A. KONSEP COVID 19
1. Pengertian COVID 19
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen yang termasuk dalam ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dalam dua subkeluarga yang
dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat
genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan
gamma coronavirus (Burhan, dkk 2020). Struktur coronavirus seperti
kubus dengan protein S yang berlokasi di permukaan virus. Coronavirus
bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan yang mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56 oC
selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik,
formalin, oxidizing agent dan kloroform. Sedangkan penggunaan
klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus (Wang, dalam
Yuliana 2020).
Infeksi virus corona yang disebut COVID-19 pertama kali ditemukan
di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular
dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. COVID 19
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus bernama SARS-
CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS- CoV). SARS CoV2 adalah virus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia dan
menyebabkan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus. Pengurutan genetika virus
ini mengindikasikan bahwa virus ini berjenis betacoronavirus yang terkait
erat dengan virus SARS (WHO, 2020).
2. Etiologi
Secara umum, virus corona memiliki sampul yang melingkupi materi
genetik, yang terdapat berbagai protein dengan berbagai fungsi, salah
satunya berikatan dengan reseptor membran sel. Hal inilah yang membuat
virus dapat mudah masuk ke dalam sel tubuh. Struktur virus menyerupai
mahkota atau crown sehingga dinamai virus corona atau coronanvirus.
Coronavirus adalah kelompok besar virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan dan manusia. Beberapa penyakit-penyakit pada
manusia yang ditimbulkan virus dari keluarga coronavirus adalah
selesma, Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS), dan penyakit yang dinyatakan pandemi
tertanggal 11 Maret 2020 oleh WHO, Coronavirus Disease 19 (COVID-
19).
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO menyebutkan ditemukannya
kasus kategori pneumonia yang belum diketahui penyebabnya di Wuhan,
China. Hari ke hari jumlah kasus meningkat hingga akhirnya WHO
menetapkan kasus ini sebagai Public Health Emergency of International
Concern/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(PHEIC/KKMMD). Di tanggal 12 Februari 2020, nama COVID-19 resmi
digunakan untuk penyakit baru ini dengan virus penyebabnya disebut
SARS-CoV-2.
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini
masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) pada
2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International
Committee on Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2.
3. Manifestasi Klinis COVID-19
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas,
mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia,
pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus
tergolong ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak
6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu ≥ 38 oC) yang
lebih dari 40% demam pasien memiliki suhu puncak antara 38,1-39 oC dan
34% suhu pasien lebih dari 39oC, batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu
dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari
pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan
secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik
yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam
beberapa hari. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan
sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal (Yuliana dalam
PDPI, 2020).
Berdasarkan kondisi pasien, gejala yang muncul dapat dikategorikan
sebagai berikut, gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi
akut saluran napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam,
fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri
tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan
suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan
diare dan muntah. Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai
dengan demam, ditambah salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan
>30x/menit (2) distres pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93%
tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala
yang atipikal.
Perjalanan penyakit dimulai den gan masa inkubasi yang lamanya
sekitar 3-14 hari (median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit
masih normal atau sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase
berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah, diduga
terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE2 seperti paru-paru,
saluran cerna dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan.
Serangan kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah timbul gejala
awal. Pada saat ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru
memburuk, limfosit menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan
mulai terjadi hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi
makin tak terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS,
sepsis, dan komplikasi lainnya (Susilo dkk, 2020).
4. Cara Penularan
Virus corona ditularkan antara manusia dan hewan (zoonis) karena
mengalami spillover. Spillover ini dapat terjadi karena berbagai faktor,
misalnya mutasi atau peningkatan kontak antara manusia dengan hewan
yang memiliki virus corona. Pada mulanya SARS ditularkan kucing
luwak dan MERS ditularkan unta. Saat ini, kelelawar diduga sebagai
hewan yang berperan menjadi sumber penularan dan trenggiling menjadi
reservoir sementara SARS-CoV-2. Pada beberapa minggu pertama,
wabah COVID- 19 diketahui berasosiasi dengan pasar makanan laut yang
menjual hewan hidup di Wuhan karena semua pasien saat itu memiliki
riwayat bekerja atau mengunjungi pasar tersebut.
Selain zoonis, penyakit ini juga menular antar manusia. Penyebaran
SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama
sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. COVID-19 menular melalui
droplet (yang keluar ketika batuk, bersin, atau menghembuskan napas)
dan kontak erat, berbeda dengan tuberkulosis yang menular melalui udara
atau airbone.
Virus yang keluar bersama droplet menempel di permukaan benda.
Orang lain dapat tertular COVID-19 bila menyentuh mata, hidung, atau
mulut dengan tangan yang telah berkontak benda dengan droplet yang
mengandung virus. Virus dapat bertahan di lingkungan sekitar tiga jam
hingga beberapa hari (pada tembaga hingga 4 hari, hingga 24 jam pada
papan kardus, serta hingga 2-3 hari pada plastik dan stainless steel.
Droplet yang dikeluarkan ketika batuk atau bersin dapat menempel pada
benda berjarak satu meter. Oleh karena itu, penting untuk menjaga jarak
satu meter satu sama lain.
Penulisan lain menemukan bahwa virus ini ditemukan pula pada feses
sehingga diduga berpotensi sebagai salah satu rute transmisi. Selain itu,
pada biopsi sel epitel rektum, duodenum, dan gaster ditemukan bukti
infeksi SARS-CoV-2. Lebih lanjut, ditemukan 23% pasien yang virusnya
masih terdeteksi dari sampel feses padahal sudah tidak terdeteksi pada
sampel saluran napas.
5. Patofisiologi
Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi,
sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonatik
yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan
liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk
penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang
merupakan host yang biasa ditemukan untuk coronavirus. Coronavirus
pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute
respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) (Yuliana, dalam PDPI, 2020).
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya.
Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari coronavirus
setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan
dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada
dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies
host-nya serta penentu tropisnya (Yuliana, dalam Wang 2020). Pada studi
SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim
ACE-2. ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring,
paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa,
hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel eritrosit usus halus, sel
endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selnajutnya
translasi replikasi gen dari RNA denom virus. Selanjutnya replikasi dan
transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari
kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis
virus (Yuliana, Fehr 2015).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian
bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya).
Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi
peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh
beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa
inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (Yuliana, PDPI
2020).
Periode inkubasi adalah waktu antara pertama kali terkena virus
hingga pertama kali gejala muncul. Periode inkubasi COVID-19
berlangsung 1-14 hari, biasanya sekitar lima hari. Gejala yang muncul
dapat berupa demam,
batuk nonproduktif, sesak, mialgia, dan lemas. Pada pemeriksaan
penunjang dapat ditemukan jumlah leukosit normal atau leukopenia daan
bukti radiologis yang mengarah ke pneumonia (Findyartini dkk, 2020).
Gambar 1. Skema perjalanan penyakit COVID-19, diadaptasi dari berbagai sumber (Susilo dkk, 2020)
a. Data subjektif
1) Dispnea
2) Pusing
3) Penglihatan kabur
b. Data Objektif
1) PCO2 meningkat/menurun
2) PO2 menurun
3) Takikardia
4) pH arteri meningkat/menurun
5) Bunyi napas tambahan
6) Sianosis
7) Diaforesis
8) Gelisah
9) Napas cuping hidung
10) Pola napas abnormal (cepat/lambat, reguler/ireguler,
dalam/dangkal)
11) Warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan)
12) Kesadaran menurun
3. Perencanaan
Rencana Keperawatan dengan gangguan pertukaran gas (SIKI, 2018):
a. Monitor bunyi napas
Rasional : untuk menilai adanya wheezing akibat inflamasi dan
penyempitan jalan napas, dan/atau ronki basah akibat adanya
penumpukan cairan di interstisial atau alveolus paru
b. Monitor kecepatan aliran oksigen
Rasional : untuk memastikan ketetapan dosis pemberian oksigen
c. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Rasional: untuk mengidentifikasi terjadinya iritasi mukosa akibat
aliran oksigen
d. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, AGD)
Rasional : karena SpO2ꜜ, PO2ꜜ, & PCO2ꜛ, dapat terjadi akibat
peningkatan sekresi paru dan keletihan respirasi
e. Monitor rontgen dada
Rasional : untuk melihat adanya peningkatan densitas pada area paru
yang menunjukkan terjadinya pneumonia
f. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Rasional : mengetahui adekuat oksigen yang ada dalam tubuh pasien
g. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
h. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
Rasional : untuk menghilangkan obstruksi pada jalan napas dan
meningkatkan ventilasi
i. Berikan oksigen
Rasional : untuk mempertahankan oksigenasi adekuat. Dimulai 5
L/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil, dan ≥92-
95% pada pasien hamil
j. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
Rasional : seperti high flow casal canulla (HFNC) atau noninvasive
mechanical ventilation (NIV) pada pasien ARDS atau efusi paru luas
k. Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian oksigen
Rasional : kekooperation pasien terhadap terapi
oksigen
l. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Rasional : untuk memperjelas pemberian terapi oksigen sesuai kondisi
dan kebutuhan pasien
4. Evaluasi
Luaran keperawatan COVID-19, (SLKI, 2019) :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Dalam 24 jam, bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria : batuk
efektif meningkat, sputum menurun, wheezing menurun.
b. Gangguan pertukaran gas
Dalam 2-4 jam, pertukaran gas meningkat dengan kriteria : RR 12-20
kali/menit, SpO2 ≥90%, PaO2 >80mmHg, PaCO2 35-45 mmHg, pH
7.35-7.45, ronki menurun
c. Ansietas
Dalam 24 jam, tingkat ansietas menurun dengan kriteria : perasaan
bingung menurun, perasaan kuatir menurun, gelisah menurun, tegang
menurun
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Muhammad. 2020. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan COVID 19. Di
akses 6 April 2020, pukul 15.00.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) : Konsep,
Proses dan Praktik Keperawatan. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Burhan, Erlianan dkk. 2020. Corona Virus Disease 2019. https://jurnalrespirologi.org.
Diakses pada 7 April 2020 pukul 13.00.
Center for Tropical Medicine. 2020. Buku Saku Desa Tangguh COVID 19.
Universitas Gajah Mada.
Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. 2016. Modul Pembelajaran : Pemenuhan Kebutuhan
Oksigen. ISBN: 978-602-743125-6-0. https://ners.unair.ac.id. diakses pada 6
April 2020 pukul 16.00.
Findyartini, Ardi dkk. 2020. BRP Tanggap Pandemi COVID 19. Medical Education
Unit FKUI.
KKN RRC. 2020. Panduan Menghadapi Penyakit Virus Corona 2019 Model RRC.
https://www.persi.or.id/images/2020/data/panduan_covid19_modelrrc.pdf.
Diakses 9 April 2020, pukul 13.00.
PDPI. 2020. Pneumonia COVID 19 (Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia).
PDPI.
Puspitasari, Dewi dkk. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Pilar Utama
Mandiri: Jakarta.
Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Herikurniawan, dkk.
Coronavirus disease 2019: Review of current literatures. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia. 2020;7(1):45–67.
Wang. 2020 dalam Yuliana. 2020. Corona Virus Diasese (COVID 19); Sebuah
Tinjauan Literatur. https://wellness.journalpress.id. diakses pada 6 April
2020 pukul 15.30.
WHO. 2020. Tatalaksana Klinis Infeksi Saluran Pernapasan Akut (SARI) Suspek
Penyakit COVID 19. https://www.who.int/docs/default-
source/searo/indonesia/covid19 /tatalaksana-klinis-suspek-penyakit-covid-
1935867f18 642845f1a1b8fa0a0081e fcb.pdf?sfv rsn=abae3a22_2. Di akses 7
April 2020, pukul 15.45.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnosis. DPP PPNI : Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. DPP PPNI : Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. DPP PPNI : Jakarta.