2.1 Pengertian
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh
yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh
(meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit
infeksi lain). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi 2 bentuk yaitu :
a. Retinol
Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya sumber retinol diperoleh dari
makanan hewani seperti,telur, hati, atau minyak ikan yang mudah dicerna dalam tubuh.
b. Betacarotene
Sering disebut pro-vitamin A baru dapat dirasakan setelah mengalami proses pengolahan
menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal dari makanan nabati yang berwarna orange atau
hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi, mangga, dan papaya.
Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan xeropthalmia,
berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf mata,
Jumlah yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (KGA-2004) per
hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol.Tubuh menyimpan retinol dan
betacarotene dalam hati dan mengambilnya jika tubuh memerlukannya.
2.2 Fungsi Vitamin A
Selain berfungsi pada sistem penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, dan pencegahan kanker, Vitamin A juga berfungsi dalam sistem
kekebalan ( anti infeksi ). Walaupun mekanismenya belum diketahui pasti, Retinol berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan deferensiasi limfosit B ( leukosit yang berperan dalam proses
kekebalan humoral ). Disamping itu, kekurangan vitamin A menurunkan respon antibody yang
bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan sesular).Sebaliknya, infeksi dapat
memperburuk kekurangan vitamin A.
Dalam kaitan vitamin A berperan sebagai fungsi kekebalan, ditemukan bahwa:
.
Bila vitamin A kurang, maka fungsi kekebalan tubuh menjadi menurun, sehingga mudah
terserang infeksi. Disamping itu lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami
keratinisasi, tidak mengeluarkan lender sehingga mudah dimasuki mikroorganisme penyebab
infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi pada permukaan usus halus dapat terjadi diare. Perubahan
pada permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantong
kemih. Pada anak-anak dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat mengakibatkan
kematian.
Hasil penelitian yang dilaksanakan Survei Pemantauan Status Gizi dan Kesehatan (Nutrition &
Health Surveillance System) selama 1998-2002 menunjukkan, sekitar 10 juta anak balita yang
berusia enam bulan hingga lima tahun-berarti setengah dari populasi anak balita-di Indonesia
berisiko menderita kekurangan vitamin A. Menurut penelitian yang dilakukan Depkes bekerja
sama dengan Helen KelIer International setiap tiga bulan sekali ini, makanan mereka sehari-hari
di bawah angka kecukupan vitamin A yang ditetapkan untuk anak balita, yaitu 350-460 Retino
Ekivalen per hari.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kekurangan vitamin A berkaitan dengan tingginya tingkat
kematian pada balita. Populasi anak yang mengalami kekurangan vitamin A, namun tidak
mendapat perawatan tingkat kematiannya 49 persen lebih tinggi daripada yang mendapat
sumplemen vitamin itu. Secara medis ada keterkaitan antara kekurangan vitamin A dan kematian
pada balita. Akibat kurangnya vitamin A, yang berfungsi sebagai katalis reaksi biokimia dalam
tubuh, akan berdampak pada berkurangnya fungsi sel epitel yang dalam meningkatkan status
kekebalan atau daya tahan tubuh.
Selain fungsi-fungsi diatas, vitamin A juga berfungsi menjaga integritas atau keutuhan sel darah
merah. Karena itu, kekurangan vitamin A juga memicu timbulnya penyakit anemia. Jika
kekurangan vitamin A, sel darah merah tak mampu bertahan lama sehingga umurnya menjadi
pendek dan mudah pecah. Karena kondisi ini, tubuh menjadi kekuranagn zat besi atau darah
merah.selain itu vitamin A juga berpengaruh terhadap sumsum tulang belakang yang berfungsi
sebai tempat memproduksi sel darah merah. Jika vitamin A kurang, maka sumsum tulang
belakang tak mampu memproduksi sel-sel darah merah, sehingga terjadilah anemia.
Kurang vitamin A (KVA) merupakan suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah
menurun.
- Bila pada orang normal kadar vitamin A dalam darah adalah 30 ug/dl atau lebih
- Kadar 20-30 ug/dl masih dapat diterima, meskipun pada tingkat yang dianggap rendah,
yang mempunyai risiko lebih besar untuk timbulnya gejala-gejala KVA
- Kadar 10-20 ug/dl sudah termasuk kondisi hypovitaminosis
- Kadar dibawah 10 ug/dl sudah dianggap avitaminosis.
Orang yang membatasi konsumsi mereka akan hati, produk-produk yang berasal dari susu, dan
sayur-sayuran yang mengandung beta-karoten, dapat mengalami kekurangan vitamin A. Bayi
yang berat badannya saat lahir sangat rendah (2,2 pounds atau 0,99 kg atau kurang) memiliki
resiko yang tinggi lahir dengan kekurangan vitamin A, dan suntikan vitamin A diberikan kepada
bayi-bayi ini telah dilaporkan dapat mengurangi resiko sakit paru-paru.
Tanda-tanda awal kekurangan vitamin A :
Lemahnya penglihatan pada malam hari
Kulit kering
Meningkatnya risiko infeksi, dan metaplasia (kondisi pra-kanker)
Kekurangan vitamin A yang parah, yang dapat menyebabkan kebutaan, secara ekstrim jarang
terjadi di lingkungan barat
Kekurangan vitamin A yang parah yang jarang terjadi, biasanya terjadi karena kondisi-kondisi
yang bermacam-macam, yang menyebabkan mal-absorpsi. Dilaporkan pula tingginya peristiwa
kekurangan vitamin A pada orang yang terinfeksi HIV.
Orang dengan hipotiroid memiliki kemampuan yang lemah untuk mengubah beta-karoten
menjadi vitamin A. Untuk alasan ini, beberapa dokter menyarankan untuk mengonsumsi
suplemen vitamin A, jika mereka tidak mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang seharusnya
pada pola makan mereka. Orang yang sudah sangat tua dengan diabetes tipe-2 menunjukkan
penurunan vitamin A pada darahnya yang secara signifikan karena faktor usia, terlepas dari
konsumsi vitamin A pada pola makannya.
Tubuh memerlukan asupan vitamin yang cukup sebagai zat pengatur dan memperlancar proses
metabolisme dalam tubuh. Sebagai vitamin yang larut dalam lemak, vitamin A membangun sel-
sel kulit dan memperbaiki sel-sel tubuh, menjaga dan melindungi mata, menjaga tubuh dari
infeksi, serta menjaga pertumbuhan tulang dan gigi. Karena fungsi tersebut, vitamin A sangat
bagus dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Vitamin A juga berperan dalam
epitil, misalnya pada epitil saluran pencernaan dan pernapasan serta kulit. Vitamin A berkaitan
erat dengan kesehatan mata. Vitamin A membantu dalam hal integritas atau ketahanan retina
serta menyehatkan bola mata. Vitamin A fungsinya tak secara langsung mengobati penderita
minus, tapi bisa menghambat minus. Kekurangan vitamin A menyebabkan mata tak dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya yang masuk dalam retina. Sebagai konsekuensi
awal terjadilah rabun senja, yaitu mata sulit melihat kala senja atau dapat juga terjadi saat
memasuki ruangan gelap. Bila kekurangan vitamin A berkelanjutan maka anak akan mengalami
xerophtalmia yang mengakibatkan kebutaan. Selain itu kekurangan vitamin A menyebabkan
tubuh rentan terhadap infeksi bakteri dan virus. Tanpa vitamin A, sistem pertahanan tubuh akan
hilang.Ini memicu tubuh rentan terserang penyakit.
Vitamin A bisa terserap dalam tubuh yang kondisinya baik. Anak usia balita sangat rentan
kekurangan vitamin A karena kondisi tubuhnya rentan terhadap penyakit, seperti diare atau
infeksi pencernaan. Untuk itu peran ibu sangat penting dalam menjaga ketahanan tubuh bayi
yakni dengan memberikan ASI eksklusif, agar mempunyai ketahanan tubuh yang
cukup.Kebutuhan vitamin A yang cukup dalam tubuh, dapat diketahui dengan cara menganalisis
makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan melihat kondisi tubuh. Jika tubuh anak sering terkena
penyakit, seperti diare, busung lapar atau gangguan saluran pernapasan, maka secara otomatis,
asupan vitamin A-nya kurang
2.5 Penanggulangan Kekurangan Vitamin A
Melihat dampak yang dapat diakibatkan oleh kekurangan vitamin A seperti yang
dijelaskan di atas, maka masalah defisiensi vitamin A ini tidak boleh diremehkan karena dapat
menyebabkan kematian. Untuk mengatasi hal ini, ada beberapa langkah yang harus terus
dilakukan, antara lain :
≈ Leave a comment
Tags
Sebelum dan setelah makan atau menangani makanan (terutama daging mentah)
Sebelum mengobati luka pada kulit
Sebelum dan setelah merawat orang sakit
Sebelum memasukan atau mengeluarkan lensa kontak
Sebelum melakukan kegiatan apa pun yang mencakup memasukan jari dalam atau dekat
pada mulut, mata, dll.
Setelah pakai WC (toilet)
Setelah membuang ingus
Setelah menangani sampah
Setelah mengganti popok
Setelah main dengan atau menyentuh hewan, termasuk hewan peliharaan
Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis sistemis sehingga dapat
mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Arif Mansyur, 2000)
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkin paru. Tuberculosis dapat
juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Brunner
dan Suddat, 2003: hal 584).
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang menyerang jaringan paru
atau atau parinkin paru oleh basil mycobakterium tuberkulosis, dapat mengenai hampir semua organ
tubuh (meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe, dll)dengan lokasi terbanyak diparu, yang biasanya
merupakan lokasi primer.
B. ETIOLOGI
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh
dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan
tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis complex adalah:
1. Mycobakterium tuberkulosis
2. Varian asian
3. Varian african I
4. Varian asfrican II
5. Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott, atipyeal) adalah :
1. Mycobacterium cansasli
2. Mycobacterium avium
3. Mycobacterium intra celulase
4. Mycobacterium scrofulaceum
5. Mycobacterium malma cerse
6. Mycobacterium xenopi
Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinsfeksimelalui
berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet besar ( lebih besar dari 100u ) dan
kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan diudara dan
tertiup oleh individu yang rentan. Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah :
• Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
• Individu imunosupresif ( Termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi
kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV )
• Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik
• Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat ( tunawisma,tahanan, etnik dan ras
minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa muda antara yang berusia 15-44
tahun )
• Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny diabetes, gagal ginjal
kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi yeyunoileal )
• Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi ( Asia tenggara, Afrika, Amerika latin, karibia )
• Setiap individu yang tinggal di institusi ( misalnya fasilitas perawatan jangka panjang, institusi
psikiatrik, penjara )
• Indivudi yang tinggal didaerah perumahan substandart kumuh
• Petugas kesehatan
D. KLASIFIKASI TUBERCULOSIS :
a. Kategori O : tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak pernah, tes tuberculin
negatif.
b. Kategori I : Terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya infeksi, disini riwayat kontak positif, tes
tuberkulin negatif.
c. Kategori II : Terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit
d. Kategori III : terinfeksi tuberculosis dan sakit.
3. Klasifikasi yang sering dipakai di Indonesia adalah berdasarkan kelainan klinis, radiolis dan
mikrobiologis.
a. Tubercolosis paru
b. Bekas tuberculosis paru
c. Tuberculosis paru tersangka
• Tuberculosis paru yang terobati. Disini sputum BTA ( negatif ) tetapi tanda-tanda lain positif .
• Tuberculosis paru tersangka yang tidak diobati.Disini sputum negatif dan tanda-tanda lain juga
meragukan.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu, dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu,
demam derajat rendah, anorexia, berkeringat malam hari, nyeri dada, anemia dan batuk darah. Pasien
dengan TB paru menampakkan gejala klinis antara lain tahap asimptomatis, gejala TB paru yang khas,
kemudian stagnasi dan regresi, eksaserbasi yang memburuk, gejala yang berulang dan menjadi kronik.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda antara lain tanda-tanda infiltrat ( redup, ronkhi
basa, bronkhial dll ), tanda-tanda penarikan paru dan mediastinum, secret disaluran nafas dan ronkhi,
suara nafas amforik karena adanya kafitas yang berhubungan langsung dengan bronkus.
F. KOMPLIKASI
1. TBC tulang
2. Potts disease : rusaknya tulang belakang
3. Distroyed lung ( Pulmonary distruction )
4. Effusi pleura
5. TBC milier
6. Meningitis TBC
G. PATOFISIOLOGI
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet
nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung
pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap
oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila
ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya
adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti
ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya.
Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3
basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah
lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak
membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul geja pneumonia akut. Pneumonia seluler akan
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan
terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini
butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa.
Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan
lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah
pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang
dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat
terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa.
Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt
dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip
dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi
pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri.
Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis
milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang
masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi II. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
2. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.Jakarta : EGC.
3. Smeltzer, S.C & Bare,B.G.2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
4. Tjokronegoro,A & Utama, H.2004. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta : EGC.
PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan dimasyarakat.
1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS.
Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga
yaitu :
Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan
modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
Bagi Masyarakat:
Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan menggunakan Kartu PHBS
atau Pencatatan PHBS di Rumah Tangga pada buku kader.
Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk memperolah
dukungan dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di desa/kelurahan
melalui kelompok damawisma.
Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya setiap tahun melalui
pencatatan PHBS di Rumah Tangga.
GIZI SEIMBANG
DAFTAR PUSTAKA