Keperawatan Dasar Profesi Program Profesi Ners Kelompok 1
Keperawatan Dasar Profesi Program Profesi Ners Kelompok 1
Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :
LAPORAN SEMINAR
OLEH :
KELOMPOK 1
ANIKE TRI NOVYA DAMANIK, S.Kep 736080719055
AYU SEPTIANI, S.Kep 736080719056
DESI YUNITA, S.Kep 736080719057
EIS KUSMITA, S.Kep 736080719058
EVA GLORYA, S.Kep 736080719059
FILZA FADHILA, S.Kep 736080719060
FIRMAN SITANGGANG, S.Kep 736080719061
FITRI AMALIA, S.Kep 736080719062
HANNA BERLIANTI, S.Kep 736080719063
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
sistem sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak
diparu yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arief, 2001:459).
Menurut Crofton (2002) Tuberculosis Milier disebabkan penyebaran TB
dalam jumlah besar melalui aliran darah karena daya tahan pasien lemah untuk
membunuh kuman-kuman tersebut (disebut “milier) karena luka-luka kecil pada paru
tampak sebagai butiran gandum.
Tuberkulosis Milier adalah suatu bentuk tuberkulosa paru dengan terbentuknya
granuloma. Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit dengan ukuran
kurang lebih sama kelihatan seperti biji “Milet” (sejenis gandum) berdiameter 1-2 mm.
(Adwin, 2008).
Tuberkulosis Milier adalah jenis tuberculosis yang bervariasi dari infeksi
kronis, progresif lambat sehingga penyakit fulminan akut, ini disebabkan oleh
penyebaran hematogen atau limfogen dari bahan kaseosa terinfeksi kedalam aliran
darah dan mengenai banyak organ dengan tuberkel-tuberkel mirip benih padi.
(Diane, 2000 ).
B. ETIOLOGI
Diperkirakan Tuberkulosis Milier yang terjadi pada orang dewasa
merupakan komplikasi infeksi primer atau TB primer dan TB kronis atau TB post
primer ( Crofton ,2002 :114 ).
1. Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang
belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi
saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup
sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak
dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di
dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe
disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh
(imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-
kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita
Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun
akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis
pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala TBC Milier timbul perlahan-lahan dan sifatnya tidak spesifik.
Umumnya Tuberkulosis Milier terjadi dalam waktu 1 tahun setelah infeksi primer.
Adapun gejala TBC Milier berupa: febris, letargi, keringat malam, nafsu makan
berkurang dan berat badan menurun. Febris yang bersifat turun naik sampai 40 0C dan
berlangsung lama.
Menurut Somantri (2008 : 61) secara umum manifestasi klinis pada penderita
tuberkulosis paru:
1) Demam : Sub febris-febris (400 – 410C) hilang timbul
2) Batuk : Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulent ( menghasilkan sputum ).
3) Sesak nafas : Terjadi bila sudah lanjut dimana
infiltrasi radang sampai setengah paru.
4) Malaise : Ditemukan berupa anoreksia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam hari.
D. PATOFISIOLOGI
Infeksi awal karena seorang menghirup basil Mycobacterium.
tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang
biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks
serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2 sampai
10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi Mycobacterium. tuberculosis dan sistem
kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang
disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikelilingi olah makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk
menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon
tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang
selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing
caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif. Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun
tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah
dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak
aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi
sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronchus.
Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan
parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-120 hari). Daerah yang akan mengalami nekrosis dan
menyebar ke limfa hematogen lama kelamaan akan menyebabkan Tuberculosis Milier
(Mukty, 2000).
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium darah rutin laju endapan darah (LED) normal atau meningkat
2) Foto thorax posterior anterior (PA) menunjukkan adanya gambar badai salju,
bercak granuler milier pada kedua lapangan paru
3) Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA) untuk memastikan diagnosis TBC
milier
4) Pemeriksaan cairan cerebrospinal untuk menunjukkan TBC milier disertai dengan
meningitis.
5) Pemeriksaan biopsi untuk menunjukkan granuloma pada paru
G. KOMPLIKASI
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, diantaranya :
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, faringitis.
2. Komplikasi lanjut :
• Obstruksi jalan nafas, seperti SOPT ( Sindrom Obstruksi Pasca
Tubercolosis)
• Kerusakan parenkim berat, seperti SOPT atau fibrosis paru, Cor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, ARDS.
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu
a. Fase intensif (2-3 bulan) :
Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif membelah
sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat yang bersifat
bakterisidal. Selama fase intensif yang biasanya terdiri dari 4 obat, terjadi
pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang infeksi
menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan
sputum BTA positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan. Menurut
The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society, fase awal
diberikan selama 2 bulan yaitu INH 5 mg/kgBB, Rifampisin 10 mg/kgBB,
Pirazinamid 35 mg/kgBB dan Etambutol 15 mg/kgBB.
b. Fase lanjutan (4-7 bulan).
Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu
yang lebih panjang. Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat selama
fase lanjutan akan mengurangi resiko terjadinya resistensi selektif. Menurut
The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society fase
lanjutan selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis
paru dan ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien dengan
resistensi terhadap INH.
Pada pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya resistensi.
Paduan pengobatan ulang terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat
untuk fase lanjutan. Selama fase awal sekurang-kurangnya 2 di antara obat
yang diberikan haruslah yang masih efektif.
Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes
RI, 2004).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
2. Fisiologi
a. Struktur Sistem Pernafasan
1) Saluran pernafasan atas
Fungsinya adalah menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara
yang dihirup. Terdiri dari :hidung, faring, laring, epiglottis
2) Saluran Pernafasan bawah
Fungsi adalah menghangatkan udara, membersihkan mukuosa cilliary,
memproduksi surfactant. Terdiri dari : trachea, bronchus, paru.
4. Nilai-Nilai Normal
Parameter Nilai normal
Tidal Volume (TV) 500 cc
Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml
Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml
Volume Residu 1200 ml
Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml
Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml
Kapasitas Vital 4600 ml
Kapasitas Total Paru 5800 ml
5. Jenis Gangguan
a) Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan. Penyebab terjadinya hipoksia :
gangguan pernafasan
gangguan peredaran darah
gangguan sistem metabolism
gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
b) Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi
elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang
berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi →
menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan. Tanda dan
gejala :
pusing
nyeri kepala
henti jantung
koma
Ketidakseimbangan elektrolit
c) Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat
terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek
samping dari beberapa obat. Tanda dan gejala:
Napas pendek
Nyeri dada
Sakit kepala ringan
Pusing dan penglihatan kabur
d) Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang
sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung
kongestif, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun
pathologis.
Fisiologis :
orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
pada anak-anak yang sedang tidur
pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis :
gagal jantung
pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
e) Kussmaul’s ( hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per
menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
f) Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
g) Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan
gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit
usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yang pernah dialami.
Pernah mengalami perubahan pola perrnafasan
Pernah mengalami batuk dengan sputum
Pernah mengalami nyeri dada
Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala2 diatas
b. Riwayat penyakit pernafasan
Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
Bagaimana frekuensi setiap kejadian
c. Gaya Hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis (karena
hipoksia)
b. Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor
c. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan
mulut
d. Dada
Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafsan)
Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernafasan)
Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
Suara nafas tidak normal
Bunyi perkusi ( resonansi
e. Pola pernafasan
pernafasan normal
pernafasan cepat
pernafasan lambat
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret/
banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan nafas.
L. RENCANA KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bengkong Laut
Tanggal Masuk : 21 /11/2019
No Register : 04 33 41
Ruangan Kamar : Mawar 1
Golongan Darah : AB+
Tanggal Pengakajian : 22/11/2019
Diagnosa Medis : TB Milier
2. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. H
Hubungan Dengan Pasien : Suami
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bengkong Laut
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
KELUHAN UTAMA :
Klien mengeluh batuk lebih 1 bulan, demam, sesak nafas sejak sore 20/11/19,
klien mengatakan baru keluar 5 hari lalu dari rumah sakit post partum. Klien
mengatakan demam naik turun. Klien tampak sesak nafas, klien tampak pucat .
Saat Pengkajian
Pada saat pengkajian Jumat,22 November 2019 didapatkan bahwa pasien
mengatakan sesak (+)3 hari yang lalu, sesak meningkat saat beraktivitas, pusing (+),
pasien tampak pucat (+), batuk berdahak (+), pasien tampak kelelahan, TTV: tekanan
darah 110/73mmHg, pernafasan : 28x/i, Nadi : 103x/i, Spo2: 95%, Suhu: 37,3°C
5. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Ket :
Laki-laki : Klien :
Perempuan :
2. Cairan
1. Jenis cairan ( oral dan
parenteral ) Air mineral,teh dan susu Air mineral
2. Frekunsi 8 x sehari 9 x sehari
3. Jumlah cairan habis/24 jam 1 botol air besar ( 1.500) / cc 900 / cc
3 Pola Eliminasi
BAB (Buang Air Besar)
1. Frekuens 1. 2 1. 1 – 2 x/hari
i x/hari 2. Lunak
2. Konsiste 2. Lunak 3. Kuning- coklat
nsis feses 3. Kunin 4. Khas
3. Warna g 5. Tidak
4. Bau 4. Khas
5. Kesulita 5. Tidak 1. 3 x/hari
n BAB 2. Sedikit-sedikit
BAK (Buang Air Kecil) 1. 5 x/hari 3. Sedikit
1. Frekuensi 2. Banyak kemerahan/kecoklatan
2. Jumlah 3. Kuning jernih 4. Khas
3. Warna 4. Khas 5. Tidak
4. Bau 5. Tidak
5. Kesulitan BAK
Rumus :
IWL= (15xBB) = … cc
Balance cairan = cairam
masuk – cairan keluar –
IWL = … cc
4 POLA TIDUR-ISTIRAHAT
1. Tidur siang 1. Jarang tidur 1. Jam 13:00s/d 15:15
tidak nyaman setelah
tidur
2. Tidur malam 2. Jam 22;00s/d05:00 2. Jam 23:00s/d 06:00
nyaman setelah tidur tidak nyaman setelah
tidur
b. Mata
Visus : …….....ka / ………ki;
Lapang pandang : normal
Inspeksi : bentuk simmetris
Konjunctiva = anemis
Palpebra = normal
Pupil = reaksi thd cahaya isokoor
Tanda peradangan : -
Fungsi penglihatan : baik
Penggunaan alat bantu : ya / tidak
c. Hidung
Inspeksi : Bentuk :simetris
Warna : normal
Perdarahan : -
Palpasi : Nyeri tekan : -
e. Telinga
Inspeksi : normal
Bentuk : normal
Warna : normal
Posisi : Sejajar
Perdarahan : - , massa : -
Serumen : - , warna : -
Aroma :-
Palpasi : Nyeri : -
Gg pendengaran : - ; Alat bantu dengar : -
f. Leher
Inspeksi/ Palpasi : normal
Kekakuan :-
JVD :-
Deviasi trakea :-
Pembesaran kelj.Tyroid : -
Pembesaran kelj.limfe :-
Nyeri :-
3) Dada/ Thorax
Inspeksi :
Bentuk dada : normal
Warna kulit dada : normal
Kondisi kulit dada : intake
Ekspansi dinding dada : simetris
Tanda peradangan :-
Otot bantu nafas : retraksi interostae : + , retraksi suprasternal : +
Palpasi :
Massa abnormal : - , ket : mobilisasi / terfiksasi ; ukuran : -
Krepitasi :- ;
Nyeri tekan : - ; edema : - ; emfisema sub cutis : -
Letak ictus cordis : ICS 5 Mid klavikula
Taktil fremitus : terasa bagian bawah paru, pada bagian atas -
Auskultasi:
JANTUNG
Aortic : ……………… Tricuspidal : ................................
Pulmonal : ....................... Mitral : .............................................
BJ abnormal :-
PARU :
Suara nafas : abnormal, ket : di daerah superior paru
Jenis suara nafas normal yang ditemukan:
Rhonki : +, Crakles : +
Perkusi :
JANTUNG
Pekak
Batas jantung : normal
PARU
Sonor
5) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : normal
Bayangan vena abnormal (caput medussae) : -
Kondisi kulit : normal
Palpasi : Penegangan dinding abdomen : -
Edema : -
Nyeri tekan : -
Massa abnormal : -
Auskultasi: Bising usus : + ,
Perkusi : tympani
6) Genetalia
Inspeksi & Palpasi (wanita) :
Perineum : nyeri
Labia mayora : simetris / bersih /nyeri
Labia minora : simetris / bersih / nyeri
Orificium urethra : normal
Canal inguinal : normal
8) Ekstremitas
Kontraktur : -
Deformitas: -
Edema : -
Nyeri / nyeri tekan : -
Kekuatan otot : normal
9) Kulit & Kuku
Kulit : Warna : normal
Tekstur : lembut
Jaringan parut : -
Turgor : lembab, Suhu (akral) : hangat
Kuku : Warna : kemerahan, Cappilary Refill Time (CRT) : < 3 detik
Bentuk : normal
B. ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH
S:
Pasien mengatakan sesak sejak 3 hari Proses peradangan Bersihan Jalan Nafas
yang lalu ,sesak meningkat saat ↓
beraktivitas, pasien mengatakan pusing Produksi secret berlebih
dan batuk, pasien mengatakan demam ↓
O: Secret sulit di keluarkan
Pasien tampak pucat
Pasien tampak kelelahan
Pasien tampak batuk berdahak
Pasien tampak sesak, terpasang O2
Nassal Canul 4 liter
TD: 110/73 mmHg, S: 37,3°C, N:
103x/i, RR: 28x/i, Spo2: 95%
Pemeriksaan Laboratorium
HGB : 9,1 g/dl
RBC : 3,28 10^6/ul
HCT :29,5 %
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas b/d produksi secret berlebih dan secret sulit dikeluarkan
D. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.S
NO. RM : 04-33-41
Ruang rawat : Mawar 1/ISO
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S
NO. RM : 04-33-41
Ruang rawat : Mawar 1/ ISO
Catatan Perkembangan
Hari/ NO Jam
IMPLEMENTASI EVALUASI Ttd.
Tanggal Dx. Kep Tindakan
Sabtu , 3 memposisikan S:
November pasien untuk Pasien mengatakan
2019 memaksimalkan sesak, kepala
ventilasi pusing, mual dan
mengeluarkan payudara terasa
sekret dengan sakit,batuk
batuk atau berdahak
suction O:
mengauskultasi Pasien tampak
suara nafas, catat pucat dan
adanya suara berbaring, pasien
tambahan tampak lemas
Minggu, memposisikan S:
24November pasien untuk Pasien mengatakan
2019 memaksimalkan sakit kepala, merasa
ventilasi demam, sesak,
mengeluarkan O:
sekret dengan Pasien tampak
batuk atau duduk
suction Pasien tampak
mengauskultasi pucat dan lemah
suara nafas, catat Pasien tampak
adanya suara menunduk
tambahan Pasein tampak
Berkolaborasi S: 37,5°C
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA