Anda di halaman 1dari 38

Telah disetujui/diterima Pembimbing

Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :

KEPERAWATAN DASAR PROFESI PROGRAM PROFESI NERS

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN PADA KLIEN


TUBERKULOSIS MILIER DI RUANG MAWAR LANTAI III RS. HARAPAN BUNDA
BATAM

LAPORAN SEMINAR

OLEH :
KELOMPOK 1
ANIKE TRI NOVYA DAMANIK, S.Kep 736080719055
AYU SEPTIANI, S.Kep 736080719056
DESI YUNITA, S.Kep 736080719057
EIS KUSMITA, S.Kep 736080719058
EVA GLORYA, S.Kep 736080719059
FILZA FADHILA, S.Kep 736080719060
FIRMAN SITANGGANG, S.Kep 736080719061
FITRI AMALIA, S.Kep 736080719062
HANNA BERLIANTI, S.Kep 736080719063

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA BUNDA PERSADA BATAM
T.A 2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
2. TUJUAN KHUSUS

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
sistem sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak
diparu yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arief, 2001:459).
Menurut Crofton (2002) Tuberculosis Milier disebabkan penyebaran TB
dalam jumlah besar melalui aliran darah karena daya tahan pasien lemah untuk
membunuh kuman-kuman tersebut (disebut “milier) karena luka-luka kecil pada paru
tampak sebagai butiran gandum.
Tuberkulosis Milier adalah suatu bentuk tuberkulosa paru dengan terbentuknya
granuloma. Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit dengan ukuran
kurang lebih sama kelihatan seperti biji “Milet” (sejenis gandum) berdiameter 1-2 mm.
(Adwin, 2008).
Tuberkulosis Milier adalah jenis tuberculosis yang bervariasi dari infeksi
kronis, progresif lambat sehingga penyakit fulminan akut, ini disebabkan oleh
penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi kedalam aliran
darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip benih padi.
(Diane, 2000 ).

B. ETIOLOGI
Diperkirakan Tuberkulosis Milier yang terjadi pada orang dewasa
merupakan komplikasi infeksi primer atau TB primer dan TB kronis atau TB post
primer ( Crofton ,2002 :114 ).
1. Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang
belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi
saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup
sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak
dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di
dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe
disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh
(imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-
kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita
Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun
akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis
pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala TBC Milier timbul perlahan-lahan dan sifatnya tidak spesifik.
Umumnya Tuberkulosis Milier terjadi dalam waktu 1 tahun setelah infeksi primer.
Adapun gejala TBC Milier berupa: febris, letargi, keringat malam, nafsu makan
berkurang dan berat badan menurun. Febris yang bersifat turun naik sampai 40 0C dan
berlangsung lama.
Menurut Somantri (2008 : 61) secara umum manifestasi klinis pada penderita
tuberkulosis paru:
1) Demam : Sub febris-febris (400 – 410C) hilang timbul
2) Batuk : Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulent ( menghasilkan sputum ).
3) Sesak nafas : Terjadi bila sudah lanjut dimana
infiltrasi radang sampai setengah paru.
4) Malaise : Ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam hari.
D. PATOFISIOLOGI
Infeksi awal karena seorang menghirup basil Mycobacterium.
tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang
biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks
serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2 sampai
10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi Mycobacterium. tuberculosis dan sistem
kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang
disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikelilingi olah makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk
menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon
tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang
selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing
caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif. Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun
tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah
dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak
aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi
sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronchus.
Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan
parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-120 hari). Daerah yang akan mengalami nekrosis dan
menyebar ke limfa hematogen lama kelamaan akan menyebabkan Tuberculosis Milier
(Mukty, 2000).
E. PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium darah rutin laju endapan darah (LED) normal atau meningkat
2) Foto thorax posterior anterior (PA) menunjukkan adanya gambar badai salju,
bercak granuler milier pada kedua lapangan paru
3) Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA) untuk memastikan diagnosis TBC
milier
4) Pemeriksaan cairan cerebrospinal untuk menunjukkan TBC milier disertai dengan
meningitis.
5) Pemeriksaan biopsi untuk menunjukkan granuloma pada paru

G. KOMPLIKASI
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, diantaranya :
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, faringitis.
2. Komplikasi lanjut :
• Obstruksi jalan nafas, seperti SOPT ( Sindrom Obstruksi Pasca
Tubercolosis)
• Kerusakan parenkim berat, seperti SOPT atau fibrosis paru, Cor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, ARDS.

H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu
a. Fase intensif (2-3 bulan) :
Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif membelah
sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat yang bersifat
bakterisidal. Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, terjadi
pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang infeksi
menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan
sputum BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan. Menurut
The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society, fase awal
diberikan selama 2 bulan yaitu INH 5 mg/kgBB, Rifampisin 10 mg/kgBB,
Pirazinamid 35 mg/kgBB dan Etambutol 15 mg/kgBB.
b. Fase lanjutan (4-7 bulan).
Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu
yang lebih panjang. Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat selama
fase lanjutan akan mengurangi resiko terjadinya resistensi selektif. Menurut
The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society fase
lanjutan selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis
paru dan ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien dengan
resistensi terhadap INH.
Pada pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya resistensi.
Paduan pengobatan ulang terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat
untuk fase lanjutan. Selama fase awal sekurang-kurangnya 2 di antara obat
yang diberikan haruslah yang masih efektif.
Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes
RI, 2004).

Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan


panduan obat sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan
kebutuhan pengobatan dalam program. Untuk itu, penderita dibagi dalam empat
kategori sebagai berikut:
1) Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan
penderita dengan keadaan yang berat seperti meningitis, TB milier,
perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis
dengan gangguan neurologis, dan penderita dengan sputum negatif
tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran perkemihan, dan
sebagainya. Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid,
dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya
minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap
lanjutan ).
2) Kategori II ( HRZE/5H3R3E3 )
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum
tetap positif. diberikan kepada :
 Penderita kambuh
 Penderita gagal terapi
 Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3) Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 )
Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan
parunya tidak luas dan kasus TB di luar paru selain yang disebut dalam
kategori I.
4) Kategori IV
Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan
rendah karena kemungkinan keberhasilan rendah sekali.
Mekanisme kerja obat anti-tuberkulosis (OAT) :
 Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
 Aktivitas sterilisasi, terhadap the pesisters (bakteri semidormant)
 Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.

Menurut Somantri (2008 : 63) jenis dan dosis obat :


a) Isoniazid ( INH)
Bersifat bakterisid dapat membunuh 90% kuman populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat
efektif terhadap kuman dalam metabolik aktif, yaitu kuman yang
sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kh BB, efek
samping kejang, anoreksia, malaise, demam, nyeri epigastrik dan
trombositopenik.
b) Rifamfisin
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semidormant
(persistent) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniazid. Dosis 10 mg/kg
BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermitten 3x
seminggu. Efek samping demam, menggigil, anemia hemolitik,
terdapat kerusakan hati yang berat, dan supresi imunitas.
c) Pirazinomid
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam
sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kgBB.
Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu diberikan
dengan dosis 3,5 mg/kgBB. Efek samping gangguan hari, gout
anoreksia, mual-muntah, malaise dan demam.
d) Streptomicin
Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kgBB.
Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu digunakan
dosisi yang sama. Efek samping vertigo, sempoyongan dan dapat
menurunkan fungsi ginjal.
e) Etambutol
Bersifat sebagai bakterisiostatik. Dosis harian yang dianjurkan
15 mg/kgBB. Sedangkan untuk pengobatan intermitten 3x seminggu
digunakan dosis 30 mg/kgBB. Efek samping penurunan ketajaman
penglihatan, gout, gatal, nyeri sendi, sakit kepala dan nyeri perut.
Obat harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat
bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Pengawasan ketat dalam tahap intensif
sangat penting untuk mencegah terjadinya ketebalan obat, memberikan makanan
yang bergizi yaitu makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP ) agar nutrisi klien
terpenuhi.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

I. BASIC PROMOTING PHYSIOLOGY OF HEALTH (KEBUTUHAN


OKSIGENASI)
1. Pengertian
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan
pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O2) ke
dalam paru dengan alat khusus.
Tujuan pemberian oksigenasi:
 Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
 Untuk menurunkan kerja paru-paru
 Untuk menurunkan kerja jantung
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan
transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas
dan mengurangi stress pada miokardium.
Beberapa metode pemberian oksigen:
a) Low flow oxygen system
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien.
Pada umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi
pemberiannya bervariasi menurut pola pernafasan pasien.
b) High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian
oksigen dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi
dengan pola pernafasan pasien.

2. Fisiologi
a. Struktur Sistem Pernafasan
1) Saluran pernafasan atas
Fungsinya adalah menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara
yang dihirup. Terdiri dari :hidung, faring, laring, epiglottis
2) Saluran Pernafasan bawah
Fungsi adalah menghangatkan udara, membersihkan mukuosa cilliary,
memproduksi surfactant. Terdiri dari : trachea, bronchus, paru.

Pernafasan eksternal mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2


dan CO2 antara lingkungan eksternal, dan sel tubuh. Secara umum, proses ini
berlangsung dalam 3 langkah, yaitu:
1) Ventilasi Pulmoner.
Udara bergantian masuk keluar paru-paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi proses pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus.
2) Pertukaran gas alveolar.
Setelah oksigen masuk alveolus, proses pernafasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner.
Difusi adalah proses pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau
bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke
area berkonsentrasi rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan
membrane kapiler.
3) Transpor oksigen dan karbondioksida.
Pada proses ini oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru-paru.
 Transpor O2.
Normalnya, sebagian oksigen (97%) berikatan lemah dengan
hemoglobin dan diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk
Oksihemoglobin (HbO2), sisanya terlarut dalam plasma. Proses
ini dipengaruhi oleh Ventilasi (jumlah O2 yang masuk ke paru)
dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas dara
yang dibawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam plasma,
jumlah Hemoglobin (Hb), dan ikatan O2 dengan Hb.
 Transpor CO2.
Karbondioksida hasil metabolisme terus menerus diankut
menuju paru-paru melalui 3 cara: sebagian besar karbondioksida
(70%) diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat
(HCO3-), sebanyak 23% karbondioksida berikatan dengan
hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin (HbCO2),
Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma
dalam bentuk asam karbonat.
Pernafasan internal atau pernafasan jaringan mengacu pada proses
metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitrokondria, yang
menggunakan O2 dan menhasilkan CO2 selama proses penyerapan energi
molekul nutrient. Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen
dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi
pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti dari
kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti
penurunan gradient tekanan parsial.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
a. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil
dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa
kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi
terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan
berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak
dan pola napas
b. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin
tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat
dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki
laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan
yang meningkat.
c. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh.
Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi
predisposisi penyakit paru.
d. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-
penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap
oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
e. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan
kedalaman pernapasan.
f. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengarhi pernapasan yaitu :
 Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
 Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
 Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel
jaringan.

Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan


obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika
ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan
membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam
hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral.
Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit
sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya
terlihat cemas, lelah dan pucat.
g. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini
sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit
disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena
usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri
seperti pada penderita asma.
h. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang
saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan napas
yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang
membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai
dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

4. Nilai-Nilai Normal
Parameter Nilai normal
Tidal Volume (TV) 500 cc
Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml
Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml
Volume Residu 1200 ml
Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml
Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml
Kapasitas Vital 4600 ml
Kapasitas Total Paru 5800 ml

5. Jenis Gangguan
a) Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan. Penyebab terjadinya hipoksia :
 gangguan pernafasan
 gangguan peredaran darah
 gangguan sistem metabolism
 gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
b) Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi
elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang
berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi →
menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan. Tanda dan
gejala :
 pusing
 nyeri kepala
 henti jantung
 koma
 Ketidakseimbangan elektrolit
c) Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat
terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek
samping dari beberapa obat. Tanda dan gejala:
 Napas pendek
 Nyeri dada
 Sakit kepala ringan
 Pusing dan penglihatan kabur
d) Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang
sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung
kongestif, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun
pathologis.

Fisiologis :
 orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
 pada anak-anak yang sedang tidur
 pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis :
 gagal jantung
 pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
e) Kussmaul’s ( hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per
menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
f) Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
g) Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan
gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit
usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yang pernah dialami.
 Pernah mengalami perubahan pola perrnafasan
 Pernah mengalami batuk dengan sputum
 Pernah mengalami nyeri dada
 Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala2 diatas
b. Riwayat penyakit pernafasan
 Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
 Bagaimana frekuensi setiap kejadian
c. Gaya Hidup
 Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok

2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis (karena
hipoksia)
b. Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor
c. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan
mulut
d. Dada
 Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafsan)
 Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
 Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernafasan)
 Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
 Suara nafas tidak normal
 Bunyi perkusi ( resonansi
e. Pola pernafasan
 pernafasan normal
 pernafasan cepat
 pernafasan lambat

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret/
banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan nafas.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi,


Kelelahan

3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan


membran kapiler alveolar.

L. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN HASIL (NOC)
1 Bersihan jalan nafas NOC: NIC :
tidak efektif  Respiratory status : Airway Management
berhubungan dengan Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik
tachipnea,  Respiratory status : Airway chin lift atau jaw thrust bila perlu.
peningkatan produk patency  Posisikan pasien untuk
simukus, kekentalan  Aspiration Control, memaksimalkan ventilasi
sekresi dan Kriteria hasil :  Identifikasi pasien perlunya
bronchospasme.  Mendemonstrasikan batuk pemasangan alat jalan nafas buatan.
efektif dan suara nafas yang  Keluarkan sekret dengan batuk atau
bersih, tidak ada sianosis dan suction
dyspneu (mampu  Auskultasi suara nafas, catat
mengeluarkan sputum, adanya suara tambahan
mampu bernafas dengan  Lakukan suction pada mayo
mudah, tidak ada pursed lips)  Berikan bronkodilator bila perlu
 Menunjukkan jalan nafas  Berikan pelembab udara Kassa
yang paten. basah NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
2 Pola Nafas tidak NOC: NIC :
efektif berhubungan  Respiratory status : Airway Management
dengan penyempitan Ventilation  Buka jalan nafas, gunakan teknik
bronkus  Respiratory status : Airway chin lift atau jaw thrust bila perlu
patency  Posisikan pasien untuk
 Vital sign Status memaksimalkan ventilasi
DenganKriteriaHasil :  Identifikasi pasien perlunya
 Mendemonstrasikan batuk pemasangan alat jalan nafas
efektif dan suara nafas yang buatan
bersih, tidak ada sianosis dan  Pasang mayo bila perlu
dyspneu (mampu  Lakukan fisioterapi dada jika
mengeluarkan sputum, perlu
mampu bernafas dengan  Keluarkan sekret dengan batuk
mudah, tidak ada pursed lips) atau suction
 Menunjukkan jalan nafas  Auskultasi suara nafas, catat
yang paten (klien tidak adanya suara tambahan
merasa tercekik, irama nafas,  Lakukan suction pada mayo
frekuensi pernafasan dalam  Berikan bronkodilator bila perlu
rentang normal, tidak ada  Berikan pelembab udara
suara nafas abnormal).
 Atur intake untuk cairan
 Tanda tanda vital dalam
mengoptimalkan keseimbangan.
rentang normal (tekanan
 Monitor respirasi dan status O2
darah, nadi, pernafasan).
TerapiOksigen
 Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
 Pertahankan jalan nafas yang
paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri.
2 Gangguan NOC: NIC :
pertukaran gas  Respiratory Status : Gas Airway Management
berhubungan dengan exchange  Buka jalan nafas, gunakan teknik
perubahan membran  Respiratory Status : chin lift atau jaw thrust bila perlu
kapiler – alveolar ventilation  Posisikan pasien untuk
 Vital Sign Status memaksimalkan ventilasi
Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya
 Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas
peningkatan ventilasi dan buatan
oksigenasi yang adekuat  Pasang mayo bila perlu
 Memelihara kebersihan paru  Lakukan fisioterapi dada jika
paru dan bebas dari tanda perlu
tanda distress pernafasan  Keluarkan sekret dengan batuk
 Mendemonstrasikan batuk atau suction
efektif dan suara nafas yang  Auskultasi suara nafas, catat
bersih, tidak ada sianosis dan adanya suara tambahan
dyspneu (mampu  Lakukan suction pada mayo
mengeluarkan sputum,  Berikan bronkodilator bila perlu
mampu bernafas dengan  Berikan pelembab udara
mudah, tidak ada pursed lips)  Atur intake untuk cairan
 Tanda tanda vital dalam mengoptimalkan keseimbangan.
rentang normal  Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
 Monitor rata – rata, kedalaman,
irama dan usaha respirasi
 Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
 Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bengkong Laut
Tanggal Masuk : 21 /11/2019
No Register : 04 33 41
Ruangan Kamar : Mawar 1
Golongan Darah : AB+
Tanggal Pengakajian : 22/11/2019
Diagnosa Medis : TB Milier
2. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. H
Hubungan Dengan Pasien : Suami
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bengkong Laut
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
KELUHAN UTAMA :
Klien mengeluh batuk lebih 1 bulan, demam, sesak nafas sejak sore 20/11/19,
klien mengatakan baru keluar 5 hari lalu dari rumah sakit post partum. Klien
mengatakan demam naik turun. Klien tampak sesak nafas, klien tampak pucat .

Saat Masuk Rumah Sakit


Pasien masuk Rumah Sakit Harapan Bunda melalui IGD pada Kamis,21
November 2019 Jam 08:32 dengan keluhan batuk berdahak(+), demam ↑↓, 5 hari
yang lalu postpartum, sudah dapat OAT kurang lebih 3 hari.
Hasil TTV, Tekanan darah : 120/60, nadi : 100x/I, pernafasan : 30x/i, Spo2 : 86%
Pemberian O2 nasal Canul 6 Liter .Spo2:97%

Saat Pengkajian
Pada saat pengkajian Jumat,22 November 2019 didapatkan bahwa pasien
mengatakan sesak (+)3 hari yang lalu, sesak meningkat saat beraktivitas, pusing (+),
pasien tampak pucat (+), batuk berdahak (+), pasien tampak kelelahan, TTV: tekanan
darah 110/73mmHg, pernafasan : 28x/i, Nadi : 103x/i, Spo2: 95%, Suhu: 37,3°C

4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


· Penyakit yang pernah dialami,
sebutkan ......................................................................
· RIWAYAT :
1) Kecelakaan : Ya / tidak,sebutkan
2) Operasi : Ya / tidak, sebutkan..................................................
3) Alergi Obat : Ya / tidak, sebutkan..................................................
4) Alergi makanan : Ya / tidak, sebutkan..................................................
5) Alergi lain-lain : Ya / tidak, sebutkan..................................................
6) Merokok : Ya / tidak , ket ..........................................................
7) Alkohol : Ya / tidak , ket..........................................................
8) Kopi : Ya / tidak , ket ..........................................................
9) Lain-lain : Ya / tidak , ket ..........................................................
10) Obat-obatan yang pernah digunakan: Klien sedang mengkonsumsi OAT

5. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :

Ket :
Laki-laki : Klien :
Perempuan :

6. POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI


No POLA AKTIFITAS SEHARI – SEBELUM DI RAWAT SAAT DIRAWAT
HARI
1. Nutrisi - Metabolik
1. Jenis makanan / diet 1. 1.
2. frekuensi Makanan biasa MB
2. 2.
3 x sehari 3 x sehari
3. Porsi yang dihabiskan Teratur / tidak teratur Teratur / tidak teratur
4. Komposisi Menu
5. Pantangan 3. 3.
6. Nafsu makan 1 porsi ½ porsi
4. 4.
7. Fluktuasi BB 6 bln terakhir Nasi, lauk pauk, sayuran Nasi, lauk pauk, sayuran
8. Sukar menelan 5. 5.
9. Riw.penyembuhan luka Ada / tidak ada Ada / tidak ada
6. 6.
Normal/ meningkat/ turun Normal/ meningkat/ turun
7.
7. 46 kg
50 kg 8.
8. Ya / tidak, ket :
Ya / tidak, ket : 9.
9. N / cepat sembuh/ lama
N / cepat sembuh/ lama sembuh
sembuh Ket :
Ket :

2. Cairan
1. Jenis cairan ( oral dan
parenteral ) Air mineral,teh dan susu Air mineral
2. Frekunsi 8 x sehari 9 x sehari
3. Jumlah cairan habis/24 jam 1 botol air besar ( 1.500) / cc 900 / cc
3 Pola Eliminasi
BAB (Buang Air Besar)
1. Frekuens 1. 2 1. 1 – 2 x/hari
i x/hari 2. Lunak
2. Konsiste 2. Lunak 3. Kuning- coklat
nsis feses 3. Kunin 4. Khas
3. Warna g 5. Tidak
4. Bau 4. Khas
5. Kesulita 5. Tidak 1. 3 x/hari
n BAB 2. Sedikit-sedikit
BAK (Buang Air Kecil) 1. 5 x/hari 3. Sedikit
1. Frekuensi 2. Banyak kemerahan/kecoklatan
2. Jumlah 3. Kuning jernih 4. Khas
3. Warna 4. Khas 5. Tidak
4. Bau 5. Tidak
5. Kesulitan BAK

Rumus :
 IWL= (15xBB) = … cc
 Balance cairan = cairam
masuk – cairan keluar –
IWL = … cc

4 POLA TIDUR-ISTIRAHAT
1. Tidur siang 1. Jarang tidur 1. Jam 13:00s/d 15:15
tidak nyaman setelah
tidur
2. Tidur malam 2. Jam 22;00s/d05:00 2. Jam 23:00s/d 06:00
nyaman setelah tidur tidak nyaman setelah
tidur

3. Kebiasaan sebelum tidur 3. tidak ada, 3. Tidak ada.


4. Kesulitan tidur 4. tidak ada 4. Ada,ket: sesak
5. Upaya mengatasi 5. tidak ada 5. Posisi setengah duduk
5 POLA KEBIASAAN DIRI
1. Mandi 1. 4 x/hari Sabun : ya 1. 2 x/hari
Sabun : tidak
2. Handuk 2. Ya /pribadi 2. Ya / pribadi

3. Keramas 3. 3 x/hari /mgg 3. Belum ada keramas


Shampoo : ya
4. Gosok gigi 4. 4x/hari 4. 2 x/hari
Pasta gigi : ya Pasta gigi : ya
Sikat gigi : pribadi Sikat gigi : pribadi

5. Kesulitan 5. Tidak 5. Ya , Ket: terpasang infus


dan sesak
6. Upaya mengatasi 6. Tidak ada 6. Dibantu keluarga

7. POLA TOLERANSI-KOPING STRESS


a. Pengambil keputusan : dibantu keluarga
b. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS / penyakit : penyakit dan
bayinya yang premature
c. Hal yang biasa dilakukan jika mengalami stress/ masalah : telponan bersama
anak
d. Harapan setelah menjalani perawatan : cepat sembuh supaya bsa berkumpul
bersama keluarga tanpa ada pantangan
e. Perubahan yang dirasakan setelah sakit : penurunan berat badan dan
kedepannya akan sering minum OAT
8. POLA PERAN HUBUNGAN
a. Peran dalam keluarga : Ibu Rumah Tangga
b. Sistem pendukung : suami, anak dan keluarga
c. Masalah peran/ hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS : ada. Ket
: tidak dapat menemui anak,karena berada di ruang isolasi
d. Upaya untuk mengatasi : pasien mengatakan sering video call dan telpon
bersama anak
9. POLA KOMUNIKASI
a. Bahasa utama : Indonesia dan jawa
b. Bicara : normal
c. Afek :…………………………………………………………………………
d. Tempat tinggal : sendiri
e. Penghasilan keluarga :
( ) < Rp.500.000 ( ) Rp. 1 juta – 1,5 juta ( ) Rp. 1.5 juta – 3 juta
( ) Rp. 3 juta – 5 juta ( ) Rp. 5 juta – 8 juta ( ) > Rp. 8 juta

10. POLA SEKSUALITAS


a. Masalah hubungan seksual selama sakit : tidak
b. Upaya mengatasi : tidak ada
11. POLA NILAI & KEPERCAYAAN
a. Apakah Tuhan, agama penting untuk anda : ya
b. Kegiatan agama yang dilakukan selama di RS : berzikir dan membaca Al-
Quran

12. PEMERIKSAAN FISIK


1) Keadaan Umum :
a. Kesadaran : compos mentis
b. GCS : 15
c. TTV : TD : 110/73 mmHg; Nadi : 103 x/mnt,
Suhu : 37,3 oC, Pernafasan : 28 x/mnt
2) Kepala & Leher
a. Kepala
Keluhan : pusing
Inspeksi : bentuk : simetris
Distribusi rambut : rata
Warna kulit kepala : normal
Kebersihan kulit kepala : bersih
Krepitasi : -
Nyeri tekan : -

b. Mata
Visus : …….....ka / ………ki;
Lapang pandang : normal
Inspeksi : bentuk simmetris
Konjunctiva = anemis
Palpebra = normal
Pupil = reaksi thd cahaya isokoor
Tanda peradangan : -
Fungsi penglihatan : baik
Penggunaan alat bantu : ya / tidak
c. Hidung
Inspeksi : Bentuk :simetris
Warna : normal
Perdarahan : -
Palpasi : Nyeri tekan : -

d. Mulut & Tenggorokan


Inspeksi :
Warna bibir : pucat
Mukosa bibir : lembab
Mukosa dalam : lembab
Gigi : utuh
Gusi : normal
Lidah : normal
Sakit tenggorok : -
Gangguan bicara : -

e. Telinga
Inspeksi : normal
Bentuk : normal
Warna : normal
Posisi : Sejajar
Perdarahan : - , massa : -
Serumen : - , warna : -
Aroma :-
Palpasi : Nyeri : -
Gg pendengaran : - ; Alat bantu dengar : -

f. Leher
Inspeksi/ Palpasi : normal
Kekakuan :-
JVD :-
Deviasi trakea :-
Pembesaran kelj.Tyroid : -
Pembesaran kelj.limfe :-
Nyeri :-

3) Dada/ Thorax
Inspeksi :
Bentuk dada : normal
Warna kulit dada : normal
Kondisi kulit dada : intake
Ekspansi dinding dada : simetris
Tanda peradangan :-
Otot bantu nafas : retraksi interostae : + , retraksi suprasternal : +
Palpasi :
Massa abnormal : - , ket : mobilisasi / terfiksasi ; ukuran : -
Krepitasi :- ;
Nyeri tekan : - ; edema : - ; emfisema sub cutis : -
Letak ictus cordis : ICS 5 Mid klavikula
Taktil fremitus : terasa bagian bawah paru, pada bagian atas -
Auskultasi:
JANTUNG
Aortic : ……………… Tricuspidal : ................................
Pulmonal : ....................... Mitral : .............................................
BJ abnormal :-
PARU :
Suara nafas : abnormal, ket : di daerah superior paru
Jenis suara nafas normal yang ditemukan:
Rhonki : +, Crakles : +
Perkusi :
JANTUNG
Pekak
Batas jantung : normal
PARU
Sonor

4) Payudara & Ketiak


Inspeksi : Ukuran & bentuk : simetris
Putting susu : menonjol
Kondisi kulit : bersih
Palpasi : Edema : + , ket : post partum
Massa abnormal : -
Nyeri : + , ket: penumpukan ASI

5) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : normal
Bayangan vena abnormal (caput medussae) : -
Kondisi kulit : normal
Palpasi : Penegangan dinding abdomen : -
Edema : -
Nyeri tekan : -
Massa abnormal : -
Auskultasi: Bising usus : + ,
Perkusi : tympani

6) Genetalia
Inspeksi & Palpasi (wanita) :
Perineum : nyeri
Labia mayora : simetris / bersih /nyeri
Labia minora : simetris / bersih / nyeri
Orificium urethra : normal
Canal inguinal : normal

7) Rectum & Anus


Inspeksi :
Kondisi kulit sekitar anal : normal
Hemoroid : -
Palpasi (rectal tusse):
Massa abnormal : - : - / + ; Nyeri : - ;

8) Ekstremitas
Kontraktur : -
Deformitas: -
Edema : -
Nyeri / nyeri tekan : -
Kekuatan otot : normal
9) Kulit & Kuku
Kulit : Warna : normal
Tekstur : lembut
Jaringan parut : -
Turgor : lembab, Suhu (akral) : hangat
Kuku : Warna : kemerahan, Cappilary Refill Time (CRT) : < 3 detik
Bentuk : normal

13. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium (Kamis,21 November 2019)

Parameter Result Satuan Nilai Normal


WBC 5,9 10^3/ul 4,0-10,0
Lymph 0,8 10^3/ul 0,8-1,0
Mid 0,5 10^3/ul 0,1-0,9
Gran 4,6 10^3/ul 2,0-7,0
Lymph 14,1 % 20,0-40,0
Mid 8,0 % 3,0-9,0
Gran 77,9 % 50,0-70,0
HGB 9,1 g/dl 12,0-16,0
RBC 3,28 10^6/ul 4,20-540
HCT 29,5 % 37,0-40,0
MCV 90,2 fL 81,0-99,0
MCH 27,7 Pg 27,0-31,0
MCNC 30,8 g/dl 32,0-36,0
RDW-CV 16,7 % 11,5-14,5
RDW-SD 57,9 fL 35,0-56,0
PLT 171 10^3/ul 150-450
MPV 7,8 fL 7,0-11,0
PDW 16,3 15,0-17,0
PCT 0.133 % 0,108-0,282

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN


KIMIA
SGOT 68 M:<37 F: <31 UL
SGPT 26 M: <42 F: <32 UL
Ureum 34 10-50 Mg/dl
Creatinine 0,56 M:0,6-1,1 F:0,5-0,9 Mg/dl
Gula Darah Random 72 75-125 Mg/dl

14. TERAPI/ PENGOBATAN (sebutkan nama obat dan dosis)


 Dexametason 1x3 Ampul (IV)
 Ceftizoxime 3x1 gr (IV)
 Omeprazole 1x1 vial (IV)
 Infus nacl 0,5% / 500 cc / 12 jam (IV)
 OAT kat I 1x3 Tablet
 O2 Nasal Canul 6 L/I (Inhalasi)
 Codein 2x1 Tablet
 Combivent 3x1 (inhalasi)
 Erdosten 2x300 mg (IV)
 Cek Vital sign / 2 jam

B. ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH
S:
Pasien mengatakan sesak sejak 3 hari Proses peradangan Bersihan Jalan Nafas
yang lalu ,sesak meningkat saat ↓
beraktivitas, pasien mengatakan pusing Produksi secret berlebih
dan batuk, pasien mengatakan demam ↓
O: Secret sulit di keluarkan
Pasien tampak pucat
Pasien tampak kelelahan
Pasien tampak batuk berdahak
Pasien tampak sesak, terpasang O2
Nassal Canul 4 liter
TD: 110/73 mmHg, S: 37,3°C, N:
103x/i, RR: 28x/i, Spo2: 95%
Pemeriksaan Laboratorium
HGB : 9,1 g/dl
RBC : 3,28 10^6/ul
HCT :29,5 %
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas b/d produksi secret berlebih dan secret sulit dikeluarkan

D. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.S
NO. RM : 04-33-41
Ruang rawat : Mawar 1/ISO

Rencana Asuhan Keperawatan


DIAGNOSA
TUJUAN/ INTERVENSI
NO KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL (NIC)
(dengan NANDA)
Bersihan jalan nafas b/d NOC:  Posisikan pasien untuk
produksi dan secret yang  Respiratory status : memaksimalkan
sulit dikeluarkan Ventilation ventilasi
 Respiratory status :  Keluarkan sekret
Airway patency dengan batuk atau
 Aspiration Control, suction
Kriteria hasil :  Auskultasi suara nafas,
 Mendemonstrasikan catat adanya suara
batuk efektif dan tambahan
suara nafas yang  Berikan bronkodilator
bersih, tidak ada bila perlu
sianosis dan  Monitor respirasi dan
dyspneu (mampu status O2
mengeluarkan  Kolaborasi dengan tim
sputum, mampu medis lainnya dalam
bernafas dengan pemberian terapi
mudah, tidak ada inhalasi
pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten.

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S
NO. RM : 04-33-41
Ruang rawat : Mawar 1/ ISO

Catatan Perkembangan
Hari/ NO Jam
IMPLEMENTASI EVALUASI Ttd.
Tanggal Dx. Kep Tindakan
Sabtu , 3  memposisikan S:
November pasien untuk Pasien mengatakan
2019 memaksimalkan sesak, kepala
ventilasi pusing, mual dan
 mengeluarkan payudara terasa
sekret dengan sakit,batuk
batuk atau berdahak
suction O:
 mengauskultasi Pasien tampak
suara nafas, catat pucat dan
adanya suara berbaring, pasien
tambahan tampak lemas

 Memberikan TD: 102/65 mmHg

bronkodilator bila N: 79x/i


perlu S: 37,0°C

 Memonitor RR: 27/i

respirasi dan Spo2 : 99%


A : masalah belum
status O2 teratasi
 Berkolaborasi P : intervensi di
dengan tim medis lanjutkan
lainnya dalam
pemberian

Minggu,  memposisikan S:
24November pasien untuk Pasien mengatakan
2019 memaksimalkan sakit kepala, merasa
ventilasi demam, sesak,
 mengeluarkan O:
sekret dengan Pasien tampak
batuk atau duduk
suction Pasien tampak
 mengauskultasi pucat dan lemah
suara nafas, catat Pasien tampak
adanya suara menunduk
tambahan Pasein tampak

 Memberikan menahan sakit

bronkodilator bila kepala


perlu Skala nyeri 4

 Memonitor RR:24 x/i

respirasi dan N: 83x/i


status O2 TD: 109/68mmHg

 Berkolaborasi S: 37,5°C

dengan tim medis Spo2 : 97%


lainnya dalam A: masalah belum
pemberian teratasi
P: Intervemsi
dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai