Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta
(ayat-ayat kauniyah), oleh sebab itu manusia harus berusaha membacanya, mempelajari,
menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah SWT berfirman:
“Bacalah (ya Muhammad) dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar
(manusia) dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya” (Al ‘Alaq:1-5).
“Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Ar Ra’du:3)
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian tanah yang berdampingan, dan kebun-kebun
anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami
dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain
tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang berfikir” (Ar Ra’du:4)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imron:190-
191).
Dengan mempelajari, mengamati, menyelidiki dan merenungkan alam semesta (al kaun)
dengan segala isinya, manusia dapat melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Kosmologi,
Astronomi, Botani, Meterologi, Geografi, Zoologi, Antropologi, Psikologi dsb. Sedangkan dari
mempelajari wahyu manusia melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti: Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits,
Ilmu Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih dsb.
Dengan memahami bahwa semua ilmu itu adalah dari Allah SWT maka dalam mendalami
dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan pun (al kaun) harus mengacu firman Allah SWT sebagai
referensi, sehingga akan semakin meneguhkan keimanan. Selain itu penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi akan terkendali serta mengenal adab. Sebagai misal dalam dunia teknologi
kedokteran, pengalihan sperma ke sebuah rahim seorang wanita –dalam proses bayi tabung- maka
harus memperhatikan sperma itu diambil dari siapa diletakkan ke rahim siapa. Proses kesepakatan,
perizinan juga harus jelas. Jangan sampai bayi lahir menjadi tidak jelas nasabnya. Di bidang
astronomi tidak boleh diselewengkan untuk meramal nasib, padahal antara keduanya tak ada
hubungan sama sekali. Dalam hal menikmati keindahan alam, akan menjadi suatu kedurhakaan jika
dalam menikmatinya dengan membangun vila-vila untuk berbuat maksiyat. Namun seorang
mu’min menjadikan alam semesta adalah untuk tafakur agar dekat dengan-Nya.