Anda di halaman 1dari 5

2.

Stunting

e. Epidemiologi di Indonesia

Jawab.

Prevalensi stunting bayi berusia di bawah lima tahun (balita) Indonesia pada 2015 sebesar
36,4%. Artinya lebih dari sepertiga atau sekitar 8,8 juta balita mengalami masalah gizi di mana
tinggi badannya di bawah standar sesuai usianya. Stunting tersebut berada di atas ambang yang
ditetapkan WHO sebesar 20%. Prevalensi stunting balita Indonesia ini terbesar kedua di kawasan
Asia Tenggara di bawah Laos yang mencapai 43,8%. Namun, berdasarkan Pantauan Status Gizi
(PSG) 2017, balita yang mengalami stunting tercatat sebesar 26,6%. Angka tersebut terdiri dari
9,8% masuk kategori sangat pendek dan 19,8% kategori pendek. Dalam 1.000 hari pertama
sebenarnya merupakan usia emas bayi tetapi kenyataannya masih banyak balita usia 0- 59 bulan
pertama justru mengalami masalah gizi. Guna menekan masalah gizi balita, pemerintah
melakukan gerakan nasional pencegahan stunting dan kerjasama kemitraan multi sektor. Tim
Nasional Percepatan Penanggulanan Kemiskinan (TNP2K) menerapkan 160 kabupaten prioritas
penurunan stunting. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, terdapat 15
kabupaten/kota dengan prevalensi stunting di atas 50%. Pada tahun 2018 Kemenkes RI kembali
melakukan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) tentang prevalensi stunting. Berdasarkan Penelitian
tersebut angka stunting atau anak tumbuh pendek turun dari 37,2 % pada Riskesdas 2013
menjadi 30,8 %.1

Target prevalensi stunting pada Balita untuk tahun 2020 adalah 24,1% (5.543.000 balita),
sementara laporan ePPGBM SIGIZI (per tanggal 20 Januari 2021) dari 34 provinsi menunjukkan
bahwa dari 11.499.041 balita yang diukur status gizinya berdasarkan tinggi badan menurut umur
(TB/U) terdapat 1.325.298 balita dengan TB/U <-2 SD atau dapat dikatakan 11,6% balita
mengalami stunting. Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa indikator persentase balita
stunting melampaui target yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa
pencapaian persentase stunting tahun ini on track. Gambaran persentase balita stunting untuk
setiap provinsi dapat dilihat pada grafik di bawah ini:2
Grafik Persentase Balita Ditimbang

Dari grafik tersebut terlihat bahwa provinsi dengan persentase balita stunting terendah
adalah Kepulauan Bangka Belitung sebesar 4.6%, sementara Nusa Tenggara Timur adalah
provinsi dengan prevalensi balita stunting tertinggi yaitu 24,2%. Kondisi tersebut sejalan dengan
hasil survei Riskesdas tahun 2018 yang menunjukkan bahwa provinsi Kepulauan Bangka
Belitung termasuk ke dalam provinsi dengan prevalensi balita stunting terendah begitu pula
dengan provinsi NTT yang masuk dalam kelompok provinsi dengan persentase balita stunting
yang cukup tinggi.2

Dapus.

1. Rahmadhita K. Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah Kesehatan


Sandi Husada. 2020; 11(1): 225-229.
2. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2020.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2021
5. Pencapaian penanggulangan stunting

b. India

Jawab.

India merupakan salah satu negara dengan tingkat tertinggi malnutrisi anak di dunia,
tetapi angka ini telah menurun dengan cepat selama dekade terakhir. Antara tahun 2006 dan
2014, tingkat stunting untuk anak balita di India telah menurun dari 48 menjadi 38%. Beberapa
negara bagian, termasuk Arunachal Pradesh, Mizoram, dan Delhi mengalami penurunan angka
stunting yang besar, tetapi tingkat kekurangan gizi secara keseluruhan tetap tinggi karena angka
awal yang tinggi. Sementara di Uttar Pradesh, Jammu dan Kashmir, Manipur dan Jharkhand
situasinya tidak berubah secara signifikan. Adanya penurunan stunting tidak terlepas dari
intervensi program pemerintah India dalam menanggulangi masalah stunting. Intervensi tersebut
dalam dilihat pada gambar di bawah ini.1

Gambar. Continuum of care1

Data yang tersedia menunjukkan bahwa kurang dari 50% ibu dan anak di India menjalani
sebagian besar intervensi ini. Kekurangan lebih besar untuk suplementasi asam folat zat besi,
suplementasi makanan, dan keragaman diet yang minimum sedangkan ASI eksklusif dan
imunisasi telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.1
Gambar. Kesenjangan besar dalam pemberian intervensi nutrisi esensial (ENI) di Kementerian
Pembangunan Perempuan dan Anak India (2015)1

Pada tahun 2018 juga terjadi penurunan stunting menjadi 35%. Bekerja sama dengan
Pemerintah, program skala besar UNICEF difokuskan pada penghentian stunting, terutama pada
kelompok marjinal dengan mengurangi dan mencegah malnutrisi secara keseluruhan. Dukungan
teknis UNICEF untuk menggelar layanan berkualitas bagi perempuan dan anak-anak dengan
mempromosikan pola makan sehat, pemberian makan anak dan perawatan anak, merupakan nilai
tambah utama bagi upaya pemerintah untuk mengurangi stunting anak. Strategi penting adalah
memperkuat “Kesehatan dan Gizi Desa” sebagai platform berbasis masyarakat untuk
memberikan layanan kesehatan, kebersihan, dan gizi bagi ibu dan anak kecil. Program ini juga
akan meningkatkan layanan air, sanitasi, dan kebersihan di Anganwadis. Upaya ini juga
diarahkan untuk memungkinkan akses ke layanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas,
termasuk pertolongan persalinan terampil, kesehatan bayi baru lahir, inisiasi menyusui dini, ASI
eksklusif selama enam bulan pertama dan imunisasi.2

Keberhasilan UNICEF dalam mengadvokasi “Misi Gizi Negara” telah berperan penting
dalam peluncuran “Misi Gizi Nasional” yang disebut POSHAN (PM Overarching Scheme for
Holistic Nourishment) Abhiyaan. Diluncurkan pada Maret 2018 oleh Perdana Menteri, POSHAN
Abhiyaan bertujuan untuk meningkatkan status gizi anak usia 0-6 tahun dan ibu hamil dan
menyusui. Melalui pendekatan siklus hidup, program ini bertujuan untuk mencapai pengurangan
6% dalam kasus stunting anak (di bawah usia 5 tahun) dari 38,4% menjadi 29,3% selama tiga
tahun (2018 hingga 2020).2

Dapus.

1. Avula R, Raykar N, Menon P, Laxminarayan R. Reducing Stunting in India: What


Investments are Needed? Maternal & Child Nutrition. 2016; 12(1): 249-252.
2. UNICEF. Stop Stunting (Internet). Tersedia di: https://www.unicef.org/india/what-we-
do/stop-stunting.

Anda mungkin juga menyukai