Anda di halaman 1dari 15

Pengendalian Ramah Lingkungan Ulat

Grayak Jagung (Spodoptera frugiperda)


Webinar Bimtek PROPAKTANI
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Pendahuluan

Spodoptera berasal dari Dilaporkan Ditemukan Ditemukan sudah


benua Amerika dan pertama kali di di Pasaman berada di Pulau
telah menyebar luas ke Indonesia pada Barat dan di Morotai pada tahun
bebagai wilayah. tahun 2019. Banten 2021
Bioekologi
Larva S. frugiperda terdiri dari enam
Imago betina meletakkan kelompok telur instar perkembangan. Larva instar 1
pada daun yang letaknya lebih rendah, berukuran 1.68 mm.
dekat pangkal tanaman, atau dekat Instar ke-2 dan ke-3 bersifat kanibalistik.
persimpangan daun dan batang. Larva dewasa memiliki panjang 30-40 mm
• Jumlah telur pada kelompok dapat dengan warna cokelat muda, hijau atau
mencapai 55- 255 butir telur. hitam.
• Telur menetas 2-3 hari setelah
peletakan telur apabila kondisi
lingkungan sesuai.
• Telur dapat bertahan pada suhu 9.7
°C –39 °C. Suhu optimal untuk
perkembangan telur pada 25 °C
Pupa

Pupa berukuran 20‒30 mm dan ditemukan di tanah. Pupa dilapisi kokon yang terbuat
dari tanah berpasir. Pupa yang baru terbentuk berwarna cokelat terang. Umur pupa 8‒10
hari selama musim panas atau 20 hari ketika musim dingin (CABI 2020)

Jantan Betina
Imago

Imago aktif di malam hari. Sayap


depan imago jantan berwarna abu-
abu dan cokelat, dengan bintik-bintik
Jantan putih segitiga di ujung dan bagian
tengah sayap. Sayap depan imago
betina berwarna abu-abu dan tidak
memiliki bintik-bintik putih. Sayap
belakang berwarna perak-putih pada
imago jantan dan betina. Umur imago
Betina S frugiperda adalah 10 hari.
Pengendalian: Dasar PHT

Insecticide, Fungicide, Herbicide, etc. Chemical Suppression


Pesticide

Predators, parasitoids, Nematodes Monitoring

Biological
Mulching, Traps, Barriers Avoidance

Physical - Mechanical
Planting date, Resistant Variety, Plant Association Prevention
Pengendalian Kultur
Teknis & Fisik
Kultur Teknis. Pengolahan tanah yang baik dan
pembakaran sisa tanaman dapat menurunkan
populasi pada pertanaman berikutnya.

Fisik. Pengumpulan kelompok telur dan


memasukkan kelompok telur dalam tabung
parasitoid. 1 kelompok telur mencapai 100-200
telur
Pengendalian Teknik
Budidaya
- Periode Tanam. Sekitar 57% produksi jagung di Indonesia dihasilkan oleh pertanaman
jagung pada MH, 24% pada MK I, dan 19% pada MK II.
- Varietas yang umurnya terpanjang ditanam di waktu tanam pertama dan sebaliknya:
panen serempak.

MK: Musim Kemarau


MH: Musim Hujan
Pengendalian Teknik
Budidaya

- Pengunaan benih dan varietas


unggul, yaitu memiliki daya hasil
yang tinggi, tahan terhadap hama
penyakit utama, dan toleran
terhadap kondisi lingkungan
tertentu
- Varietas resisten terhadap UGF
masih perlu di eksplorasi.
- Beberapa varietas jagung populer
yang resisten hama adalah:
Harapan dan Permadi (Resisten
terhadap Ostrinia sp.)
Pengendalian Teknik
Budidaya
- Pola Budidaya: Asosiasi antar tanaman. Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan
adalah:

• Tanaman Bersisipan (Relay


Cropping): menyisipkan jenis
tanaman selain tanaman pokok.
Ex: jagung disisipkan kacang
tanah
• Tumpang sari (Intercropping):
Penanaman lebih dari 1 tanaman
(umur sama atau berbeda). Ex:
jagung dan ketela pohon
Pengendalian Hayati

Telenomus sp. Exorista sp.

Konservasi musuh alami


berpotensial seperti:

• Parasitoid telur UGF


Telenomus sp. (Scelionidae)
• Parasitoid larva dan pupa UGF
Exorista sp. (Tachinidae)
• Cendawan Entomopatogen:
Metarhizium anisopliae, Beauveria
basiana
Pengendalian Insektisida
Nabati & Hayati

- Terdapat 41 bahan aktif yang


telah terdaftar dapat
digunakan untuk UGF di 30
negara.

- Yang tertinggi diantaranya:


Azadirachtin, Bt, pyrethrins,
minyak kedelai dan sulfur.

*Jumlah BA dan produk yang


terdaftar di beberapa negara
Pengendalian Insektisida
Nabati & Hayati
Azadirachtin memiliki efek
menstimulasi dan merusak
antena dan sensillum
basiconicum S. frugiperda
serta mempengaruhi perilaku
makan S. frugiperda.

S. frugiperda menunjukkan perilaku


antifeeding pada daun jagung yang
telah diaplikasikan azadirachtin dan
mengalami perubahan preferensi
makan kepada hama kutu daun
Rhopalosiphum maidis
Pengendalian Kimiawi

- Harus diterapkan secara bijaksana:


memperlihatkan kelestarian
musuh alami dan tingkat populasi
hama yang menyerang
- Aplikasi pestisida pada >56 HST
harus dihindari agar tidak
membahayakan kesehatan
manusia dan kelestarian musuh
alami
- Indonesia: BA Klorantraniliprol
efektif mengendalikan UGF
dengan mortalitas 70 hingga 100%
dalam 3 hari setelah aplikasi.
Terima Kasih
Webinar Bimtek PROPAKTANI Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Anda mungkin juga menyukai