Anda di halaman 1dari 12

K.

Stress dan Mekanisme Adaptasi


dr. Jojor Putrini, SpKJ

Department of Anatomic Pathology


Definisi Stress

 Istilah yang sangat populer dalam Gangguan Somatisasi


masyarakat. Jenis gangguan jiwa yang
 Biasanya dipakai untuk menggambarkan menyebabkan seseorang
mengeluhkan gejala penyakit
keadaan yang kurang menyenangkan;
seperti nyeri, sakit perut,
misalnya gelisah, tidak dapat tidur, masalah neurologis, gangguan
sakit maag, sakit jiwa berat kadang pernapasan, masalah seksual,
dan lainnya. Gejalanya bisa
dikatakan sedang stres.
saja tidak diketahui penyebab
 Awalnya stres dan kecemasan/anxietas fisiknya atau kondisi medis
dianggap hal yang sama. Anxietas lainnya secara umum.
adalah salah satu cara menghadapi
stres.
 Stres sering diartikan sebagai suatu keadaan ketegangan fisik, mental
dan emosional yang disebabkan oleh kondisi eksternal.
 Stres terdiri dari stres internal dan eksternal.
 Definisi stress:
1. Stress adalah akibat nonspesifik
dari tuntutan pada tubuh, yang Penilaian Stress:
merupakan efek pada mental ataupun
1. Tidak ada stress
tubuh seseorang (Hans Selye, dari 2. Stress Ringan
Handbook of Stress). 3. Stress Sedang
2. Suatu kondisi dimana tubuh berada 4. Stress Berat
5. Stress Sangat Berat
dalam ancaman homeostasis atau
6. Stress Katastrofik
harmonisasi (johnson et.al ).
 Dengan kata lain, stress dianggap
mengganggu equilibrium (keseimbangan) organisme.
 Macam-macam stress:
1. Eustress
2. Distress

Department of Anatomic Pathology


Penyebab Stress (Stressor)

 Penyebab stress disebut stressor. Stressor merupakan suatu kondisi


atau peristiwa eksternal yang mempengaruhi seseorang.
 Jenis stressor secara objektif:
1. Faktor organo biologik: Api, dingin, penyakit, cedera, abortus,
gangguan gizi, penyakit metabolik (DM), kelelahan, tindakan
pembedahan, dll.
2. Faktor psikologik, edukasional, dan perkembangan: Frustrasi,
kemarahan, rasa sedih, konflik, rasa rendah diri, rasa bersalah, rasa
kesepian, dll.
3. Faktor sosial budaya: Keadaan ekonomi, kemiskinan, pekerjaan dan
persaingan, perubahan lingkungan hidup (misal transmigrasi,
berpindah tempat tinggal, pekerjaan, sekolah), sikap orang tua, sikap
masyarakat, dll.
 Berat ringannya stressor dinilai secara objektif berdasarkan seberapa
berat stressor tersebut menyebabkan penderitaan pada kebanyakan
orang dengan latar belakang yang sama.

Respon Terhadap Stress

 Respon fisiologis terhadap stress:


1. Respon Neurotransmitter
 Beberapa jenis stres pada umumnya mengaktivasi sistem
noradrenergik (khususnya di LC), dan menyebabkan pelepasan
katekolamin.
 Stres yang berkepanjangan menyebabkan sintesis norepinefrin.
 Stres dapat memodulasi sistem dopaminergik, glutamat, GABA.
 Siklus stres diawali dengan kadar opioid di otak menjadi rendah,
dan secara otomatis akan memicu peningkatan dopamin, sehingga
meningkatkan kewaspadaan dan timbul kegelisahan.

Department of Anatomic Pathology


 Tingginya dopamine menyebabkan kelelahan emosi, contohnya
kelelahan emosi yang terjadi setelah orgasme dimana kadar
dopamine menjadi maksimal.
 Kadar opoid rendah juga menyebabkan menurunnya
neurotransmiter GABA. Ketika hal ini terjadi,timbul perasaan
gelisah, ketidakamanan dan panik. GABA yang rendah, otomatis
membuat tubuh melawan kecemasan, depresi dengan melepaskan
norefineprin. Zat kimia ini mendorong respons emosi seperti
marah, mudah tersinggung, frustasi dll.
2. Respon Endokrin
 Respon endokrin pada saat stress dapat dilihat pada
kortikosteroid, dimana salah satu fungsinya yaitu mendorong
perlawanan terhadap stress, membantu perkembangan otot dan
menyebabkan hati melepaskan gula, yang merupakan pertahanan
dalam menghadapi sumber stres.
 CRF (hipotalamus)→ hipofisis → ACTH → cortex adrenal →
glukokortikoid.
3. Respon Imunitas
 Stres dapat mengaktivasi kekebalan melalui:
CRF (LC)→ norpeinefrin → epinefrin (medula adrenal) aktivasi
sistem saraf simpatis → humoral imune response (cytokines), cth :
IL-1 dan IL-6.
 Stress dapat memicu aktivasi oksitosin yang akan menekan system
vagus sehingga terjadi konstriksi gaster. Konstriksi gaster ini dapat
menyebabkan beberapa hal. Konstriksi gaster akan menyebabkan
iskemik mukosa pada gaster dan terjadinya difusi asam dari lumen
gaster ke jaringan mukosa sehingga dapat terjadi lesi/erosi pada
mukosa gaster. Konstriksi gaster juga dapat menyebabkan sekresi
asam lambung yang berlebihan. Stress juga dapat mengaktivasi
katekolamin di LC sehingga otot polos pada gastrointestinal menjadi
aktif dengan otot polos menjadi aktif akan memicu sekresi asam

Department of Anatomic Pathology


lambung. Sekresi asam lambung yang berlebihan akan membuat
terjadinya lesi mukosa lambung
 Saat mengalami stress, tubuh akan merespon dalam berbagai cara salah
satunya yaitu secara psikologis yaitu timbulnya anxiety. Anxiety ini
sebagai sinyal tanda bahaya yang akan ditekan ke alam bawah sadar
secara otomatis.
 Reaksi mental pertama kali terhadap stres yang berhubungan dengan
penyakit, anggota keluarga menderita sakit, kematian, ataupun
perceraian biasa dikenal dengan 5 Stages of Grief. Lama dari fase-fase
tersebut dapat berbeda-beda sesuai dengan individu tersendiri.
Terdapat 5 stadium menurut Elisabeth Kubler –Ross:
1. Shock and Denial : fase menyangkal
2. Anger : fase marah
3. Bargaining : fase tawar menawar
4. Depression : fase depresi
5. Acceptance : fase menerima keadaan
 Respon tubuh terhadap stres bertujuan:
- Inisiasi sistem fisiologis.
- Memberikan respons adaptif.
- Mengembalikan homeostasis.
 Latihan mengelola stres:
- Self-observation : mengobservasi diri sendiri
- Cognitive-resructuring : menyusun pikirannya sendiri
- Relaxation training : otot-otot dilemaskan, tarik nafas dalam.
- Time management : manajemen waktu
- Problem solving : memecahkan masalah

Defense Mechanism
 Defense mechanism atau mekanisme pertahanan diri adalah metode yang
digunakan individu untuk menangani perasaan-perasaan tidak

Department of Anatomic Pathology


menyenangkan, seperti takut, kecemasan, dan rasa tidak aman. Terdiri
dari 2, yaitu matur dan imatur.
 Mekanisme pertahanan yang matur:
1. Supresi: Menekan masalah secara sadar. Disini kita tahu kalau ada
masalah, tapi kita tidak merasa terlalu tertekan terhadap masalah itu
dan dengan sengaja menekan masalah itu buat diselesaikan lain kali.
Misalnya: “Aku marah sama Ang, tapi sekarang lagi di kelas. Nanti aku
ngomong sama dia habis selesai kuliah aja.”
2. Sublimasi: Mengubah perasaan tidak nyaman menjadi sesuatu yang
lebih konstruktif ke diri kita sendiri. Jadi ada masalah, dan kita
menggunakan masalah tersebut menjadi sesuatu yang lebih
konstruktif dan positif. Misalnya: “Aku lagi kesal sama Zaky, daripada
aku neriakin dia, mendingan aku coba ngambar aja buat menenagkan
emosi aku.”
3. Altruisme: Ini sama kayak sublimasi, bedanya kalau sublimasi kan ke
diri sendiri, kalau altruisme ke orang lain. Misalnya: Jeje adalah
alcoholic yang lagi mencoba untuk memperbaiki kecanduannya dengan
alkohol, salah satu cara buat ngebantu dia menjauhi alkohol dengan
membantu orang lain yang juga kecanduan alkohol dan ingin berubah.
4. Humor: Menggap sesuatu yang dialami sebagai suatu humor.
5. Antisipasi: Mempersiapkan diri terhadap suatu masalah sebelum
masalah tersebut terjadi.
 Mekanisme pertahanan yang immature (beresiko patologik):
1. Penyangkalan (denial): Menyangkal masalah yang terjadi.
2. Proteksi: Menyalahkan orang lain/lingkungan terhadap suatu kejadian
(cenderung paranoid).
3. Introyeksi : Menyalahkan diri sendiri terhadap suatu kejadian
(cenderung depresi).
4. Represi: Menekan masalah ke alam bawah sadar secara tidak disadari.
5. Reaction Formation: Menanggap apa yang dialami sebagai suatu
cobaan yang sangat berat (dramatis).

Department of Anatomic Pathology


6. Undoing: Dia menyadari ada masalah tapi gak mau (maksudnya gini,
misalnya dia sakit nih dan dia tahu kalau dia sakit, tapi pas disuru ke
dokter dia gak mau, alasannya takut kalau ke dokter ntar dengar
diagnosis yang seram).
7. Isolasi: Mengisolasi diri dan berharap stessor hilang (Cenderung
Psikotik).
8. Blocking: Cenderung tidak mau cerita masalah seluas-luasnya.
9. Regresi: Penurunan kemampuan yang begitu drastis (cemderung pada
pasien skizofernia).
10. Displacement: Pemindahan tubuh terhadap sutu permasalahan (1
organ saja).
11. Intelektualisasi: Menanggap wajar suatu permasalahan, menghalalkan
segala cara, contohnya menanggap wajar korupsi.
12. Rasionalisasi: Menanggap wajar suatu permasalahan, menghalalkan
segala cara,
13. Somatisasi: Memindahakan suatu permasalahan ke tubuh (4 organ).

Gangguan Psikosomatik (Somatisasi)

 Ganggunan Paikosomatik adalah gangguan psikis yang menyebabkan


gangguan fisik. Dengan kata lain, psikosomatis adalah penyakit fisik yang
disebabkan oleh program pikiran negatif dan/atau masalah emosi
seperti stress, depresi, kecewa, kecemasan, rasa berdosa, dan emosi
negatif lainnya.
 Berasal dari kata "psycho" : pikiran dan "soma" : tubuh
 Manifestasi:
1. Sakit kepala (gangguan neuro).
2. Nyeri tulang (gangguan skeletal).
3. Sakit perut, perih, terasa panas, mual, muntah, sendawa, mulut terasa
pahit, kembung (gangguan gastrointestinal).

Department of Anatomic Pathology


4. Berdebar, nyeri dada, dada seperti terbakar (gangguan
kardiovaskular).
5. Lemah pada anggota tubuh,bisa seluruh tubuh (gangguan saraf).
6. Nyeri sekujur tubuh (gangguan saraf).
7. Mengalami gangguan pada penglihatan, telinga, penciuman, kecap, raba
(gangguan indra).
8. Lesi pada kulit: pentekie, ruam, kering, (gangguan sistem integumen).
9. Berkeringat (sistem endokrin).
10. Pingsan (gangguan saraf).
 Pada kelainan ini, pemeriksaan fisik dan penunjang akan menunjukkan
hasil normal. Kalaupun ada kelainan, biasanya tidak sebanding dengan apa
keluhan yang dikeluhkan pasien dan sering disertai gejala cemas dan
depresi.

Ulkus Peptikum

 Merupakan ulserasi pada membran mukosa lambung atau duodenum,


berbatas jelas, menembus ke mukosa muskularis dan terjadi di daerah
yang terkena asam lambung dan pepsin.
 Alexander menghipotesiskan bahwa terdapat kebutuhan urgent kronis
terhadap ketergantungan yang kuat sehingga menyebabkan konflik
bawah sadar yang spesifik. Konflik bawah sadar tersebut menyinggung
ketergantungan kuat akan keinginan reseptif-oral untuk disayangi dan
dicintai, menyebabkan rasa lapar dan kemarahan bawah sadar yang
regresif dan kronis. Reaksi dimanifestasikan secara psikologis oleh
hiperaktivitas vagal persisten yang menyebabkan hipersekresi asam
lambung, terutama pada orang yang memiliki predisposisi genetik,
sehingga pembentukan ulkus dapat terjadi.
 Terapi:
1. Psikoterapi diarahkan pada konflik ketergantungan pasien.
2. Biofeedback dan terapi relaksasi dapat sangat berguna.

Department of Anatomic Pathology


3. Terapi medis dengan cimetidine (Tagamet), ranitidine (Zantac),
sucralfate (Carafate), atau famotidine (Pepcid), serta pengendalian
diet diindikasikan dalam penatalaksanaan ulkus. Obat antimikrobial
pada ulkus akibat H. Pylori.

Kolitis Ulseratif

 Penyakit ulseratif inflamatoris kronis pada kolon, biasanya disertai diare


berdarah. Insidensi familial dan faktor genetik penting.
 Tipe kepribadian: sifat kepribadian kompulsif yang menonjol. Pasien
adalah seorang yang sangat pembersih, tertib, rapi, sangat tepat
waktu, hiperintelektual, malu-malu, dan terinhibisi dalam mengungkapkan
kemarahan.
 Alexander menggambarkan kumpulan konflik spesifik pada kolitis
ulseratif yaitu ketidakmampuan untuk memenuhi suatu kewajiban
(biasanya tidak patuh) sampai kepada inti ketergantungan.
Ketergantungan yang mengalami frustrasi dan menstimulasi perasaan
agresif-oral, menyebabkan rasa bersalah dan kecemasan. Menghasilkan
pemulihan melalui diare.
 Terapi:
1. Psikoterapi yang tidak konfrontatif dan suportif diindikasikan pada
kolitis ulseratif.
2. Terapi medis seperti obat antikolinergik dan antidiare.
3. Psikoterapi dengan hipnotis.

Anoreksia Nervosa

 Anorexia nervosa (AN) adalah gangguan pola makan dengan cara


membuat dirinya merasa tetap lapar (self-starvation).
 Perilaku yang diarahkan untuk:

Department of Anatomic Pathology


1. Menghilangkan berat badan/Penurunan berat badan.
2. Pola aneh dalam menangani makanan.
3. Rasa takut yang kuat terhadap kenaikan berat badan.
4. Gangguan citra tubuh.
5. Amenore pada wanita.

Sinkop

 Ditandai oleh kehilangan kesadaran (pingsan) secara tiba-tiba yang


disebabkan oleh serangan vasovagal.
 Menurut Franz Alexander, rasa khawatir atau takut menghambat
impuls untuk berkelahi atau melarikan diri. Dengan demikian
menampung darah di anggota gerak bawah, dari vasodilatasi pembuluh
darah di dalam tungkai. Reaksi tersebut menyebabkan penurunan
pengisian ventrikel, penurunan pasokan darah ke otak, dan akibatnya
hipoksia otak dan kehilangan kesadaran.
 Terapi:
1. Psikoterapi harus digunakan untuk menentukan penyebab ketakutan
atau trauma yang berhubungan dengan sinkop.

Astenia

 Gejala:
 Keluhan pernapasan seperti pernapasan yang resah, tidak dapat
menarik napas dalam, tercekik dan tersedak, dan sesak napas.
 Palpitasi, nyeri dada, atau rasa tidak enak.
 Kegugupan, pusing, pingsan, atau rasa tidak enak di puncak kepala.
 Kelelahan yang tidak hilang-hilang atau pembatasan aktivitas.
 Keringat berlebihan, insomnia, dan iritabilitas.

Department of Anatomic Pathology


 Gejala biasanya mulai pada mulai masa remaja atau pada awal usia 20-an.
Gejala tertentu bisa dua kali lebih sering pada wanita dan cenderung
kronis, dengan eksaserbasi akut rekuren
 Terapi:
1. Penatalaksanaan astenia neurosirkulatorik mungkin sulit. Elemen fobik
sangat menonjol.
2. Psikoterapi ditujukan untuk mengungkapkan faktor psikodinamik,
seringkali dihubungkan dengan permusuhan, impuls seksual yang tidak
dapat diterima, ketergantungan, rasa bersalah, dan kecemasan akan
mati. Tetapi mungkin efektif pada beberapa kasus, karena beberapa
pasien mungkin menghindari bantuan psikiatrik.
3. Teknik perilaku lain mungkin berguna. Program latihan fisik ditujukan
untuk mengkoreksi kebiasaan pemapasan yang buruk dan secara
bertahap meningkatkan toleransi kerja pasien. Program ini dapat
dikombinasikan dengan psikoterapi kelompok.

Amenore Idiopatik

 Hilangnya siklus menstruasi normal pada wanita yang tidak hamil dan
pramenopause tanpa adanya kelainan stuktural otak, hipofisis atau
ovarium.
 Amenore dapat terjadi sebagai salah satu dari sindroma psikiatrik klinis
yang kompleks, seperti anoneksia nervosa dan pseudokiesis.
 Fungsi menstruasi yang terganggu (menstruasi yang lebih cepat atau
lambat) adalah respons seorang wanita sehat terhadap stres. Stres
ringan seperti meninggalkan numah untuk masuk ke perguruan tinggi atau
stres berat dapat berpengaruh.
 Sebagian besar wanita, siklus menstruasi kembali normal tanpa adanya
intervensi medis, walaupun kondisi stres terus berjalan.

Department of Anatomic Pathology


 Psikoterapi dilakukan untuk alasan psikologis, bukan hanya sebagai
respon terhadap gejala amenore. Jika amenore sukar diobati, psikoterapi
dapat membantu memulihkan menstruasi yang teratur.

Low Back Pain / LBP

 Nyeri punggung bawah seringkali dilaporkan pasien bahwa nyerinya


dimulai pada saat trauma psikologis atau stres.
 Reaksi pasien terhadap nyeri tidak sebanding secara emosional, dengan
kecemasan dan depresi yang berlebihan.
 Terapi berupa psikoterapi suportif tentang trauma emosional pencetus,
terapi relaksasi, dan biofeedback. Pasien harus didorong kembali ke
aktivitas mereka segera mungkin.
 CLP: Consultation-Liaison Psychiatiy, yaitu suatu bidang keahlian yang
berkembang dengan cepat
 Dokter pskiater berperan sebagai konsultan kesehatan terhadap pasien
dan keluarga.
 Penelitian menunjukkan bahwa sampal 65 % pasien rawat inap medis
memiliki gangguan psikiatrik.
 Gejala paling sering adalah kecemasan, depresi, insomnia, gelisah.
 Depresi dan kecemasan dianggap sebagai kondisi psikologis paling umum
yang terkait dengan LBP. Tiga komponen LBP digambarkan sebagai
aspek somatik, depresi dan sosial. Sehubungan dengan LBP, depresi
sering digambarkan sebagai atipikal karena mengambil bentuk yang
disebut depresi bertopeng, sering mengikuti peristiwa traumatis.
Intervensi psikologis individu direkomendasikan sebagai perawatan
primer, dengan perawatan medis sekunder.

Department of Anatomic Pathology

Anda mungkin juga menyukai