Anda di halaman 1dari 2

PERAN KOMITE FARMASI DAN TERAPI (KFT) DALAM MENDUKUNG 

JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL (JKN)
Penulis : Mir-a Kemila M.Sc., Apt.
Apoteker RS JIH Yogyakarta
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pemerintah telah
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai upaya
memberikan perlindungan kesehatan kepada peserta untuk memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Penyelenggaraan JKN mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) salah satunya adalah menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayan
medik yang cost effective dan rasional. Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan,
penggunaan obat disesuaikan dengan standar pengobatan dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di dalam Formularium Nasional (Fornas) . 1

Tujuan utama pengaturan obat dalam Fornas adalah meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi pengobatan sehingga tercapai
penggunaan obat rasional. Dengan adanya Fornas maka pasien akan mendapatkan obat
terpilih yang tepat, berkhasiat, bermutu, aman dan terjangkau, sehingga akan tercapai
derajat masyarakat yang setinggi-tingginya .2

Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit dituntut untuk merealisasikan paradigma
pelayanan kesehatan dari orientasi produk ke orientasi pasien. Salah satu siklus pelayanan
kefarmasian di rumah sakit adalah proses pemilihan. Pemilihan adalah kegiatan untuk
menetapkan jenis sediaan farmasi. Untuk melakukan proses pemilihan maka dibuatlah
Komite Farmasi dan Terapi (KFT). Formularium rumah sakit merupakan daftar obat yang
disepakati staf medis, disusun oleh KFT yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
Penyusunan dan revisi formularium rumah sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan
terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar dihasilkan formularium rumah sakit yang
selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Kriteria
pemilihan obat untuk masuk formularium rumah sakit yaitu:

1. Mengutamakan obat generik


2. Memiliki rasio risk-benefit yang paling menguntungkan penderita
3. Mutu terjamin, stabilitas dan bioavaibilitas
4. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5. Memiliki rasio manfaat dan biaya yang tertinggi
6. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau3

Pengelolaan perbekalan farmasi di era JKN memiliki beberapa kendala, karena harus
dikelola efektif sehingga mendukung mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu
siklus pengelolaan adalah pemilihan obat yang efektif. KFT adalah komite yang berperan
dalam proses pemilihan. Sehingga beberapa peran KFT dalam mendukung JKN adalah :

1. Formularium rumah sakit yang disusun oleh KFT mengacu pada Fornas 3

2. Mengkaji dan merekomendasikan jika ada pasien yang membutuhkan obat yang belum
tercantum dalam Fornas . Mengkaji dilakukan oleh KFT dari sisi farmakologi maupun
1

farmakoekonomi
Apabila dalam pemberian pelayanan kesehatan, pasien membutuhkan obat yang belum
tercantum dalam Fornas, maka hal ini dapat diberikan dengan ketentuan sesuai dengan
indikasi medis dan sesuai dengan standar pelayanan kedokteran dan hanya dimungkinkan
setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Komite Farmasi dan Terapi dengan persetujuan
Komite Medik dan biayanya tidak boleh dibebankan kepada peserta . 1

Daftar Pustaka
1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 Tahun 2014, tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional
2. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2014, tentang
Pedoman Penerapan Formularium Nasional
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No 72 Tahun 2016, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai