Anda di halaman 1dari 9

Bhirawa Law Journal

Volume 1, Issue 1, May 2020


Logo
ISSN PRINT xxx-xxx ISSN ONLINE xxx-xxx
Journal homepage: http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/blj/

Perspektif Tindak Pidana Kartu Kredit (Carding) Terhadap Putusan


Pengadilan
Indah Novitasari, Muhari Agus Santoso, Wika Yudha Shanty
Fakultas Hukum UniversitasMerdeka; Jl. Terusan Raya Dieng Nomor 62-64; Malang; 65146;
JawaTimur; Indonesia.

Abstrak
Metode pembayaran melalui kartu kredit yang memiliki manfaat dan kemudahan. Namun Kata Kunci:
kartu kredit dapat menimbulkan berbagai macam kejahatan seperti pemalsuan kartu kredit Tindak Pidana,
dan pencurian data kartu kredit. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam Cybercrime, Carding
penelitian ini yaitu bagaimana tinjauan yuridis terhadap putusan Pengadilan Negeri Malang
Nomor 6/Pid.Sus/2019/PN.MLG perspektif tindak pidana kartu kredit, Apakah sudah sesuai
dengan Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif yang
dilakukan dengan penelitian kepustakaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memeberikan solusi, bahwa dalam menangani tindak pidana carding bukan hanya
menggunakan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik melainkan juga dapat
menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Pidana serta menggunakan Undang-undang
Perbankan.

Abstract
Credit card is the one of modern paying tools which has benefit and easy. However, the credit Keywords:
card can make kinds of criminal like fabrication credit card and robbing credit card data. The Criminal, Cybercrime,
problem will be explain in this research are What is the judicial review toward District Court Carding.
of Malang Judgment Number 6/Pid.SUs/2019/PN.MLG credit card criminal perspective,
District Court of Malang Judgment Number 6/Pid.SUs/2019/PN.MLG credit card criminal
perspective is already appropriate with Information and Electronic Transaction or not. The
research use normative law method with literature research. This research use secondary data
which is obtained from act analysis that have relation with this research and another law
materials consist of book, journal, and another literature. Carding criminal is the one of
cybercrime. The way to handle carding criminal can use Criminal Code and Banking Act
besides Information and Electronic Transaction Act.

Korespondensi Penulis:
Wika Yudha Shanty
Email: wika.yudha@unmer.ac.id

| 29 |
Bhirawa Law Journal
Volume 1, Issue 1, May 2020

1. Pendahuluan kartu kredit di Indonesia masih dalam kategori


belum aman.
Era globalisasi memberikan perubahan yang
sangat signifikan, termasuk adanya peningkatan Segala aktivitas kehidupan masyarakat mod-
terhadap kualitas masyarakat. Dengan bergulirnya ern saat ini telah berkaitan erat dengan segi ekonomi
era globalisasi ini masyarakat dapat dengan mudah yaitu melalui transaksi. Transaksi tersebut bisa
untuk mengakses internet, yang memudahkan melalui e-banking dan e-commerce sebab sangat
masyarakat untuk bisa berkomunikasi ataupun mudah digunakan dalam bertransaksi secara
bertukar informasi dengan masyarakat lain yaitu online. E-banking adalah sistem aplikasi yang mem-
secara nasional maupun dengan skala interna- buat penggunanya mampu melakukan segala hal
sional. Informasi dapat berupa informasi yang baik yang berkaitan dengan bank secara online hanya
dan informasi yang buruk, informasi tersebut dapat dengan menggunakan smartphone. Sedangkan e-
dengan cepat diterima oleh masyarakat luas dan commerce adalah layanan pemenuhan kebutuhan
hal ini tidak lepas dari adanya peran internet. secara online melalui website atau internet, dimana
dalam setiap transaksinya memerlukan kartu kre-
Teknologi informasi berupa internet secara
dit untuk pembayaran. Cyber crime merupakan salah
cepat dapat memberikan pengaruh besar kepada
satu sisi gelap dari kemajuan teknologi yang
masyarakat internasional. Internet sendiri dapat
mempunyai dampak negative sangat,luas bagi
membentuk budaya baru bagi masyarakat karena
seluruh bidang kehidupan modern saat ini. (P
tidak adanya batas- batas untuk mengakses inter-
Angkupi, 2014)
net, masyarakat juga mendapatkan kebebasan un-
tuk beraktivitas dan berkreasi sesuai dengan Percepatan industri perbankan menyebab-
keahlian mereka masing- masing. Hal tersebut da- kan meningkatnya pemakai kartu kredit, karena
pat memberikan dampak yang baik bagi masya- alat ini dapat memberikan kemudahan dalam
rakat karena dapat meningkatkan taraf hidupnya. melakukan transaksi mulai dari bentuk yang
praktis dan komoditas dari kartu ini adalah kita
Dibalik kemunculan internet yang dapat
bisa membayar tanpa menggunakan uang tunai.
memajukan dan mensejahterahkan kehidupan
Dampak dari kemudahan ini menimbulkan motif
masyarakat, internet juga memberikan efek yang
kejahatan baru yang disebut carding. .
dapat meresahkan masyarakat, melalui kejahatan
melalui media ini, seperti cyber crime. Carding merupakan Salah satu kejahatan de-
ngan motif menggunakan kartu kredit. Motif keja-
Cyber Crime ialah segala macam tindakan
hatan ini adalah berbelanja dengan menggunakan
kriminal dengan menggunakan teknologi digital.
identitas dan nomor orang lain, dengan metode
Pelaku tindak kejahatan siber ini disebut dengan
mencuri data pribadi seseorang melalui internet
Hacker. Hacker adalah kelompok atau individu yang
(Leonard, 2017). Secara fakta sosial tidak ada ke-
menggunakan dan memanfaatkan keahlian serta
kacauan yang timbul akibat perbuatan ini, tetapi
bakat yang mereka miliki untuk melakukan tindak
secara materiil kejahatan ini memberikan dampak
kejahatan cyber guna untuk kepentingan diri
kerugian. Para pelaku carding mencuri nomor-
sendiri atau kelompok. (Agus, 2016)
nomor kartu kredit dan tanggal exp-date yang
Kartu kredit merupakan salah satu alat tek- biasanya didapat dari hasil membobol data pribadi.
nologi akibat munculnya kemajuan internet. Kartu Mencuri data dan nomor kartu kredit orang lain,
kredit merupakan salah satu alat yang digunakan ini termasuk dalam kategori kejahatan digital.
oleh pihak-pihak yang menggunakan kejahatannya
Kepolisian Republik Indonesia memberikan
melalui teknologi internet, karena praktek industri
klasifikasi modus-modus tindak kejahatan carding

| 30 |
Perspektif Tindak Pidana Kartu Kredit (Carding) terhadap Putusan Pengadilan
Indah Novitasari, Muhari Agus Santoso, Wika Yudha Shanty

sebagai berikut: (1). Menggunakan kartu kredit 3. Pembahasan


yang legal sesuai dengan perjanjian dengan bank,
3.1. Tinjauan yuridis putusan Pengadilan Negeri
tetapi dalam pelaksanaannya digunakan diluar
perjanjian itu melalui tindakan kriminal dan ber- dari perspektif tindak pidana carding
tentangan dengan Undang-Undang (2). Meng- Putusan Pengadilan adalah pernyataan
gunakan kartu kredit palsu, baik digunakan secara hakim melalui mekanisme persidangan terbuka
legal maupun ilegal. yang mempunyai kekuatan hukum tetap seseorang
Data yang ditrerima bahwa transaksi kartu itu mendapatkan hukuman atau lepas dari segala
kredit di Indonesia sudah mencapai 20% melalui tuntutan sesuai dengan peraturan perundang-
cyber fraud (Lestari, 2007). Data yang diperoleh dari undangan. Pernyataan hakim itu bersifat temuan
pihak Kepolisian Republik Indonesia adalah 200 hakim dalam menemukan hukumnya sebagai dasar
kasus cyber crime rata-rata menggunakan kartu pemidanaan bebas atau lepas dari segala tuntutan
kredit fraud dengan target kota-kota besar di In- hukum. (Haris, 2012). Putusan hakim harus ber-
donesia dan luar negeri. dasarkan kepada surat dakwaan dan segala sesuatu
Tujuan penelitian ini adalah untuk menge- yang terbukti dalam sidang pengadilan. Oleh ka-
tahui bagaimana tinjauan yuridis putusan Peng- rena itu, dalam hal merumuskan keputusannya
adilan Negeri dari perspektif tindak pidana card- hakim harus mengadakan musyawarah terlebih
ing, serta pengaturan tindak pidana kartu kredit dahulu, dalam hal pemeriksaan dilakukan dengan
(carding) menurut kitab undang-undang hukum hakim majelis, maka musyawarah tersebut harus
pidana. (Hartono, 2018) pula berdasarkan apa yang didakwakan dan yang
telah dibuktikan.

2. Metode Penelitian Syarat formalitas dari suatu putusan hakim


harus memenuhi tiga kriteria yaitu: terkait pemi-
Jenis penelitian yang dilakukan adalah pene- danaan harus dibuktikan bahwa terdakwa secara
litian hukum secara normatif . metode ini dila- sah dan meyakinkan telah melakukan tindakan ter-
kukan dengan cara mengkaji kaidah-kaidah hu- sebut.Terkait putusan bebas harus dibuktikan
kum, peraturan perundang-undangan, serta per- bahwa tidak ditemukannya delik pidana disitu.
aturan-peraturan lainnya yang relevan dengan Terkait putusan pelepasan yakni apabila dakwaan
permasalahan tentang tindak pidana. tersebut bukan termasuk kategori tindak pidana
Pendekatan Peraturan Perundang-undangan (Andri, 2015).
(statute approach) yaitu dilakukan dengan menelaah Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuh-
semua undang-undang dan regulasi yang sesuai kan putusan pidana perlu didasarkan pada teori,
dengan putusan dilihat dari perspektif tindak unsur-unsur, faktor-faktor serta hasil penelitian.
pidana kartu kredit (carding). Pendekatan Kasus Salah satu usaha untuk mencapai kepastian hukum
(case approach) dilakukan dengan cara melakukan dengan penegakan hukum secara tegas adalah me-
telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan de- lalui kekuasaan kehakiman, dimana hakim meru-
ngan tema penulisan ini dilihat dari perspektif pakan aparat penegak hukum yang melalui pu-
tindak pidana kartu kredi (carding), yang dihadapi tusannya dapat menjadi tolak ukur tercapainya ke-
dan telah menjadi putusan pengadilan yang telah pastian hukum (Magalatung 2014).
memiliki kekuatan hukum tetap. Sehingga yang
Seorang hakim harus menegakkan hukum
menjadi kajian pokok didalam pendekatan kasus
dan keadilan secara objektif dengan menganalisa
adalah pertimbangan pengadilan untuk sampai
tentang kebenaran peristiwa yang diajukan ke-
kepada suatu keputusan.

| 31 |
Bhirawa Law Journal
Volume 1, Issue 1, May 2020

padanya, selanjutnya menganalisa dengan Per- Berkaitan dengan uraian diatas yang dijadi-
aturan perundang-undangan yang mengatur peris- kan pertimbangan hakim dalam memutus perkara
tiwa tersebut. adalah perilaku baik dan jahat yang pernah dila-
Salah satu pasal yang menjadi dasar pertim- kukan oleh terdakwa, disitulah proses yang bisa
bangan hakim dalam mengambil keputusan di memberatkan hukuman begitu juga proses yang
persidangan yaitu menggunakan pasal 183 Kitab dapat meringankan. Berikut akan disebutkan hal-
Undang-undang Hukum Acara Pidana yang hal apa saja yang dapat memberatkan dan hal-hal
menyebutkan yaitu: “Hakim tidak boleh menjatuh- apa saja yang dapat meringankan Hal-hal yang
kan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan memberatkan: a). Akibat dari perbuatan terdakwa
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia dapat merugikan orang yang dipergunakan kartu
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana kreditnya; b) Perbuatan terdakwa meresahkan
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa benar masyarakat. Sedangkan hal-hal yang meringankan:
bersalah melakukannya”. a) Terdakwa masih seorang mahasiswa; b). Ter-
dakwa masih sangat muda usianya; c) Terdakwa
Dasar hukum yang digunakan oleh seorang
belum pernah dihukum; d). Terdakwa menyesal
hakim dalam memberikan putusan yaitu terdapat
dan tidak akan mengulangi perbuatannya; d) Ter-
pada Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009
dakwa bersikap sopan selama proses persidangan.
tentang Kekuasaan Kehakiman, pasal 8 ayat (1)
yang menyatakan, “Setiap orang yang disangka, Berdasarkan teori pertimbangan hakim,
ditangkap, dituntut, dan atau dihadapkan dimuka Hakim dalam melaksanakan tugasnya harus bebas
sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah dan tidak terpengaruh atau memihak kepada
sampai adanya putusan pengadilan dan menyata- siapapun. Guna untuk menyelenggarakan, mene-
kan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum gakkan hukum dan keadilan maka hakim dalam
tetap”. memberikan putusan harus memperhatikan teori.
Adapun teori dasar pertimbangan hakim, yaitu
Namun dalam suatu kasus yang pernah
putusan hakim yang baik dan sempurna hendaknya
terjadi, hakim menggunakan kekuasaannya tidak
putusan tersebut dapat diuji. (Mulyadi, 2007)
sesuai dengan keadilan, sebab dalam kasus ini
terdakwa sudah benar-benar terbukti bersalah te- Kebebasan hakim dalam menjatuhkan
tapi hanya dikenai dengan satu pasal saja yaitu putusan pada proses peradilan pidana terdapat
Pasal 46 ayat (2) jo Pasal 30 ayat (2) Undang-undang dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009
Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Atas tentang Kekuasaan Kehakiman , dalam Pasal 3 ayat
Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang (1) menjelaskan tentang: “Dalam menjalankan tugas
Informasi dan Transaksi Elektronik. dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib
menjaga kemandirian peradilan”, sedangkan da-
Pada dasarnya baik dari sisi perbuatan mau-
lam Pasal 3 ayat (2) menjelaskan tentang: “Segala
pun pelaku semuanya sudah terpenuhi bahwa ter-
campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak
dakwa memang benar-benar bersalah. Namun
lain diluar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali
putusan hakim hanya mengacu pada undang-
dalam hal-hal sebagaimana dimaksud dalam
undang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang
Undang-undang Dasar Negara Republik Indone-
seharusnya dalam pelanggaran terhadap carding
sia Tahun 1945”.
ini terdakwa dapat didakwa dengan pasal yang
terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Putusan hakim tidak boleh renda tidak boleh
Pidana dan Hukum Perbankan. lebih rendah dari batas minimal dan juga tidak bo-
leh lebih tinggi dari batas maksimal hukuman harus

| 32 |
Perspektif Tindak Pidana Kartu Kredit (Carding) terhadap Putusan Pengadilan
Indah Novitasari, Muhari Agus Santoso, Wika Yudha Shanty

sesuai dengan undang-undang yang mengaturnya. dan akan menimbulkan kejahatan dengan skala
Salah satu teori yang dapat digunakan oleh hakim yang lebih besar.
memutus perkara adalah a) Teori Keseimbangan; Transaksi website e-commerce sistem
yaitu harus ada keseimbangan antara syarat- syarat pembayarannya dilakukan dengan menggunakan
yang ditentukan oleh undang-undang dan kepen- kartu kredit, penggunaannya tidak secara fisik me-
tingan pihak- pihak yang terlibat atau berkaitan lainkan cukup dengan mengetahui nomor-nomor
dengan perkara. b) Teori Pendekatan Keilmuwan; kartu kredit dari tanggal kadaluwarsanya. Para
menyatakan bahwa proses penjatuhan pidana pelaku carding mencuri nomor-nomor kartu kredit
harus dilakukan secara sistematik dan penuh ke- yang biasanya didapat dari hasil chatting. Carding
hati-hatian juga harus memperhatikan jurisprudensi terjadi melalui komunikasi yang awalnya dibangun
guna menjamin konsistensi dari putusan hakim. c) dari email untuk menanyakan barang dan pada
Teori Ratio Decindendi; landasan filsafat harus akhirnya melakukan transaksi. Carding sendiri
mendasari pertimbangan segala aspek yang ber- merupakan tindakan pidana yang bersifat illegal
kaitan dengan pokok perkara yang dipermasalah- karena dilakukan dengan cara mengambil nomor
kan selanjutnya menganalisa dengan Undng- kartu kredit seseorang saat diberikan ketika
Undang yang mengaturnya. Tujuannya adalah melakukan transaksi. Mengingat tindak pidana car-
pertimbangan hakim harus didasarkan pada ke- ding ini menggunakan sarana komputer dan juga
kuatan hukum yang jelas untuk menegakkan menggunakan jaringan komputer, maka carding
hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak termasuk dalam salah satu jenis kejahatan yang
yang bersengketa dapat dimasukkan dalam kejahatan dunia maya
(cybercrime).
3.2. Pengaturan Tindak Pidana Kartu Kredit Beberapa faktor yang membuat seseorang
(Carding) menurut Kitab Undang-undang melakukan tindak pidana carding adalah (1) Faktor
Hukum Pidana Internal faktor ini dipengaruhi oleh faktor
pendidikan: tidak semua orang bisa melakukan
Carding merupakan suatu bentuk kejahatan kejahatan ini, karena kejahatan ini biasa dilakukan
yang menggunakan kartu kredit orang lain untuk oleh tingkat kecerdasan dan ilmu di bidang tek-
berbelanja tanpa sepengetahuan pemiliknya secara nologi informasi di atas rata-rata. Faktor Peluang;
online. Carding dilakukan dengan cara menyadap adanya peluang untuk mendapatkan keuntungan
data nasabah atau data pemilik kartu kredit elek- pribadi dengan cara merugikan orang lain tidak
tronik tanpa adanya kartu kredit yang sebenarnya. diimbangi dengan kesadaran bahwa perbuatan
Kejahatan ini dapat terjadi karena akibat lemahnya tersebut termasuk tindakan pidana. Faktor Percaya
sistem otentikasi yang digunakan dalam memas- Diri; Pelaku kejahatan kartu kredit cenderung
tikan identitas pemesanan barang ditoko online. tingkat kepercayaan diri yang tinggi karena pelaku
Carding termasuk aksi kejahatan yang dilakukan merasa memiliki cukup pengetahuan untuk mela-
pelaku atau carder dengan menggunakan metode kukan kejahatan tersebut dan yakin bahwa dirinya
yang sangat sulit untuk dilacak ataupun ditangkap. akan mendapatkan penghasilan. Faktor Usia;
Sebutan lain dari kejahatan ini yaitu cyberfraud Pelaku kejahatan kartu kredit rata-rata masih ber-
atau dikenal dengan penipuan didunia maya. usia remaja dan dewasa, karena mereka memiliki
Dalam hal ini carding dilakukan oleh carder dalam daya ingat yang cukup tinggi terhadap pengetahu-
sebuah kelompok yang sangat besar. Carder yang an akan cara-cara kejahatan yang telah mereka pe-
berkelompok dan terorganisasi dengan baik men- lajari.
jadi sebuah masalah yang sulit untuk diselidiki,

| 33 |
Bhirawa Law Journal
Volume 1, Issue 1, May 2020

(2) Faktor Eksternal merupakan faktor yang masih minim dalam penguasaan penggunaan
berada diluar individu (pelaku kejahatan kartu komputer serta penyidikan terhadap kasus card-
kredit). Faktor eksternal ini pada umumnya ber- ing yang terkadang sulit untuk dibuktikan.
pokok pangkal pada lingkungan, maka faktor Sehingga minimnya sanksi hukuman yang di-
eksternal terjadinya kejahatan kartu kredit yaitu: jalankan oleh pelaku yang membuat tidak jera
Faktor Kesadaran Hukum Masyarakat; Kegiatan pelaku kejahatan kartu kredit utnuk berhenti mela-
yang dilakukan masyarakat akan selalu berpenga- kukan kejahatan, sehingga pelaku yang telah bebas
ruh terhadap penegakan hukum. Ketika masya- dari hukumannya tidak segan untuk mengulangi
rakat terjerat dalam pelanggaran hukum, maka perbuatannya.
perilaku masyarakat ini sama halnya dengan me- Faktor Lemahnya Sistem Pengawasan Bank;
nentang aparat penegak hukum. Fungsi hukum Terjadinya kejahatan kartu kredit menunjukkan
pidana dalam bidang teknologi informasi adalah lemahnya sistem pengawasan dari bank penerbit,
mengatur kehidupan manusia dalam kaitannya sehingga kualitas bank yang lemah dalam
dengan kegiatannya dalam dunia maya agar ter- pemeriksaan dan pengawasan internal dari suatu
cipta tatanan masyarakat yang tertib dan damai. bank. Penyebab utama terjadinya tindak pidana
(Widodo, 2013) kartu kredit adalah lemahnya pengawasan inter-
Kesadaran hukum masyarakat akan fungsi nal bank. Dimana pengawas internal bank mela-
tersebut dan dalam merespon aktifitas kejahatan kukan kolusi dengan oknum petugas bank dan
dunia maya masih dirasa sangat kurang. Hal ini oknum dari luar perbankan untuk melakukan
disebabkan karena kurangnya pemahaman dan tindak kejahatan dalam dunia perbankan. Faktor
pengetahuan masyarakat terhadap jenis kejahatan inilah yang menjadi akibat munculnya fraud dan
dunia maya. Dalam hal ini kendala yang berkenaan criminal perbankan yang berpotensi merugikan
dengan penataan hukum dan proses pengawasan bank secara financial dan reputasi.
masyarakat terhadap setiap aktifitas yang diduga Faktor Perkembangan Teknologi; Perkem-
berkaitan dengan tindak pidana mayantara. bangan teknologi, infromasi dan komunikasi telah
Faktor Ekonomi; Kemiskinan merupakan mengubah masyarakat dan peradaban manusia se-
sebuah fenomena yang tidak dapat ditolak di cara global. Perkembangan teknologi informasi
setiap negara. Keadaan ekonomi yang tidak meng- telah menyebabkan perubahan sosial yang secara
untungkan sehingga menimbulkan kejahatan untuk signifikan berlangsung secara cepat, dengan sema-
menunjang antara harapan, keinginan dan kemam- kin majunya teknologi menjadi salah satu sarana
puan untuk mencapainya. Dimana masyarakat untuk melakukan kejahatan.
biasanya menikmati kehidupan yang biasa saja, tapi Faktor Budaya Hukum; Budaya hukum da-
tidak lagi sanggup memenuhinya. Ketika pat diartikan sebagai sikap manusia terhadap
kebutuhan semakin meningkat dan pendapatan hukum dan sistem hukum, kepercayaan, nilai serta
belum tentu mampu mencukupi peningkatan ter- harapannya. Budaya tidak hanya sekedar kumpul-
sebut, maka kondisi seperti inilah yang akhirnya an bentuk tingkah laku dan pemikiran yang saling
membuat seseorang dengan terpaksa melakukan terlepas akan tetapi budaya diartikan sebagai kese-
kejahatan. luruhan nilai sosial yang berhubungan dengan
Faktor Penegak Hukum; Dilatar belakangi hukum. Budaya hukum merupakan tanggapan
dengan kurangnya pengalaman penegak hukum yang bersifat penerimaan atau penolakan terhadap
dalam menangani kejahatan yang berkaitan de- suatu peristiwa hukum, yang menunjukkan sikap
ngan kartu kredit. Hal ini terjadi karena penyidik perilaku manusia terhadap masalah hukum dan

| 34 |
Perspektif Tindak Pidana Kartu Kredit (Carding) terhadap Putusan Pengadilan
Indah Novitasari, Muhari Agus Santoso, Wika Yudha Shanty

peristiwa hukum yang terbawa kedalam masya- usaha jasa pembiayaan. Kartu kredit sebenarnya
rakat, maka hal ini dapat menyebabkan munculnya dapat memberikan manfaat yang baik dengan
kejahatan. kemudahannya, namun dapat menimbulkan
Berkembangnya teknologi dan informasi kejahatan yaitu munculnya tindak pidana carding
yang dapat memudahkan manusia dalam dalam cybercrime.
melakukan segala aktivitas dengan menggunakan Pasal yang diterapkan dalam memberikan
teknologi dan informasi di internet. Perkembangan putusan yang sesuai dengan Kitab Undang-
tersebut membuat kehidupan manusia semakin undang Hukum Pidana yang berkenaan dengan
praktis dan semua bisa dilakukan melalui internet. kejahatan carding, yaitu antara lain: a) Pasal 362,
Salah satu yang termasuk perkembangan teknologi yang menyatakan: “Barang siapa mengambil
yaitu kartu kredit, kartu kredit merupakan alat sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian
pembayaran yang semakin popular di masyarakat termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud
dunia bahkan di Indonesia. Kartu kredit meru- akan memiliki barang itu dengan melawan hak,
pakan alat pembayaran dengan menggunakan dihukum karena pencurian dengan hukuman
kartu. penjara selama-lamanya lima tahun atau denda
Kartu ATM, kartu Debit dan Kartu Kredit sebanyak-banyaknya sembilan ratus rupiah”.
merupakan kartu yang digunakan untuk melaku- Kejahatan carding dapat digolongkan
kan pembayaran maupun penarikan uang tunai pencurian sesuai dengan Pasal 362 karena telah
dan/atau pemindahan dana. Pengertian kartu memenuhi unsur-unsur di dalam tindak pidana,
kredit telah ditetapkan dalam Peraturan Bank antara lain: 1) “Barang siapa”, bahwa yang di-
Indonesia (PBI) Nomor 14/2/PBI/2012. Dalam maksud dengan “barang siapa” disini menurut
peraturan tersebut menjelaskan tentang ketentuan perundang-undangan adalah orang atau
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran badan hukum dalam keadaan sehat jasmani dan
Menggunakan Kartu (APMK) yang disebutkan rohaninya sehingga dapat mempertanggungjawab-
dalam pasal 1 angka 4 yaitu: “Kartu Kredit adalah kan perbuatannya. 2) Unsur Tindakan terlarang”,
APMK yang dapat digunakan untuk melakukan bahwa yang dimaksud tindakan terlarang yang
pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu telah dirumuskan adalah mengambil sesuatu
kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembayaran barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, orang lain dengan maksud untuk memilikinya se-
dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu cara melawan hukum. 3).Unsur barang”, bahwa
dipenuhi terlebih dahulu oleh penerbit dan peme- yang dimaksud barang pada delik ini pada dasar-
gang kartu berkewajiban untuk melakukan nya adalah setiap benda yang memiliki nilai
pembayaran pada waktu yang disepakati baik de- ekonomis. Bahwa dalam hal ini terdakwa men-
ngan pelunasan sekaligus ataupun dengan pem- dapatkan data kartu kredit yang bisa dapatkan
bayaran secara angsuran.” (Jumhana, 2006) antara lain: nomor kartu kredit, masa aktif kartu
Penggunaan kartu kredit di Indonesia mulai kredit, nama dan alamat pemilik kartu kredit, yang
marak setelah deregulasi perbankan dengan berisi 3-4 angka terdapat di belakang kartu kredit,
diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor telepon pemilik kartu kredit, tanggal lahir
Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan pemilik kartu kredit dan juga email pemilik kartu
dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan kredit. Sehingga dengan perkembangan jaman
Menteri Keuangan Republik Indonesia, dimana yang semakin modern semakin mudah untuk
bisnis kartu kredit digolongkan sebagai kelompok melakukan kejahatan di dalam dunia maya. b) Pasal

| 35 |
Bhirawa Law Journal
Volume 1, Issue 1, May 2020

378, yang berbunyi: “Barangsiapa dengan maksud dakwa juga membeli data kartu kredit yang kemu-
hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dian digunakan untuk membeli voucher dan hasil
dengan melawan hukum, baik dengan memakai penjualan barang-barang tersebut terdakwa
nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal memperoleh keuntungan yang terdakwa gunakan
dan tipu muslihat, maupun dengan karangan per- untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
kataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya
memberikan sesuatu barang, membuat utang atau
4. Simpulan
menghapuskan piutang dihukum karena penipuan
dengan hukuman penjara selama-lamanya empat Penanggulangan kejahatan sesungguhnya
tahun”. merupakan usaha yang terus menerus dan saling
Kejahatan carding dapat digolongkan dalam berkesinambungan. Semakin majunya teknologi
penipuan sesuai dengan Pasal 378 karena telah saat ini, sebagai implikasi dari perkembangan ilmu
memenuhi unsur-unsur di dalam tindak pidana, pengetahuan dan teknologi, muncul berbagai jenis
antara lain: 1) “Barang siapa”, bahwa yang dimak- kejahatan berdimensi baru yaitu cybercrime. Maka
sud dengan “barang siapa” disini menurut keten- dari itu diperlukan upaya penanggulangan untuk
tuan perundang-undangan adalah orang atau menjamin ketertiban masyarakat.
badan hukum yang dalam keadaan sehat jasmani Menjawab tuntutan dan tantangan komuni-
dan rohaninya sehingga dapat mempertanggung- kasi global melalui ruang maya (cyber space), undang-
jawabkan perbuatannya. 2) “Unsur kesalahan”, undang yang diharapkan sebagai ius constituendum,
bahwa yang dimaksud dengan “unsur kesalahan” yakni perangkat hukum yang akomodatif terhadap
sebagai contoh terdakwa melakukan tipu muslihat perkembangan serta antisipatif terhadap perma-
dan rangkaian kebohongan untuk melancarkan salahan, termasuk dampak negatif penyalahguna-
aksi kejahatannya. Dalam hal ini terdakwa telah an internet dengan berbagai motivasi yang dapat
mendapatkan data kartu kredit yang bisa ter- menimbulkan korban-korban seperti kerugian
dakwa dapatkan antara lain: nomor kartu kredit, materi dan non materi.
masa aktif kartu kredit, nama dan alamat pemilik
kartu kredit, yang berisi 3-4 angka terdapat di Daftarpustaka
belakang kartu kredit, nomor telepon pemilik kartu
kredit, tanggal lahir pemilik kartu kredit dan juga Lestari, Endah, (2010), Tinjauan Yuridis Kejahatan
Penggunaan Kartu Kredit Di Indonesia. Artikel Jurnal
email pemilik kartu kredit. 3) “Unsur membuat Hukum Vol. 8 No.18 April 2010
hutang dan mengakui berhutang”, bahwa yang
dimaksud dalam hal ini adalah tindakan terdakwa A. Agus, Riskawati (2016), Penanganan Cyber Crime
di Kota Makasar (Studi pada Kantor Kepolisian
telah menyalahgunakan kartu kredit yang bukan Resort Kota Besar Makasar) Artikel Jurnal
miliknya, secara otomatis akan menimbulkan Supremasi Vol 11 no 1 hal 20-29
hutang ataupun kewajiban membayar kepada
P Angkupi, (2014), Kejahatan Melalui Media Sosial
penerbit kartu kredit.
Elektronik di Indonesia Berdasarkan Peraturan
Sebagai contoh terdakwa melakukan tran- Perundang-undangan Saat Ini, Artikel Jurnal
saksi pembelian voucher hotel, terdakwa login ke Mikrotik Vol 2 No 1, hal 1-8
website yang dituju kemudian memesan voucher Leonard Tiopan Panjaitan (2017), Analisis Penanganan
hotel sesuai dengan identitas yang diminta oleh Carding dan Perlindungan Nasabah dalam
pelanggan kemudian pembayaran dari transaksi Kaitannya dengan Undang- Undang Informasi
tersebut terdakwa menggunakan kartu kredit. Ter- dan Transaksi Elektronik no.11 Tahun 2008,

| 36 |
Perspektif Tindak Pidana Kartu Kredit (Carding) terhadap Putusan Pengadilan
Indah Novitasari, Muhari Agus Santoso, Wika Yudha Shanty

Artikel Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol Andri Laksana, (2015), Tinjauan Hukum Pemidanaan
3 No 1, hal 1-26 Terhadap Pelaku Penyalahguna Narkotika
dengan Sistem Rehabilitasi, Artikel Jurnal
Hartono B, (2018), Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pembaharuan Hukum Vol 11 No 1, Hal 74-85
Tindak Pidana Carding, Artikel Jurnal Pranata
Hukum Vol 8 No 2, hal 1689-1699 Magalatung A, (2014) Hubungan Antara Fakta, Norma
dan Moral Dalam Pertimbangan Putusan Hakim,
M. Haris, (2012), Metodologi Penemuan Hukum Is- Artikel Jurnal Cita Hukum Vol 2 No 2, Hal 185-
lam, Artikel Jurnal ULUMUNA Vol 16 No 1, Hal 192
1-20

| 37 |

Anda mungkin juga menyukai