Anda di halaman 1dari 12

A.

PERAN PERAWAT PADA FASE PRE-OPERATIF

1. Pengkajian Praoperatif di klinik/per telepon


a. melakukan pengkajian perioperatif awal
b. merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
c. melibatkan keluarga dalam wawancara
d. memastikan kelengkapan pemeriksaan perioperatif
e. mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pascaoperatif.
2. Unit Bedah
a. melengkapi pengkajian praoperatif
b. mengkoordinasi penyuluhan pasien dengan staf keperawatan lain
c. menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan
terjadi
d. membuat rencana asuhan.
3. Ruang Operatif
a. mengkaji tingkat kesadaran pasien
b. menelaah lembar observasi pasien
c. mengidentifikasi pasien
d. memastikan daerah pembedahan.
4. Perencanaan
a. menentukan rencana asuhan
b. mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai.
5. Dukungan Psikologis
a. menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi
b. menentukan status psikologis
c. memberikan peringatan akan stimuli nyeri
d. mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang
berkaitan.
B. PENGKAJIAN FISIK UMUM

Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis secara
luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh terhadap klien,
dan berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat diantisipasi atau
diidentifikasi dengan dibandingkan pada data dasar.
1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia
a. mengukur tinggi dan berat badan
b. mengukur lipat kulit trisep
c. mengukur lingkar lengan atas
d. mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
e. kadar elektrolit darah
f. asupan makanan pre-operatif
Keadaan khusus :
a. Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah teknik
dan mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
b. Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan tremens
delirium.
2. Status Pernafasan
a. berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan
b. latihan nafas dan penggunaan spirometer intensi
c. pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
d. riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.
3. Status Kardiovaskuler
a. penyakit kardiovaskuler
b. kebiasaan merubah posisi secara mendadak
c. riwayat immobilisasi berkepanjangan
d. hipotensi atau hipoksia
e. kelebihan cairan/darah
f. tanda-tanda vital
g. riwayat perdarahan.
4. Fungsi Hepatik dan Ginjal
a. kelainan hepar
b. riwayat penyakit hepar
c. status asam basa dan metabolisme
d. riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.
5. Fungsi Endokrin
a. riwayat penyakit diabetes
b. kadar gula darah
c. riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)
6. Fungsi Imunologi
a. kaji adanya alergi
b. riwayat transfusi darah
c. riwayat asthma bronchial
d. terapi kortikosteroid
e. riwayat transplantasi ginjal
f. terapi radiasi
g. kemoterapi
h. penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
i. suhu tubuh.
7. Sistem Integumen
a. keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia
b. warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
b. alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur
mandibula, radiasi pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
a. Perawatan mulut oleh pasien.
8. Terapi Medikasi Sebelumnya
a. obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya
b. kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
c. diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
d. fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
e. antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek
hipotensif anesthesia
f. tranqulizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
g. insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
h. antibiotik : paralysis system pernafasan.
9. Pertimbangan Gerontologi
a. penyakit kronis
b. ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)
c. fungsi jantung
d. fungsi ginjal
e. aktivitas gastrointestinal
f. dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
g. keterbatasan sensori penglihatan
h. penurunan sensitivitas sentuhan
i. riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
j. arthritis
k. keadaan mulut (gigi palsu)
l. kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu
tubuh
m. penyakit pribadi

C. FAKTOR-FAKTOR RESIKO UNTUK SEGALA PROSEDUR PEMBEDAHAN


1. Faktor-faktor Sistemik
a. hipovolemia
b. dehidrasi atau ketidakseimbangan elektroli
c. defisit nutrisi
d. usia tua
e. BB ekstrim
f. Infeksi dan sepsis
g. Kondisi toksik
h. Abnormalitas imunologi
2. Penyakit Paru
a. penyakit obstruktif
b. kelainan restriktif
c. infeksi pernafasan
3. Penyakit Saluran Perkemihan dan Ginjal
a. penurunan fungsi ginjal
b. infeksi saluran perkemihan
c. obstruksi
4. Kehamilan
a. Hilangnya cadangan fisiologis maternal
5. Penyakit Kardiovaskuler
a. penyakit arteri koroner
b. gagal jantung
c. disritmia
d. hipertensi
e. katub jantung prostetik
f. treomboembolisme
g. diatesis hemoragik
h. penyakit serebrovaskuler
6. Disfungsi Endokrin
a. Diabetes Mellitus
b. kelainan adrenal
c. malfungsi tiroid
7. Penyakit Hepatik
a. Sirosis
b. Hepatitis
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Data laboratorium memberikan petunjuk yang bermanfaat untuk mengkaji status klinik
pasien dan potensial risiko infeksi. Meskipuntidak dapat digunakan tanpa referansi dari
data klinik yang lain, hasil pemeriksaan laboratorium dapat memberikan petunjuk
penting untuk menentukan tindakan keperawatan perioperatif. Adapun pemeriksaan
laboratorium yang perlu dilakukan sebelum tindakan pembedahan adalah :
Hematokrit BJ urin
Hemoglobin AGD
Trombosit Leukosit atau sel darah putih
Albumin Gamma globulin
Elektrolit darahantibodi serum terhadap HIV HbSAg
Gula darah Golongan darah
Selain itu hasil pemeriksaan radiologis seperti rontgen foto, USG abdomen, USG
ginjal, MRI, BNO-IVP, dll yang terkait dengan prosedur pembedahan atau kasus, harus
pula disertakan.

E. KLASIFIKASI STATUS FISIK UNTUK ANESTHESIA SEBELUM


PEMBEDAHAN
(ASA : American Society of Anesthesiology)
1. Baik : tidak ada penyakit organic, tidak ada gangguan sistemik
Contoh : hernia tidak terkomplikasi, fraktur
2. Cukup : gangguan sistemik ringan sampai sedang
Contoh : penyakit jantung ringan, diabetes ringan
3. Buruk : gangguan sistemik berat
Contoh : diabetes dengan kontrol yang buruk, komplikasi pulmonary, penyakit
jantung sedang
4. Serius : penyakit sistemik yang mengancam jiwa
Contoh : penyakit ginjal berat, penyakit jantung berat
5. Moribund : kans bertahan hidup kecil tetapi pengiriman ke ruang operasi harus
dilakukan
Contoh : ruptur aneurisme abdomen dengan syok hebat, embolus pulmonary massif
6. Kedaruratan : semua dari yang telah disebutkan di atas ketika pembedahan
dilakukan dalam suatu situasi kedaruratan
Contoh : Hernia tidak terkomplikasi yang menjadi strangulata dan berkaitan
dengan mual muntah.

F. KLASIFIKASI PROSEDUR OPERASI


KATEGORI DEFINISI KARAKTERISTIK
INTERVENSI BEDAH
Operasi bersih Kontaminasi endogen Saluran nafas, cerna, dan GU
(ex : herniorrafi) minimal; luka tidak terinfeksi tidak dimasuki, tidak melanggar
Non traumatic, tidak teknik aseptic, penutupan utama,
terinfeksi, tidak ada inflamasi. tidak ada drain (beberapa institusi
membolehkan penggunaan
penghisapan luka tertutup untuk
operasi bersih)

Operasi bersih Kontaminasi bakteri dapat Vagina dan orofaring dimasuki.


terkontaminasi terjadi dari sumber endogen Melanggar teknik aseptic. Luka
(ex : appendiktomi) Saluran nafas, cerna dan GU dapat berair.
dimasuki tanpa percikan yang
berarti (atau urin atau empedu
terinfeksi, untuk traktus GU
dan pohon biliaris).
Operasi Kontaminasi telah terjadi Percikan dari traktus GI; urin atau
terkontaminasi empedu terinfeksi (pada prosedur
(ex : perbaikan traktus GU atau biliaris). Luka
trauma baru, terbuka) terbuka traumatic yang baru;
inflamasi non purulen akut
ditemui. Melanggar teknik aseptic.

Operasi kotor dan Luka traumatic lama (lebih dari 12


terinfeksi Dijumpai infeksi, jaringan jam). Luka terinfeksi, viscera
(ex : drainase abses) mati, atau kontaminasi mungkin mengalami perforasi.
mikroba
G. FORMULIR KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Formulir keperawatan perioperatif apapun bentuknya sesuai dengan ketentuan masing-


masing pelayanan kesehatan/rumah sakit (seperti yang sudah dicontohkan pada
halaman sebelumnya), harus mengandung hal-hal sebagai berikut :
1. pengkajian dan perancanaan yang terus menerus selama periode perawatan
perioperatif
2. identifikasi semua partisipan yang memberikan perawatan dan nama mereka, gelar,
dan kewenangan mereka
3. pemeriksaan awal saat kedatangan di unit perawatan perioperatif (tingkat
kesadaran, status emosional, dan fisik)
4. integritas kulit pasien secara menyeluruh saat masuk dan keluar dari unit perawatan
perioperatif
5. ada atau tidaknya alat bantu komunikasi (alat bantu dengar, alat bantu vokal) dan
protese (lensa kontak, gigi palsu, wig). Jika alat-alat ini menyertai pasien ke dalam
kamar operasi, penempatannya harus dicatat
6. alat-alat pemberi posisi dan alat-alat tambahan yang digunakan selama operasi
(papan lengan, pengikat pengaman, penahan ekstremitas, matras berbentuk telur)
7. area pemasangan bantalan bedah listrik, tipe unit bedah listrik, nomor seri unit, dan
tempatnya
8. kategori klasifikasi luka, sehingga perawat dapat mengidentifikasi pasien beresiko
tinggi terhadap infeksi, dan dapat mengambil tindakan pengamanan yang tepat
9. penempatan lead EKG atau alat-alat elektronik lainnya (Doppler, EEG)
10. area penempatan unit termia, nomor seri unit, waktu pencatatan dan suhu
11. obat-obatan yang diberikan selama operasi
12. penghitungan alat-alat bedah dan hasilnya
13. pemasangan manset torniquet, waktu pemasangan dan pelepasan, tekanan torniquet
14. pemasangan semua drain, tampon, balutan dan kateter
15. implan prostetik, pabrik, nomor, tipe, ukuran
16. pemberian anesthesia lokal
17. larutan persiapan tempat operasi, kondisi kulit sebelum dan setelah pemakaian
larutan
18. pemeriksaan diagnostik selama intraoperatif
19. keluaran urine dan perkiraan darah yang hilang
20. jenis spesimen dan pengirimannya
21. waktu penyelesaian operasi, keluarnya pasien, status pasien dan alat pemindahan
yang digunakan
22. instruksi post-op

H. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosis keperawatan pre-operatif mayor klien
bedah dapat mencakup :
1. Cemas, berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi, nyeri) dan hasil akhir
dari pembedahan
2. Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol pre-operatif dan harapan
pasca-operatif
3. Takut

I. PERENCANAAN dan IMPLEMENTASI


Tujuan utama asuhan keperawatan pre-operatif pada klien bedah dapat meliputi :
menghilangkan ansietas pre-operatif dan peningkatan pengetahuan tentang persiapan
pre-operatif dan harapan pasca-operatif.
A. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Menurunkan ansietas pre-operatif
b. Penyuluhan klien (lihat “Persiapan Operasi jangka panjang : latihan nafas
dalam, batuk dan relaksasi, perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif, kontrol
dan medikasi nyeri, dan kontrol kognitif)
c. Persiapan operasi segera
d. Berikan dorongan untuk pengungkapan. Dengarkan, pahami klien dan berikan
informasi yang membantu menyingkirkan kekhawatiran klien
e. Libatkan peran dari keluarga atau sahabat klien, sepanjang masih
memungkinkan
f. Dorong klien untuk mengekspresikan ketakutan atau kekhawatiran tentang
pembedahan yang akan dihadapinya
g. Pertahankan komunikasi terbuka dengan klien
h. Bantu klien untuk mendapatkan bantuan spiritual yang klien inginkan
i. Persiapan nutrisi dan cairan
j. Persiapan intestinal
k. Persiapan kulit pre-operatif
l. Medikasi pre-anesthesia
m. Lengkapi catatan pre-operatif
n. Transportasi ke ruang bedah (OK)
o. Membantu keluarga klien melewati pengalaman bedah klien*

Membantu keluarga klien melewati pengalaman bedah klien :


Kebanyakan rumah sakit dan pusat-pusat pembedahan mempunyai ruang
tunggu khusus dimana keluarga dapat menunggu selama klien sedang menjalani
pembedahan. Ruangan ini mungkin dilengkapi dengan kursi yang nyaman, televisi,
telepon dan fasilitas-fasilitas untuk refreshing ringan. Setelah pembedahan, ahli bedah
dapat menemui keluarga di ruang tunggu dan mendiskusikan hasil dari operasi.
Keluarga seharusnya tidak menilai keseriusan operasi dengan lamanya waktu
klien berada di ruang operasi. Klien mungkin dalam pembedahan lebih lama daripada
waktu operasi yang aktual untuk beberapa alasan :
a. Sudah menjadi kebiasaan untuk mengirim klien lebih dahulu dari waktu operasi
yang sesungguhnya
b. Ahli anesthesi sering membuat persiapan tambahan yang dapat memerlukan waktu
sekitar 30 – 60 menit
c. Kadang-kadang dokter bedah memerlukan waktu lebih lama dari yang diperkirakan
dengan kasus yang ada, yang memperlambat mulainya prosedur pembedahan
berikutnya
d. Setelah pembedahan, klien dibawa ke ruang unit pasca anesthesi (ruang pemulihan)
untuk memastikan tidak adanya keadaan kedaruratan akibat anesthesi.
b. Bagi keluarga/sahabat yang menunggu klien selama pembedahan, dapat
diinformasikan bahwa mungkin setelah pembedahan, pada klien dapat terpasang
peralatan tertentu ketika kembali ke ruangan (mis : IV-line, kateter urine, botol
penghisap, drain, selang oksigen, peralatan pemantau dan jalur transfusi darah).

Bagaimanapun, temuan pembedahan dan prognosisnya, bahkan ketika hasil


pembedahannya memuaskan, hal ini merupakan tanggung jawab ahli bedah dan bukan
prerogatif atau tanggung jawab perawat.

J. EVALUASI
Banyak institusi menggunakan catatan medis yang berorientasi pada masalah (POMR).
Dokumentasi POMR memuat masalah pasien dan luas masalah yang sudah
teratasi.sistem POMR mencakup catatan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya
yang diberi nomor dan label dalam urutan angka.
Konsep POMR telah dikembangkan menjadi catatan SOAP atau SOAPIE (Groah,
1983) :
1. Subjektif : status kesehatan pasien, apa yang ia pikirkan dan rasakan tentang
masalah kesehatannya
2. Objektif : temuan fisik dan laboratorium serta observasi pasien
3. Pengkajian : rumusan diagnosis keperawatan, masalah klien, hasil yang diharapkan
dan kriteria evaluasi
4. Perencanaan : aktivitas-aktivitas yang diperlukan pasien untuk mencapai tujuan
5. Implementasi : aktivitas keperawatan yang dilaksanakan
6. Evaluasi : sejauhmana pasien mencapai tujuan yang psesifik.

Evaluasi umum pre-operatif :


1. Ansietas dikurangi :
a. Mendiskusikan kekhawatiran yang berkaitan dengan tipe anesthesia dan induksi
dengan ahli anesthesia
b. Mengungkapkan suatu pemahaman tentang medikasi pra anesthesi dan
anesthesi umum
c. Mendiskusikan kekhawatiran saat-saat terakhir dengan perawat atau dokter
d. Mendiskusikan masalah-masalah finansial dengan pekerja sosial, bila
diperlukan
e. Meminta kunjungan petugas rohani, bila diperlukan
f. Benar-benar rileks setelah dikunjungi oleh anggota tim kesehatan
2. Menyiapkan klien terhadap intervensi pembedahan :
a. Ikut serta dalam persiapan pre-operatif
b. Menunjukkan dan menggambarkan latihan yang diperkirakan akan dilakukan
klien setelah operasi
c. Menelaah informasi tentang perawatan pasca-operatif
d. Menerima medikasi pra-anesthesi
e. Tetap berada di tempat tidur
b. Relaks selama transformasi ke unit operasi
c. Menyebutkan rasional penggunaan pagar tempat tidur.

Anda mungkin juga menyukai