Hubungan Kejadian Ketuban Pecah Dini Dengan Asfiksia Bayi Baru Lahir Di RSD Gunung Jati Kota Cirebon TAHUN 2020
Hubungan Kejadian Ketuban Pecah Dini Dengan Asfiksia Bayi Baru Lahir Di RSD Gunung Jati Kota Cirebon TAHUN 2020
SKRIPSI
Oleh :
Siti Munawaroh
NIM.P20624419032
i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN SEBELUM UJIAN
SKRIPSI
Pembimbing I
Pembimbing II
i
SKRIPSI
Siti Munawaroh
NIM.P20624419032
Telah dipertahankan di depan Penguji
Pada Tanggal ……………… 2020
Susunan Penguji
Ketua Penguji
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Kebidanan
Mengetahui,
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Cirebon
Ketua,
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
Sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis menjadi salah
satu sumber dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Siti Munawaroh
iii
KATA PENGANTAR
rakhmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan
Tasikmalaya. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada :
Kesehatan Tasikmalaya.
3. Elfi, SST., MPH, selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Cirebon.
4. Dr. H. Ismail Jamalludin, SpOT, selaku Direktur RSD Gunung Jati Kota
Cirebon.
5. Seluruh karyawan RSD Gunung Jati Kota Cirebon yang telah banyak
iv
Akhirnya, peneliti beristighfar pada Allah SWT atas segala kesalahan dan
kekhilafan, serta permohonan maaf peneliti sampaikan kepada semua yang telah
terlibat langsung maupun tidak. Mudah-mudahan ilmu yang sedikit ini membawa
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN SEBELUM UJIAN ……. ii
LEMBAR PENGESAHAN …………….……………………..…………… iii
PERNYATAAN ……………….............................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..…... ix
DAFTAR DIAGRAM ……………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xii
INTISARI …………………………………………………………………… xiv
ABSTRACT …………………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................... 4
C Tujuan Penelitian .......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP, DEFINISI
OPERASIONAL DAN HIPOTESIS …………………………... 7
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………… 7
1. Ketuban Pecah Dini …………………………………….. 7
2. Persalinan ……………………………………………….. 17
3. Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia ………………………. 24
4. Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Asfiksia ………. 34
B. Kerangka Teori …………………………………………….. 38
C. Kerangka Konsep ……………………………………..……. 39
D. Definisi Operasional ………………………………………... 40
E. Hipotesis ……………………………………………………. 40
vi
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………...... 42
A. Desain Penelitian ............................................................. 42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………..… 42
C. Populasi dan sampel ........................................................ 42
D. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian …………. 43
E. Pengolahan Data ……………………………………………. 44
D. Tehnik Analisa Data ………………………………………... 45
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
INTISARI
Pendahuluan : Salah satu indikator derajat kesehatan dalam suatu wilayah adalah
kematian ibu dan bayi. Penyebab kematian ibu di Indonesia diantaranya
dikarenakan perdarahan (28%), pre eklamsia dan eklamsia (24%), infeksi (11%)
dan persalinan macet/lama (5%) (JNPK-KR, 2017). Penyebab kematian ibu di
Jawa Barat pun masih didominasi oleh 3 faktor penyebab tersebut diatas, yaitu
perdarahan (16%), pre eklamsia dan eklamsia (13%) dan infeksi (3%).
Penyumbang angka kematian ibu karena infeksi diantaranya karena ketuban pecah
dini (KPD) (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Barat Tahun 2017). Angka kejadian
ketuban pecah dini pada tahun 2019 sebesar 40% dari seluruh kasus persalinan
yang dilayani di RSD Gunung Jati. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya
(2018) yaitu sebesar 32.8%. Dari 40% kejadian ketuban pecah dini tersebut
bayinya mengalami asfiksia bayi baru lahir sebesar 20%, dan angka ini
mengalami peningkatan dari tahun 2018 yaitu sebesar 15% kejadian bayi asfiksia
dari ibu dengan ketuban pecah dini (Laporan PONEK RSDGJ, 2019).
Hasil : Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 88 persalinan dengan ketuban
pecah dini kurang dari 24 jam, 18 persalinan atau 20.5% mengalami asfiksia, dan
70 persalinan atau 79.5% tidak mengalami asfiksia. Dari 38 persalinan dengan
ketuban pecah dini lebih dari 24 jam terdapat 27 persalinan atau 71.1% dengan
kejadian asfiksia, dan 11 persalinan atau sebesar 28.9% tidak mengalami asfiksia.
Secara statistik hubungan antara ketuban pecah dini dengan asfiksia bayi baru
lahir menunjukkan hubungan yang bermakna yaitu p value 0,002 yang berarti
perbedaan tersebut signifikan ( p < 0,05 ).
xii
ABSTRACT
Results: From the results of the study it was known that of 88 childbirths with
amniotic rupture early less than 24 hours, 18 childbirth or 20.5% had asphyxia,
and 70 childbirth or 79.5 did not experience asphyxia. Of the 38 births with
amniotic rupture earlier than 24 hours there were 27 childbirths or 71.1% with the
incidence of asphyxia, and 11 childbirths or 28.9% did not experience asphyxia.
Statistically the relationship between early ruptured amniotic and newborn
asphyxia shows a meaningful relationship that is p value 0.002 which means the
difference is significant ( p < 0.05 ).
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup,
Goals (MDGs) pada tahun 2015, kasus kematian ibu di Indonesia masih pada
posisi 305 per 100.000 kelahiran hidup dan untuk kematian bayi baru lahir
angka kematian ibu dan 15 per 1000 kelahiran hidup untuk angka kematian
Angka Kematian Ibu (AKI) untuk propinsi Jawa Barat tahun 2017
yaitu sebesar 76.03 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi
(AKB) mencapai 3.4 per 1000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Propinsi
Ketuban Pecah Dini (KPD). KPD merupakan masalah penting dalam obstetrik
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Komplikasi paling sering terjadi pada
1
2
pada bayi, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir (asfiksia bayi baru lahir)
(Prawirohardjo, 2009).
peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika
bantuan dan dukungan pada ibu yang akan bersalin. (Prawirohardjo, 2009)
Ketuban pecah dini (KPD) adalah bila ketuban pecah pada waktu
Sedangkan asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
RSD Gunung Jati sebagai salah satu Rumah Sakit Pemerintah Daerah
Kota Cirebon yang merupakan rumah sakit rujukan Jawa Barat untuk wilayah
timur. Salah satu pelayanan yang diberikan oleh RSD Gunung Jati adalah
persalinan di RSD Gunung Jati pada tahun 2019 adalah 3234 persalinan. Dari
3234 persalinan tersebut angka kejadian KPD sebesar 40%nya atau sekitar
3
1293 persalinan. Dan dari 3234 persalinan tersebut 20% nya (647 bayi) bayi
mengalami asfiksia bayi baru lahir, 15% atau 97 kasus dari kasus asfiksia
tersebut menjadi asfiksia berat dan bayi memerlukan perawatan yang lebih
intensif, sisanya 550 adalah kasus asfiksia ringan dan sedang. (Data Rekam
Medis RSD Gunung Jati Tahun 2019). Sedangkan data tahun 2020 jumlah
persalinan dari bulan Januari – Mei sebesar 446 persalinan, persalinan dengan
KPD ada 138 kasus, dan angka kejadian asfiksia sebesar 20% dari jumlah
(KPD) dan angka kejadian asfiksia bayi baru lahir pada RSD Gunung Jati
Bayi Baru Lahir di RSD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2020”.
B. Rumusan Masalah
bayi baru lahir di RSD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun 2020?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
dengan Asfiksia bayi baru lahir di RSD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun
2020.
4
2. Tujuan Khusus
(KPD) dengan Asfiksia bayi baru lahir di RSD Gunung Jati Kota
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Bidan
akan datang angka komplikasi dari kejadian ketuban pecah dini dan
c. Bagi Peneliti
BAB II
berusia 22 minggu.
persalinan berlangsung.
(Saifudin, 2010)
(Mochtar, 2008)
persalinan berlangsung.
pada ibu.
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
3 Pemeriksaan Penunjang
adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah
dalam rahim.
4 Komplikasi KPD
bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua
amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat
5 Etiologi
dan vaskularisasi.
6 Patofisiologi
Kehamilan Aterm
KPD
Diagram 2.1 Patofisiologi KPD
11
Keterangan :
Pada kehamilan aterm ketuban pecah dini terjadi apabila ada hal –
dini.
pecah dini.
(Manuaba, 2008)
12
7 Penatalaksanaan
Gagal : berhasil
Reaksi uterus tidak
ada
Kelainan letak kepala
SECTIO SESAREA Fase laten dan aktif
memanjang
Distress janin
Rupture uteri
imminens
Ternyata KPD
Keterangan:
yang keluar tiap 1 jam kemudian bisa juga dengan pemeriksaan tes
menjadi warna biru maka positif itu adalah cairan ketuban, setelah
(Prawirohardjo, 2010)
Rumah Sakit
yang keluar
9 Terapi
dilakukan, dan hal tersebut tergantung dari berapa usia kehamilan dan
diambil.
pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan
dokter tak akan menunggu selama itu untuk memberi induksi pada ibu,
bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah kejadian KPD,
Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian
serta tidak adanya risiko peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan
otak.
bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm
10 Pencegahan
2 Persalinan
1. Pengertian
16
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
kepala.,
otot rahim.
3. Patofisiologi
Hormon Estrogen
rangsangan mekanis
Hormon Progesteron
prostaglandin
Persalinan
Diagram 2.3
Patofisiologi Persalinan
18
braxton hick. Kontraksi ini akan menjadi kekuatan yang dominan saat
Minggu ke-15. Di samping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot
4. Tanda Persalinan
1) Pengeluaran lendir
1) Pelunakan serviks
2) Pendataran serviks
a. Power
a. Persalinan Kala I
b. Persalinan Kala II
Frankenhouser.
melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air
ketuban.
multigravida 30 menit.
d. Persalinan Kala IV
500cc.
1. Pengertian
(Prawirohardjo, 2010)
2. Etiologi
(2010)adalah :
a. Faktor Ibu
1) Hipoksia ibu
gangguan pernapasan.
b. Faktor Placenta
1) Placenta tipis
2) Placenta kecil
4) Solusia placenta
5) Pendarahan placenta,dll
23
5) Kelainan congenital
d. Faktor Persalinan
1) Partus lama
5) Cacat bawaan
1. Patofisiologi
Diagram 2.4
Patofisiologi Asfiksia
Janin kekurangan O2
Alveoli tidak
Berkembang
Sumber : Prawirohardjo (2010)
Keterangan :
cepat dari 160x / menit atau kurang dari 120x /menit, halus dan
Jika DJJ lebih dari 160x / menit dan ada mekonium : janin sedang
asfiksia.
3. Jika DJJ kurang dari 100x /menit dan ada mekonium : janin dalam
keadaan gawat
Janin akan mengadakan pernafasan intra uterin dan bila kita periksa,
Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak
berkembang.
sebagai berikut :
5. Nadi cepat
6. Cyanosis / kebiruan
1. Pernafasan
2. Tonus otot
3. Warna kulit
Asfiksia
1) Penilaian
2) Keputusan
baik.
27
3) Tindakan
meliputi :
panas.
28
penolong
ekstensi
3) Isap lendir
hidung
bernapas.
bawah ini :
telapak tangan.
dibawahnya
pernapasan bayi
ekstensi.
ventilasi bayi.
TAHAP II : VENTILASI
dan teratur.
Langkah-langkah :
1) Pasang sungkup :
hidung bayi.
30
2) Ventilasi 2 kali
menghidu
tahapan:
napas
ulang napas
megap.
2 menit resusitasi
medik persalinan.
menit.
pembukaan pada primi 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Mochtar,
2010) Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Komplikasi yang paling sering terjadi pada persalinan dengan ketuban pecah
dini bagi janin adalah sindrom distres pernapasan yang apabila bayi tersebut
lahir maka akan menyebabkan terjadinya asfiksia bayi baru lahir.Bila janin
Nervus vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan
33
O2 ini terus berlangsung, maka Nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbullah kini rangsang dari Nervus simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat
denyut jantung janin yang lebih cepat dari 160x / menit atau kurang dari
akan mengadakan pernafasan intra uterin dan bila kita periksa, kemudian
terdapat banyak air ketuban dan meconium dalam paru. Bronkus tersumbat
dan terjadi atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang sehingga lahir
dengan asfiksia.
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
terdiri atas amnion dan korion yang sangat erat ikatannya.Lapisan ini terdiri
atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim, dan sel trofoblas yang
selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah
34
dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini
aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini prematur
perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular
amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
minggu.
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.Pada ibu
ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara
umum insiden infeksi sekunder pada kehamilan ketuban pecah dini meningkat
4 Kerangka Konsep
Diagram 2.5
Kerangka Konsep
E. Hipotesis
37
Hipotesis nol (Ho) pada penelitian ini adalah tidak adanya hubungan
adanya hubungan antara kejadian ketuban pecah dini (KPD) dengan asfiksia
neonatorum.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
melihat hubungan kejadian ketuban pecah dini (KPD) dengan asfiksia bayi
baru lahir dalam satu waktu tertentu tanpa melihat riwayat sebelumnya.
Penelitian ini akan dilakukan di RSD Gunung Jati Kota Cirebon pada
1. Populasi
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
38
39
ketuban pecah dini di RSD Gunung Jati Kota Cirebon periode Januari –
2. Sampel
dengan mengambil seluruh responden yang ada pada saat penelitian. Besar
sampelnya adalah seluruh ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di RSD
Gunung Jati Kota Cirebon periode Januari – Juni tahun 2020 yang
sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala
yang akan diteliti. (Dahlan, 2015) Variabel bebas atau variable independent
atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas nya
adalah ketuban pecah dini. Alat ukur yang digunakan adalah lembar ceklis.
ukurnya : ketuban pecah < 24 jam, dan ketuban pecah > 24 jam. Dan skala
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam
40
penelitian ini variabel terikatnya adalah asfiksia neonatorum. Alat ukur yang
megap-megap atau tidak bernafas secara spontan, 2) Tidak : bayi baru lahir
nominal.
E. Pengolahan Data
Data yang terkumpul dari lembar cheklist ini kemudian diolah dengan
a. Pengeditan
pulang.
b. Pengkodean
data, maka tiap lembar observasi yang telah diisi diberi kode atau
nomor.
c. Tabulasi
rupa agar data mudah dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan
serta dianalisis
d. Pemasukan Data
(Notoatmodjo, 2010).
a. Analisa Univariat
F
P= x 100%
n
Keterangan :
P : Prosentase
F : Frekuensi
n : Jumlah Responden
42
b. Analisa Bivariat
kedua variabel. Bila nilai p value alpha < 0,05 berarti hasil perhitungan
statistik bermakna (signifikan) dan bila nilai p value > 0,05 berarti
hipotesis yang dipakai adalah two tail (dua sisi) yaitu merupakan
apakah hal yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain.
(fo – fh)2
2 =
fh
Keterangan :
2 =Chi Square
BAB IV
A. Hasil Penelitian
tidaknya hubungan ketuban pecah dini (KPD) dengan kejadian asfiksia bayi
1. Analisa Univariat
ketuban pecah dini (KPD) di RSD Gunung Jati Kota Cirebon Tahun
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kejadian Ketuban Pecah Dini di
RSD Gunung Jati Tahun 2020
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kejadian Asfiksia di RSD Gunung Jati
Tahun 2020
4. Analisa Bivariat
Tabel 4
Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Asfiksia di
RSD Gunung Jati Tahun 2020
Asfiksia
Ketuban Pecah Dini Ya Tidak Total P Value
N N
N 18 70 88
KPD < 24 jam
% 20.5 79.5 100
N 27 11 38
KPD > 24 jam 0,002
% 71.1 28.9 100
N 45 81 126
Jumlah
% 35.7 64.3 100
Secara statistik hubungan antara ketuban pecah dini dengan asfiksia bayi
B. Pembahasan
dengan ketuban pecah dini kurang dari 24 jam, dan 38 persalinan (30.2%)
dengan ketuban pecah dini lebih dari 24 jam. Komplikasi paling sering terjadi
pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distres pernapasan
pada bayi, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir (asfiksia bayi baru lahir).
tidak mengalami asfiksia. Dari 38 persalinan dengan ketuban pecah dini lebih
dari 24 jam terdapat 27 persalinan atau 71.1% dengan kejadian asfiksia, dan
hubungan antara ketuban pecah dini dengan asfiksia bayi baru lahir
menyebabkan bayi lahir dengan asfiksia. Hal ini juga dibenarkan dari hasil
46
2010 yang menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya bayi lahir
dengan asfiksia adalah ibu bersalin dengan ketuban pecah dini. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Imas Asiyah (2012) menyatakan bahwa ibu-ibu
yang bersalin dengan ketuban pecah dini maka akan melahirkan bayi dengan
asfiksia bayi baru lahir sebesar 48,5%. Ketuban pecah dini yang terjadi <
dari 24 jam akan melahirkan bayi asfiksia sebesar 22,6% dan ketuban pecah
dini yang terjadi > 24 jam angka kejadian asfiksia bayi baru lahirnya lebih
bahwa ada hubungan antara ketuban pecah dini (KPD) dengan asfiksia bayi
baru lahir.
47
BAB V
a. Kesimpulan
persalinan (69.8%) dan ketuban pecah dini lebih dari 24 jam sebanyak 38
persalinan (30.2%).
2. Angka kejadian asfiksia bayi baru lahir adalah kejadian asfiksia sebanyak
4 Saran
69
48
Frequencies
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
[DataSet0]
Statistics
Missing 0 0
49
Frequency Table
kejadian KPD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kejadian asfiksia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pie Chart
24 jam
24 jam
51
52
Crosstabs
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the
cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=KPD BY Asfiksia
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
Dimensions Requested 2
[DataSet0]
Cases
kejadian asfiksia
Ya Tidak Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.17.