Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian cepat mengalami kemajuan baik dari segi teknologi maupun dari segi
sumber daya manusia nya. Teknik budidaya secara vertikultur merupakan bentuk
kemajuan bidang pertanian yang saat ini banyak di kembangkan. Vertikultur
adalah teknik bercocok tanam pada lahan sempit dengan memanfaatkan bidang
vertikal sebagai tempat bercocok tanam, salah satu bentuk budidaya secara
vertikultur adalah hidroponik. Hidroponik merupakan budidaya menanam dengan
media air dan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi. Sistem budidaya
hidroponik untuk komoditas buah dan sayur merupakan prospek yang baik di
bidang agribisnis kedepannya. Jumlah penduduk Indonesia terus menambah
sehingga kebutuhan asupan buah dan sayur juga akan terus meningkat, jika teknik
budidaya hidroponik terus di kembangkan dapat membantu menambah
pendapatan petani.Pemanfaatan hidroponik sebagai salah satu teknologi
peningakatan produksikomoditas hortikultura sayuran-buah perkembangannya
masih dihadapkan pada beberapa kendala, yaitu kendala teknis (penguasaan
teknologinya), kendala ekonomis(biaya investasi awal, biaya produksi tinggi) dan
aspek sosial (penerimaan masyarakat terhadap produk hasil hidroponik). Aspek
ekonomi berperan besar terhadap keinginan masyarakat untuk menguasai
teknologinya dan penerimaan masyarakat terhadap produk hasil hidroponik
sebagai sumber pangan sehat. Upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis agar
bertanam secara hidroponik dapat menghasilkan keuntungan lebih besar adalah
mengatur pemberian nutrisi tanaman dan pembuatan nutrisi dengan sumber
bahan-bahan pupuk yang murah, mudah dijangkau dan tersedia di pelosok daerah.
Peningkatan konsumsi buah buahan dan sayur di Indonesia merupakan salah
satu target Kementerian Pertanian dalam rangka peningkatan diversifikasi pangan
yang bergizi, seimbang dan aman. Berdasarkan data Sasaran Konsumsi Energi,
Protein dan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) dari Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Kementerian Pertanian tahun 2017 bahwa Konsumsi energi
per kelompok pangan (kkal/kapita/hari) untuk buah dan sayur meningkat dari 111
hingga 115 dari tahun 2015 – 2019. Yang dimaksud dengan Pola Pangan Harapan

1
2

adalah situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan
menurut jenis pangan. Skor PPH tercatat sebesar 84,1 pada tahun 2015 menjadi
92,5 pada tahun 2019. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin
beragam dan bergizi seimbang (maksimal 100). Skor PPH merupakan indikator
mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk
merencanakan kebutuhan konsumsi pangan pada tahun-tahun mendatang.
Hidroponik (Inggris: hydroponic) berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang
berarti air dan ponos yang artinya pengerjaan atau bercocok tanam. Hidroponik
juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi,
hidroponik adalah budidaya tanaman yang memanfaatkan air tanpa menggunakan
tanah sebagi media tanam atau soilless. Pada mulanya, kegiatan membudidayakan
tanaman yang daratan tanpa tanah ditulis pada buku Sylva Sylvarum oleh Francis
Bacon dibuat pada tahun 1627, dicetak setahun setelah kematiannya. Teknik
budidaya pada air menjadi penelitian yang populer setelah itu. Pada tahun 1699,
John Woodward menerbitkan percobaan budidaya air dengan spearmint. Ia
menemukan bahwa tanaman dalam sumber-sumber air yang kurang murni tumbuh
lebih baik dari tanaman dengan air murni. Pada tahun 1842 telah disusun daftar
sembilan elemen diyakini penting untuk pertumbuhan tanaman, dan penemuan
dari ahli botani Jerman Julius von Sachs dan Wilhelm Knop, pada tahun-tahun
1859-1865, memicu pengembangan teknik budidaya tanpa tanah. Pertumbuhan
tanaman darat tanpa tanah dengan larutan yang menekankan pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Dengan cepat menjadi standar penelitian
dan teknik pembelajaran dan masih banyak digunakan saat ini. Sekarang, Solution
culture dianggap sebagai jenis hidroponik tanpa media tanam inert, yang
merupakan media tanam yang tidak menyediakan unsur hara.
Terakhir pada tahun 1936 istilah hidroponik lahir, istilah ini diberikan untuk
hasil dari Dr. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California, USA,
berupa tanaman tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak
berisi mineral hasil uji cobanya (meskipun ia menegaskan bahwa istilah ini
disarankan oleh WA Setchell, dari University of California). Pada laporan
Gericke, dia mengklaim bahwa hidroponik akan merevolusi pertanian tanaman
3

dan memicu sejumlah besar permintaan informasi lebih lanjut. Pengajuan Gericke
ditolak oleh pihak universitas tentang penggunaan greenhouse dikampusnya untuk
eksperimen karena skeptisme orang-orang administrasi kampus dan ketika pihak
Universitas berusaha memaksa dia untuk membeberkan resep nutrisi pertama
yang dikembangkan di rumah, ia meminta tempat untuk rumah kaca dan saatnya
untuk memperbaikinya menggunakan fasilitas penelitian yang sesuai. Sementara
akhirnya ia diberikan tempat untuk greenhouse, Pihak Universitas menugaskan
Hoagland dan Arnon untuk menyusun ulang formula Gericke, pada tahun 1940,
setelah meninggalkan jabatan akademik di iklim yang tidak menguntungkan
secara politik, dia menerbitkan buku berjudul Complete Guide to Soil less
Gardening.
Teknik budidaya hidroponik di bedakan menjadi tiga yaitu DFT , NFT dan
sistem apung. DFT (Deep Flow Technique) adalah salah satu sistem yang
meletakkan akar tanamana lebih dalam pada aliaran air nutrisi sedangkan NFT
(Nutrient Film Technique) merupakan metode hidroponik dengan meletakkan akar
tanaman dalam posisi dangkal. Dalam teknik budidaya hidroponik mint biasanya
menggunan teknik NFT . Tanaman mint merupakan salah satu komoditas sayuran
yang banyak di minati oleh masyarakat karena daun mint memiliki khasiat yang
baik untuk kesehatan tubuh. Tanaman mint merupakan herbal berakar rizoma
serta berbatang halus yang tumbuh mencapai tinggi antara 30 – 90 cm. Daunnya
memiliki panjang antara 4-9 cm dan lebar antara 1,5- 4 cm, berwarna hijau gelap
dengan pembuluh daun kemerah – merahan , ujungnya tajam dan tepi kasar
seperti gigi. Daun dan batangnya teraba bulu yang kecil – kecil. Bunga daun mint
berwarna ungu dengan panjang 6-8 mm, bermahkota empat lobus berdiameter
sekitar 5 mm.Di sekitar batang terdapat duri tebal tapi tumpul tersusun melingkar.
Bunga muncul pada pertengahan akhir musim panas (Martin,2009).
4

B. Tujuan
1. Menambah wawasan mahasiswa.
2. Membina hubungan baik antara kampus dan perusahaan penyedia kesempatan
magang.
3. Mampu menjadi pelaku usaha budidaya hidroponik.
4. Menambah dan meningkatkan ketrampilan budidaya hidroponik.
5. Mampu menerapkan teori dan praktek langsung di lapangan.
II. METODE PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
1. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan magang di Aa818 Hidroponik Karanganyar
2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan magang dilaksanakan selama 1 bulan yaitu dimulai dari
tanggal 14 November 2019 sampai dengan tanggal 10 Desember 2019.
Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Magang Aa818 Hidroponik Karanganyar
No Tanggal Tempat
1 14 November 2019 Perkenalan dan pemaparan materi
2 15 November 2019 Penyemaian dan pembuatan instalasi
3 18 November 2019 Sterilisasi pipa, pembuatan talang dan
persiapan pindah tanam
4 19 November 2019 Persiapan pindah tanam tahap II
5 20 November 2019 Pembuatan nutrisi dan pengecekan
nutrisi, pembuatan yellow trap, SOP
kegiatan pagi.
6 21 November 2019 Pembuatan instalasi talang dan pindah
tanam
7 22 Novemeber 2019 Pemasangan instalasi dan pindah
tanam
8 25 – 27 November 2019 Sosialisasi hidroponik bersama ex TKI
9 28 November 2019 Kunjungan dinas ketahanan pangan
boyolali.
10 29 November 2019 Pemanenan bayam dan penataan green
house baru.
11 2 Desember 2019 Pemanenan kangkung dan cek nutrisi
12 3 - 6 Desember 2019 Panen sekaligus kunjungan ke mitra
lain.
13 7-10 Desember 2019 Evaluasi, diskusi dan penutupan.

5
6

B. Metode Pelaksanaan Magang


1. Pemaparan materi
Pemaparan materi di lakukan di bagian minggu awal magang. Materi yang di
paparkan pada teknik budidaya hiroponik meliputi cara pembuatan instalasi,
penyemaian, perawatan sampai dengan pemanenan.
2. Praktik lapang
Setelah semua materi di dapatkan kemudian di lakukan praktik kerja langsung,
dari teknik penyemaian berbagai jenis sayuran kemudian cara pembuatan
instalasi hidroponik dengan berbagai model hingga pemanenan berbagai
komoditas sayuran.
3. Diskusi dan Evaluasi
Diskusi dan evaluasi dilaksanakan pada minggu terakhir magang dengan tujuan
untuk mengulang kembalian bagian yang belum di mengerti.
4. Penyusunan laporan
Laporan di susun 1 minggu setelah selesai pelaksanaan magang.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan media tanam
Proses budidaya hidroponik menggunakan berbagai macam media tanam
mulai dari sekam, sabut kelapa,dacron, busa maupun rockwool. Dalam proses
budidaya tanaman mint biasanya menggunakan rockwool karena media ini
mampu menyerap dan menahan nutrisi yang baik untuk tanaman. Rockwool
merupakan media tanam yang terbuat dari bebatuan yaitu kombinasi antara basalt,
batu kapur,dan batu bara yang di panaskan pada suhu tertentu kemudian mencair
yang di disentifugal membentuk serat – serat setelah dingin serat – serat tersebut
di potong sesuai dengan kebutuhan.Rockwool merupakan media tanam yang
memiliki banyak pori – pori sehingga dapat menyimpan air lebih baik dari media
lainnya dengan adanya pori pori yang banyak maka dalam proses budidaya
hidroponik kita tidak perlu melakukan proses penggemburan seperti yang di
lakukan pada proses budidaya konvensional . Rockwool memiliki tingkat
sterilisasi yang tinggi sehingga tidak perlu khawatir akan serangan jamur dan
mikroorganisme lain yang menyerang tanaman. Persiapan media tanam budidaya
hidroponik tanaman mint meliputi beberapa hal yaitu :
1. Persiapan rockwool
Persiapan rockwoolyaitu dengan cara melakukan pemotongan rockwool
membentuk kubus kecil – kecil dengan ukuran sesuai netpot jadi rockwool
yang di potong harus bisa di masukkan ke dalam netpot. rockwool nantinya di
gunakan sebagai media tumbuh dari tanaman mint. Alat yang di gunakan
dalam proses pemotongan rockwool berupa gergaji besi kecil dan nampan
sebagai landasan. Usahakan ukuran rockwool sama agar penyerapan nutrisi
juga sama dan tanaman mint mampu tumbuh secara bersamaan.
Hal yang perlu di perhatikan dalam persiapan rockwool adalah pemilihan
rockwool yang tepat dan tidak cacat karena hal ini berpengaruh langsung
terhadap kelangsungan hidup tanaman apabila kualitas rockwool buruk makan
proses penyerapan nutrisi juga kurang baik.
Pada awal penanaman daun mint biasanya rockwool langsung di tanami dengan
potongan batang mint yang akan di stek kemudian di letakkan pada wadah

7
8

steroform yang sudah di genangi air untuk beberapa hari, jika sudah
menunjukkan tanda – tanda kehidupan pada tanaman mint maka langkah
selanjutnya dalah memindahkannya ke dalam netpot pada instalasi.
2. Pemotongan flanel
Flanel merupakan kain yang beretkstur mirip busa yang di kaitkan dengan
netpot pada bagian dasarnya berfungsi sebagai perantara penyerapan antar
rockwool dengan nutrisi pada pralon. Pemotongan falon tidak boleh terlalu
pendek karena semakin pendek ukuran flanel maka proses penyerapan nutrisi
terhambat karena tidak terjadi penyerapan nutrisi. Ukuran untuk flanel
biasanya 1x 10 cm. Flanel yang sudah terpotong kemudian di susun pada
netpot dan di tata pada bagian dasar netpot.
3. Persiapan instalasi
Model dalam budidaya hidroponik ada beragam ada yang menggunakan
sistem NFT maupun DFT. Sistem NFT (Nutrient film technique) adalah model
budidaya hidroponik dimana tanaman yang di tanaman akarnya mampu
tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersikulasi udara atau akar
tanaman terendam dengan nutrisi. Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat
berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian
atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam.
DFT (Deep flow technique) adalah metode hidroponik yang di buat aliran
nutrisi pada tanaman tidak menggenang atau mengalir. Dalam budidaya
tanaman mint biasanya menggunakan sistem NFT.
Instalasi yang di gunakan dalam budidaya tanaman mint adalah
menggunakan instalasi rak dengan metode NFT. Pembuatan instalasi rak
memerlukan banyak bahan dan perkiraan yang tepat. Berikut adalah tahap
dalam proses pembuatan instalasi rak :
 Menghitung kebutuhan pralon
Untuk membuat instalasi dalam hidroponik harus menyiapkan perhitungan
yang tepat. Langkah awal dalam pembuatan instalasi rak adalah menghitung
kebutuhan pralon hal ini berhubungan dengan panjang instalasi.Untuk
9

budidaya mint cukup menggunkan instalasi dengan panjang 1 meter dengan


3 tingkatan.
 Pemotongan pralon
Sesuaikan pemotongan pralon dengan kebutuhan instalasi ukur dengan tepat
agar tidak terjadi kemiringan pada instalasi.
 Hitung jumlah sambungan pipa
Sambungan pipa yang di butuhkan adalah pipa L, Tee dan doop pipa,
semakin rumit instalasi semakin banyak sambungan pipa yang di butuhkan
 Selotip dan lem pipa
Selotip dan lem pipa buka hal yang begitu perlu kaeran ini tergantung
kebutuhan kita. Jika ingin instalasi yang bisa di buka pasang mungkin tidak
memerlukan selotip dan lem.
B. Penanaman
Proses penanaman mint tidak terlalu sulit dan rumit tanaman mint di tanamn
denga teknik stek batang jadi dalm proses penanaman hanya memotong bagian
batang tanmana mint yang umurnya tidak terlalu muda dan tidak terlalu muda.
Potong dengan ukuran kurang lebih 10 cm dengan menyisakan 2 atau 3 daun pada
batangnya. Batang mint yang sudah terpotong di tancapkan pada rockwool
sedalam yang sudah di potong di dalam nampan/ styroform yang sudah di genai
air sedalam 1 cm. Pemindahan mint dari rockwool kedalam pot menunggu umur
2-5 hari setelah ada tanda tanda kehidupan pada tanaman mint baru di pindahkan
kedalam netpot pada instalasi. Pertumbuhan mint hidroponik sangat cepat,
terkadang menggunakan netpot kecil tidak cukup dan harus berkali – kali di
pangkas, begitu juga dengan akarnya, harus sering di potong agar tidak menutupi
saluran pengairan nutrisi.
10

C. Perawatan
Teknik budidaya hidroponik biasanya menggunakan greenhouse jadi dalam hal
perawatan terhadap serangan hama dan penyakit tidak terlalu sulit. Menggunakan
green house bukan berarti tidak ada hama dan penyakit yang menyerang mereka
tetap ada namun tidak terlalu banyak yang sering mengganggu dalam proses
budidaya adalah hama. Proses pencegahan terhadap hama di lakukan secara
mekanik yaitu mengecek satu persatu tanaman yang terserang kemudian di buang
atau menggunakan perangkap yellow trap untuk mengusir hama jadi tidak
menggunkan pestisida kimia. Perawatan selain pencegahan terhadap hama dan
penyakit adalah pengecekan kebutuhan nutrisi, kebersihan tandon, dan sanitasi
lingkungan. Nutrisi pada hidroponik dilakukan pengecekan 3 hari sekali apabila
terjadi kekurangan nutrisi bisa langsung segera di tambahkan agar tanaman tidak
layu sebaliknya jika jumlah nutrisi terlalu banyak sedangkan kebutuhan air
berkurang juga dapat menyebabkan tanaman menguning jadi kebutuhan air dan
nutrisi pada budidaya hidroponik harus seimbang.
D. Nutrisi
Nutrisi tanaman terlarut dalam air yang digunakan dalam hidroponik sebagian
besar anorganik dan dalam bentuk ion. Nutrisi utama tersebut diantaranya dalam
bentuk kation terlarut (ion bermuatan positif), yakni Ca2+ (kalsium), Mg2+
(magnesium), dan K+ (kalium); larutan nutrisi utama dalam bentuk anion adalah
NO3-(nitrat), SO4 2-(sulfat), dan H2PO4 - (dihidrogen fosfat). Banyak formula
yang dapat digunakan sebagai nutrisi hidroponik. Sebagian besar formula tersebut
menggunakan berbagai kombinasi bahan yang biasa digunakan sebagai sumber
hara makro dan mikro. Unsur hara makro meliputi kalium nitrat, kalsium nitrat,
kalium fosfat, dan magnesium sulfat. Hara mikro biasanya ditambahkan ke dalam
nutrien hidroponik guna memasok unsur-unsur mikro penting, di antaranya adalah
Fe (besi), Mn (mangan), Cu (tembaga), Zn (seng), B (boron), Cl (klorin), dan Ni
(nikel). Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya
dalam larutan relatif tinggi. Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi
yang rendah. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakanuntuk larutan hara,
pemilihannya biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut .Jenis
11

larutan hara pupuk yang sudah sangat dikenal dalam berhidoponik tanaman,
khususnya sayuran, adalah AB-Mix solution. Berikut adalah bahan yang di
gunakan dalam pembuatan nutrisi :
Tabel 3.1 Komposisi nutrisi di Aa818 Hidroponik Karanganyar
Larutan A Larutan B
Kalsium nitrat Monokalium fosfat
Kalium nitrat Amonium sulfat
Fe 13 dab Fe 6 Kalium sulfat
Volume air 30 liter Magnesium sulfat
Mikrokomplex
Volume air 30 liter

Untuk tumbuh dan berkembang biasanya tanaman memerlukan 16 unsur


penting, dari 16 unsur tersebut, unsur karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2)
dipasok dari udara sedangkan hidrogen (H) berasal dari air. Enam unsur makro
serta tujuh unsur mikro lainnya didapat tanaman melalui mekanisme serapan akar.
Guna memenuhi kebutuhan hara atau nutrisi tersebut, tanaman hidroponik
memerlukan larutan nutrisi atau pupuk. Bahan baku pupuk hidroponik berupa
garam anorganis atau garam kimia yang dapat dibeli di toko kimia atau toko
pertanian. Untuk pertimbangan biaya maka pilihlah bahan kimia technical grade
bukan yang pro analisis yang berharga sangat mahal. Nutrisi hidroponik biasanya
menggunakan konsep formulasi AB mix. Yaitu kalsium pada grup A dan tidak
bertemu sulfat dan fosfat pada grup B.
E. Faktor yang mempengaruhi budidaya
Banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam berbudidaya sayuran
secara hidroponik. Beberapa diantaranya meliputi unsur hara, media tanam,
oksigen, dan air. Pemberian larutan hara harus teratur sesuai dengan kepekatan
yang diinginkanoleh setiap jenis tanaman. Setiap jenis dan setiap fase tanaman
memerlukan hara yang berbeda-beda. Demikian juga, dengan nilai pH larutan, pH
larutan menentukan tingkat ketersediaan setap hara untuk tanaman. Hara tersedia
bagi tanaman pada pH 5.5 – 7.5 tetapi yang terbaik adalah 6.5. Oleh sebab itu alat
12

pengukur kepekaan hara atau EC meter dan pH atau Ph meter mutlak diperlukan.
Kelebihan yang diperoleh dari budidaya hidroponik adalah dapat dilakukan
sepanjang waktu tidak tergantung musim. Jenis komoditas yang ditanam juga
tidak terbatas pada tanaman tertentu saja. Umumnya masyarakat menanam
sayuran daun seperti selada, pakcoy, sawi, kangkung, seledri, kailan dan kemang
atau basil. Tanaman sayuran buah yaitu tomat,cabai, terong dan timun juga mulai
banyak dibudidayakan melaui hidroponik. Sementara itu, jenis tanaman buah
yang sudah banyak dikembangkan melalui hidroponik diantaranya golden melon
dan semangka.
F. Panen dan Pasca Panen
Panen merupakan faktor penting dalam budidaya hidroponik. Panen hendaknya
dilakukan tepat waktu agar di peroleh bobot dan volume yang maksimal.
Sementara itu, penanganan panen juga harus dengan baik agar produk yang di
hasilkan segar dan menarik konsumen. Untuk tanaman buah mint di panen dengan
cara di pangkas menggunakan gunting pada bagian pangkalnya. Biasanya jika di
tanamn secara konvensional daun mint di panen pada umur 6 bulan namun dengan
menggunakan sistem tanamn hidroponik daun mint dapat di panen pada umur 1 –
2 bulan atau bisa kurang.
G. Analisi Usaha
Analisis usaha adalah perhitungan biaya yang di gunakan dalam usaha
hidroponik. Analisis yang di gunakan adalah analisis keuntungan dalam satu kali
panen, titik balik modal, dan efisiensi pengembengan usaha secara ekonomis.
Tabel 3.2 Biaya Tetap(Fixed Cost)
No Barang Harga Harga Sisa Umur Biaya Penyusutan
(bulan)
1. Netpot Rp. 200.000 Rp. 100.000 6 Rp. 16.500
2. Instalasi Rp. 1000.000 Rp. 750.000 12 Rp. 20.800
3. Tandon Rp. 300.000 Rp. 250.000 12 Rp. 4.100
4. Peralatan Rp. 60.000 Rp. 55.000 1 Rp. 5000
5. Green house Rp. 2000.000 Rp. 1000.000 12 Rp. 83.500
Total Rp. 3.560.000 Rp. 129.900
13

Tabel 3.3 Biaya Variabel (Variabel cost)


NO Barang Harga
1. Benih Rp. 36.000
2. Media Rp. 25.000
3. Nutrisi Rp. 30.000
4. Kemasan Rp. 25.000
Total Rp. 116.000

1. Aanlisis Keuntungan
Keuntungan
Rumus : TR-TC
Keterangan :
TR : Harga penerimaan
TC : Total seluruh biaya yang di gunakan
Mencari TR : Harga jual produk X jumlah produksi produk (1x panen)
: Rp. 30.000 X 20 Kg = Rp. 600.000
TC : Jumlah total biaya = Rp. 129.900 + Rp. 116.0000
= Rp. 245.900
Keuntungan : Rp 600.000 – Rp 295.900 = Rp 304.100
Jadi keuntungan yang di dapatkan dalam satu kali panen adalah
Rp 204.100, sedangkan tanaman mint bisa di panen 3-4 kali dalam kurun
waktu 6 bulan.
2. Titik Balik modal (Break Event Point)
Titik balik modal di bedakan menjadi dua yaitu Titik balik modal unit dan titik
balik modal harga. Untuk menghitung titik balik modal dapat di gunakan
rumus sebagai berikut :
BEP unit : Biaya tetap .
Harga per unit – Biaya Variabel per unit

: 129.900 . = 130 unit


30.000 - 29.000
14

BEP Harga : Biaya tetap produksi .


Harga per Unit- Harga variabel per unit) X Harga per unit.
: 129.900 .
(30.000 – 29.000) X 30.000
: Rp 4.500
3. Efisiensi usaha tani
Untuk mengetahui efesiensi usaha tani yang di lakukan di perlukan perhitungan
Rasio nya yaitu dengan cara membagi harga penerimaan (TR) dengan Biaya
tetap (TC). Dari hasil perhitungan di peroleh perhitungan rasio 1,51 apabila
perhitungan rasio menunjukan nilai > 1 maka dapat di simppulkan bahwa
usaha hidroponik dapat di katakan efisien dan menguntungkan.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Budidaya tanaman menggunakan sistemhidroponik memiliki prospek yang
baik di bidang agribisnis. Dengan dikenalnya sistem budidaya tersebut maka akan
dapat membantu pengembangan teknologi tersebut di masyarakat pada saat
dibutuhkan. Kelebihan yang dimiliki sistem hidroponik yaitu menghemat tenaga
kerja dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Jika sistem hidroponik terus di
kembangkan dapat menambah pendapatan keluarga
B. Kritik dan Saran
Budidaya secara hidroponik memerlukan modal awal yang ckup besar,
sebaiknya untuk memulai usaha di bidang hidroponik lakukan secara perlahan dan
sedikit sedikit.

15
DAFTAR PUSTAKA
Lingga, P. 1984. Hidroponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Niaga Swadaya.
Jakarta

Roberto, K. How to Hydroponics. 2013. 3rd Edition.


Future Garden Inc. Fumingdale. New York.http://futuregarden.com.Roberto, K.
How to Hydroponics. 2014. Fourth Edition.

Future Garden Inc. Fumingdale. New York.http://futuregarden.com.


Sastro, Yudi; Bakrie, Bachtar; dan Ramdhan, Tezar. 2015. Pertanian Perkotaan:
Solusi KetahananPangan Masa Depan. Jakarta: IAARD Press.

Sutiyoso, Yos. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta.


Stanton, M. 2016. Hydroponic Vegetable Gardening. Cooperative Extension.
University of NewHampshire.

Wikipedia. 2013. Hidroponik. http://id.wikipedia.org/wiki/Hidroponik. Diakses


September 2013.

16
LAMPIRAN 1
(DOKUMENTASI)

17
18

Pemotongan media Rockwool

Penyusunan media Rockwool

Pindah tanam
19

Penyetekan mint

Pembuatan instalasi

Pembuatan nutrisi
20

Pemasangan mint pada netpot

Pemasangan netpot mint pada lubang rak

Pemasangan mint pada instalasi sterofoam


21

Pembuatan intalasi sederhana bersama ex TKI desa Waru

Sosialisasi hidroponik bersama ex TKI desa waru

Kunjungan ke mitra
22

LAMPIRAN 2
(BUKU CATATAN HARIAN)

Anda mungkin juga menyukai