1. Keinginan kuat
3. Konsultasi dengan rekan sejawat di daerah setempat yang sudah jalan usaha
apoteknya.
4. Mulai membuat dokumen dan berkas untuk ke PC, Dinas, PKM, kecamatan, Izin
gangguan Dll.
Dalam merencanakan membuka usaha apotek hal yang pertama kali harus
dipertimbangkan adalah permasalahan mengenai modal usaha apotek. Besar modal yang
diperlukan dalam mendirikan usaha apotek sangat bervariasi mulai dari puluhan juta
sampai ratusan juta rupiah. Biaya modal ini bergantung pada lokasi apotek, biaya sewa,
biaya perbekalan sediaan farmasi, dan biaya kepegawaian. Jika anda mendirikan apotek
secara mandiri maka sebenarnya anggaran pendirian apotek dapat disesuaikan dengan
modal awal yang dimiliki.
Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah modal yang diperlukan untuk mendirikan
usaha apotek adalah model bisnis apotek Anda. Beberapa contoh model usaha apotek ini
diantaranya pada dispensing, obat resep, obat OTC (Over The Counter), dan swamedikasi.
Model usaha ini akan menentukan persentase pembagian biaya operasional apotek.
Misalkan jika fokus anda pada obat OTC dan swamedikasi maka sebagian besar anggaran
usaha apotek akan digunakan untuk pengadaan obat OTC seperti suplemen, vitamin, obat
bebas, dan lain lain. Beberapa pos pengeluaran biaya pendirian usaha apotek diantaranya
adalah :
1. Biaya Sewa Lokasi
Biaya sewa lokasi ini menjadi salah satu biaya yang cukup besar memakan anggaran
modal apotek Anda. Biaya sewa lokasi ini tentunya akan berbeda di setiap daerah,
umumnya biaya sewa daerah perkotaan dengan penduduk yang padat akan lebih besar
dibandingkan dengan daerah pinggiran perkotaan. Biaya sewa lokasi usaha di kota besar
seperti Jakarta dan Surabaya juga lebih mahal dibandingkan dengan kota kecil di pulau
jawa. Sehingga Anda juga perlu menyesuaikan anggaran sewa yang dimiliki dengan
pemilihan lokasi calon apotek anda.
Oleh karena itu, perencanaan pengadaan sediaan farmasi di apotek sangatlah penting.
Metode perencanaan yang paling umum adalah kombinasi metode ABC-VEN. Metode
ABC/Pareto Rencana pengadaan berdasarkan skala prioritas pengadaan sediaan farmasi.
Metode ABC ini adalah pengelompokkan pengadaan obat berdasarkan alokasi dana yang
diperuntukkan, sebagai berikut :
C (Control) 50% 5%
Kemudian dengan metode VEN, obat akan dibagi menjadi kelompok Vital (pengobatan
kondisi darurat), Esensial (pengobatan penyebab penyakit), dan Non-Esensial (pengobatan
penunjang kesembuhan). Hasil dari kombinasi kedua metode ini akan menghasilkan
segmentasi obat sebagai berikut :
3. Biaya Marketing
Biaya marketing ini seringkali tidak dianggarkan oleh pebisnis apotek. Padahal biaya
marketing ini sangat berperan dalam meningkatkan penjualan obat apotek Anda. Metode
marketing ini sangat bervariasi baik secara digital maupun verbal dan tulisan. Anda harus
menemukan metode marketing yang tepat untuk apotek Anda, supaya minimal dalam
radius 5 Km masyarakat dapat mengetahui keberadaan Apotek anda. Setelah menemukan
metode marketing yang tepat maka anggarkan biaya marketing bulanan apotek Anda.
4. Biaya Kepegawaian
Biaya kepegawaian ini bergantung pada jumlah pegawai yang Anda pekerjakan di apotek.
Umumnya jika pada awal apotek didirikan pegawai yang dibutuhkan belum banyak,
minimal memiliki satu orang Apoteker Penanggung Jawab (APJ) dan satu orang Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK). Anda juga harus menganggarkan modal apotek awal untuk
memberikan hak pegawai yang sesuai dengan tanggung jawab mereka. Selain gaji, biaya
kepegawaian ini juga dapat berupa biaya pelatihan kepada pegawai untuk menguasai
suatu kompetensi yang berkaitan dengan tugas pekerjaan yang ia lakukan.
5. Uang Cash
Sebagai pemilik apotek anda juga harus tetap memegang uang cash untuk biaya
operasional apotek Anda. Uang cash ini sangat diperlukan untuk melakukan aktivitas
bisnis dan sebagai biaya darurat yang mungkin akan dikeluarkan di kemudian hari.
Jangan sampai modal anda telah habis seluruhnya untuk belanja keperluan apotek dan
anda tidak memiliki uang cash lagi.