Anda di halaman 1dari 11

Analisis Sistem Politik 

Indonesia

Pendahuluan                                                                              

Menurut David Easton Sistem politik adalah sistem terbuka, proses-proses dan
struktur sistem politik tidak bebas dari serangan oleh berbagai pengaruh yang aneh-aneh, dan
bahwa ia tidak harus tidak berdaya dalam menghadapi gangguan-gangguan yang meungkin
menghadangnya. Teori sistem menampilkan pandangan tentang kehidupan politik sebagai
”Responding System”. Ia membentuk seperangkat perilaku lewat mana tindakan positif dapat
diambil untuk mengatasi pengaruh-pengaruh yang terarah padanya.

Kelangsungan Sistem

Ciri-ciri sistem-sistem politik yang membedakan dengan sistem sosial lainnya dan
juga sistem mekanik dan biologis, ialah bahwa ia tidak harus tidak berdaya dalam
menghadapi gangguan-gangguan yang meungkin menghadangnya. Karena hakikat tersebut
anggota suatu sistem politik mempunyai keuntungan, tetapi mereka tidak selalu mengambil
kesempatan, menanggapi tekanan yang demikian untuk dapat meyakinkan kelangsungan
suatu sistem dari membuat dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat.

Yang merupakan gambaran fenomena ini adalah bahwa sistem-sistem politik melalui
reaksinya sendiri menanggapi berbagai tekanan sehingga mampu bertahan walau dalam suatu
perubahan dunia yang cepat dan ia menampilkan masalah pokok untuk diselidiki secara
teoritis.  Gambaran teori sistem menghadapi berbagai tekanan luar sama halnya dengan
makhluk hidup atau organisme yang mampu menangkal berbagai ganguan penyakit dan
virus, seperti manusia yang memiliki kekebalan dan mekanisme membunuh kuman, bakteri
dan virus.

Sumber-sumber Tekanan

Sumber-sumber tekanan sistem politik tidak harus bersifat sangat dramatis seperti
perang-perang, revolusi, atau trauma sosial lainnya. Sesungguhnya, secara normal semua
sumber tersebut bersifat prosaik. Sumber-sumber tersebut kemungkinan berasal dari kesatuan
yang konstan, tekanan-tekanan setiap hari dalam kehidupan politik. Tanpa bantuan dari
berbagai kemelut tertentu, nampaknya ia mampu menciptakan tekanan-tekanan serius pada
kemampuan sistem politik untuk tetap bertahan atau pada kemampuan anggota masyarakat
untuk meyakinkan sebuah kerangka untuk membuat  dan melaksanakan keputusan yang
otoritatif. David Easton membagi sumber tekanan itu menjadi dua yaitu sumber-sumber
tekanan yang berasar dari internal dan sumber-sumber tekanan yang berasal dari eksternal.
Yakni tekanan yang berasal dari lingkungan intara dan ekstra sosial.

Sumber tekanan internal berupa disorganisasi dan pengrusakan, hubungan-hubungan


antara para anggota sistem cenderung menjadi fokus- bentuk-bentuk antagonisme yang paling
mencolok dalam masyarakat. Dalam masyarakat terdapat bermacam-macam sarana dalam
mengatasi dan memcahkan masalah tentang bagaimana nilai-nilai langka didistribusikan dan
digunakan.

Sedangkan yang menjadi tekanan eksternal biasanya adalah hal-hal yang luar biasa
yang memaksa masyarakat untuk tidak mampu menyelesaikan kemelut dalam sistem politik,
suatu keadaan yang bila terjadi akan menyebabkan kejatuhan pada masyarakat tersebut secara
keseluruhan. Sistem bisa bertahan bila mampu mengatasi takanan-tekanan yang ada sehingga
terjadi Persistensi sistem itu sendiri.

Sistem yang stabil bisa berlangsung dalam dua keadaan yaitu pertama, ia bisa tampil
apabila lingkungannya sendiri tidak menunjukan adanya perubahan. Dalam jangka pendek
hal ini bisa terjadi tetapi tidak dalam jangka panjang. Kedua,  suatu sistem bisa tetap utuh
apabila dapat melindungi diri dari setiap tekanan dari lingkungannya, maupun tekanan-
takanan internal yang menghadang struktur dan prosesnya.

Tekanan-tekanan bisa juga berasal dari dalam sistem politik itu sendiri, selama hal-hal
yang terjadi dalam suatu sistem membentuk wataknya sebagai sistem interkasi, David Easton
menyebutnya ”Whitinputs”

Tanggapan Sistem Politik

Sistem mungkin terbuka terhadap tekanan tuntutan  lewat 2 cara, pertama, apabila
pihak yang berwenang dalam sistem tersebut tidak mampu atau mau bersedia menghadapi
atau memenuhi tuntutan-tuntutan anggota dalam proporsi-proporsi tertentu (paling tidak
anggota-anggota politisi yang kuat). Situasi ini dapat menyebabkan kekecewaan dan
melahirkan ketidak puasan para anggota bisa meluap kepada penguasa dan bisa menyebabkan
separatisme. Kegagalan Output sebagai akibat ketidakmauan dan ketidakmampuan
memenuhi tuntutan, akan cenderung mengarah pada munculnya dukungan yang merusak
sistem. Selama tuntutan gagal dipenuhi, ia akan mempunyai akibat-akibat penting terhadap
input dukungan.

Disamping itu tuntutan bisa terjadi terlalu banyak dan beragam jenisnya sehingga
menyebabkan konflik yang berkepanjangan, dan membutuhkan waktu yang panjang untuk
memprosesnya. Dan sistem tidak cukup waktu untuk memperoses segala tuntutan dan
menyebabkan gambaran bahwa input tuntutan yang terlalu berat.  

Tuntutan Masyarakat Sebagai bentuk Demokrasi

Tuntutan masyarakat kepada pemerintah dalam teori sistem merupakan bagian dari
sistem politik, dan diorganisasian oleh keberadaan lembaga-lembaga politik dan kerjasama
yang terjalin di antara mereka, sehingga kemampuan sistem politik dapat dimengerti sebagai
kesanggupan lembaga-lembaga politik itu secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama
merancang dan melakukan langkah-langkah efektif yang terus-menerus demi tercapainya
tujuan bersama mereka. Dalam pengorganisasian seperti itu tercakup pula hubungan yang
saling mempengaruhi antara satu lembaga dan lembaga-lembaga yang lain. Dan hasil dari
hubungan lembaga dalam unit sistem politik menghasilkan output.

Dalam kaitan itu, institusi-institusi politik harus melengkapi diri dengan berbagai
perangkat kelembagaan supaya dapat menjalankan peran dan fungsi masing-masing sebagai
prasyarat bagi bekerjanya sistem politik. Karena itu, kelengkapan kelembagaan institusi-
institusi ini bersifat kontributif terhadap kemampuan sistem politik. Output dari kemampuan
sistem politik dapat dilihat dari paling tidak dalam lima hal, yaitu : extratctive capability,
regulative capability, distributive capability, symbolic capability, dan responsive capability.

Dalam sistem politik Indonesia aspirasi masyarakat lazimnya secara prosedur


disalurkan kepada partai politik, namun demokrasi di Indonesia hanya demokrasi prosedural
bukan demokrasi yang signifikan memperhatikan aspirasi rakyat. Demokrasi di Indonesia
hanya ada di Pemilu dan Pilkada, setelah itu yang ada hanya oligarki politik. Dimana
demokrasi hanya dimainkan hanya oleh segelintir orang.  Ditengah arus lingkungan intra
sosial yang deras, dan juga ekstrasosial yang mengglobal dalam kepentingan liberalisasi,
sistem politik menjadi tidak sehat. Terlebih ketika para politisi bisa disuap dengan uang,
kebijakan yang dihasilkan tidak memihak kepada kepentingan rakyat tetapi memihak kepada
kepentingan-kepentingan yang bermain dengan politik uang. Hasilnya pemerintah tidak
mampu dalam mengelola kehidupan masyarakat melalui berbagai peraturan yang mengikat.
Tidak mampu membagi dan mengalokasikan sumber-sumber untuk memenuhi kepentingan
dan kebutuhan masyarakat. Dan tidak kemampuan merancang kebijakan dan merespon
perubahan sikap, perkembangan kebutuhan dan kepentingan masyarakat

Sebelum kepada analisis sistem politik indonesia, kita akan membahas tentang
pengertian analisis sistem politik, fungsi-fungsi, kapabilitas, unsur-unsur,ciri-ciri,  batasan-
batasan dan lingkungan politik. Penganalisaan akan dibatasi dari masa pra-orde baru sampai
pasca reformasi dengan pembahasan mengenai kemampuan suatu sistem politik indonesia
dalam mencapai tujuan nasional.

I. Definisi Sistem Politik

David Easton : Keseluruhan dari interaksi-interaksi politik yang mengatur pembagian nilai
secara otoritatif untuk dan atas nama masyarakat.

Sistem politik merupakan suatu kumpulan unit-unit yang terdiri dari subsistem yang
mempunyai fungsi-fungsi tertentu dan berbeda namun saling berhubungan dengan kesatuan
tersendiri untuk pencapain tujuan nasional dan perolehan kekuasaan.

II. Fungsi-Fungsi dan Unsur-Unsur Sistem Politik

 Fungsi input : Sosialisasi politik, Rekruitment politik, Artikulasi


kepentingan,Agregasi kepentingan, komunikasi politk. berupa tuntutan dan dukungan
dari masyarakat.

 Fungsi output :  berupa kebijakan dan undang-undang dari pemerintah yang telah
dipertimbangan melalui input dari masyarakat

 Konversi : perubahan dari input ke output yang dilakukan oleh  negara, dalam hal ini
khususnya pemerintah.
 Feed Back : arus balik output yang berupa respon masyarakat terhadap kebijakan-
kebijakan pemerintah
 lingkungan dalam dan luar : lingkungan dalam berarti lingkungan fisik atau sosial
yang berada di luar lingkungan politk namun masih dalam masyarakat yang sama
sedangkan luar tidak dalam masyarakat yang sama. Pembahsannya meliputi : sistem
ekologi, biologi, sosial, psikologi,kebudayaan, ekonomi dan demografi.

III. Ciri-Ciri Sistem Politik

Identifikasi sistem politik : Membedakan antara sistem politik dengan sosial sehingga terlihat
jelas batasan dan perbedaan unit yang ada di luar sistem politik.

Input dan Output

Diferensiasi: Pembedaan fungsi antara subsistem satu dengan yang lainnya

Integrasi : Peningkatan sistem -sistem sehingga dapat tertata menjadi lebih baik.

IV. Kapabilitas Sistem Politik

Kapabilitas  ekstraktif  : kemampuan pemerintah untuk melakukan eksplorasi potensi SDA


dan SDM

Kapabilitas Simbolik:kemampuan pemerintah untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat

Kapabilitas Distributif: kemampuan pemerintah untuk mengalokasikan dan mendistribusikan


SDA dan SDM berupa barang secara merata

Kapabilitas Regulatif: Kemampuan pemerintah untuk membuat peraturan, mengatur dan


mengendalikan tingkah laku individu agar sesuai dengan peraturan

Kapabilitas Responsif : kemampuan pemerintah untuk menciptakan daya tanggap masyarakat


terhadap hasil input dan output.

Kapabilitas Domestik dan internasional: Kemampuan pemerintah untuk berinteraksi di


lingkungan domestik dan internasional
SISTEM POLITIK INDONESIA

Sistem politik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia sejak
zaman kerajaan, penjajahan, kemerdekaan sampai masa reformasi sekarang. Para founding
father bangsatelah merumuskan secara seksama sistem politik yang menjadi acuan dalam
pengelolaan negara.Hal ini tentunya dilakukan dengan melihat kondisi dan situasi bangsa
pada saat itu. Sistem politik Indonesia pada masa reformasi saat ini mengalami
perkembangan yang sangat signifikan.Bermunculan lembaga dan sistem yang baru dalam
rangka merespon permasalahan bangsa yangsemakin kompleks. Berdasarkan hal tersebut,
mata kuliah ini disajikan sebagai dasar untuk  pengenalan lebih jauh tentang apa dan
bagaimana sistem politik Indonesia. Secara spesifik akandikaji mengenai sistem politik sejak
zaman kerajaan sampai masa reformasi, sistem kepartaian,sistem pemilihan umum, dan
fungsi serta kedudukan lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.Pokok bahasan :1.
Pengertian sistem politik Indonesia2. Sejarah Sistem Politik Indonesia (zaman pra kolonial,
kolonial, orde lama, orde baru, danreformasi)3. Sistem Kepartaian4. Sistem Pemilihan Umum
anggota DPR, DPD dan DPRD5. Sistem Pemilihan Umum Presiden dan wakil Presiden6.
Sistem Pemilihan Umum Daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota)7. Fungsi dan Kedudukan
Eksekutif 8. Fungsi dan Kedudukan Legislatif 9. Fungsi dan Kedudukan Yudikatif 10. Fungsi
dan Kedudukan Lembaga Negara masa Reformasi- Komisi Pemilihan Umum (KPU)-
Mahkamah Konstitusi (MK)- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)- Komisi Yudisial (KY).
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di
dalamnya. Namundalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa
Indonesia tapi diperlukananalisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di
dalamnya terdapat interaksifungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga
eksistensinya. Sistem politik merupakansistem yang terbuka, karena sistem ini dikelilingi
oleh lingkungan yang memiliki tantangan dantekanan.Dalam melakukan analisis sistem bisa
dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti darisistem kepartaian, tetapi juga tidak
bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan proyeksi sejarah yang hanya
berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan dengan pendekatan integratif
yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan pengambilan keputusanProses politik
mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalahkemampuan
sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenaikeberhasilan dalam
menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik zaman klasik
seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19melihat
prestasi politik dikuru dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli politik
melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruhlingkungan
dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan internasional.Pengaruh ini
akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa darielit politik,
atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.Perubahan ini
besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes mengkonversi inputmenjadi output
dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian
prestasi sebuah sistem politik :1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam
dan sumber daya manusia.Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai
kemudian digunakan secaramaksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah,
pertambangan yang ketika datang para penanam modal domestik itu akan memberikan
pemasukan bagi pemerintah berupa pajak.Pajak inilah yang kemudian menghidupkan
negara.2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah
sedemikian rupauntuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako yang
diharuskan dapatmerata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak
sebagai pemasukannegara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah.3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran
pengawasan tingkah laku individudan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan.
Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah
membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat,hal ini mengakibatkan keterlibatan
masyarakat terkekang.4. kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam
berkreasi dan secara selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin
diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
 
5. kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output,
output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya
partisipasimasyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif.6.
kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup
dalamdunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki
kapabilitasekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas
internasional ini negarakaya atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan
pinjaman (loan) kepada negara-negara berkembang.Ada satu pendekatan lagi yang
dibutuhkan dalam melihat proses politik yaitu pendekatan pembangunan, yang terdiri dari 2
hal:a. Pembangunan politik masyarakat berupa mobilisasi, partisipasi atau pertengahan.
Gayaagregasi kepentingan masyarakat ini bisa dilakukans ecara tawaran pragmatik seperti
yangdigunakan di AS atau pengejaran nilai yang absolut seperti di Uni Sovyet atau
tradisionalistik. b. Pembangunan politik pemerintah berupa stabilitas politik 

PROSES POLITIK DI INDONESIA


Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari masa-
masa berikutini:- Masa prakolonial- Masa kolonial (penjajahan)- Masa Demokrasi Liberal-
Masa Demokrasi terpimpin- Masa Demokrasi Pancasila- Masa ReformasiMasing-masing
masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek :· Penyaluran tuntutan·
Pemeliharaan nilai· Kapabilitas· Integrasi vertikal· Integrasi horizontal· Gaya politik ·
Kepemimpinan
 
· Partisipasi massa· Keterlibatan militer · Aparat negara· StabilitasBila diuraikan kembali
maka diperoleh analisis sebagai berikut :1. Masa prakolonial (Kerajaan)· Penyaluran tuntutan
– rendah dan terpenuhi· Pemeliharaan nilai – disesuikan dengan penguasa atau pemenang
peperangan· Kapabilitas – SDA melimpah· Integrasi vertikal – atas bawah· Integrasi
horizontal – nampak hanya sesama penguasa kerajaan· Gaya politik - kerajaan·
Kepemimpinan – raja, pangeran dan keluarga kerajaan· Partisipasi massa – sangat rendah·
Keterlibatan militer – sangat kuat karena berkaitan dengan perang· Aparat negara – loyal
kepada kerajaan dan raja yang memerintah· Stabilitas – stabil dimasa aman dan instabil
dimasa perang2. Masa kolonial (penjajahan)· Penyaluran tuntutan – rendah dan tidak
terpenuhi· Pemeliharaan nilai – sering terjadi pelanggaran ham· Kapabilitas – melimpah tapi
dikeruk bagi kepentingan penjajah· Integrasi vertikal – atas bawah tidak harmonis· Integrasi
horizontal – harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi· Gaya politik – penjajahan,
politik belah bambu (memecah belah)· Kepemimpinan – dari penjajah dan elit pribumi yang
diperalat
 
c. Ikatan primordial, sentimen kedaerahan masih muncul apalagi ketika Otonomi
Daerahdiberlakukan.d. Paternalisme, artinya masih muncul budaya asal bapak senang
(ABS)e. Dilema interaksi modernisme dengan tradisi. Indonesia masih kuat dengan tradisi
namunmodernisme mulai muncul dan menggeser tradisi tersebut sehingga memunculkan
sikapdilematis.STRUKTUR POLITIK adalah Alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif yang
dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.Kekuasaan berarti kapasitas dalam
menggunakan wewenang, hak dan kekuatan fisik.Ketika berbicara struktur politik maka yang
akan diperbincangkan adalah tentang mesin politik sebagai lembaga yang dipakai untuk
mencapai tujuan.Berdasarkan jenisnya mesin politik terbagi dua yaitu :1. Mesin politik
Informal- Pengelompokan atas persamaan sosial ekonomi· Golongan petani merupakan
kelompok mayoritas (silent majority)· Golongan buruh· Golongan Intelegensia merupakan
kelompok vocal majority- Persamaan jenis tujuan seperti golongan agama, militer, usahawan,
atau seniman- Kenyataan kehidupan politik rakyat seperti partai politik, tokoh politik,
golongan kepentingandan golongan penekan.2. Mesin politik formalMesin politik formal
berupa lembaga yang resmi mengatur pemerintahan yaitu yang tergabungdalam trias
politika :- Legislatif - Eksekutif - Yudikatif Fungsi Politik 1. Pendidikan politik 
 
2. Mempertemukan kepentingan atau mengakomodasi dan beradaptasi3. Agregasi
kepentingan yaitu menyalurkan pendapat masyarakat kepada penguasa, disini penyalurnya
berarti pihak ketiga4. Seleksi kepemimpinan5. komunikasi politik yaitu masyarakt
mengemukakan langsung pendapatnya kepada penguasademikian pula sebaliknya. posted by
Uwes Fatoni | 7:15 AM | 6 commentsTuesday, March 07, 2006Materi perkuliahan tanggal 6
Maret 2006PengertianSistem adalah Satu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur yang
saling terkaitSuatu cara yang mekanismenya berpola, konsisten dan otomatisPolitik berasal
dari polis (negara kota: bhs Yunani)Artinya kegiatan dalam rangka mengurus kepentingan
masyarakatIndonesia adalah nama untuk suatu bangsa dan negara yang memiliki wilayah,
penduduk, pemerintah dan aturan.Sistem Politik berarti mekanisme seperangkat fungsi atau
peranan dalam strutkus politik dalamhubungan satu sama lain yang menunjukkan satu proses
yang langgeng.Sistem Politik Indonesia berarti :1. Sistem politik yang pernah berlaku di
Indonesia (masa lampau)2. sistem politik yang sedang berlaku di Indonesia (masa
sekarang)3. Sistem politik yang berlaku selama eksistensi Indonesia masih ada (masa yang
akan datang)Fenomena dalam politik a. Sistem Politik Negara b. Peran politik Jabatanc.
Struktur politik Institusid. Budaya politik Pendapat umume. Sosialisasi politik Pendidikan
kewarganegaraan.Oleh Uwes Fatoni, M.Ag posted by Uwes Fatoni | 2:53 AM | 0
commentsSaturday, February 25, 2006  
 
· Partisipasi massa· Keterlibatan militer · Aparat negara· StabilitasBila diuraikan kembali
maka diperoleh analisis sebagai berikut :1. Masa prakolonial (Kerajaan)· Penyaluran tuntutan
– rendah dan terpenuhi· Pemeliharaan nilai – disesuikan dengan penguasa atau pemenang
peperangan· Kapabilitas – SDA melimpah· Integrasi vertikal – atas bawah· Integrasi
horizontal – nampak hanya sesama penguasa kerajaan· Gaya politik - kerajaan·
Kepemimpinan – raja, pangeran dan keluarga kerajaan· Partisipasi massa – sangat rendah·
Keterlibatan militer – sangat kuat karena berkaitan dengan perang· Aparat negara – loyal
kepada kerajaan dan raja yang memerintah· Stabilitas – stabil dimasa aman dan instabil
dimasa perang2. Masa kolonial (penjajahan)· Penyaluran tuntutan – rendah dan tidak
terpenuhi· Pemeliharaan nilai – sering terjadi pelanggaran ham· Kapabilitas – melimpah tapi
dikeruk bagi kepentingan penjajah· Integrasi vertikal – atas bawah tidak harmonis· Integrasi
horizontal – harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi· Gaya politik – penjajahan,
politik belah bambu (memecah belah)· Kepemimpinan – dari penjajah dan elit pribumi yang
diperalat
 
· Partisipasi massa – sangat rendah bahkan tidak ada· Keterlibatan militer – sangat besar ·
Aparat negara – loyal kepada penjajah· Stabilitas – stabil tapi dalam kondisi mudah pecah3.
Masa Demokrasi Liberal· Penyaluran tuntutan – tinggi tapi sistem belum memadani·
Pemeliharaan nilai – penghargaan HAM tinggi· Kapabilitas – baru sebagian yang
dipergunakan, kebanyakan masih potensial· Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan
bawah atas· Integrasi horizontal- disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator ·
Gaya politik - ideologis· Kepemimpinan – angkatan sumpah pemuda tahun 1928· Partisipasi
massa – sangat tinggi, bahkan muncul kudeta· Keterlibatan militer – militer dikuasai oleh
sipil· Aparat negara – loyak kepada kepentingan kelompok atau partai· Stabilitas -
instabilitas4. Masa Demokrasi terpimpin· Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan
karena adanya Front nas· Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM rendah· Kapabilitas –
abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju· Integrasi vertikal – atas bawah·
Integrasi horizontal – berperan solidarity makers,· Gaya politik – ideolog, nasakom·
Kepemimpinan – tokoh kharismatik dan paternalistik · Partisipasi massa - dibatasi·
Keterlibatan militer – militer masuk ke pemerintahan
 
· Aparat negara – loyal kepada negara· Stabilitas - stabil5. Masa Demokrasi Pancasila·
Penyaluran tuntutan – awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi· Pemeliharaan
nilai – terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM· Kapabilitas – sistem terbuka·
Integrasi vertikal – atas bawah· Integrasi horizontal - nampak · Gaya politik – intelek,
pragmatik, konsep pembangunan· Kepemimpinan – teknokrat dan ABRI· Partisipasi massa –
awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi· Keterlibatan militer – merajalela
dengan konsep dwifungsi ABRI· Aparat negara – loyal kepada pemerintah (Golkar)·
Stabilitas stabil6. Masa Reformasi· Penyaluran tuntutan – tinggi dan terpenuhi· Pemeliharaan
nilai – Penghormatan HAM tinggi· Kapabilitas –disesuaikan dengan Otonomi daerah·
Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas· Integrasi horizontal – nampak,
muncul kebebasan (euforia)· Gaya politik - pragmatik · Kepemimpinan – sipil, purnawiranan,
politisi· Partisipasi massa - tinggi· Keterlibatan militer - dibatasi· Aparat negara – harus loyal
kepada negara bukan pemerintah

Anda mungkin juga menyukai