ABSTRAK ABSTRACT
Salah satu upaya untuk mendukung One effort to support the food security
program ketahanan pangan adalah dengan program is the repair cropping systems.
perbaikan sistem tanam. Penelitian ini This research aims to determine the effect
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari of various cropping systems and the
berbagai macam sistem tanam dan jumlah number of seeds per planting hole in rice
bibit per lubang tanam pada produksi padi production. The research was conducted
sawah. Penelitian dilakukan menggunakan using the Split Plot Design, factors tested
Rancangan Petak Terbagi (RPT), Faktor are some cropping system as the main plot
yang diujikan adalah beberapa macam and the number of seeds per hole as a
sistem tanam sebagai petak utama dan subplot with 12 treatments and 3
jumlah bibit per lubang tanam sebagai replications. The research was conducted in
anak petak dengan 12 perlakuan dan 3 kali Ngampal village, Sumberrejo District,
ulangan. Penelitian dilakukan di lahan Bojonegoro in February until May 2015. The
pertanian di desa Ngampal, Kecamatan results showed there is an interaction on the
Sumberrejo, Bojonegoro pada bulan observation number of panicles per clump
Februari−Mei 2015. Hasil penelitian at age 65 days after planting. By using
menunjukan terjadi interaksi pada cropping system Jajar legowo 2:1 gives
parameter pengamatan jumlah malai per average lower results in all parameters
rumpun saat umur 65 hari setelah tanam. when the vegetative phase compared to the
Dengan menggunakan sistem tanam Jajar other three planting systems, but can
legowo 2:1 memberikan rerata hasil yang increase crop production rice at 6.9 tons ha-
rendah disemua parameter pengamatan 1 or increased (53%) when compared to
saat fase vegetatif dibandingkan ketiga conventional cropping systems at 4.5 tons
sistem tanam yang lain namun dapat ha-1.
meningkatkan hasil produksi tanaman padi
sebesar 6,9 ton ha-1 atau meningkat (53%) Keywords: Paddy Fields, Cropping System,
jika dibandingkan dengan sistem tanam Number of Seeds, Inpari 30
konvensional sebesar 4,5 ton ha-1.
PENDAHULUAN
Kata kunci: Padi Sawah, Sistem Tanam,
Jumlah Bibit, Inpari 30 Padi merupakan tanaman berupa
rumput berumpun yang paling penting di
Indonesia karena makanan pokok sebagian
1339
besar penduduk Indonesia adalah nasi. digunakan adalah traktor tangan pengolah
Program ketahanan pangan diarahkan pada tanah, cangkul, jaring, tali, kamera GT-
kemandirian petani yang berbasis pada 18160, plastik, label untuk menandai
potensi sumberdaya lokal melalui program sampel, timbangan analitik, Leaf Area Meter
peningkatan produksi pangan, menjaga (LAM), oven, amplop, alfa board, penggaris,
ketersediaan pangan, dan dapat diakses meteran. Bahan yang digunakan adalah
oleh masyarakat. Namun pada praktek di bibit padi varietas Inpari 30, pupuk SP36
lapang masih banyak petani yang (36% P2O5), pupuk urea (46% N) serta
menggunakan sistem budidaya padi secara pupuk KCl (60% K2O). Fungisida denga
konvensional seperti tanam benih langsung bahan aktif propineb 70%. Insektisida
dan tanpa menggunakan jarak serta sistem dengan bahan aktif imidakloprid.
tanam yang tepat sehingga menyebabkan Penelitian dilakukan dengan
produksi padi tidak dapat optimal. Jarak menggunakan Rancangan Petak Terbagi
tanam yang rapat dan penggunaan bibit (RPT), Faktor yang diujikan adalah
yang lebih banyak dalam satu lubang tanam beberapa macam pola tanam sebagai
menyebabkan kompetisi akar dalam petak utama dan jumlah benih per lubang
pengambilan unsur hara dalam tanah, tanam sebagai anak petak dengan 12
perkembangan akar menjadi terganggu, perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan
jumlah anakan total dan anakan produktif yang digunakan, yaitu P1 = pola tanam SRI
berkurang serta memperlambat waktu 30 x 30 cm, P2 = pola tanam Jajar Legowo
panen (Efendi, 2011). 2:1, P3 = pola tanam SRI 25 cm x 25 cm,
Data hasil Badan Pusat Statistik serta P4 = Pola tanam konvensional dan J1
menyebutkan produktifitas padi tahun 2014 = 1 bibit per lubang tanam, J2 = 2 bibit per
menurun dibandingkan dengan tahun lalu lubang tanam, J3 = 3 bibit per lubang tanam.
yang pada tahun 2013 produksi padi di Pengamatan dilakukan dengan
Indonesia mencapai angka 71,28 juta ton metode destruktif dan panen dengan
gabah kering giling (GKG), namun pada parameter pengamatan, sebagai berikut:
tahun 2014 produksi padi turun hingga Destruktif (25, 45, 65 dan 85 hst) yaitu
angka 70,60 juta ton GKG. Hal ini terjadi jumlah anakan per rumpun, jumlah daun per
karena angka luas panen dan produktifitas rumpun, luas daun per rumpun, jumlah
tanaman padi yang terus menurun (BPS malai per rumpun, bobot kering total
2014). tanaman per rumpun. Panen yaitu (jumlah
Produksi padi masih dapat malai per rumpun, bobot malai per rumpun,
ditingkatkan melalui perbaikan sistem bobot biji per rumpun, bobot 1000 butir,
tanam dan pemakaian bibit per lubang bobot Gabah Kering kg m-2 dan ton ha-1).
tanam yang akan berpengaruh terhadap Data yang diperoleh dianalisis
pertumbuhan karena secara langsung menggunakan analisis ragam (uji F) pada
berhadapan dengan kompetisi antar taraf 5 %. Jika hasil berbeda nyata
tanaman dalam satu rumpun. Jumlah bibit dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur
per lubang tanam yang lebih sedikit akan (BNJ) dengan taraf 5%.
memberikan ruang pada tanaman untuk
menyebar dan memperdalam perakaran. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 8, Agustus 2017, hlm. 1337 – 1345
anakan dalam satu rumpun. Kondisi tanaman melalui proses fotosintesis yang
tersebut dapat terlihat saat umur tanaman terjadi di daun maka semakin banyak dan
65 hst, pada umur itulah tanaman padi luas daun yang terkena cahaya matahari
mengalami peningkatan jumlah anakan fotosintat yang dihasilkan dan dialokasikan
maksimal, dan jumlah anakan cenderung ke bagian-bagian tanaman akan semakin
berkurang karena anakan yang tidak banyak pula. Luas daun per rumpun juga
produktif akan mati seperti pada saat berpengaruh terhadap produktifitas
pengamatan umur tanaman 85 hst Hasil tanaman padi, karena semakin luas daun
pengamatan menunjukan model sistem dari tanaman maka proses fotosintesis akan
tanam memberikan pengaruh nyata bagi semakin baik dan jumlah asimilat akan
pembentukan anakan pada umur tanaman semakin banyak. Dari hasil analisis ragam
45 hst sampai dengan 85 hst. Dapat dilihat menunjukan dengan menggunakan sistem
pada analisis ragam menunjukan dengan tanam SRI 30 cm x 30 cm mendapatkan
menggunakan sistem tanam SRI 30 cm x hasil yang berbeda nyata lebih tinggi jika
30 cm tidak berbeda nyata dengan SRI 25 dibandingkan dengan Jajar legowo 2:1
cm x 25 cm namun nyata lebih tinggi jika namun tidak berbeda nyata dengan SRI 25
dibandingkan dengan menggunakan sistem cm x 25 cm dan konvensional (Tabel 2).
tanam Jajar legowo 2:1 dan Konvensional Berbanding terbalik dengan model sistem
(Tabel 1). Hal ini dikarenakan ada tanam Jajar legowo 2:1 yang mana jarak
perbedaan ruang gerak atau jarak antar antar tanaman dalam barisan hanya 10 cm
tanaman pada setiap perlakuan model sehingga mengakibatkan daun tanaman
sistem tanam yang digunakan. Perbedaan saling tindih dan tidak setiap daun dapat
jarak tersebut berakibat pada tanaman yang terkena cahaya matahari secara langsung
bersaing memperebutkan unsur hara, air sehingga menghambat proses fotosintesis.
dalam tanah dan cahaya matahari untuk Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
proses fotosintesis. semakin sempit jarak tanam maka akan
menghambat perkembangan luas daun Hal
Luas Daun per Rumpun tersebut disebabkan jarak antar tanaman
Pengukuran luas daun tanaman padi yang lebar memberikan ruang gerak yang
menggambarkan seberapa besar cukup bagi tanaman untuk berkembang
penangkapan cahaya matahari yang dapat serta daun antar tanaman tidak saling tindih
dilakukan tanaman serta menggambarkan sehingga penangkapan cahaya matahari
seberapa besar fotosintat yang dihasilkan
Tabel 1 Rata-Rata Jumlah Anakan Total Per Rumpun Pada Perlakuan Model Sistem Tanam
dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam Di Semua Umur Pengamatan
Rata-rata jumlah anakan per rumpun pada umur pengamatan
Perlakuan (hst)
25 45 65 85
Model Sistem tanam
SRI 30 cm x 30 cm 6,25 11,38 b 15,46 b 15,71 c
Jajar Legowo 2:1 5,25 7,42 a 11,25 a 8,17 a
SRI 25 cm x 25 cm 5,71 11,13 b 15,42 b 12,33 b
Konvensional 6,63 11,00 b 12,58 a 12,29 b
BNJ 5% tn 3,28 2,76 2,63
Jumlah Bibit
Per Lubang Tanam
1 Bibit 6,38 13,21 16,79 15,08
2 Bibit 8,17 14,46 18,96 16,25
3 Bibit 9,29 13,25 18,96 17,17
BNJ 5% tn tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda
nyata (BNJ 5%), hst: hari setelah tanam, tn: tidak nyata.
1341
Tabel 2 Rata-Rata Luas Daun Per Rumpun (cm2) Pada Perlakuan Model Sistem Tanam dan
Jumlah Bibit Per Lubang Tanam Disemua Umur Pengamatan
Rata-rata luas daun (cm2) per rumpun pada umur pengamatan (hst)
Perlakuan
25 45 65 85
Model Sistem tanam
SRI 30 cm x 30 cm 68,88 542,19 b 1416,83 b 1337,03 b
Jajar Legowo 2:1 73,33 344,80 a 793,14 a 601,71 a
SRI 25 cm x 25 cm 56,00 530,82 b 1254,34 b 1037,87 ab
Konvensional 92,78 443,63 a 1411,55 b 1205,25 b
BNJ 5% tn 184,06 243,70 580,66
Jumlah Bibit
Per Lubang Tanam
1 Bibit 75,53 598,16 1445,93 1383,67
2 Bibit 88,93 617,71 1627,69 1433,71
3 Bibit 104,03 645,57 1802,24 1364,48
BNJ 5% tn tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata
(BNJ 5%), hst: hari setelah tanam, tn: tidak nyata.
Tabel 3 Rata-Rata Jumlah Malai Per Rumpun Pada Perlakuan Model Sistem Tanam dan Jumlah
Bibit Per Lubang Tanam Pada Umur Pengamatan 65 Dan 85 HST
Rata-rata jumlah malai per rumpun pada umur pengamatan (hst)
Perlakuan
65 85
Model Sistem tanam
SRI 30 cm x 30 cm 0,85 a 12,92 c
Jajar Legowo 2:1 1,28 b 6,04 a
SRI 25 cm x 25 cm 0,77 a 9,58 b
Konvensional 0,99 ab 9,50 b
BNJ 5% 0,47 2,90
Jumlah Bibit
per Lubang Tanam
1 Bibit 1,69 c 13,88
2 Bibit 1,22 ab 12,96
3 Bibit 0,98 a 11,91
BNJ 5% 0,37 tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata
(BNJ 5%), hst: hari setelah tanam, tn: tidak nyata.
oleh daun untuk proses fotosintesis dapat penelitian bahwa dengan menggunakan
optimal karena selain bergantung dari sifat sistem tanam SRI 30 cm x 30 cm
genetik luas daun juga bisa di pengaruhi mendapatkan hasil berbeda nyata lebih
oleh lingkungan seperti jarak tanam. Hasil tinggi dibandingkan dengan SRI 25 cm x 25
tersebut juga didukug oleh pernyataan cm dan Konvensional selanjutnya diikuti
Yulisma (2011) peningkatan jarak tanam oleh Jajar Legowo 2:1 (Tabel 3). Hasil
dapat meningkatkan total luas daun, sejalan berbeda nyata pada perlakuan model
dengan pertambahan umur tanaman luas sistem tanam umur 85 hst dipengaruhi oleh
daun juga meningkat. perbedaan jumlah anakan pada tiap
perlakuan sistem tanam yang disebabkan
Jumlah Malai per Rumpun oleh persaingan lingkungan dan pada umur
Secara teoritis, semakin banyak tersebut adalah masa dimana tanaman padi
jumlah anakan per satuan luas, maka masih aktif menghasilkan anakan pada
semakin banyak jumlah malai per satuan semua perlakuan. Namun pada
luas (Wangiyana et al, 2009). Pernyataan pengamatan sebelumnya saat umur 65 hst
tersebut dapat dibuktikan dengan hasil saat malai mulai terbentuk, perlakuan model
1342
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 8, Agustus 2017, hlm. 1337 – 1345
sistem tanam Jajar legowo 2:1 memberikan malai dan memberikan bobot yang beda
hasil beda nyata lebih tinggi juka nyata pada tiap perlakuan. Dengan
dibandingkan SRI 30 cm x 30 cm dan SRI menggunakan sistem tanam SRI 30 cm x
25 cm x 25 cm namun tidak berbeda nyata 30 cm mendapatkan hasil berbeda nyata
dengan Konvensional. Hal tersebut terjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan SRI
karena sifat yang dimiliki tanaman padi 25 cm x 25 cm, Jajar legowo 2:1 dan
sendiri yang mana jika semakin tinggi Konvensional (Tabel 4). Perbedaan hasil
tingkat persaingan lingkungan maka pada berbagai model sistem tanam ini
tanaman padi akan segera mengakhiri fase karena fotosintat yang dihasilkan tanaman
vegetatif dan masuk pada fase generatif berbeda-beda pada tiap model sistem
yang ditandai dengan malai yang muncul tanam. Hal tersebut dipengaruhi oleh
lebih awal. Sedangkan perlakuan jumlah perbedaan jarak tanaman pada tiap sistem
bibit per lubang mendapatkan hasil dengan tanam yang menyebabkan persaingan
menggunakan jumlah 1 bibit berbeda nyata dalam memperoleh unsur hara, air dan
lebih tinggi dibandingkan dengan 2 dan 3 cahaya matahari sehingga berdampak pada
bibit. . Rizwan (2012) menyatakan bahwa perbedaan fotosintat yang dialokasikan
jumlah malai pada setiap varietas pada tiap bagian tanaman berbeda
bergantung terhadap jumlah bibit per dimasing-masing sistem tanam.
rumpun yang ditanam dan jumlah anakan.
Jumlah Malai per Rumpun Panen
Bobot Kering Total Tanaman Jumlah malai per rumpun panen
Pengamatan bobot kering total merupakan salah satu indikator produksi
tanaman merupakan penunjuk ciri tanaman. Dari hasil penelitian menunjukan
pertumbuhan baik secara ukuran, bentuk dengan menggunakan model sistem tanam
serta volume tanaman. Biomassa tanaman SRI 30 cm x 30 cm mendapatkan hasil yang
merupakan ukuran paling sering digunakan berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan
untuk menggambarkan pertumbuhan dengan Jajar legowo 2:1 namun tidak
tanaman. Pengamatan biomassa tanaman berpengaruh nyata dengan SRI 25 cm x 25
digambarkan oleh bobot kering total cm dan Konvensional (Tabel 5). Hasil
tanaman. Pengaruh nyata terjadi pada umur terebut disebabkan karena pada sistem
tanaman 65 hst dan 85 hst, hal tersebut tanam SRI 30 cm x 30 cm, SRI 25 cm x 25
disebabkan karena pada umurn 65 hst dan cm dan Konvensional memiliki jarak yang
85 hst tanaman padi sudah menghasilkan
Tabel 4 Rata-Rata Bobot Kering Total Tanaman Per Rumpun (g) Pada Perlakuan Model Sistem
Tanam dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam Disemua Umur Pengamatan
Rata-rata bobot kering total tanaman (g) per rumpun pada umur
Perlakuan pengamatan (hst)
25 45 65 85
Model Sistem tanam
SRI 30 cm x 30 cm 3,38 20,19 50,34 b 91,59 b
Jajar Legowo 2:1 3,24 13,29 38,08 a 50,27 a
SRI 25 cm x 25 cm 3,12 15,52 42,85 ab 64,29 a
Konvensional 3,78 13,20 50,19 b 69,58 a
BNJ 5% tn tn 7,39 20,08
Jumlah Bibit
per Lubang Tanam
1 Bibit 3,99 16,85 66,96 99,15
2 Bibit 4,61 23,89 59,57 93,46
3 Bibit 4,92 21,46 54,93 83,12
BNJ 5% tn tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda
nyata (BNJ 5%), hst: hari setelah tanam, tn: tidak nyata.
1343
masih sesuai untuk memberikan ruang pada tanaman tersebut dan hasil dari
tumbuh bagi tanaman untuk dapat fotosintesis atau asimilat tesebut dapat
melakukan fotosintesis dengan baik yang dialokasikan langsung ke organ generatif
berdampak pada pembenbtukan dan atau untuk pembentukan serta pengisian
pengisisan malai. Akar tanaman juga dapat malai sehingga presentase gabah hampa
tumbuh dengan baik dan tidak saling dapat di minimalkan.
bersinggungan dengan perakaran tanaman
lain sehingga akar dapat menyerap air dan Bobot Biji per Rumpun
unsur secara optimal yang akan digunakan Bobot biji per rumpun merupakan
untuk pembentukan malai. salah satu indikator yang dapat menunjukan
kualitas produksi tanaman padi. Analisis
Bobot Malai per Rumpun ragam menunjukan dengan menggunakan
Bobot malai per rumpun tanaman sistem tanam SRI 30 cm x 30 cm
padi dipengaruhi oleh jumlah malai yang memberikan hasil yang berbeda nyata lebih
dihasilkan. Pada Tabel 5. terlihat bahwa tinggi jika dibandingkan dengan SRI 25 cm
dengan menggunakan sistem tanam SRI 30 x 25 cm dan konvensional kemudian diikuti
cm x 30 cm memberikan hasil yang berbeda dengan sistem tanam jajar legowo 2:1
nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan (Tabel 5). Hasil yang tinggi dari model
SRI 25 cm x 25 cm dan konvensional sistem tanam SRI 30 cm x 30 cm
kemudian diikuti dengan sistem tanam jajar disebabkan proses fotosintesis pada
legowo 2:1. Hasil yang tinggi dari model perlakuan ini dapat berlangsung secara
sistem tanam SRI 30 cm x 30 cm optimal karena memiliki jarak tanam yang
disebabkan proses fotosintesis pada lebih lebar pada semua sisi tanaman jika
perlakuan ini dapat berlangsung secara dibandingkan dengan ke tiga sistem tanam
optimal karena memiliki jarak tanam yang yang lain sehingga akumulasi dari asimilat
lebih lebar pada semua sisi tanaman jika yang dihasilkan dan dialokasikan untuk
dibandingkan dengan ke tiga sistem tanam pengisian biji juga lebih banyak dan
yang lain. Semakin lebar jarak tanam pada bedampak pada bobot dari biji lebih berat
perlakuan model sistem tanam maka akan serta presentase gabah hampa cendeung
semakin baik pula fotosintesis yang terjadi lebih sedikit.
Tabel 5 Rata-Rata Jumlah Malai, Bobot Malai, Bobot Biji, Bobot 1000 Butir dan Hasil Panen
GKG Kg m-2 dan Ton ha-1 Pada Perlakuan Model Sistem Tanam dan Jumlah Bibit Per
Lubang
Parameter Pengamatan Panen
Perlakuan Bobot Bobot Bobot Hasil Hasil
Jumlah
Malai Biji 1000 GKG GKG
Malai
(g tan-1) (g tan-1) butir (g) (kg m-2) (ton ha-1)
Model Sistem Tanam (Populasi
tanaman m-2)
SRI 30 cm x 30 cm (16) 13,94 b 38,75 c 34,03 c 19,92 0,58 a 5,48 a
Jajar Legowo 2:1 (48) 9,90 a 22,55 a 19,71 a 19,67 0,72 b 6,88 b
SRI 25 cm x 25 cm (25) 11,67 ab 33,58 b 30,06 b 18,92 0,57 a 5,44 a
Konvensional (18) 11,23 ab 31,69 b 28,05 b 18,83 0,47 a 4,47 a
BNJ 5% 3,51 3,53 3,81 tn 0,13 1,25
Jumlah Bibit
per Lubang Tanam
1 Bibit 15,96 44,94 39,64 25,67 0,85 8,06
2 Bibit 15,35 42,69 38,11 25,67 0,77 7,32
3 Bibit 15,43 38,94 34,10 26,00 0,73 6,89
BNJ 5% tn tn tn tn tn tn
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda
nyata (BNJ 5%), tn: tidak nyata.
1344
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 8, Agustus 2017, hlm. 1337 – 1345