Anda di halaman 1dari 15

REVIEW PROPOSAL MODAL SOSIAL PEDAGANG KAKI LIMA JALAN JAWA

DALAM MENGHADAPI DAMPAK PANDEMI COVID-19

Nama Penulis Proposal : Novi Syntia Budi

NIM : 180910302029

Nama Dosen Penguji : 1. Dra. Elly Suhartini, M.Si

2. Raudlatul Jannah, S.Sos, M.Si

3. Dien Vidia Rosa, S.Sos. MA

Penelitian ini mencaritahu mengenai bagaimana modal sosial pada pedagang


kaki lima di jalan Jawa dalam menghadapi dampak dari pandemi Covid-19. Dalam
proposal ini menggunakan teori Pandangan dari Coleman, Putnam dan Fukuyama
tentang modal dengan mewawancari 6 informan.
Semakin hari orang yang terpapar Covid-19 semakin bertambah jumlahnya
sehingga pemeintah secara mendesak membuat kebijakan demi mengurangi penyebaran
Covid-19 untuk kemudian diberlakukan kepada warga negara dengan tujuan agar
penyebaran tidak semakin luas. Salah satunya Indonesia, pada 31 Maret 2020 Presiden
Joko Widodo resmi menandatangani PP Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 dan
kebijakan tersebut berlaku mulai tanggal yang sama. Kebijakan PSBB dapat
dicanangkan oleh seluruh wilayah di tanah air dengan persetujuan dari Menteri
Kesehatan. Kebijakan tersebut mengharuskan masyarakat untuk stay at home atau
berdiam diri dirumah dan tidak dianjurkan keluar rumah jika tidak memiliki
kepentingan yang mendesak. Akibatnya, masyarakat tentu jarang beraktivitas di luar
rumah dan sektor UMKM merupakan salah satu sektor yang ikut terkena imbas dari hal
tersebut.
Kebijakan dari PSBB sampai PPKM membuat PKL di Kabupaten Jember
mengeluhkan omset menurun drastis dari hari biasanya. Pada bulan Juli 2021, PPKM
darurat diberlakukan kembali karen adanya penambahan kasus positif yang meningkat
sehingga aturan tersebut berlakukan dan membuat PKL mengeluhkan terkait jam
operasional yang dinilai tidak jelas serta pendapatan yang menurun. Selama
pelaksanaan PPKM, pedagang diberi waktu operasional mulai pukul 08.00 WIB sampai
17.00 WIB karena akses masuk ke Alun-Alun Jember ditutup pada malam hari (Jember
T. P., 2021). Tak hanya PKL disekitar Alun-Alun Jember yang mengeluhkan hal
tersebut, PKL yang berada di dekat kampus wilayah Jalan Jawa, Kecamatan Sumbersari
mengeluhkan hal sama. Kepulangan mahasiswa ke kampung halamannya saat Covid-19
pertama kali menyebar ke Indonesia merupakan penyebab dari pendapatan pedagang
kaki lima di Jalan Jawa menurun. Pedagang mengaku bahwa mayoritas pelanggan
mereka berasal dari mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun swasta yang berada di
wilayah sekitar Jalan Jawa seperti Universitas Jember, Politeknik Negeri Jember, IKIP
PGRI, dan Universitas Muhamaddiyah.
Berikut ini adalah beberapa masukan dari dosen penguji saat seminar
proposal berlangsung:

No Kritik atau Saran Tanggapan Revisi


Penulis/Peneliti
1. Tidak terdapat data yang Direvisi dengan (Halaman 2).
membahas mengenai jumlah menambahkan data yang
pedagang kaki lima baik di akurat dan valid
Indonesia maupun di jalan jawa mengenai jumlah
yang menjadi lokasi penelitian. pedagang kaki ima di
Indonesia ataupun di
jalan jawa yang dipilih
menjadi lokasi untuk
melakukan penelian.
2. Tidak menjelaskan mengenai apa Direvisi dengan (Halaman 3).
hubungan pandemi Covid-19 menjelaskan antara
dengan pedagang kaki lima. hubungan pandemi
Covid-19 dengan
pedagang kaki lima agar
lebih jelas.
3. Pada proposal tidak menyebukan Direvisi dengan (Halaman 4).
alasan mengapa penulis memilih menambahkan alasan
lokasi yang berada di jalan jawa yang kuat kenapa peneliti
mengingat kota jember memiliki memilih lokasi yang
banyak lokasi yang terdapat berada di jalan jawa.
pedagang kaki lima selain di jalan Misalnya dengan
jawa. menjelaskan bahwa
pedagang kaki lima di
jalan jawa sangat terkena
dampak dari adanya
pandemi Covid-19, atau
alasan lainnya yang
membuat penulis
memutuskan untuk
memilih lokasi tersebut.
4. Pada penelitian terdahulu tidak Direvisi dengan (Halaman 13-14).
menjelaskan perbedaan dan menambahkan
persamaan penelitian sebelumnya persamaan dan
dengan penelitian yang akan perbedaan anatara
dilakukan oleh penulis. penelitian terdahulu
dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh
penulis sehingga terlihat
jelas apa persamaan dan
perbedaannya.

Jember, 27 Oktober 2021


REVIEW PROPOSAL PEMBERADAYAAN KELOMPOK WANITA TANI
MELALUI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L)
DESA WONOSOBO BANYUWANGI

Nama Penulis Proposal : Faza Amalia Khusna

NIM : 180910302011

Nama Dosen Penguji : 1. Dra. Elly Suhartini, M.Si

2. Raudlatul Jannah, S.Sos, M.Si

3. Nurul Hidayat, S.Sos., MUP

Penelitian ini mencaritahu mengenai bagaimana proses pemberdayaan


kelompok wanita tani melalui pemanfaatan lahan pekarangan pangan lestari (P2L) di
Desa Wonosobo, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi.
Pemberdayaan masyarakat memiliki peranan yang penting dalam pembangunan,
dimana masyarakat dituntut untuk memiliki keterampilan dalam meningkatkan sosial
ekonomi di suatu wilayah. Selain itu pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk
mengentaskan kemiskinan dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat, sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara
mandiri. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat, maka dapat terbentuk suatu
organisasi untuk menampung aspirasi masyarakat agar pembangunan di desa dapat
berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat tidak mengakibatkan masyarakat ataupun
kelompok menjadi ketergantungan, melainkan di tuntun menjadi kelompok maupun
individu yang mandiri dari segi sosial maupun ekonomi.
Dengan dibentuknya program pemberdayaan bagi masyarakat diperlukan
dukungan sumber daya maupun partisipasi dari masyarakat untuk mewujudkan tujuan
dari proses pemberdayaan. Setiap masyarakat harus mempunyai sifat partisipasi yang
tinggi untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut. Kegiatan P2L yaitu sebagai bentuk
ketersediaan aksesibilitas dan pemanfaatan pangan sebagai wujud ketahanan pangan
dalam rumah tangga dalam penanganan peningkatan angka stunting. Pemanfaatan lahan
dilakukan dengan memanfaatkan lahan kosong dan sempit untuk memenuhi pangan dan
gizi keluarga serta berorientasi pasar sehingga meningkatkan pendapatan rumah tangga
Konsep kegiatan progam pekarangan pangan lestari yaitu kegiatan yang
dilaksanakan oleh kelembagaan masyarakat untuk mengusahakan secara bersama-sama
memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan yang berkelanjutan, sehingga
dapat meningkatkat aksesibilitas, ketersediaan, dan meningkatkan pendapatan. Kegiatan
utama P2L yaitu Sarana pembibitan, setiap Kelompok Wanita Tani memiliki rumah
bibit untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan bibit untuk keberlanjutan progam
P2L.
Kelompok Wanita Tani Sri Wangi menjadi sasaran yang dipilih oleh peneliti. Di
masa pandemi Covid-19 kelompok inin mempunyai implikasi luas terhadap kesehatan
masyarakat dan akses perekonomian yang mengganggu ketahanan pangan keluarga,
individu, dan nasional. Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian
mempunyai solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga, solusinya dengan
menerapkan kebijakan pertanaman di lahan pekarangan kosong. Mengajak seluruh
masyarakat untuk ikut andil dalam kegiatan tersebut. Untuk mencapai tujuan dari
kebijakan P2L maka dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan melakukan
kegiatan budidaya tanaman melalui pekarangan maupun lahan yang tidak produktif
untuk dikembangkan rumah bibit dan demplot.
Pemberdayaan perempuan melalui P2L dilakukan agar perempuan khususnya
ibu rumah tangga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, kemandirian dalam
mencukupi pangan keluarga yang berigizi serta mempunyai keterampilan dalam
memanfaatkan lahan yang sempit.

Berikut ini adalah beberapa masukan dari dosen penguji saat seminar proposal
berlangsung:

No Kritik atau Saran Tanggapan Revisi


Penulis/Peneliti
1. Disini hanya dijelaskan mengenai Seharusnya ditambahkan (Halaman 4-5).
apa yang dilakukan oleh ibu-ibu penjelasan lebih
kelompok Tani Sri Wangi yang mendetail mengenai
memiliki kemampuan dalam penghasilan yang
bidang pengelolaan lahan diperoleh ibu-ibu
pekarangan dan produk jamu kelompok Tani Sri
instan, tetapi tidak dijelaskan Wangi sejak mereka
berapa penghasilan yang bergabung dengan
diperoleh oleh ibu-ibu kelompok program Pekarangan
tani sejak mereka bergabung Pangan Lestari (P2L).
dengan program pekarangan Karena program
pangan lestari (P2L). Pekarangan Pangan
Lestari ini dilakukan
untuk menambah
pengasilan keluarga.
2. Diversifikasi pangan lokal Seharusnya ditambahkan (Halaman 11).
disebutkan pada paragraf awal, penjelasan lebih
tetapi tidak dijelaskan lebih mengenai sudah sejauh
mengenai sejauh mana mana diversifikasi
diversifikasi pangan lokal yg pangan lokal yang telah
sudah di bangun dan tidak dilakukan
dijelaskan apakah diverifikasi
pangan lokal itu termasuk pada
progam Pekarangan Pangan
Lestari (P2L)
3. Tidak dijelaskan sebelum dan Direvisi agar lebih jelas (Halaman 3).
sesudah adanya Program mengenao program
Pekarangan Pangan (P2L) yang sebelum dan sesudah
dilakukan oleh kelompok Tani Sri adanya Program
Wangi Pekarangan Pangan
(P2L) pada kelompok
Tani Sri Wangi

Jember, 12 November 2021


REVIEW PROPOSAL PERAN MODAL SOSIAL DALAM KESIAPSIAGAAN
BENCANA TANAH LONGSOR DI DESA JOHO, KABUPATEN KEDIRI

Nama Penulis Proposal :Margi Rizki Satriani M

NIM : 180910302001

Nama Dosen Penguji : 1. Baiq Lilly Handayani, S.Sos, M.Si

2. Raudlatul Jannah, S.Sos, M.Si

3. Nurul Hidayat, S.Sos, MUP

Penelian ini mencaritahu bagaimana peran modal sosial membentuk


kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi menghadapi longsor
Longsor merupakan suatu peristiwa geologi yang terjadi akibat pergerakan
batuan. Tanah longsor sering terjadi pada daerah pegunungan salah satunya Desa Joho
yang berada di kecamatan Semen Kota kediri Desa ini pertama kali terkena bencana
longsor pada tahun 1982. Pada saat itu korban meninggal mencapai 49 orang dan
beberapa warga yang dinyatakan tidak ditemukan. Dikarenakan pada saat itu peralatan
evakuasi belum memadai maka, korban yang yang ditetapkan hanya berdasarkan atas
laporan masyarakat terkait keluarganya yang hilang. Setelah dari kejadian longsor yang
cukup besar tersebut, BPBD menetapkan desa Joho menjadi desa rawan longsor, dan
melakukan mitigasi serta membuat titik-titik daerah rawan longsor.
Penanggulangan bencana pada desa Joho tidak hanya dilakukan dengan
pendakatan secara responsif, dimana responsif merupakan tidakan yang dilakukan atau
dilaksanakan ketika suatu peristiwa itu telah terjadi namun dilaksanakan dengan
pendekatan antisipatif. Hal tersebut dapat dilihat dengan dibentuknya kelembagaan
penanggulangan bencana atau biasa disebut dengan DESTANA (desa tanggap bencana)
di Desa Joho.
Pembentukan ini dilakukan karna buah akibat dari peristiwa bencana longsor
pada tahun 1982 pada saat itu. Selain karena hal tersebut, pembentukan destana
memang merupakan program dari BPBD Kabupaten Kediri dikarenakan banyaknya
potensi bencana alam di daerah kota Kediri, seperti banjir, longsor, dan gunung berapi.
Dalam lembaga DESTANA yang ada di Desa Joho yang dibentuk mulai pada tahun
2017 lalu sudah memiliki program-program kedepannya yang telah dirancang dan di
buat bersama dengan pihak BPBD Kediri. Pada DESTANA yang ada di desa Joho ini,
berfokus pada kesiapsiagaan masyarakat desa dalam menghadapi bencana alam tanah
longsor. Hal tersebut dapat dilihat melalui program-program yang dimiliki lembaga
DESTANA desa Joho. Program-program penanggulangan bencana yang dibuat oleh
DESTANA telah ada dalam dokumen desa. Dimana beberapa program dalam dokumen
tersebut ialah pelatihan bagi masyarakat dalam menghadapi bencana, terutama pada
bencana alam tanah longsor, yang mana pada puncaknya ialah melaksanakan simulasi
bencana. Dengan melakukan simulasi bencana ini, diharapkan agar partisipasi
masyarakat semakin besar dan dapat membuat masyarakat lebih tanggap dengan
kegiatan tersebut serta diharapkan agar masyarakat menjadi lebih tanggap. Selain
program tersebut, BPBD juga membuatkan jadwal untuk melakukan kunjungan pada
desa Joho, baik hanya kunjungan untuk pengecekan berkala, maupun hanya untuk
melakukan komunikasi dengan pihak desa Joho.
Disini peneliti ingin mendeskripsikan lebih dalam mengenai kepercayaan yang
ada dalam masyrakat desa Joho dan juga jaringan sosial dimiliki masyarakat desa, maka
hal tersebut sangat menarik untuk diteliti.

Berikut ini adalah beberapa masukan dari dosen penguji saat seminar
proposal berlangsung:

No Kritik atau Saran Tanggapan Revisi


Penulis/Peneliti
1. Pada latar belakang tidak ada data Seharusnya direvisi (Halaman 1-5).
yang menyebutkan tentang berapa dengan menambahkan
kali becana yang telah terjadi di data yang valid dan
Desa Joho. terpercaya mengenai
jumlah bencana yang
telah terjadi di Desa
Joho.
2. Peran modal sosial dan Seharusnya direvisi (Halaman 1-5).
kesiapsiagaan bencana pada dengan memperjelas dan
proposal tidak dijelaskan dan menjabarkan mengenai
dijabarkan dan hanya membahas peran modal sosial dan
mengenai bencana dan kesiapsiagaan bencana
penanggulangan bencana. karena mengingat
proposal ini membahas
mengenai kedua hal
tersebut.
3. Pada teori hanya menjelaskan Seharusnya direvisi (Halaman 8-9).
mengenai definisi dari modal dengan menjelaskan
sosial saja dan tidak menjelaskan menggunakan teori milik
menggunakan teori milik tokoh tokoh siapa dan mengapa
siapa. memilih untuk
menggunakan teori
tersebut.
Jember, 08 Desember 2021
REVIEW PROPOSAL BRANDING IMAGE MAHASISWA SOSIOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER PADA AKUN INSTAGRAM)

Nama Penulis Proposal : Zhasa Christa

NIM : 180910302072

Nama Dosen Penguji : 1. Dien Vidia Rosa, S.Sos. MA

2. Dra. Elly Suhartini, M.Si

3. Raudlatul Jannah, S.Sos, M.Si

Penelitian ini mencaritahu mengenai bagaimana Mahasiswa Sosiologi


Universitas Jember menunjukan branding image pada akun instagramnya dan pada
realita kehidupannya.
Media sosial merupakan layanan dalam media baru yang memungkinkan para
penggunanya berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Media sosial ini
memiliki peran penting yakni untuk mengekspresikan diri kita sendiri atau menggalih
beberapa informasi dari akun media lainnya. Salah satu media sosial yang sangat
banyak digunakan yakni akun Instagram
Membangun branding image seseorang bisa dipermudah dengan melalui
banyaknya media sosial yang telah muncul, salah satunya yaitu media sosial Instagram.
branding image sendiri yaitu suatu gambaran umum tentang diri sendiri atau pandangan
yang akan kita buat untuk diri kita sendiri, umumnya branding image ini tidak sama
dengan kenyataan yang terjadi, tetapi kita selalu meyakininya. Branding
image ini akan membentuk suatu kepribadian seperti bagaimana kita berperilaku,
berpenampilan, mengambil keputusan, termasuk menghargai kondisi tubuh kita. Dalam
penelitian ini menggunakan teori dramaturgi, Erving Goffman. Di dalam bukunya yang
berjudul The Presentational of self in Everyday Life yang telah berkata bahwa
dramaturgi merupakan teori yang menjelaskan mengenai kehidupan sosial pada sebuah
panggung sandiwara dimana manusia memiliki peran sebagai actor yang melakukan
sebuah pertunjukan
Fenomena diatas tercermin pada mahasiswa Sosiologi Universitas Jember.
Dalam proposal ini penulis akan meneliti apakah penggunaan media sosial instagram
dapat memberi pengaruh untuk melakukan branding image di kalangan mahasiswa
Sosiologi Universitas Jember angakatan 2018 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Berikut ini adalah beberapa masukan dari dosen penguji saat seminar proposal
berlangsung:

No Kritik atau Saran Tanggapan Revisi


Penulis/Peneliti
1. Objek yang diteliti terlalu sempit Menurut saya peneliti (Halaman 3).
karena peneliti hanya fokus perlu memperluas objek
meneliti mahasiswa sosiologi atau mengganti objek
Universitas Jember angkatan 2018 yang lain karena selain
yang melakukan branding image mahasiswa sosiologi
pada akun instagramnya. Universitas Jember
angkatan 2018 masih
banyak diluar sana yang
melakukan branding
image pada akun
instagramnya. Selain itu
menurut saya meneliti
mahasiswa sosiologi
angkatan 2018 kurang
objektif karena peneliti
sendiri berasal dari
mahasiswa sosiologi
Universitas Jember
angkatan 2018.
2. Terdapat kesalahan penulisan pada Hal ini seharusnya (Halaman 4).
rumusan masalah dan tujuan direvisi karena terdapat
penelitian. Pada proposal ini kesalahan penulisan
rumusan masalah dan tujuan angka 1. Seharusnya
penelitian diberi angka 1 yang dihilangkan saja karena
mana merupakan kesalahan, seperti sudah ada penomoran
pada gambar dibawah ini: halaman .
3. Pada penelitian terdahulu hanya Hal ini seharusnya (Halaman 9-11).
menjelaskan mengenai penelitian direvisi untuk
yang sudah dilakukan dan tidak memperjelas apa
menyebutkan apa persamaan dan perbedaan dan
perbedaan antara penelitian persamaan antara
sebelumnya dan penelitian milik penelitian terdahulu
peneliti. dengan penelitian yang
akan dilakukan

Jember, 09 Desember 2021


REVIEW PROPOSAL MAKNA REDKAR BAGI MASYARAKAT PROBOLINGGO

Nama Penulis Proposal : Alfiana Tri Octavira

NIM : 180910302074

Nama Dosen Penguji : 1. Lukman Wijaya Bharata, S.Sos, MA

2. Rosnida Sari, S.Ag, M,SI., Ph.D

3. Nurul Hidayat, S.Sos, MUP

Penelitian ini mencaritahu bagaimana perspektif masyarakat Kota


Probolinggo terkait adanya kehadiran Relawan Pemadam Kebakaran (REDKAR).
Kota Probolinggo merupakan Kota terbesar keempat di Jawa Timur setelah
Surabaya, Malang dan Kediri. Kepadatan penduduk di kota Probolinggo dapat
mengakibatkan beberapa faktor yang menimbulkan bencana salah satunya kebakaran.
Ancaman Kebakaran merupakan suatu bahaya yang dapat membawa bencana yang
besar dengan akibat yang luas baik terhadap keselamatan jiwa dan harta benda.
Kebakaran sering menimbulkan kerugian material, berhentinya kegiatan usaha serta
ancaman terhadap keselamatan jiwa. Umumnya kebakaran sering terjadi pada
permukiman padat dan pada masyarakat ekonomi menengah kebawah. Tak sedikit
kasus Kebakaran yang terjadi akibat kelalaian dari manusia sendiri sehingga
mengakibatkan kebakaran yang merugikan banyak orang
Di samping itu banyak pemuda Kota yang ingin membantu para satuan unit
Pemadam Kebakaran di Kota Probolinggo yang awalnya sekedar menolong tanpa Nama
maupun organisasi, dipertemukan dalam hobi yang sama yaitu hobi mengoleksi atau
mengendarai sepeda motor sehingga menjadikan anggota tersebut Komunitas dalam
lingkup Relawan yang disebut Relawan Pemadam Kebakaran yang disingkat
“REDKAR” yang dibentuk sekitar tahun 2016/2017 dan bertambah anggotanya seiring
berjalannya tahun.
Dalam Julukan “REDKAR” tidak memiliki arti yang spesifik melainkan hanya
singkatan dari “Relawan Pemadam Kebakaran” sehingga sebutan tersebut sudah
melekat dengan para anggota Relawan Pemadam Kebakaran. Dalam mewujudkan
bahwa Redkar ini ada, maka para Relawan ini menggambarkan kehadiran mereka
kepada masyarakat melalui seragam yang khusus untuk Redkar, sehingga jika para
Relawan ini membantu dalam penugasan Damkar (Pemadam Kebakaran) seragam itu
yang dipakai dan menunjukkan kehadiran Relawan ini bahwa mereka ada. Para
Relawan ini diharuskan standbay setiap saat jika ada kasus Bencana seperti Kebakaran,
tidak hanya Bencana Kebakaran melainkan penyemprotan covid-19 dan kegiatan
lainnya yang membutuhkan Redkar. Dalam Struktur organisasi Relawan pemadan
Kebakaran (Redkar) ini memiiki strutur organisasi eksternal dan internal, internal
meliputi ketua, wakil, Humas dan anggota lainnya sedangkan untuk ekternal bisa satu
orang bahkan lebih.
Dalam hal ini maka Relawan Pemadam Kebakaran merupakan suatu realitas
yang diinginkan suatu Komunitas. Maka Relawan disini memiliki Makna dan konsep
tersendiri melalui aksi dan tindakan yang dilakukan oleh Relawan Pemadam Kebakaran
(Redkar). Melalui Fenomena diatas, penulis proposal tertarik melakukan penelitian
lebih lanjut dengan judul Makna Relawan dalam Komunitas Redkar Kota Probolinggo.
Berikut ini adalah beberapa masukan dari dosen penguji saat seminar proposal
berlangsung:

No Kritik atau Saran Tanggapan Revisi


Penulis/Peneliti
1. Kurang menjelaskan mengenai Seharusnya direvisi (Halaman 5-6).
apa itu Relawan Pemadam dengan menijelaskan
Kebakaran (REDKAR), asal mula secara lebih jelas
munculnya Relawan Pemadam mengenai Relawan
Kebakaran (REDKAR) di Kota Pemadam Kebakaran di
Probolinggo, dan apa saja Kota Probolinggo.
keuntungan yang didapat dengan
adanya Relawan Pemadam
Kebakaran (REDKAR).
2. Pada proposal ini ingin mencari Seharussnya direvisi (Halaman 10-13).
tau bagaimana perspektif dengan menggunakan
masyarakat Kota Probolinggo teori lain yang ebih
dengan kehadiran Relawan sesuai karena menurut
Pemadam Kebakaran (REDKAR) saya antara teori dengan
dengan menggunakan teori topik yang diteliti tidak
interaksionisme simbolik yang sesuai atau tidak
dikemukakan oleh Blumer. berhubungan.
Pemikiran Blumer berawal dari
realitas sosial yang diperoleh dari
proses yang dinamis. Interaksi
yang dilakukan individu dilatar
belakangi oleh symbol, kemudian
makna yang dihasilkan melalui
proses negosiasi terus menerus
oleh individu dengan kepentingan
masing-masing. Karena adanya
proses negosiasi maka makna
yang diperoleh dari symbol ini
bersifat dinamis dan variatif
bergantung pada kepentingan
yang akan dibingkai dalam ruang
dan waktu. Individu memiliki
posisi sebagai pelaku aktif,
sehingga dalam kondisi ini konsep
diri menjadi yang hal terpenting.

Jember, 12 November 2021

Anda mungkin juga menyukai