Anda di halaman 1dari 11

NAMA : SARAH KINANTI

NIM : P07224219 1941

TANGGAL : 01 OKTOBER 2020

MK : ASKEB PERSALINAN BBL

TUGAS : EVIDANCE BASED ASUHAN PERSALINAN

1. Praktik yang kurang bermanfaat bahkan membahayakan,seperti episiotomi rutin pada


primigrafida.
Berikut penjelasannya :

No Tindakan yang dilakukan Sebelum EBM Setelah EBM


1 Asuhan sayang ibu Ibu bersalin dilarang Ibu bebas melakukan
untuk makan dan aktivitas apapun yang
minum bahkan untuk mereka sukai
membersihkan dirinya
2 Pengaturan posisi Ibu hanya boleh Ibu bebas untuk memilih
persalinan bersalin dengan posisi posisi yang mereka
telentang inginkan
3 Menahan nafas saat Ibu harus menahan Ibu boleh bernafas
mengeran nafas pada saat seperti biasa pada saat
mengeran mengeran
4 Tindakan episiotomi Bidan rutin melakukan Hanya dilakukan pada
episiotomi pada saat tertentu saja
persalinan

Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat di kategorikan
aman jika dilakukan pada saat ibu bersalin. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada:

a) Asuhan sayang ibu pada persalinan setiap kala


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Sehingga saat penting sekali diperhatikan pada
saat seorang ibuakan bersalin.
Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan
tingkat kenyamanan seorang ibu bersalin antara lain:
1) Ibu tetap di perbolehkan makan dan minum karenan berdasarkan EBM
diperleh kesimpulan bahwa:
 Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energy yang besar, oleh
karena itu jika ibu tidak makan dan minum untuk beberapa
waktu atau ibu yang mengalami kekurangan gizi dalam proses
persalinan akan cepat mengalami kelelahan fisiologis, dehidrasi
dan ketosis yang dapat menyebabkan gawat janin.
 Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi
tidak ada alasan untuk melarang makan dan minum.
 Efek mengurangi/mencegah makan dan minum mengakibatkan
pembentukkan glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat
berakibat negative terhadap janin dan bayi baru lahir oleh
karena itu ibu bersalin tetap boleh makan dan minum. Ha ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larence 1982,
Tamow-mordi Starw dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980, Lucas
1980
2) Ibu diperbolehkan untuk memilih siapa pendamping persalinannya
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Dimana
dengan asuhan sayang ibu ini kita dapat membantu ibu merasakan
kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi proses persalinan.
Salah satu hal yang dapat membantu proses kelancaran persalinan
adalah hadirnya seorang pendamping saat proses persalinan ini
berlangsung. Karena berdasarkan penelitian keuntungan hadirnya
seorang pendemping pada proses persalinan adalah:
 Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara
emosional maupun pisik kepada ibu selama proses persalinan.
 Kehadiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada
saat ini ibu sedang mengalami stress yang sangat berat tapi
dengan kehadiran suami ibu dapat merasa sedikit rileks karena
merasa ia tidak perlu menghadapi ini semua seorang diri.
 Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam
memberikan asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam
mengubah posisi sesuai dengan tingkat kenyamanannya masing
– masing, membantu memberikan makan dan minum.
 Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi
semangat dan dorongan kepada ibu selama proses persalinan
sampai dengan kelahiran bayi.
 Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman
dan nyaman karena merasa lebih diperhatikan oleh orang yang
mereka sayangi.
 Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan
akan mengalami waktu persalinan yang lebih singkat,
intervensi yang lebih sedikit, sehingga hasil persalinan akan
lebih baik
b) Pengaturan posisi persalinan pada persalinan
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk
mulai mengatur posisi telentang/litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada
proses persalinan, hal ini dikarenankan:
 Bahwa posisi telentang pada proses persalinan dapat mengakibatkan
berkurangnya aliran darah ibu ke janin.
 Posisi telentang dapat berbahaya bagi ibu dan janin , selain itu posisi telentang
juga mengalami konntraksi lebih nyeri, lebih lama, trauma perineum yang
lebih besar.
 Posisi telentang/litotomi juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan bagian
bawah janin.
 Posisi telentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya
akan menekan aorta, vena kafa inferior serta pembluh-pembuluh lain dalam
vena tersebut. Hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa
mengarah ke anoreksia janin.
 Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di
punggung dan akan ada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada
masa post partum (nifas).
Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain
posisi setengah duduk, berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhardwaj, Kakade alai 1995,
Nikodeinn 1995, dan Gardosi 1989. Karena posisi ini mempunyai kelebihan
sebagai barikut:
 Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak nyaman dan nyeri.
 Posisi tegak dapat membantu proses persalinan kala II yang lebih seingkat.
 Posisi tegak membuat ibu lebih mudah mengeran, peluang lahir spontan lebih
besar, dan robekan perineal dan vagina lebih sedikit.
 Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan
terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan
sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.
 Posisi tegak dalam persalinan memiliki hasil persalinan yang lebih baik dan
bayi baru lahir memiliki nilai apgar yang lebih baik.
 Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit, dan membantu bayi dalam
mengadakan posisi rotasi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga
mengurangi keluhan haemoroid.
 Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan kandung kemih.
Karena kandung kemih yang penuh akan memperlambat proses penurunan
bagian bawah janin.
 Posisi berjalan, berdiri dan bersandar efektif dalam membantu stimulasi
kontraksi uterus serta dapat memanfatkan gaya gravitasi.
c) Menahan nafas pada saat mengeran
Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering sekali menganjurkan
pasien untuk menahan nafas pada saat akan mengeran dengan alasan agar tenaga ibu
untuk mengeluarkan bayi lebih besar sehingga proses pengeluaran bayi pun enjadi
lebih cepat. Padahal berdasarkan penelitian tindakan untuk menahan nafas pada saat
mengeran ini tidak dianjurkan karena:
 Menafas nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi
singkat.
 Ibu yang mengeran dengan menahan nafas cenderung mengeran hanya
sebentar.
 Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengeran pada saat ibu
merasakan dorongan akan lebih baik dan lebih singkat.
d) Tindakan episiotomi Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin
dilakukan terutama pada primigravida. Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin
ini tidak boleh dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena:
 Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang dilakukan
terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan perineum akan
mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini merupakan “perdarahan
yang tidak perlu”.
 Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka
episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan
kesehatan ibu kurang baik.
 Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.
 Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi
derajat tiga dan empat.
 Luka episiotomi membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama

Karena hal – hal di atas maka tindakan episiotomy tidak diperbolehkan


lagi. Tapi ada juga indikasi yang memperbolehkan tindakan epsiotomi pada
saat persalinan. Antara lain indikasinya adalah:
 Bayi berukuran besar
Jika berat janin diperkirakan mencapai 4 kg, maka hal ini dapat menjadi
indikasi dilakukannya episiotomy. Tapi asalkan pinggul ibu luas karena jika
tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk melakukan SC saja untuk
enghindari factor resiko yang lainnya.
 Perineum sangat kaku
Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi dengan perineum yang kaku.
Tetapi bila perineum sangat kaku dan proses persalinan berlangsung lama dan
sulit maka perlu dilakukan episiotomi.
 Perineum pendek
Jarak perineum yang sempit boleh menjadi pertimbangan untuk dilakukan
episiotomi, Apalagi jika diperkirakan bayinya besar. Hal ini meningkatkan
kemungkinan terjadinya cedera pada anus akibat robekan yang melebar ke
bawah.
 Persalinan dengan alat bantu atau sungsang Episiotomi boleh dilakukan jika
persalinan menggunakan alat bantu seperti forcep dan vakum. Hal ini
bertujuan untuk membantu mempermudah melakukan tindakan. Jalan lahir
semakin lebar sehingga memperkecil resiko terjadinya cidera akibat
penggunaan alat bantu tersebut. Begitu pula pada persalinan sungsang.

Gambar
Teknik Episiotomi

SUMBER
Buku Ajar Asuhan Persalinan Kebidanan Pada Persalinan
Yulizawati, SST., M.Keb; Aldina Ayunda Insani, S.Keb Bd., M.Keb; Lusiana
El Sinta B, SST., M.Keb; Feni Andriani, S.Keb Bd., M.Keb
Tahun 2019
2. Praktik yang direkomendasikan,misalnya penggunaan aromatherapy dalam persalinan
Evidance Based tersebut harus dijelaskan dan carilah sumbernya dari berbagai jurnal
atau literatur study.
Berikut penjelasannya :
Dari Jurnal : TERAPI NON FARMAKOLOGI NYERI PADA PERSALINAN
(Tetti Solehati, Cecep Eli Kosasih , Tri Nur Jayanti, Anis Ardiyanti, Rinda Intan Sari,
Geuis Anggi Siska, ArdhiniDwi Utari,
Faculty of Nursing-Universitas Padjajaran
LINK : https://core.ac.uk/reader/229573640
TEREPI NON-FARMAKOLOGI
Metode terapi non-farmakologi dalam menurunkan rasa nyeri pada pasien saat
persalinan dapat beragam. Selain menurunkan rasa nyeri, terapi non-farmakologi
diduga juga dapat mendorong komponen psikoemosional dan spiritual sehingga dapat
meningkatkan kesiapan pasien dalam bersalin. Beberapa metode terapi non-
farmakologi yang dapat dipilih, diantaranya adalah masase dan sentuhan, pergerakan
dan posisi, teknik bernapas dengan relaksasi, aplikasi panas / dingin, dan terapi musik.
 
1. Masase dan Sentuhan
Terapi masase merupakan manipulasi dari jaringan lunak tubuh yang bertujuan
untuk menurunkan rasa nyeri dan memberi efek relaksasi. Mekanisme terapi masase
dalam menurunkan nyeri diduga dengan meningkatkan produksi endorfin dalam
tubuh. Melalui peningkatan endorfin, transmisi sinyal antara sel saraf menjadi
menurun sehingga dapat menurunkan ambang batas persepsi terhadap nyeri.
Sudah terdapat beberapa studi yang menunjukkan bahwa masase mungkin efektif
dalam penurunan rasa nyeri. Studi terbaru dari Iraq menunjukkan bahwa metode
masase bagian punggung saat kala I persalinan efektif dalam menurunkan rasa nyeri
pasien. Studi ini juga menunjukkan bahwa skor rasa nyeri pada pasien yang menerima
metode terapi masase punggung lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang
melakukan metode perubahan posisi saat kala I. Namun, perlu dicatat bahwa studi ini
memiliki berbagai keterbatasan. Jumlah sampel yang digunakan masih sangat kecil
dan studi ini juga tidak melakukan pengukuran objektif untuk mengetahui derajat
nyeri (misalnya : tanda vital dan penanda nyeri lainnya). Selain daripada itu, metode
randomisasi yang digunakan tidak dijelaskan dengan mendetail. Efek intervensi
terhadap outcome persalinan juga tidak dinilai.  
Hal yang sama juga ditemukan oleh Unalmis et al, dimana masase punggung bawah
dinilai signifikan dalam menurunkan nyeri persalinan dan meningkatkan kepuasan
pada persalinan. Efikasi terapi masase juga diteliti oleh sebuah studi meta analisis
pada wanita primipara, dimana pada studi ini didapatkan bahwa terapi masase dapat
menurunkan rasa nyeri, baik pada fase laten, aktif, maupun transisional. Namun perlu
dicatat juga bahwa studi ini memiliki berbagai keterbatasan. Jumlah sampel yang
digunakan tidak cukup besar, keluaran hanya diukur berdasarkan pendapat subjek
studi, tidak ada pengukuran objektif yang dilakukan untuk menilai pengaruh
terhadap outcome, bahkan perbedaan outcome persalinan post-intervensi tidak
dianalisa.  
Walaupun efektifitas terapi masase dalam menurunkan rasa nyeri sudah
dikemukakan pada beberapa studi, namun nyeri tetap terasa meningkat seiiring
progresivitas dari persalinan. Berdasarkan review Cochrane, peran masase dalam
menurunkan rasa nyeri dalam persalinan juga masih dipertanyakan, terutama saat
dibandingkan dengan terapi umum. Walaupun sampai sekarang belum terdapat
laporan adanya efek samping pada metode terapi masase, namun metode ini harus
dilakukan oleh praktisi yang sudah berpengalaman. Metode masase yang benar
sampai sekarang belum diketahui sehingga dibutuhkan studi lanjutan.
Sentuhan pada pasien juga dapat berdampak menurunkan ketegangan saat persalinan
dan juga dapat menunjukkan rasa peduli pada pasien. Studi mengenai terapi sentuhan
ini masih sangat terbatas, namun terdapat suatu studi yang menunjukkan bahwa
sentuhan yang diberikan tiap kali pasien merasa anxietas akan membantu menurunkan
anxietas dan tekanan darah.
2. Pergerakan Dan Posisi Maternal
Salah satu kunci dalam manajemen nyeri persalinan adalah dengan membuat
pasien merasa nyaman. Pasien sering kali bergerak, berjalan, dan mengubah posisinya
untuk mencapai rasa nyaman saat bersalin. Selain itu, posisi tertentu juga dapat
memberikan keuntungan pada pasien bersalin, seperti mempercepat persalinan dan
membantu memperbaiki masalah kegawatdaruratan persalinan. Posisi-posisi,
seperti hand-to-knee dan squatting sudah dinilai dapat mempengaruhi diameter pelvis
sehingga dapat mempercepat persalinan. Namun sering kali saat pasien bersalin sudah
masuk rumah sakit, pasien akan sangat sulit bergerak karena sudah dipasang oleh alat-
alat monitor medis.
Efikasi metode pergerakan dan posisi maternal pada kala satu dan dua sudah
diteliti pada beberapa studi. Beberapa studi menunjukkan bahwa posisi duduk dan
banyak pergerakan saat persalinan kala I memiliki skor intensitas nyeri yang lebih
rendah dibanding posisi terlentang. Menurut studi lain, posisi terlentang memberikan
intensitas nyeri yang lebih tinggi pada pasien dibandingkan dengan posisi lainnya.
Selain itu, studi Cochrane juga mengatakan bahwa pasien bersalin yang sering tegak
dan banyak bergerak memiliki waktu persalinan yang lebih cepat dan lebih jarang
menjalani operasi sesar.
Keuntungan juga ditemukan pada persalinan kala II, dimana bantuan pada
persalinan, tindakan epistiotomi, gangguan denyut jantung janin lebih jarang
ditemukan pada pasien dengan posisi persalinan tidak terlentang tanpa anestesi
epidural. Namun, pada pasien persalinan kala II yang menggunakan anestesi epidural
tidak ditemukan adanya perbedaan efek analgesia yang diberikan oleh pergerakan dan
perubahan posisi. 
3. Teknik Bernapas Dengan Relaksasi
Ritme dari bernapas sangat penting untuk mencapai relaksasi saat bersalin. Nyeri
persalinan, terutama saat fase laten, dapat menurun dengan teknik bernapas ini.
Teknik yang digunakan biasanya adalah dengan ritme yang lambat (6 – 12 napas /
menit) sampai sedang (30 – 60 napas / menit), tanpa melakukan hiperventilasi.  Ritme
napas harus beradaptasi dengan intensitas kontraksi pasien. Sebuah studi
menunjukkan bahwa dibandingkan teknik lainnya, teknik bernapas merupakan
metode non-farmakologi yang paling banyak digunakan dalam menurunkan rasa
nyeri. Teknik ini juga dianggap pasien sangat bermanfaat dalam menurunkan rasa
nyeri saat persalinan, namun berdasarkan review sistematik cochrane, bukti klinis
yang ada masih insufisien dan penelitian lanjutan mengenai korelasi dan kausalitas
masih harus dilakukan.
4. Aplikasi Dingin Atau Panas
Pemberian rasa dingin dan panas secara bergantian merupakan salah satu cara
non-farmakologi dalam menurunkan nyeri persalinan. Rasa dingin dapat
menyebabkan rasa baal, menstimulasi reseptor saraf perifer, dan melambatkan
transmisi nyeri ke sistem saraf pusat sehingga intensitas nyeri pada pasien dapat
berkurang. Rasa panas sendiri dapat melambatkan impuls saraf ke otak dengan
menstimulasi reseptor panas pada kulit dan jaringan yang lebih dalam.
Aplikasi rasa dingin biasanya diberikan pada lokasi punggung, abdomen bawah,
paha, dan/atau perineum. Sedangkan aplikasi rasa panas biasa diberikan pada daerah
punggung bawah ketika pasien merasa nyeri pada daerah punggung. Efikasi metode
ini ditemukan signifikan dalam menurunkan rasa nyeri pada beberapa studi. Selain
itu, aplikasi panas dan dingin juga ditemukan dapat memperpendek waktu persalinan.
Namun, perlu dicatat bahwa studi yang dilakukan masih memiliki jumlah sampel
yang kecil dan tanpa menggunakan enpoint yang objektif sehingga masih mungkin
terdapat bias. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan, juga untuk meneliti lama dan
metode terapi yang lebih spesifik.
5. Musik Dan Audioanalgesik
Stimulasi suara, seperti musik atau suara alam, dapat menjadi suatu distraksi bagi
pasien bersalin sehingga dapat menurunkan rasa nyeri. Selain itu, metode ini
juga dilaporkan mungkin dapat menurunkan rasa anxietas pada pasien. Metode ini
dapat dilakukan dengan pemilihan musik yang pasien pilih sebelum persalinan. Studi
terbaru menunjukkan bahwa musik dapat menurunkan rasa nyeri persalinan pada fase
laten, namun pada fase aktif tidak ditemukan adanya manfaat. Studi lebih lanjut
dibutuhkan untuk meneliti efikasi dari metode ini.
6. Metode Lainnya
Sejumlah metode-metode lain sudah menunjukkan efikasinya dalam menurunkan
rasa nyeri pada pasien bersalin. Metode birth ball diduga efektif dalam penurunan
rasa nyeri persalinan dengan cara meningkatkan relaksasi pada tungkai bawah dan
pelvis. Terdapat studi yang juga menunjukkan teknik akupuntur
dan acupressure dapat menurunkan rasa nyeri dan menurunkan penggunaan analgesik
pada pasien bersalin. Metode lainnya, seperti aromaterapi, yoga, dan hipnosis
juga diduga memiliki efikasi dalam menurunkan rasa nyeri pada pasien bersalin.

Kesimpulan
Metode non-farmakologis sudah banyak dipilih dalam menurunkan rasa nyeri
persalinan dikarenakan kurangnya efek samping dan biaya yang rendah. Sampai
sekarang sudah terdapat banyak metode non-farmakologi yang dapat dilakukan untuk
menurunkan rasa nyeri saat persalinan. Metode-metode seperti masase, pergerakan
dan posisi, bernapas, diduga memiliki peran dalam menurunkan rasa nyeri persalinan,
namun studi yang lebih besar dengan metodologi yang lebih baik masih diperlukan.
Efikasi pada beberapa metode lain, seperti akupuntur, yoga, ataupun hipnosis, masih
sangat terbatas. Selain itu, studi lebih lanjut mengenai perbandingan antara efektifitas
dan teknik yang digunakan juga dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai