANURUNG,S.Kep.M.Kes.

DISUSUN OLEH :

NAMA : ZAM SALWA AZIZAH SALIM

NIM : 1914301024

KELAS : STR KEPERAWATAN TK 2 REG 1

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021

Abstrak
Koinfeksi adalah infeksi simultan oleh dua virus. Salah satu kasus koinfeksi yang sering
terjadi adalah infeksi Hepatitis B Virus(HBV) pada orang yang telahterinfeksi Human
Immunodeficiency Virus(HIV). Hal ini terjadi karena kedua virustersebut memiliki kesamaan
jalur transmisi, salah satunya melalui pembuatan tatomenggunakan jarum yang
terkontaminasi. Peminat tato di Indonesia semakinbertambah, begitu pula di kota Cimahi.
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuanuntuk menentukan keberadaan kasus koinfeksi HIV-
HBV pada orang bertato diCimahi. Pengambilan spesimen berupa serum dilakukan pada 50
orang respondenyang telah memenuhi kriteria yaitu mengisi informed consent, berdomisili
diCimahi, memiliki tato permanen, tidak berganti-ganti pasangan, tidakmenggunakan
narkoba jarum suntik, dan belum pernah melakukan transfusi darah.Keberadaan anti-HIV dan
HBsAg dalam serum dideteksi menggunakanimunokromatografi dengan tingkat sensitivitas
dan spesifisitas yang tinggi. Dari 50orang responden yang terdiri dari 25 orang perempuan
dan 25 orang laki-lakidengan rentang usia antara 17-48 tahun, didapatkan dua orang (4%)
yang positifterinfeksi HIV dan satu orang (2%) positif terinfeksi HBV. Penelitian
inimembuktikan adanya satu kasus koinfeksi HIV-HBV yang terjadi pada orangbertato di
Cimahi.Kata Kunci: anti-HIV, HBsAg, koinfeksi, tato HIV adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh. HIV akan mengurangi jumlah sel T di dalam tubuh dan dapat
menyebabkan Acquired ImmuneDeficiency Syndrome(AIDS). AIDS adalah kegagalan
sistem kekebalan tubuhsecara progresif yang memungkinkan terjadinya infeksi oportunistik
sepertiHepatitis, kandidiasis mulut, tuberkulosis, dan Cytomegalovirus(Sarma dan Oliveras,
2013).Selain infeksi oportunistik, orang yang terinfeksi HIV juga dapat mengalami koinfeksi
yaitu infeksi simultan oleh dua virus. Salah satu kasus koinfeksi yangsering terjadi pada
penderita HIV adalah infeksi HBV (Riyaniarti dkk, 2015). HBV adalah virus yang
menginfeksi organ hati. Sebanyak 70-90% penderitaHIV di Amerika Serikat juga terinfeksi
oleh HBV. 90% penderita HIV yangmenggunakan jarum suntik tidak steril juga terpapar oleh
hepatitis B (positif antiHBc)dan 60% memiliki riwayat infeksi dengan adanya antibodi
permukaanhepatitis B (anti-HBs)
(Harania dkk, 2008). Pada 260 pasien yang dinyatakanpositif HIV di salah satu Rumah Sakit
di Nigeria, 11,5% diantaranya positifterinfeksi HBV dan 2,3% diantaranya positif terinfeksi
Hepatitis C Virus(HCV)(Adewole dkk, 2009). Berdasarkan penelitian Sepsatya (2011), angka
kejadiankoinfeksi HIV-hepatitis pada salah satu Rumah Sakit di Semarang dari tahun
2009hingga 2010 cukup tinggi, yaitu sebanyak 36 pasien dari 132 pasien HIV, denganangka
koinfeksi hepatitis B lebih tinggi dibandingkan koinfeksi hepatitis C dancampuran hepatitis B
dan C, yaitu 26 pasien (19,7%). Koinfeksi HBV pada pasien HIV dapat meningkatkan resiko
hepatotoksik akibattoksisitas obat antiretroviral (Riyaniarti dkk, 2015). Studi yang dilakukan
pada5293 pasien selama 16 tahun (Januari 1984 -Maret 2000) menunjukkan bahwaindividu
dengan koinfeksi HIV-HBV memiliki resiko kematian sebanyak 14 kalilebih besar
dibandingkan individu yang tidak terinfeksi HIV dan hepatitis B(Bratanata dkk,
2015).Koinfeksi HBV diketahui dapat ditemukan pada penderitaHIV karena kesamaan jalur
transmisinya (Mohammadi dkk., 2009). Kedua virustersebut dapat ditransmisikan secara
vertikal dari ibu ke anak dan secara horizontalmelalui interaksi seksual, transfusi darah,
penggunaan narkoba jarum suntik, dan pembuatan tato menggunakan jarum yang
terkontaminasi (Patel dkk, 2014).Kini tato tidak hanya digunakan oleh para penjahat atau
suatu komunitastertentu, tetapi banyak anak muda yang menjadikannya sebagai gaya hidup.
Trenpembuatan tato juga melanda kota Cimahi. Tren ini perlu diwaspadai mengingatcukup
tingginya angka kasus HIV dan infeksi Hepatitis di kota Cimahi. Terbuktipada penelitian
sebelumnya, terdapat beberapa kasus infeksi HIV, HBV, danHepatitisC Virus(HCV) pada
orang bertato di Cimahi (Naully dkk, 2017). Namun penelitian tersebut hanya menggunakan
30 sampel dengan jumlah sampel laki-lakiyang lebih banyak dari perempuan. Selain itu,
penelitian tersebut hanyamendeskripsikan gambaran kasus infeksi HIV, HBV, dan HCV
tanpa meninjaukasus koinfeksi yang terjadi pada sampel. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuanuntuk menentukan keberadaan kasus koinfeksi HIV-HBV pada orang bertato
diCimahi dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan sebanding antara laki-lakidan
perempuan.

B.TINJAUAN KASUS
1.Deskripsi Kasus
Tn. R (35tahun) datang ke rumah sakit dengan Tidak nafsu makan Nyeri perut kanan bagian
atas, nyeri bagian ulu hati, mual/muntah dan diare. Keluhan diperberat sekitar 1 minggu ini.
Berat badan turun.TD : 100/60 mmHg, Nadi: 56kali/menit, Pernafasan: 20 kali/ menitsuhu
badan 36,7derajat celcius.

2.Pengkajian Keperawatana.
Identitas
PasienNama: Rizky
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 35tahun
Agama: Islam
Tgl Masuk: 16Maret2019
Tgl Pengkajian: 16 Maret 2019No. RM: 00.84.65
Pekerjaan: Pekerja Swasta
Alamat: Jl. Cempaka 1 RT 03 RW 04 Sukabumi

Keluhan Utama
Tidak nafsu makan Nyeri perut kanan bagian atas, nyeribagian ulu hati, mual/muntah dan
diare. Keluhan diperberat sekitar 1 minggu ini. Berat badan turun.

c.Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien masuk ke IGD Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewupada tanggal 16 Maret2019jam
04.15 dengan keluhan Tidak nafsu makan Nyeri perut kanan bagian atas, nyeri bagian ulu
hati, mual/muntah dan diare. Keluhan diperberat sekitar 1 minggu ini. Berat badan
turun.Selama di IGD pasien mendapatkan Terapi cairan rehidrasi kristaloid 250 cc
selanjutnya20 tts/menit. Setelah mendapat perawatan di IGD pasien dipindahkan ke ruang
Isolasi Asterdengan keadaann umum lemas, kesadaran composmetis. Berdasarkan hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 100/60 mmHg, T 36,7oC, HR 56x/menit,
RR 24x/menit. Pasien terpasang DC (+) dengan urine berwarna tehpekat,Infus RL 10
tp/menit.d.Riwayat

Penyakit Terdahulu
Badan lemas, BAK berwarna teh pekat, BAB cair dalam 2 minggu ini.

e.Riwayat Penyakit dalam Keluarga:


Tidak ada

f.Tanda-tanda Vital
TD: 100/60 mm/HgH
R: 56x/mnt
T: 36,70CRR: 24x/mnt
Skala Nyeri: 3TB: 170 cm
BB: 50 Kgg.

Diagnosa Medis
Hepatitis Bh.

Pola kebiassaan
1.Aktifitas/istirahat
DS : Kelemahan, kelelahan, malaise umum

2.Sirkulasi
DO: HR: Bradycardia, Ikterik pada sklera, kulit, dan membran mukosa

3.Eliminasi
DO : Urine berwarna gelap (kecoklatan)seperti the volume urine: 500cc/7jam, Diare

4.Makanan/cairan
DS: Pasien mengatakan ia tidak selera makan karena nyeri abdomen dan mual.
DO: Makanan tidak dihabiskan, Penurunan BB

5.Nyeri/kenyamanan
DS : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kananatas.Gatal-gatal (pruritus), turgor kulit
tidak elastis
DO : Otot tegang, gelisah.

6.Pernapasan
DO : 24x/mnt

7.Penyuluhan/pengajaran
DS : Riwayat diketahui/mungkin terpajan virusi.

Therapi Medis
-Tirah baring
-Diet BB
-IVFD RL 20tts/menit
-Inj. Metoclopramid 1amp/8jam-Curcuma 3x1.

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

DS: Pasien mengatakan ia tidak Intake tidak Gangguan Nutrisi


1. selera makan karena nyeri adequat kurang dari
abdomen dan mual. kebutuhan tubuh.

DO: Makanan tidak dihabiskan.


BB: menurun
BB: 50Kg

DS: Pasien mengatakan bahwa Kelemahan umum Intoleransi Aktifitas


2. badan terasa lemah dan lemas.

DO: Pasien tampak lemas


TD 100/60mmHg

DS: Pasien mengatakan Kehilangan Resiko tinggi


3. BAB cair dalam 2 minggu ini berlebihan melalui terhadap
muntah dan diare kekurangan volume
DO: Pasien tampak lemas, cairan
mengalami muntah dan diare,
turgor kulit tidak elastic.

4. DS: Pasien mengatakan bahwa Akumulasi garam Resiko tinggi


kulitnya sering terasa gatal. empedu dalam terhadap kerusakan
jaringan integritas kulit
DO: pruritas

Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/dIntake tidak adequt
2.Intoleransi aktifitas b/dKelemahan Umum
3.Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui
muntah dan diare.

Rencana Asuhan Keperawatan.


Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Gangguan Memperlihatkan Status Gizi : Manajemen Nutrisi:


nutrisi kurang Asupan Makanan dan Cairan, Membantu atau meyediakan asupan
dari kebutuhan yang dibuktikkan oleh indikator makanan dan cairan diet seimbang.
tubuh sebagai berikut:
b/dIntake tidak 1 = Tidak adekuat Manajemen Cairan / Elektrolit.
adequat
2 = Sedikit adekuat Mengatur dan mencegah
3 = Cukup adekuat komplikasi akibat perubahan kadar
4 = Adekuat cairan dan elektrolit.
5= Sangat adekuat
 Menunjukkan Selera Makan Bantuan Perawatan-Diri:
yang adekuat. Makan : membantu individu untuk
 Mencapai Berat Badan Massa makan.
Tubuh yang ideal.
 Status gizi : asupan gizi : Pemantauan Nutrisi:
keadekuatan pola asupan zat Mengumpulkan dan menganalisis
gizi yang biasanya. data pasien untuk mencegah dan
meminimalkan kurang gizi.

2. Intoleransi Menunjukkan teknik/perilaku Management energy :


Aktivitas b.d yang memampukan kembali Kaji status fisiologis pasien yang
Kelemahan melakukan aktifitas. menyebabkan kelelahan
Umum Melaporkan kemampuan Anjurkan klien mengungkapkan
melakukan peningkatan perasaan secara verbal
toleransi aktifitasdengan Anjurkan aktivitas fisik
indicator : Evaluasi secara bertahap
 Aktivitas mandiri kenaikan level aktifitas pasien
 Mampu melakukan aktivitas Lakukan ROM aktif/pasif untuk
secara bertahap menghilangkan ketegangan otot
Berikan kegiatan pengalihan yang
menenangkan untuk meningkatkan
relaksasi

3. Resiko tinggi Keseimbangan Cairan:


Manajemen Elektrolit:
terhadap Keseimbangan cairan dalam Meningkatkan keseimbangan
kekurangan ruang intrasel dan ekstrasel elektrolit dan mencegah komplikasi
volume cairan tubuh, dengsn indicator: akibat kadar elektrolit serum yang
b/d Haemodinamik normal tidak normal atau diluar harapan.
kehilangan Kelembaban membrane
berlebihan mukosa Manajemen Cairan:
melalui Berat badan normal Meningkatkan keseimbangan
muntah dan cairan dan pencegahan komplikasi
diare akibat kadar cairan yang abnormal.

Manajemen Hipovolemia:
Mengekspansi volume cairan
intravaskular pada pasien yang
mengalami penurunan volume
cairan.

Pemantauan Nutrisi:
Mengumpulkan dan menganalisis
data pasien untuk mencegah atau
meminimalkan malnutrisi.

Terapi Intravena (IV):


Memberikan dan memantau cairan
dan obat intervena

Manajemen Cairan/Elektrolit:
Mengatur dan mencegah
komplikasi akibat perubahan kadar
cairan dan elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai