Anda di halaman 1dari 24

GAKY

A.   Pengertian GAKY


Gangguan Akibat Kekurang Yodium (GAKY) adalah gejala yang timbul karena
tubuh seseorang kekurangan yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang
cukup lama. GAKY merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius
mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber
daya manusia.
Pada ibu hamil penderita GAKY berat untuk kurun waktu lama (kronik), dampak
buruk GAKY mulai terjadi pada kehamilan trimester kedua tetapi masih dapat diperbaiki
apabila segera mendapat suplemen zat yodium. Apabila GAKY terjadi pada kehamilan
tua (lebih dari trimester kedua), dampak buruknya tidak dapat diperbaiki, artinya
kelainan fisik dan mental yang terjadi pada janin akan menjadi permanen sampai
dewasa. Dampak buruk pada janin dan bayi dapat berupa keguguran, lahir mati, lahir
cacat, kretin/cebol, kelainan psikomotor dan kematian bayi. Pada anak usia sekolah
dan orang dewasa GAKY dapat berakibat pembesaran kelenjar gondok, cacat mental
dan fisik.
Selama ini perhatian para pakar terpusat pada GAKY tingkat berat, dan tingkat
sedang, baru sekitar sepuluh tahun belakang ini tertarik mengamati apa yang terjadi
pada GAKY tingkat ringan yang jumlahnya jauh lebih besar. Dampak buruk GAKY
tingkat ringan ternyata lebih mengejutkan. Pada tingkat ringan sudah terjadi kelainan
perkembangan sel-sel syaraf yang mempengaruhi kemampuan belajar anak yang
ditunjukkan dengan rendahnya IQ anak penderita GAKY. Perkembangan sel otak
terjadi dengan pesat pada janin dan anak sampai usia dua tahun, karena itu ibu hamil
penderita GAKY tingkat ringan dapat memberikan dampak buruk pada perkembangan
syaraf motorik dan kognitif janin yang berkaitan dengan perkembangan kecerdasan
anak.
Untuk mengetahui masalah kurang yodium, pemantauan besaran masalah
dilakukan survei nasional. Pada tahun 1980 prevalensi GAKY pada anak usia sekolah
adalah 27,7%,prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada tahun 1988. Walaupun terjadi
perubahan yang berarti, GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat,
karena secara umum prevalensi masih di atas 5%. Tahun 2003 dilakukan lagi survei
nasional, yang dibiayai melalui Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKY (IP-GAKY),
untuk mengetahui dampak dari intervensi program penanggulangan GAKY.
Upaya pencegahan dan penanggulangan GAKY, dapat dilakukan dengan
menggunakan garam beryodium dalam hidangan sehari-hari. Agar yodium yang
terkandung di dalam garam tidak hilang saat pemasakan, dianjurkan penambahan
dilakukan saat masakan sudah matang dan dalam keadaan dingin.
Upaya pencegahan dan penanggulangan dilakukan dengan: Monitoring garam
setiap Februari dan Agustus di tingkat masyarakat; Penyuluhan kesehatan terutama
mengenai GAKY, garam beryodium, bahan makanan yang banyak mengandung zat
yodium yang diperoleh dari makanan berasal dari laut dan bahan makanan goitrogenik
(penghambat penyerapan yodium) seperti kol, singkong, jagung, rebung dan ubi jalar;
Pemberian kapsul minyak yodium untuk setiap kasus yng ditemukan, ibu hamil dan
Wanita Usia Subur; Pemetaan GAKY sebagai upaya pelacakan kasus GAKY di tingkat
masyarakat.
Sebagai upaya dari kegiatan tindak lanjut penanggulangan dan pencegahan
GAKY adalah dengan meningkatkan kerja sama dari berbagai sektor terkait, dalam
melakukan pemantauan mutu garam beryodium. Setiap upaya yahg ditujukan untuk
kepentingan masyarakat, akan lebih berhasil jika masyarakat secara aktif turut berperan
serta.
Oleh karena itu, peran serta masyarakat sangat diperlukan terutama dalam
rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk  dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan.
Dari hasil survei ini diketahui secara umum bahwa Total Goitre Rate (TGR)
angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium pembesaran
kelenjar gondok, baik yang teraba maupun yang terlihat pada anak sekolah berkisar
11,1%.
B.   Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Masalah GAKY
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain:
1.    Faktor Defisiensi Iodium dan  Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI.  Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap
kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya
(Djokomoeldjanto, 1994).
Hal ini dibuktikan oleh  Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium
pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran
kelenjar tiroid.  Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian,
Propinsi Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium  antara  tahun 1978 dan 1986
dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 %
(1986).
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus
menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang
mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar.  Bila iodium dikonsumsi dalam
dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan
proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).
2.    Faktor  Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan
letak geografis  suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di
daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia
gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan
pegunungan Kapur Selatan. 
Daerah yang biasanya mendapat suplai  makanannya dari daerah lain sebagai 
penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah
yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya.  Dalam jangka waktu yang lama
namun pasti  daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik
iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).
3.    Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan.  Salah satunya  adalah bahan
pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974).   Williams (1974) dari hasil
risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan
setiap hari  akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat
goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah
masuk ke dalam tubuh.
Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh
kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain
itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke
bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti
kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela,
kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok
Isothiosianat (daun pepaya) dan  kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan
cuka).
4.    Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan
hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon.  Baik T3 maupun T4
terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. 
Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T 3 dan T4 bebas,  dengan
adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya
menurun.
C.   Pemecahan Masalah Tentang GAKY
GAKY merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan retardasi mental,
namun sebelumnya sangat mudah dicegah. Penyakit ini bisa disebut defisiensi yodium
atau kekurangan yodium. Penyakit ini sangat sedikit diketahui oleh masyarakat dan
mungkin masih merupakan problem yang ditelantarkan. Saat ini diperkirakan 1.6 miliar
penduduk dunia mempunyai risiko kekurangan yodium, dan 300 juta menderita
gangguan mental akibat kekurangan yodium. Kira-kira 30.000 bayi lahir mati setiap
tahun, dan lebih dari 120.000 bayi kretin, yakni retardasi mental, tubuh pendek, bisu tuli
atau lumpuh.
Sebagian besar dari mereka mempunyai IQ sepuluh poin di bawah potensinya.
Di antara mereka yang lahir normal, dengan konsumsi diet rendah yodium akan
menjadi anak yang kurang intelegensinya, bodoh, lesu dan apatis dalam kehidupannya.
Sehingga, kekurangan yodium akan menyebabkan masyarakat miskin dan tidak
berkembang, sementara pada anak menyebabkan kesulitan belajar.
Risiko itu karena kekurangan yodium dalam dietnya, dan berpengaruh pada awal
perkembangan otaknya. Yodium merupakan elemen yang sangat penting untuk
pembentukan hormon tiroid.
Hormon itu sangat diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan mental
dan fisik, baik pada manusia maupun hewan. Efek yang sangat dikenal orang akibat
kekurangan yodium adalah gondok, yakni pembesaran kelenjar tiroid di daerah leher.
Istilah GAKY menggambarkan dimensi baru dari pengertian spektrum
kekurangan yodium. Berakibat sangat luas dan buruk pada janin bayi baru lahir, anak
dan remaja serta orang dewasa dalam populasi yang kekurangan yodium tersebut.
Akibat hal itu dapat dikoreksi dengan pemberian yodium.
Kebutuhan yodium setiap hari di dalam makanan yang dianjurkan saat ini adalah
:
50 mikrogram untuk bayi (12 bulan pertama)
90 mikrogram untuk anak (usia 2-6 tahun)
120 mikrogram untuk anak usia sekolah (usia 7-12 tahun)
150 mikrogram untuk dewasa (diatas usia 12 tahun)
200 mikrogram untuk ibu hamil dan meneteki.
Ada beberapa pendapat yang salah dan kenyataan yang berbeda. Pendapat
yang salah, misalnya, garam beryodium dapat mengobati GAKY seperti kretin, namun
kenyataan GAKY tidak dapat diobati kecuali hanya dicegah. Juga pendapat yang salah,
bahwa mengkonsumsi yodium sangat berbahaya, kenyataannya mengkonsumsi
yodium, melalui garam beryodium dalam jangka lama tidak berbahaya.
Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok
yodium pada setiap orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium
tidak dapat disimpan oleh tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam
jumlah sedikit sehingga harus berlangsung terus menerus.
Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan hasil panen serta
rumput untuk makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya untuk dikonsumsi
oleh penduduk setempat, maka suplementasi dan fortifikasi yodium yang diberikan
terus menerus sangat tinggi angka keberhasilannya.
Yang paling sering digunakan untuk melawan GAKY adalah program garam
beryodium dan suplementasi minyak beryodium. Pilihan pertama tentunya dengan
garam beryodium karena biayanya sangat murah, dan teknologinya mudah. Untuk
suplementasi minyak beryodium, keuntungannya praktis, sebaiknya hanya untuk
intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah pemakaiannya, namun
memerlukan teknologi yang lebih ruwet.
Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan,
demikian juga perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya juga
diberikan tambahan pengetahuan kepada tenaga kesehatan.
Selanjutnya yang penting juga adalah penelitian tentang GAKY dengan
pendekatan multidisiplin, baik klinis, eksperimental maupun epidemiologi, untuk
menemukan cara yang terjamin dan mudah penerapannya.
GAKY yang terlihat di masyarakat atau populasi, hanya sebagai puncak gunung
es. Di daerah endemik, gondoklah yang terlihat dari bagian puncak gunung es tersebut,
namun efek dari kekurangan yodium yang utama yaitu kerusakan otak merupakan
komponen yang tersembunyi dan tidak terlihat dalam tragedi ini.
Sehingga problem dari GAKY ini sebenarnya adalah pada perkembangan otak,
tidak hanya pembesaran kelenjar tiroid atau gondok. Dengan melihat besarnya populasi
yang mempunyai risiko seperti diatas, pantas bila GAKY menjadi problem nasional
maupun internasional.
Dengan diadakannya pertemuan ilmiah nasional GAKY 2001 yang tema
“Perkembangan Mutakhir tentang Masalah GAKY dalam rangka Indonesia Sehat 2010”
harapan kita tentunya dapat mendapatkan konsep, pemikiran serta semangat baru
dalam menanggulangi GAKY.
KVA (KEKURANGAN VITAMIN A)

2.1 Pengertian
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh
yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh
(meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit
infeksi lain). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi 2 bentuk yaitu :
a.       Retinol
Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya sumber retinol diperoleh dari
makanan hewani seperti,telur, hati, atau minyak ikan yang mudah dicerna dalam tubuh.
b.      Betacarotene
Sering disebut pro-vitamin A baru dapat dirasakan setelah mengalami proses pengolahan
menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal dari makanan nabati yang berwarna orange atau
hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi, mangga, dan papaya.
Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan xeropthalmia,
berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf mata,
Jumlah yang dianjurkan  berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (KGA-2004) per
hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol.Tubuh menyimpan retinol dan
betacarotene dalam hati dan mengambilnya jika tubuh memerlukannya.
2.2 Fungsi Vitamin A
            Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, dan pencegahan kanker, Vitamin A juga berfungsi dalam sistem
kekebalan ( anti infeksi ). Walaupun mekanismenya belum diketahui pasti, Retinol berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan deferensiasi limfosit B ( leukosit yang berperan dalam proses
kekebalan humoral ). Disamping itu, kekurangan vitamin A menurunkan respon antibody yang
bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan sesular).Sebaliknya, infeksi dapat
memperburuk kekurangan vitamin A.
Dalam kaitan vitamin A berperan sebagai fungsi kekebalan, ditemukan bahwa:
.
Bila vitamin A kurang, maka fungsi kekebalan tubuh menjadi menurun, sehingga mudah
terserang infeksi. Disamping itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami
keratinisasi, tidak mengeluarkan lender sehingga mudah dimasuki mikroorganisme penyebab
infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi pada permukaan usus halus dapat terjadi diare. Perubahan
pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantong
kemih. Pada anak-anak dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat mengakibatkan
kematian.
Hasil penelitian yang dilaksanakan Survei Pemantauan Status Gizi dan Kesehatan (Nutrition &
Health Surveillance System) selama 1998-2002 menunjukkan, sekitar 10 juta anak balita yang
berusia enam bulan hingga lima tahun-berarti setengah dari populasi anak balita-di Indonesia
berisiko menderita kekurangan vitamin A. Menurut penelitian yang dilakukan Depkes bekerja
sama dengan Helen KelIer International setiap tiga bulan sekali ini, makanan mereka sehari-hari
di bawah angka kecukupan vitamin A yang ditetapkan untuk anak balita, yaitu 350-460 Retino
Ekivalen per hari.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kekurangan vitamin A berkaitan dengan tingginya tingkat
kematian pada balita. Populasi anak yang mengalami kekurangan vitamin A, namun tidak
mendapat perawatan tingkat kematiannya 49 persen lebih tinggi daripada yang mendapat
sumplemen vitamin itu. Secara medis ada keterkaitan antara kekurangan vitamin A dan kematian
pada balita. Akibat kurangnya vitamin A, yang berfungsi sebagai katalis reaksi biokimia dalam
tubuh, akan berdampak pada berkurangnya fungsi sel epitel yang dalam meningkatkan status
kekebalan atau daya tahan tubuh.
Selain fungsi-fungsi diatas, vitamin A juga berfungsi menjaga integritas atau keutuhan sel darah
merah. Karena itu, kekurangan vitamin A juga memicu timbulnya penyakit anemia. Jika
kekurangan vitamin A, sel darah merah tak mampu bertahan lama sehingga umurnya menjadi
pendek dan mudah pecah. Karena kondisi ini, tubuh menjadi kekuranagn zat besi atau darah
merah.selain itu vitamin A juga berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang yang berfungsi
sebai tempat memproduksi sel darah merah. Jika vitamin A kurang, maka sumsum tulang
belakang tak mampu memproduksi sel-sel darah merah, sehingga terjadilah anemia.

2.3 Siapa Saja Yang Bisa Kekurangan Vitamin A


Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia Tenggara, dimana
padi yang digiling menjadi beras (yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan makanan
pokok. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan
vitamin yang larut dalam lemak,meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A.
Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek yang sama.Gejala pertama dari
kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun senja.
Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih mata (sklera) dan
kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut (xeroftalmia), yang bisa menyebabkan
kebutaan yang menetap.
Malnutrisi pada masa kanak-kanan (marasmus dan kwashiorkor), sering disertai dengan
xeroftalmia; bukan karena kurangnya vitamin A dalam makanan, tetapi juga karena kekurangan
kalori dan protein menghambat pengangkutan vitamin A. Kulit dan lapisan paru-paru, usus dan
saluran kemih bisa mengeras. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit
(dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa penderita mengalami
anemia. Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam darah menurun sampai kurang dari
15 mikrogram/100 mL (kadar normal 20-50 mikrogram/100 mL).
Kekurangan vitamin A diobati dengan pemberian vitamin A tambahan sebanyak 20 kali dosis
harian yang dianjurkan selama 3 hari. Lalu diikuti dengan pemberian sebanyak 3 kali dosis
harian yang dianjurkan selama 1 bulan.
Setelah itu diharapkan semua gejala sudah hilang. Penderita yang gejala-gejalanya tidak hilang
dalam 2 bulan setelah pengobatan, harus segera dievaluasi untuk mengetahui kemungkinan
adanya malnutrisi.

            Kurang vitamin A (KVA) merupakan suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah
menurun.
-          Bila pada orang normal kadar vitamin A dalam darah adalah 30 ug/dl atau lebih
-          Kadar 20-30 ug/dl masih dapat diterima, meskipun pada tingkat yang dianggap rendah,
yang mempunyai risiko lebih besar untuk timbulnya gejala-gejala KVA
-          Kadar 10-20 ug/dl sudah termasuk kondisi hypovitaminosis
-          Kadar dibawah 10 ug/dl sudah dianggap avitaminosis.
Orang yang membatasi konsumsi mereka akan hati, produk-produk yang berasal dari susu, dan
sayur-sayuran yang mengandung beta-karoten, dapat mengalami kekurangan vitamin A. Bayi
yang berat badannya saat lahir sangat rendah (2,2 pounds atau 0,99 kg atau kurang) memiliki
resiko yang tinggi lahir dengan kekurangan vitamin A, dan suntikan vitamin A diberikan kepada
bayi-bayi ini telah dilaporkan dapat mengurangi resiko sakit paru-paru.
Tanda-tanda awal kekurangan vitamin A :
Lemahnya penglihatan pada malam hari
Kulit kering
Meningkatnya risiko infeksi, dan metaplasia (kondisi pra-kanker)
Kekurangan vitamin A yang parah, yang dapat menyebabkan kebutaan, secara ekstrim jarang
terjadi di lingkungan barat
Kekurangan vitamin A yang parah yang jarang terjadi, biasanya terjadi karena kondisi-kondisi
yang bermacam-macam, yang menyebabkan mal-absorpsi. Dilaporkan pula tingginya peristiwa
kekurangan vitamin A pada orang yang terinfeksi HIV.
Orang dengan hipotiroid memiliki kemampuan yang lemah untuk mengubah beta-karoten
menjadi vitamin A. Untuk alasan ini, beberapa dokter menyarankan untuk mengonsumsi
suplemen vitamin A, jika mereka tidak mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang seharusnya
pada pola makan mereka. Orang yang sudah sangat tua dengan diabetes tipe-2 menunjukkan
penurunan vitamin A pada darahnya yang secara signifikan karena faktor usia, terlepas dari
konsumsi vitamin A pada pola makannya.

2.4 Akibat dari Kekurangan Vitamin A

Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan memperlancar proses
metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam lemak, vitamin A membangun sel-
sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi mata, menjaga tubuh dari
infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi. Karena fungsi tersebut, vitamin A sangat
bagus dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Vitamin A juga berperan dalam
epitil, misalnya pada epitil saluran pencernaan dan pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan
erat dengan kesehatan mata. Vitamin A membantu dalam hal integritas atau ketahanan retina
serta menyehatkan bola mata. Vitamin A fungsinya tak secara langsung mengobati penderita
minus, tapi bisa menghambat minus. Kekurangan vitamin A menyebabkan mata tak dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya yang masuk dalam retina. Sebagai konsekuensi
awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit melihat kala senja atau dapat juga terjadi saat
memasuki ruangan gelap. Bila kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan mengalami
xerophtalmia yang mengakibatkan kebutaan. Selain itu kekurangan vitamin A menyebabkan
tubuh rentan terhadap infeksi bakteri dan virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan tubuh akan
hilang.Ini memicu tubuh rentan terserang penyakit.
 Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia balita sangat rentan
kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap penyakit, seperti diare atau
infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam menjaga ketahanan tubuh bayi
yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar mempunyai ketahanan tubuh yang
cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam tubuh, dapat diketahui dengan cara menganalisis
makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi tubuh. Jika tubuh anak sering terkena
penyakit, seperti diare, busung lapar atau gangguan saluran pernapasan, maka secara otomatis,
asupan vitamin A-nya kurang
2.5 Penanggulangan Kekurangan Vitamin A

            Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin A seperti yang
dijelaskan di atas, maka masalah defisiensi vitamin A ini tidak boleh diremehkan karena dapat
menyebabkan kematian. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa langkah yang harus terus
dilakukan, antara lain :

a.       Memperbaiki pola makan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan sehingga


masyarakat kita semakin gemar mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.
b.      Melakukan fortifikasi vitamin A terhadap beberapa bahan makanan yang banyak
dikonsumsi masyarakat dengan memperhatikan syarat-syarat fortifikasi, missal tidak
menyebabkan perubahan rasa pada bahan makanan tersebut atau tidak menyebabkan kenaikan
harga yang terlalu tinggi. Contoh bahan makanan yang dapat dilakukan fortifikasi adalah pada
MSG atau pada mie instant
c.       Meningkatkan program pemberian suplemen vitamin A yang sudah berjalan pada
kelompok sasaran yaitu :
·         Bayi umur 6-12 bulan : diberikan kapsul vitamin A warna biru, dosis 100.000 UI setiap
bulan februari dan agustus.
·         Anak umur 1-5 tahun : diberikan kapsul vitamin A warna merah, dosis 200.00 UI setiap
bulan februari dan agustus
·         Ibu nifas  : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI, sehari setelah melahirkan dan
diberikan lagi 24 jam kemudian (masing-masing satu kapsul ).
·         Anak yang terserang campak : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI.
d.      Pemberian imunisasi pada anak harus terus dipantau supaya terhindar dari penyakit infeksi.
e.       Mengkonsumsi makanan yang seimbang agar metabolisme vitamin A dalam tubuh dapat
berjalan secara normal.
Materi Penyuluhan PHBS (1): Cuci Tangan
Pakai Sabun

04 Saturday Jan 2014

Posted by Inna Latifa in Science in Daily Life

≈ Leave a comment

Tags

cuci tangan pakai sabun, KKN, materi penyuluhan, PHBS, Unnes

Mengapa Kita Perlu Mencuci Tangan?

Ada banyak penyakit yang bisa hinggap di dalam tubuh kita


bila kita sering lalai mencuci tangan. Mulai dari bisul, jerawat, tifus, leptospirosis, jamur, polio,
disentri, diare, kolera, cacingan, hepatitis A, SARS hingga flu burung. Penyakit-penyakit ini
dengan mudah memasuki tubuh lewat tangan yang tercemar oleh kuman, virus, atau parasit.
Apakah itu saat memegang buku, memijit nomer telepon, bersalaman, memegang uang, atau
barang apa saja. Dari tangan yang tercemar, kuman masuk ke mulut lewat makanan yang kita
pegang. Tak terhitung berapa jumlah kuman yang ikut dan secara tidak sengaja masuk ke dalam
tubuh bersamaan dengan makanan tersebut. Kuman yang tentu saja akan menimbulkan berbagai
penyakit. Jadi tangan menjadi jembatan tersebarnya kuman dari kotoran atau tinja ke mulut.

Kapan Sebaiknya Kita Cuci Tangan?

 Sebelum dan setelah makan atau menangani makanan (terutama daging mentah)
 Sebelum mengobati luka pada kulit
 Sebelum dan setelah merawat orang sakit
 Sebelum memasukan atau mengeluarkan lensa kontak
 Sebelum melakukan kegiatan apa pun yang mencakup memasukan jari dalam atau dekat
pada mulut, mata, dll.
 Setelah pakai WC (toilet)
 Setelah membuang ingus
 Setelah menangani sampah
 Setelah mengganti popok
 Setelah main dengan atau menyentuh hewan, termasuk hewan peliharaan

Bagaimana Cara Terbaik untuk Mencuci Tangan?


TBC PARU
A . PENGERTIAN

Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis sistemis sehingga dapat
mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Arif Mansyur, 2000)

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkin paru. Tuberculosis dapat
juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Brunner
dan Suddat, 2003: hal 584).

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang menyerang jaringan paru
atau atau parinkin paru oleh basil mycobakterium tuberkulosis, dapat mengenai hampir semua organ
tubuh (meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe, dll)dengan lokasi terbanyak diparu, yang biasanya
merupakan lokasi primer.

B. ETIOLOGI

Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh
dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan
tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis complex adalah:
1. Mycobakterium tuberkulosis
2. Varian asian
3. Varian african I
4. Varian asfrican II
5. Mycobakterium bovis

Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott, atipyeal) adalah :
1. Mycobacterium cansasli
2. Mycobacterium avium
3. Mycobacterium intra celulase
4. Mycobacterium scrofulaceum
5. Mycobacterium malma cerse
6. Mycobacterium xenopi

C. PENULARAN DAN FAKTOR – FAKTOR RESIKO:

Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinsfeksimelalui
berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar ( lebih besar dari 100u ) dan
kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan diudara dan
tertiup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah :
• Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
• Individu imunosupresif ( Termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi
kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV )
• Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik
• Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat ( tunawisma,tahanan, etnik dan ras
minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa muda antara yang berusia 15-44
tahun )
• Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny diabetes, gagal ginjal
kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi yeyunoileal )
• Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi ( Asia tenggara, Afrika, Amerika latin, karibia )
• Setiap individu yang tinggal di institusi ( misalnya fasilitas perawatan jangka panjang, institusi
psikiatrik, penjara )
• Indivudi yang tinggal didaerah perumahan substandart kumuh
• Petugas kesehatan

D. KLASIFIKASI TUBERCULOSIS :

1. Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti :


a. Pembagian secara patologis :
• Tuberculosis primer ( Child hood tuberculosis )
• Tuberculosis post primer ( Adult tuberculosis )
b. Pembagian secara aktifitas radiologis :
• Tuberculosis paru ( Koch pulmonal ) aktif, non aktif dan quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh )
c. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )
• Tuberculosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak
melebihi satu lobus paru.
• Moderateli advanced tuberculosis
Ada kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu
bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari satu pertiga bagian satu paru.
• For advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli advanced tuberculosis.
2. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic Society memberikan
klasifikasi baru:

a. Kategori O : tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak pernah, tes tuberculin
negatif.
b. Kategori I : Terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak positif, tes
tuberkulin negatif.
c. Kategori II : Terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit
d. Kategori III : terinfeksi tuberculosis dan sakit.

3. Klasifikasi yang sering dipakai di Indonesia adalah berdasarkan kelainan klinis, radiolis dan
mikrobiologis.

a. Tubercolosis paru
b. Bekas tuberculosis paru
c. Tuberculosis paru tersangka
• Tuberculosis paru yang terobati. Disini sputum BTA ( negatif ) tetapi tanda-tanda lain positif .
• Tuberculosis paru tersangka yang tidak diobati.Disini sputum negatif dan tanda-tanda lain juga
meragukan.

4. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :


a. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan batuk TB
berat.
b. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA positf
c. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan kasus TB
ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
d. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu, dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu,
demam derajat rendah, anorexia, berkeringat malam hari, nyeri dada, anemia dan batuk darah. Pasien
dengan TB paru menampakkan gejala klinis antara lain tahap asimptomatis, gejala TB paru yang khas,
kemudian stagnasi dan regresi, eksaserbasi yang memburuk, gejala yang berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda antara lain tanda-tanda infiltrat ( redup, ronkhi
basa, bronkhial dll ), tanda-tanda penarikan paru dan mediastinum, secret disaluran nafas dan ronkhi,
suara nafas amforik karena adanya kafitas yang berhubungan langsung dengan bronkus.

F. KOMPLIKASI

1. TBC tulang
2. Potts disease : rusaknya tulang belakang
3. Distroyed lung ( Pulmonary distruction )
4. Effusi pleura
5. TBC milier
6. Meningitis TBC

G. PATOFISIOLOGI

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet
nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung
pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap
oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila
ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.

Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya
adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti
ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya.
Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3
basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah
lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak
membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul geja pneumonia akut. Pneumonia seluler akan
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan
terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini
butuh waktu 10-20 hari.

Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa.
Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan
lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah
pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat
terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa.
Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt
dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip
dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi
pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis
milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang
masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi II. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

2. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.Jakarta : EGC.

3. Smeltzer, S.C & Bare,B.G.2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8.
Jakarta: EGC.

4. Tjokronegoro,A & Utama, H.2004. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta : EGC.

5. Elizabeth J.Corwin,2009.Buku Saku Patofisiologi.Edisi III.Jakarta :EGC


Pengertian PHBS

         PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan dimasyarakat.

b.      Tujuan PHBS

 1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat

 .       PHBS dalam rumah tangga

         PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif  dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.

         PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS.

         Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga
yaitu :

1.      persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan

2.      memberi bayi ASI ekslusif

3.      menimbang balita setiap bulan

4.      menggunakan air bersih

5.      mencuci tangan dengan air brsih dan sabun

6.      menggunakan jamban sehat

7.      memberantas jentik di rumah sekali seminggu

8.      makan buah dan sayur setiap hari


9.      melakukan aktifitas fisik setiap hari

10.  tidak merokok di dalam rumah.

C..     Manfaat PHBS

Bagi Rumah Tangga :

         Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.

         Anak tumbuh sehat dan cerdas.

         Anggota keluarga giat bekerja.

         Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan
modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

Bagi Masyarakat:

         Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

         Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah kesehatan.

         Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

         Masyarakat mampu mengembangkan Upaya  Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)


seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.

e.       Peran leader dalam mewujudkan rumah tangga yang ber-PHBS

         Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan menggunakan Kartu PHBS
atau Pencatatan PHBS di Rumah Tangga pada buku kader.

         Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk memperolah
dukungan dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
         Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di desa/kelurahan
melalui kelompok damawisma.

         Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan perorangan,


penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan pergerakan masyarakat.

         Mengembangkan kegiatan-kegiatan ang mendukung terwujudnya Rumah Tangga Ber-PHBS.

         Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya setiap tahun melalui
pencatatan PHBS di Rumah Tangga.

GIZI SEIMBANG

A.    Pengertian Gizi Seimbang


Kata Gizi terjemahan dari bahasa inggris "Nutrition" dan “Nutrition science”. Kata
Inggris “Nutrition” dalam bahasa Arab disebut “Ghizai”, dan dalam bahasa Sanksekerta
“Svastaharena”. Keduanya artinya sama, makanan yang menyehatkan. Makanan bergizi adalah
makanan yang dimakan secara beraneka ragam, makanan beragam makin tinggi gizinya, cara
menyusun hidangan yaitu dengan menggunakan pedoman.
Gizi seimbang adalah keseimbangan antara zat-zat penting yang terkandung di dalam
makanan maupun minuman yang dikonsumsi oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
orang harus makan makanan dan minum minuman yang mengandung tiga zat gizi utama yang
cukup jumlahnya, baik zat tenaga, zat pembangun maupun zat pengatur. Tidak seimbang ataupun
kurang asupan gizi akan dapat mempengaruhi tubuh seseorang.
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.
Dapat disimpulkan bahwa Gizi Seimbang adalah keseimbangan antara zat-zat penting
yang terkandung di dalam makanan maupun minuman yang dikonsumsi oleh seseorang dalam
kehidupan sehari-hari, mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas
fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.
B.     Triguna Makanan Gizi Seimbang
1)      Zat Tenaga
Makanan sebagai zat tenaga (Karbohidrat dan Lemak) adalah makanan yang berfungsi
untuk menghasilkan tenaga, untuk aktifitas sehari-hari, contohnya berkerja dan berolahraga. Zat
sumber pembangkit tenaga dalam tubuh kita bisa didapatkan dari padi-padian, tepung-tepungan,
umbi-umbian, dan lain sebagainya. Berfungsi sebagai pemberi energi/tenaga untuk kegiatan
hidup manusia. Makanan yang mengandung zat tenaga antara lain : beras, mie, kentang,
singkong, jagung, roti dan sagu.

2)   Zat Pengatur


Makanan sebagai zat pengatur (Vitamin dan Mineral) adalah makanan yang berfungsi
sebagai pengatur organ-organ tubuh untuk melaksanakan fungsinya secara teratur. Zat pengatur
dalam tubuh bisa kita dapatkan dari sayur-mayur dan buah-buahan. Fungsi utama dari zat
pembangun adalah untuk memberi tubuh perlindungan maksimal terhadap serangan penyakit.
Makanan yang mengandung zat pengatur antara lain : kangkung, daun singkong, bayam, sawi
hijau, kacang panjang, jeruk, pepaya, nanas, nangka, mangga dan lain-lain.

3)   Zat Pembangun


Makanan sebagai zat pembagun (Protein) adalah makanan yang berfungsi untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Zat pembangun di dalam tubuh bisa kita dapatkan dari protein
hewani dan nabati seperti kacang-kacangan, susu, keyu, yoghurt, dan lain-lain. Zat pembangun
sangat berguna untuk meregenerasi sel-sel yang mati agar bisa berganti dengan yang baru.
Makanan yang mengandung zat pembangun antara lain : tempe, tahu, ikan asin, udang, telur,
ayam, daging, hati, kacang hijau dan lain-lain.

C.    Manfaat Pemenuhan Gizi Seimbang


Berikut ini beberapa manfaat yang didapatkan dari pemenuhan gizi seimbang pada setiap
periode kehidupan manusia :
1)      Masa Kehamilan : Pemenuhan gizi dalam masa kehamilan sangat mempengaruhi kualitas janin
yang akan dilahirkan, gizi yang seimbang bisa menciptakan janin yang sehat, tidak cacat dan
tidak mudah sakit.
2)      Usia Bayi : Dengan gizi yang seimbang, akan terbentuk anak yang sehat dan pertumbuhan fisik,
psikomotorik, dan intelektual yang optimal. Cukup ASI saja sampai usia 6 bulan kemudian
makanan pendamping ASI sejak 6 bulan sampai dengan 2 tahun. Berikan MP-ASI secara
bertahap dari makanan yang alami.
3)      Usia 1 - 3 Tahun : Pada usia ini anak mulai dikenalkan dengan makanan oleh keluarga.
Kelainan dan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan otak pada usia sampai dengan 3
tahun tidak bisa diperbaiki pada usia selanjutnya, sehingga kebutuhan gizi yang optimal sangat
diperlukan pada usia ini.
4)      Usia Prasekolah dan Sekolah : kebutuhan gizi sangat diperlukan untuk konsentrasi belajar,
beraktivitas, bersosialisasi, dan untuk kesempurnaan fisik.
5)      Usia Remaja : Dibutuhkan pemenuhan gizi yang optimal agar dapat mencapai kematangan
fungsi seksual dan tercapainya bentuk dewasa.
6)      Usia Dewasa : Gizi optimal dan seimbang pada usia dewasa diperlukan agar tercapai
kematangan fisik, psikomotorik, mental, spriritual, dan sosial.

D.    Akibat Tidak Terpenuhinya Gizi Seimbang


Tabel. Kelebihan dan Kekurangan Zat Gizi
No. Zat Gizi Kelebihan
1 Karbohidrat Gula darah meningkat, Diabetes, Obesistas, Jantung, Malnutrisi, Ku
Gangguan pada pembuluh darah (Cardiovaskuler), metabolisme o
Hipertensi
2 Protein Gangguan ginjal beban kerja hati Mudah sakit,
3 Lemak Obesitas, Kolesterol tinggi, Penyempitan pembuluh darah. Busung lapar,
D, E, K), Penu
Gangguan tum
4 Mineral Penumpukan zat besi berakibat pada gangguan kerja Kurang zat b
organ, diare, muntah-muntah, talasemia, dan Gangguan Mudah sakit d
metabolisme tubuh. Kurang yodiu
5 Vitamin A Sakit kepala dan gangguan pada sendi, dan pada tingkat Gangguan pem
yang sangat berat dapat menyebabkan gangguan jiwa produksi sperm
lemah, Kulit k
6 Vitamin B Dapat mengakibatkan kerusakan otak dan dapat Gangguan akt
menyebabkan mual (bila diminum dengan dosis produksi testo
berlebihan) libido)
7 Vitamin C Membuat kontraksi usus lebih terangsang dan Nyeri pada o
menyebabkan diare metabolisme
berkurang, ny
8 Vitamin D Dapat merusak ginjal dan hati Dapat menyeb
osteomalasia
9 Vitamin E Dapat meningkatkan tekanan darah Gangguan pem
berkurangnya
10 Vitamin K Dapat menyebabkan mual Menghambat
Menghambat

E.     Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)


Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) adalah susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gizi
seimbang memerhatikan empat prinsip, yakni variasi makanan, pentingnya pola hidup bersih,
pentingnya pola hidup aktif dan olahraga, serta pemantauan berat badan ideal.
Untuk menanggulangi masalah status gizi kita juga perlu pedoman tentunya. Berikut ini
pedoman gizinya :
1.        Agar badan tetap sehat, makanlah aneka ragam makanan.
2.        Makanlah makanan yang mengandung sumber karbohidrat, protein, lemak untuk memenuhi
kecukupan energi (tenaga).
3.        Makanlah 3 - 4 piring nasi sehari, dengan lauk pauk, sayur dan buah atau bahan makanan
penukarnya untuk memenuhi ½ dari kebutuhan energi.
4.        Batasi konsumsi lemak dan minyak secara berlebihan.
5.        Gunakan garam beryodium dalam semua menu makan sehari.
6.        Makanlah sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan karena mengandung zat besi agar badan tetap
sehat dan bebas dari anemia (kurang darah).
7.        Minumlah tablet tambah darah/sirup FE, agar penyerapan besi dalam tubuh dapat maksimal.
8.        Berikan ASI saja pada bayi sampai berumur 6 bulan agar bayi sehat dan kebal penyakit.
9.        Biasakan makan pagi agar badan tetap sehat dan bugar.
10.    Minumlah air matang sekurang-kurangnya 8 gelas sehari.
11.    Lakukanlah olahraga secara teratur agar dapat mencagah kegemukan dan menguatkan jantung.
12.    Hindari minum minuman keras ber-alkohol agar tidak terkena penyakit berbahaya.
13.    Telitilah makanan yang dikemas (kaleng utuh & baik, tanggal kadaluarsa) dan bacalah label
makanan agar kesehatan dapat dijamin dan terhindar dari bahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Laporan Pendahuluan Gizi Seimbang. http://ners-


blog.blogspot.com/2011/08/laporan-pendahuluan-gizi-seimbang.html (diakses pada tanggal 26
April 2013)
Anonim. 2011. Satuan Penyuluhan Gizi Seimbang Ibu Hamil. http://ners-
blog.blogspot.com/2011/10/satuan-penyuluhan-gizi-seimbang-ibu_13.html (diakses pada tanggal
26 April 2013)
Anonim. 2011. Arti Definisi/Pengertian Gizi Seimbang Pada Manusia (Zat Tenaga, Pengatur, dan
Pembangun. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-gizi-seimbang-pada-manusia-zat-
tenaga-pengatur-pembangun (diakses pada tanggal 26 April 2013)
Anonim. 2011. Tentang Gizi Seimbang. http://www.danonenutrindo.org/tentang_gizi_seimbang.php
(diakses pada tanggal 22 April 2013)
Anonim. 2011. Pentingnya Gizi Seimbang Dalam Masa Pertumbuhan. http://www.bimbie.com/gizi-
seimbang.html. (diakses pada tanggal 28 April 2013)
Anonim. 2010. Penyakit Yang Timbul Akibat Kekurangan/Kelebihan Gizi.
http://infobundakita.blogspot.com/2010/06/penyakit-yang-timbul-akibat.html?m=1(diakses pada
tanggal 28 April 2013)
Husada, Dian. 2011. Pedoman Gizi Seimbang. http://retnohastririsqi.blogspot.com/p/pedoman-gizi-
seimbang.html (diakses pada tanggal 22 April 2013)
Kurniadi, Rizki. 2012. Pre Plaining Penyuluhan Gizi Seimbang Pada Balita.
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/pre-planning-penyuluhan-gizi-
seimbang.html (diakses pada tanggal 26 April 2013)
Nugraha, Septian. 2011. Pedoman Gizi Seimbang. http://journal-
kesehatan.blogspot.com/2011/12/pedoman-gizi-seimbang.html (diakses pada tanggal 22 April
2013)
Sri Lestari, Endang dan Kistinnah, Idun. 2007. Biologi 2 Makhluk Hidup Dan Lingkungannya.
Surakarta : CV Putra Nugraha

Anda mungkin juga menyukai