Anda di halaman 1dari 3

1.

Eritropoiesis adalah proses produksi dan maturasi (pematangan) sel darah merah atau
eritrosit. Proses maturasi tersebut terjadi di dalam sumsum tulang. Berdasarkan tahap
pematangan dan identifikasi morfologinya, eritropoiesis terbagi dalam 6 tahap yang
berurutan. Berdasar urutan maturasinya, maka terdapat 6 tahapan yaitu:
a) Tahap maturasi yang paling awal/ sel darah merah yang paling muda disebut sebagai
Proeritroblas/ Pronormoblas. Sel ini berinti bulat dengan beberapa anak inti dan kromatin
yang halus. Dengan pulasan Romanowsky inti berwarna biru kemerah-merahan
sitoplasmanya berwarna biru. Ukuran sel rubriblast bervariasi 18-25 mikron. Dalam
keadaan normal jumlah rubriblast dalam sumsum tulang adalah kurang dari 1 % dari
seluruh jumlah sel berinti.
b) Proeritroblas/ Pronormoblas akan mengalami maturasi menjadi Eritroblas Basofilik/
Normoblas Basofilik. Pada pewarnaan kromatin inti tampak kasar dan anak inti
menghilang atau tidak tampak. Sitoplasma sedikit mengandung hemoglobin sehingga
warna biru dari sitoplasma akan tampak menjadi sedikit kemerah-merahan. Ukuran lebih
kecil dari rubriblast. Jumlahnya dalam keadaan normal 1-4 % dari seluruh sel berinti.
c) Eritroblas Basofilik/ Normoblas Basofilik yang mengalami maturasi akan menjadi
Eritroblas Polikromatik/ Normoblas Polikromatofilik. Inti sel ini mengandung kromatin
yang kasar dan menebal secara tidak teratur Pada sel ini sudah tidak terdapat lagi anak
inti, inti sel lebih kecil daripada prorubrisit tetapi sitoplasmanya lebih banyak,
mengandung warna biru karena kandungan Asam ribonukleat (ribonucleic acid-RNA)
dan merah karena kandungan hemoglobin, tetapi warna merah biasanya lebih dominan.
Jumlah sel ini dalam sumsum tulang orang dewasa normal adalah 10-20 %.
d) Eritroblas Polikromatik/ Normoblas Polikromatofilik akan mengalami maturase menjadi
Eritroblas Ortokromatik/ Normoblas Ortokromik. Inti sel ini kecil padat dengan struktur
kromatin yang menggumpal. Sitoplasma telah mengandung lebih banyak hemoglobin
sehingga warnanya merah walaupun masih ada sisa-sisa warna biru dari RNA. Jumlahnya
dalam keadaan normal adalah 5-10 %.
e) Eritroblas Ortokromatik/ Normoblas Ortokromik semakin matur dan disebut sebagai
Retikulosit/ Sel Darah Merah Polikromatofilik. Pada proses maturasi eritrosit, setelah
pembentukan hemoglobin & penglepasan inti sel, masih diperlukan beberapa hari lagi
untuk melepaskan sisa-sisa RNA. Sebagian proses ini berlangsung di dalam sumsum
tulang dan sebagian lagi dalam darah tepi. Pada saat proses maturasi akhir, eritrosit selain
mengandung sisa-sisa RNA juga mengandung berbagai fragmen mitokondria dan organel
lainnya. Pada stadium ini eritrosit disebut retikulosit atau eritrosit polikrom. Retikulum
yang terdapat di dalam sel ini hanya dapat dilihat dengan pewarnaan supravital. Tetapi
sebenarnya retikulum ini juga dapat terlihat sebagai bintik-bintik abnormal dalam eritrosit
pada sediaan apus biasa.
f) Tahapan akhir dari Eritropoiesis adalah Sel Darah Merah matur yang juga disebut sebagai
eritrosit, yang berasal dari Retikulosit yang mengalami maturase. Eritrosit normal
merupakan sel berbentuk cakram bikonkav dengan ukuran diameter 7-8 um dan tebal 1,5-
2,5 um. Bagian tengah sel ini lebih tipis daripada bagian tepi. Dengan pewarnaan Wright,
eritrosit akan berwarna kemerah-merahan karena mengandung hemoglobin. Eritrosit
sangat lentur dan akan berubah bentuk selama beredar dalam sirkulasi. Umur eritrosit
adalah sekitar 120 hari.
Destruksi eritrosit dibagi :
 Hemolisis intravaskular adalah proses penghancuran eritrosit langsung dalam
sirkulasi darah. Hemolisis abnormal

 Hemolisis ekstravaskular adalah proses penghancuran eritrosit diluar sirkulasi


darah. Merupakan proses homeolisis yang fisiologis.

 Hemolisis Intravaskular
Prosesnya :
a. Eritrosit mengalami destruksi dalam sirkulasi darah. Lalu Hb terlepas ke dalam plasma
b. Hb di plasma akan dibersihkan oleh haptoglobin – ikatan Hb-haptoglobin
c. Haptoglobin habis terpakai – Hb bebas berdesosiasi menjadi dimer-αß (molekul kecil) –
filtrat glomerulus
d. Di tubulus proksimal direabsorpsi oleh sel tubulus – mengalami degradasi : protein
dihancurkan, heme diubah menjadi bilirubin dan keluar bersama urin, Fe jadi hemosiderin
e. Hemoglobin bebas di darah juga bisa mengalami oksidasi menjadi hemoglobin teroksidasi
(methemoglobin)
 Hemolisis Ekstravaskular
Prosesnya :
a. Eritrosit dikeluarkan dari pembuluh darah oleh makrofag sistem retikuloendotelial yang
terdapat di sumsum tulang, hati, dan limpa
b. Sel menjadi tidak viable karena eritrosit tidak berinti sehingga metabolisme eritrosit
memburuk secara perlahan dan juga karena enzim didegradasi dan tidak diganti
c. Terjadi pemecahan heme dari eritrosit yang membebaskan Fe ke sirkulasi melalui
transferin plasma
d. Protoporfirin dipecah menjadi bilirubin. Bilirubin bersirkulasi ke hati dan mengalami
konjugasi menjadi glukoronida yang dieskresikan ke dalam usus melalui empedu dan diubah
menjadi sterkobilinogen.
e. Sebagian diekskresikan ke dalam feses dan sebagainya lagi di ekskresikan sebagai urine
dalam bentuk urobilinogen dan urobilin
 f. Rantai globin dipecah menjadi asam amino yang akan digunakan kembali untuk
sintesis protein umum dalam tubuh

2. A. Stem sel hematopoetik,


B. Sitokin spesifik, growth factor dan hormonal regulator.
C. Hematopoietik yang mempengaruhi microenvirontment yang merupakan stroma
pendukung dan interaksi sel dengan sel yang diikuti proliferasi dan diferensiasi
hematopoetik sel stem dan mempengaruhi erythroid progenitor yang akhirnya
menghasilkan sel darah merah yang matur.

Anda mungkin juga menyukai