Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

HUBUNGAN TEKANAN DARAH DENGAN FUNGSI KOGNITIF


PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS PERAWATAN TANAH
TINGGI KOTA BINJAI
TAHUN 2021

Oleh
MEYLANI
170204046

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tekanan darah tinggi/hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang
dapat mengakibatkan penyakit cerebrovaskuler, gagal jantung congestive, stroke,
penyakit jantung coroner dan penyakit ginjal yang memiliki angka morbiditas dan
mortalitas Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama karena bisa
menyebabkan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK), stroke, gagal
jantung dan meningkatkan peluang terjadinya penyakit ginjal dan kardiovaskuler
serta gangguan sistem saraf dan retinopati (T edjasukmana, 2012).

Hipertensi merupakan The silent killer sehingga pengobatannya sering kali terlambat
( fitrianto et al, 2014). Berdasarkan laporan WHO, dari 50 % penderita hipertensi
yang diketahui 25 % di antaranya mendapat pengobatan, tetapi hanya 12,5 % di
antaranya di obati dengan baik ( WHO,2012).

Presentasi penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di daerah berkembang.
Data global status report noncommunicable desease tahun 2010 dari WHO
menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang memiliki hipertensi, sedangkan
negara maju hanya 35 %. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita
hipertensi sebanyak 46%. Sementara kawasan amerika sebanyak 35%, 36% terjadi
pada orang dewasa menderita hipertensi (candra, 2013).

Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya.
Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi Menurut
Khancit Tahun 2011, WHO mencatat ada satu miliar orang terkena hipertensi. Di
Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32% pada 2008 dengan kisaran usia
diatas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7% , sedangkan 39,2% adalah
wanita (Candra, 2013).

Di Indonesia jumlah jumlah penderita hipertensi sebanyak 70 juta orang (28%), tetapi
hanya 24 % diantaranya merupakan hipertensi terkontrol. Pravelensi hipertensi pada
populasi dewasa di Negara maju sebesar 35 % dan di Negara berkembang sebesar 40
%. Pravelensi hipertensi pada orang dewasa adalah 6-15% (Departemen kesehatan
RI, 2019)

Saat ini hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 di Indonesia setelah stroke
dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari total kematian pada semua umur. Hasil
RIKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 menunjukan prevalensi hipertensi
pada umur ≥18 tahun secara nasional mencapai 26,5%. Persentase hipertensi pada
individu yang overweight dan obesitas sebesar 24,5% dan 27,5%, jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mempunyai berat badan normal 12,5%(Ilma,
2015).

Angka kejadian hipertensi di provinsi sumatera utara mencapai 6.7 % dari jumlah
penduduk di sumatera utera, berdasarkan data badan litbangkes kementerian
kesehatan. Ini berarti bahwa jumlah penduduk sumatera utara yang menderita
hipertensi mencapai 12,42 juta jiwa tersebar di beberapa abupaten ( kementerian
kesehatan RI, 2014 )

Hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup seperti aktivitas fisik kurang, kebiasaan
merokok, konsumsi alcohol berlebih, serta asupan sodium tinggi, sedangkan asupan
sayur dan buah rendah. Penyempitan pembuluh darah di otak dapat disebabkan oleh
thrombus yang akan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di otak. Penyempitan
pembuluh darah di otak dapat menimbulkan penyakit Cardio Vaskuler Disease
(CVD) (Prakoso, Agusman,& Sonhaji, 2014).

Hipertensi yang tidak terkontrol akan menjadi berbagai faktor resiko pada penyakit
yang mengancam jiwa, sebagai akibat lanjut: akan mengganggu fungsi kehidupan
sehari-hari dari penderita. Salah satu komplikasi hipertensi pada sistem saraf pusat
selain stroke juga dapat menyebabkan penurunan kognitif, salah satunya fungsi
memori yang dibiarkan secara kronis dapat menyebabkan dementia (vascular
cognitive impairment) (Hamidah, 2011).

Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara
formal dan nonformal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi kognitif iniakan
menyebabkan gangguan fungsi social, pekerjaan dan aktivitas seseorang. Sepuluh
persen dari orang tua yang berumur 65 tahun dan lima puluh persen dari mereka yang
lebih tua dari 85 tahun memiliki kerusakan kognitif (Rosita, 2012).

Hipertensi di usia pertengahan dikaitkan dengan mild cognitive impairment dan


peningkatan resiko dimensia, sebaliknya hipertensi di usia lanjut dengan penurunan
resiko dimensia. Selain itu telah diamati bahwa tekanan darah mulai turun 3 tahun
sebelum dimensia didiagnosis dan terus menurun penderita AD. Bisa ditafsirkan
bahwa tekanan darah tinggi di pertengahan meningkatkan resiko dimensia di
kemudian hari, sedangkan tekanan darah di usia lanjut dikaitkan dengan proses
penuaan dan neuropatologi yang menyertainya. Perbedaan resiko tersebut dapat
karena tingginya tekanan sistolik di usia pertengahan akan meningkatkan resiko
Aterosklerosis, meningkatkan resiko jumlah lesi iskemik substansia alba, juga
meningkatkan jumlah plak neuretik dan tangles di neokorteks dan hipokampus serta
meningkatkan atrofi hipokampus dan amigdala. Masing-masing kelainan tersebut
dapat berpengaruh negatife terhadap fungsi kognitif. Sebaliknya, rendanya tekanan
darah dapat di asosiasikan dengan peningkatan risiko gangguan kognitif dan dimensia
karena perubahan neurodegeneratif akibat hipoperfusi otak (Wreksoatmodjo, 2014).

Menurut penelitian (Dayamaes Tahun 2015) terdapat 12,3 % mengalami gangguan


kognitif yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Di Indonesia, Kementrian
Kesehatan (KEMENKES, 2012) menyatakan bahwa prevalensi penderita hipertensi
yang mengalami penurunan kognitif sebesar 7-9%. Pasien dengan riwayat hipertensi
dengan menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE) sebesar 42,50%,
sedangkan dengan menggunakan Clock Drawing Test (CDT) didapatkan gangguan
kognitif sebesar 47,50% (Watulingas, Kembuan, & Karema, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh (Tarukbua, Tumewah, & P.S, 2016) telah
mengungkapkan bahwa hipertensi jangka panjang dapat menyebabkan penurunan
fungsi kognitif, yang akan mengganggu kualitas hidup penderita. Tetapi tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif.

Berdasarkan survey pendahuluan pada bulan april 2021 di puskesmas perawatan


tanah tinggi kota binjai. Bulan november 2020 sampai bulan maret 2021. Di dapatkan
data pasien hipertensi dengan hipertensi pada bulan November 90 kasus, bulan
desember sebanyak 130 kasus, bulan januari 112 kasus, bulan februari 80 kasus,
bulan maret 121 kasus.
Dari hasil wawancara yang di lakukan peneliti 2 orang yang berusia 37 dan 40 tahun
mengatakan sering kepikunan atau menjadi seorang pelupa, 5 orang sulit dalam
berorientasi, dan 3 sering mengulangi pembicaraan apabila sedang bercerita.

Dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
hubungan tekanan darah dengan fungsi kognitif pada pasien hipertensi di Puskesmas
Perawatan Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah
Menurut latar belakang diatas, maka penulis berminat untuk meneliti tentang
“Hubungan Tekanan Darah Dengan Fungsi Kognitif Pada Pasien Hipertensi Di
Puskesmas Perawatan Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2021”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan Tekanan Darah Dengan Fungsi Kognitif Pada
Pasien Hipertensi Di Puskesmas Perawatan Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2021

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas perawatan
tanah tinggi kota binjai tahun 2021
b. Untuk mengatahui fungsi kognitif pasien hipertensi di Puskesmas perawatan
tanah tinggi kota binjai tahun 2021

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam
mengaplikasikan Ilmu pengetahuan yang dimiliki.
2. Bagi perawat puskesmas
Penelitian ini di harapkan sebagai informasi dan bahan masukan bagi tempat
penelitian sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya
pada penderita hipertensi.

3. Bagi institusi pendidikan


Sebagai tambahan informasi akademik tentang hubungan tekanan darah dengan
fungsi kognitif pada pasien hipertensi untuk kegiatan belajar mengajar atau
sebagai sumber pengetahuan keperawatan medical bedah.

4. Bagi Pasien Hipertensi


Sebagai pegetahuan pasien hipertensi tentang hubungan tekanan darah dengan
fungsi kognitif pada pasien hipertensi melalui petugas kesehatan di puskesmas
perawatan tanah tinggi sehingga masyarakat lebih berhati-hati dalam menjaga
kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai