Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat di kategorikan
aman jika dilakukan pada saat ibu bersalin. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada:
Gambar
Teknik Episiotomi
SUMBER
Buku Ajar Asuhan Persalinan Kebidanan Pada Persalinan
Yulizawati, SST., M.Keb; Aldina Ayunda Insani, S.Keb Bd., M.Keb; Lusiana
El Sinta B, SST., M.Keb; Feni Andriani, S.Keb Bd., M.Keb
Tahun 2019
2. Praktik yang direkomendasikan,misalnya penggunaan aromatherapy dalam persalinan
Evidance Based tersebut harus dijelaskan dan carilah sumbernya dari berbagai jurnal
atau literatur study.
Berikut penjelasannya :
Dari Jurnal : TERAPI NON FARMAKOLOGI NYERI PADA PERSALINAN
(Tetti Solehati, Cecep Eli Kosasih , Tri Nur Jayanti, Anis Ardiyanti, Rinda Intan Sari,
Geuis Anggi Siska, ArdhiniDwi Utari,
Faculty of Nursing-Universitas Padjajaran
LINK : https://core.ac.uk/reader/229573640
TEREPI NON-FARMAKOLOGI
Metode terapi non-farmakologi dalam menurunkan rasa nyeri pada pasien saat
persalinan dapat beragam. Selain menurunkan rasa nyeri, terapi non-farmakologi
diduga juga dapat mendorong komponen psikoemosional dan spiritual sehingga dapat
meningkatkan kesiapan pasien dalam bersalin. Beberapa metode terapi non-
farmakologi yang dapat dipilih, diantaranya adalah masase dan sentuhan, pergerakan
dan posisi, teknik bernapas dengan relaksasi, aplikasi panas / dingin, dan terapi musik.
1. Masase dan Sentuhan
Terapi masase merupakan manipulasi dari jaringan lunak tubuh yang bertujuan
untuk menurunkan rasa nyeri dan memberi efek relaksasi. Mekanisme terapi masase
dalam menurunkan nyeri diduga dengan meningkatkan produksi endorfin dalam
tubuh. Melalui peningkatan endorfin, transmisi sinyal antara sel saraf menjadi
menurun sehingga dapat menurunkan ambang batas persepsi terhadap nyeri.
Sudah terdapat beberapa studi yang menunjukkan bahwa masase mungkin efektif
dalam penurunan rasa nyeri. Studi terbaru dari Iraq menunjukkan bahwa metode
masase bagian punggung saat kala I persalinan efektif dalam menurunkan rasa nyeri
pasien. Studi ini juga menunjukkan bahwa skor rasa nyeri pada pasien yang menerima
metode terapi masase punggung lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang
melakukan metode perubahan posisi saat kala I. Namun, perlu dicatat bahwa studi ini
memiliki berbagai keterbatasan. Jumlah sampel yang digunakan masih sangat kecil
dan studi ini juga tidak melakukan pengukuran objektif untuk mengetahui derajat
nyeri (misalnya : tanda vital dan penanda nyeri lainnya). Selain daripada itu, metode
randomisasi yang digunakan tidak dijelaskan dengan mendetail. Efek intervensi
terhadap outcome persalinan juga tidak dinilai.
Hal yang sama juga ditemukan oleh Unalmis et al, dimana masase punggung bawah
dinilai signifikan dalam menurunkan nyeri persalinan dan meningkatkan kepuasan
pada persalinan. Efikasi terapi masase juga diteliti oleh sebuah studi meta analisis
pada wanita primipara, dimana pada studi ini didapatkan bahwa terapi masase dapat
menurunkan rasa nyeri, baik pada fase laten, aktif, maupun transisional. Namun perlu
dicatat juga bahwa studi ini memiliki berbagai keterbatasan. Jumlah sampel yang
digunakan tidak cukup besar, keluaran hanya diukur berdasarkan pendapat subjek
studi, tidak ada pengukuran objektif yang dilakukan untuk menilai pengaruh
terhadap outcome, bahkan perbedaan outcome persalinan post-intervensi tidak
dianalisa.
Walaupun efektifitas terapi masase dalam menurunkan rasa nyeri sudah
dikemukakan pada beberapa studi, namun nyeri tetap terasa meningkat seiiring
progresivitas dari persalinan. Berdasarkan review Cochrane, peran masase dalam
menurunkan rasa nyeri dalam persalinan juga masih dipertanyakan, terutama saat
dibandingkan dengan terapi umum. Walaupun sampai sekarang belum terdapat
laporan adanya efek samping pada metode terapi masase, namun metode ini harus
dilakukan oleh praktisi yang sudah berpengalaman. Metode masase yang benar
sampai sekarang belum diketahui sehingga dibutuhkan studi lanjutan.
Sentuhan pada pasien juga dapat berdampak menurunkan ketegangan saat persalinan
dan juga dapat menunjukkan rasa peduli pada pasien. Studi mengenai terapi sentuhan
ini masih sangat terbatas, namun terdapat suatu studi yang menunjukkan bahwa
sentuhan yang diberikan tiap kali pasien merasa anxietas akan membantu menurunkan
anxietas dan tekanan darah.
2. Pergerakan Dan Posisi Maternal
Salah satu kunci dalam manajemen nyeri persalinan adalah dengan membuat
pasien merasa nyaman. Pasien sering kali bergerak, berjalan, dan mengubah posisinya
untuk mencapai rasa nyaman saat bersalin. Selain itu, posisi tertentu juga dapat
memberikan keuntungan pada pasien bersalin, seperti mempercepat persalinan dan
membantu memperbaiki masalah kegawatdaruratan persalinan. Posisi-posisi,
seperti hand-to-knee dan squatting sudah dinilai dapat mempengaruhi diameter pelvis
sehingga dapat mempercepat persalinan. Namun sering kali saat pasien bersalin sudah
masuk rumah sakit, pasien akan sangat sulit bergerak karena sudah dipasang oleh alat-
alat monitor medis.
Efikasi metode pergerakan dan posisi maternal pada kala satu dan dua sudah
diteliti pada beberapa studi. Beberapa studi menunjukkan bahwa posisi duduk dan
banyak pergerakan saat persalinan kala I memiliki skor intensitas nyeri yang lebih
rendah dibanding posisi terlentang. Menurut studi lain, posisi terlentang memberikan
intensitas nyeri yang lebih tinggi pada pasien dibandingkan dengan posisi lainnya.
Selain itu, studi Cochrane juga mengatakan bahwa pasien bersalin yang sering tegak
dan banyak bergerak memiliki waktu persalinan yang lebih cepat dan lebih jarang
menjalani operasi sesar.
Keuntungan juga ditemukan pada persalinan kala II, dimana bantuan pada
persalinan, tindakan epistiotomi, gangguan denyut jantung janin lebih jarang
ditemukan pada pasien dengan posisi persalinan tidak terlentang tanpa anestesi
epidural. Namun, pada pasien persalinan kala II yang menggunakan anestesi epidural
tidak ditemukan adanya perbedaan efek analgesia yang diberikan oleh pergerakan dan
perubahan posisi.
3. Teknik Bernapas Dengan Relaksasi
Ritme dari bernapas sangat penting untuk mencapai relaksasi saat bersalin. Nyeri
persalinan, terutama saat fase laten, dapat menurun dengan teknik bernapas ini.
Teknik yang digunakan biasanya adalah dengan ritme yang lambat (6 – 12 napas /
menit) sampai sedang (30 – 60 napas / menit), tanpa melakukan hiperventilasi. Ritme
napas harus beradaptasi dengan intensitas kontraksi pasien. Sebuah studi
menunjukkan bahwa dibandingkan teknik lainnya, teknik bernapas merupakan
metode non-farmakologi yang paling banyak digunakan dalam menurunkan rasa
nyeri. Teknik ini juga dianggap pasien sangat bermanfaat dalam menurunkan rasa
nyeri saat persalinan, namun berdasarkan review sistematik cochrane, bukti klinis
yang ada masih insufisien dan penelitian lanjutan mengenai korelasi dan kausalitas
masih harus dilakukan.
4. Aplikasi Dingin Atau Panas
Pemberian rasa dingin dan panas secara bergantian merupakan salah satu cara
non-farmakologi dalam menurunkan nyeri persalinan. Rasa dingin dapat
menyebabkan rasa baal, menstimulasi reseptor saraf perifer, dan melambatkan
transmisi nyeri ke sistem saraf pusat sehingga intensitas nyeri pada pasien dapat
berkurang. Rasa panas sendiri dapat melambatkan impuls saraf ke otak dengan
menstimulasi reseptor panas pada kulit dan jaringan yang lebih dalam.
Aplikasi rasa dingin biasanya diberikan pada lokasi punggung, abdomen bawah,
paha, dan/atau perineum. Sedangkan aplikasi rasa panas biasa diberikan pada daerah
punggung bawah ketika pasien merasa nyeri pada daerah punggung. Efikasi metode
ini ditemukan signifikan dalam menurunkan rasa nyeri pada beberapa studi. Selain
itu, aplikasi panas dan dingin juga ditemukan dapat memperpendek waktu persalinan.
Namun, perlu dicatat bahwa studi yang dilakukan masih memiliki jumlah sampel
yang kecil dan tanpa menggunakan enpoint yang objektif sehingga masih mungkin
terdapat bias. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan, juga untuk meneliti lama dan
metode terapi yang lebih spesifik.
5. Musik Dan Audioanalgesik
Stimulasi suara, seperti musik atau suara alam, dapat menjadi suatu distraksi bagi
pasien bersalin sehingga dapat menurunkan rasa nyeri. Selain itu, metode ini
juga dilaporkan mungkin dapat menurunkan rasa anxietas pada pasien. Metode ini
dapat dilakukan dengan pemilihan musik yang pasien pilih sebelum persalinan. Studi
terbaru menunjukkan bahwa musik dapat menurunkan rasa nyeri persalinan pada fase
laten, namun pada fase aktif tidak ditemukan adanya manfaat. Studi lebih lanjut
dibutuhkan untuk meneliti efikasi dari metode ini.
6. Metode Lainnya
Sejumlah metode-metode lain sudah menunjukkan efikasinya dalam menurunkan
rasa nyeri pada pasien bersalin. Metode birth ball diduga efektif dalam penurunan
rasa nyeri persalinan dengan cara meningkatkan relaksasi pada tungkai bawah dan
pelvis. Terdapat studi yang juga menunjukkan teknik akupuntur
dan acupressure dapat menurunkan rasa nyeri dan menurunkan penggunaan analgesik
pada pasien bersalin. Metode lainnya, seperti aromaterapi, yoga, dan hipnosis
juga diduga memiliki efikasi dalam menurunkan rasa nyeri pada pasien bersalin.
Kesimpulan
Metode non-farmakologis sudah banyak dipilih dalam menurunkan rasa nyeri
persalinan dikarenakan kurangnya efek samping dan biaya yang rendah. Sampai
sekarang sudah terdapat banyak metode non-farmakologi yang dapat dilakukan untuk
menurunkan rasa nyeri saat persalinan. Metode-metode seperti masase, pergerakan
dan posisi, bernapas, diduga memiliki peran dalam menurunkan rasa nyeri persalinan,
namun studi yang lebih besar dengan metodologi yang lebih baik masih diperlukan.
Efikasi pada beberapa metode lain, seperti akupuntur, yoga, ataupun hipnosis, masih
sangat terbatas. Selain itu, studi lebih lanjut mengenai perbandingan antara efektifitas
dan teknik yang digunakan juga dibutuhkan.