Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu


mengambil O2 dari udara luar dan mengeluarkan CO2 dari badan ke udara luar.
Bilamana paru berfungsi secara normal, tekanan parsial O 2 dan CO2 di dalam darah
akan dipertahankan seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman


(pH), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan
untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen kedalam sirkulasi
darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO 2,
PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2.

Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan
penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam
basanya. Manfaat dari pemeriksaan analisa gas darah tersebut bergantung pada
kemampuan dokter untuk menginterpretasi hasilnya secara tepat. Di Indonesia hampir
50% penyakit dalam dilakukan AGD (Analisa Gas Darah) untuk mendapatkan data
penunjang. Pada tahun 2007 banyaknya penderita demam berdarah menambah
catatan penderita penyakit dalam yang dilakukan AGD (Analisa Gas Darah).

Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang


penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama
penderita penyakit paru. Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk
menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan
penyakit setelah mendapat terapi.
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan
pasien-pasian penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga
2

pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah
arteri. Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan
asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar biokarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara
luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat
yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil
berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu
diagnosa hanya dari penelitian analisa gas darah dan keseimbangan asam-basa saja,
kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya. Gas darah memberikan informasi tentang oksigenasi,
homeostasis CO2, dan keseimbangan asam basa, dan karena itu merupakan alat
terpenting yang digunakan dalam mengevaluasi adekuasi fungsi paru.

Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD), cara pengambilan sampel darah
arteri harus diperhatikan, sebab pada pengambilan darah arteri resiko komplikasi lebih
berbahaya daripada pengambilan darah vena (venipuncture) maupun skinpuncture.
Oleh sebab itu seorang analis (plebotomis) harus mengerti tentang pengertian analisa
gas darah, indikasi pemeriksaan gas darah, metode pemeriksaan analisa gas darah, dan
interpretasi analisa gas darah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam makalah ini, di bahas beberapa
rumusan masalah, sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari analisa gas darah ?
2. Apakah tujuan dilakukan pemeriksaan gad darah ?
3. Bagaimana cara pengambilan sampel guna dilakukannya pemeriksaan gas darah
?
4. Komponen apa saja yang diperiksa dalam analisa gas darah ?
5. Apakah indikasi dilakukannya analisa gas darah ?
6. Apa saja gangguan keseimbangan asam basa ?
3

7. Bagaimana cara tubuh melakukan kompensasi terhadap gangguan


keseimbangan asam-basa ?
8. Bagaimana cara pemeriksaan analisa gas darah ?
9. Bagaimana langkah – langkah menilai gas darah ?
10. Apa saja factor yang mempengaruhi pemeriksaan analisa gas darah ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari analisa gas darah.


2. Untuk mengetahui tujuan dari dilakukkanya analisa gas darah.
3. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel untuk analisa gas darah.
4. Untuk mengetahui komponen apa saja yang diperiksa dalam analisa gas darah.
5. Untuk mengetahui indikasi dilakukannya analisa gas darah.
6. Untuk mengetahui gangguan keseimbangan asam basa.
7. Untuk mengetahui cara tubuh melakukan kompensasi terhadap gangguan
keseimbangan asam-basa.
8. Untuk mengetahui cara pemeriksaan analisa gas darah.
9. Untuk mengetahui langkah – langkah dalam menilai gas darah.
10. Untuk mengetahui factor – factor yang mempengaruhi pemeriksaan analisa gas
daraH

BAB II
4

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisa Gas Darah

Pemeriksaan AGD (Astrup) adalah pemeriksaan beberapa gas yang terlarut


dalam darah arteri, bertujuan untuk mengetahui keseimbangan asam basa, kadar
oksigen, kadar karbondioksida dan sebagainya dalam tubuh.

Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa ( BGA )
merupakan pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk
mengetahui atau mengevaluasi pertukaran Oksigen ( O2),Karbondiosida ( CO2)
dan status asam-basa dalam darah arteri.

B. Komponen Pemeriksaan Gas Darah

Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan
untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh
gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD
mencakup pH, PCO2, PO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa).

pH merupakan logaritma negative dari kosentrasi ion hydrogen di dalam


darah. pH secara terbalik menunjukkan konsentrasi ion hydrogen. Oleh karena itu,
ketika konsentrasi ion hydrogen menurun, pH akan naik, begitu pula sebaliknya. pH
normal pada darah arteri orang dewasa adalah 7,35 sampai 7,45. Dan 7,31 hingga
7,41 pada vena.

PCO2 merupakan ukuran tekanan parsial CO2 dalam darah. PCO2


menunjukkan kondisi ventilasi. Semakin cepat dan dalam klien bernapas, semakin
banyak CO2 yang dikeluarkan dan PCO2 pun akan turun. PCO2 dalam darah dan
CSF merupakan stimulus utama bagi pusat pernapasan di otak. Apabila PCO2 naik,
5

maka pernapasan akan terstimulasi. Jika PCO2 naik terlalu tinggi dan paru-paru
tidak dapat mengkompensasinya, maka akan terjadi koma. Nilai normal PCO2
dalam arteri adalah 35-45 mmHg, sedangkan dalam vena adalah 40-50 mmHg.

Kebanyakan CO2 dalam darah berbentuk HCO3- (asam bikarbonat). HCO3-


adalah ukuran dari komponen metabolic dari keseimbangan asam-basa dan diatur
oleh ginjal. Dalam ketoasidosis diabetic, HCO3- menurun karena digunakan untuk
menetralisir asam-asam diabetic dalam plasma. Nilai normal dari HCO3- dalam
darah adalah 21-28 mEq/L.

Tekanan parsial oksigen, PO2, secara tidak langsung menunjukkan nilai O2


dalam darah. PO2 menunjukkan tekanan oksigne yang larut dalam plasma. PO2
juga merupakana salah satu indicator untuk mengetahui keefektifan terapi oksigen
yang digunakan. Nilai normal dari PO2 adalah 80-100 mmHg pada arteri dan 40-50
mmHg pada vena.

Saturasi oksigen (SaO2), adalah presentasi ikatan hemoglobin (Hb) dengan


oksigen. Pada lansia nilai SaO2 ialah 95%. Sedangkan pada orang dewasa 95%
sampai 100%. Berikut merupakan nilai normal untuk analisa gas darah arteri dan
nilai abnormal dalam gangguan keseimbangan asam-basa yang tidak
terkompensasi.

Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi


ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor,
yaitumekanisme penyangga kimia, pernapasan dan ginjal. Mekanisme pernapasan
bekerja dengan menahan dalam darah atau melepas ke udara CO2 melalui
ekspirasi.

Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang
bersifat metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbonat[HCO3-] yang
6

disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (adanya


perubahan tekanan parsial CO2 yang disebabkan gangguan respirasi). Perubahan
PaCO2 dan/atau HCO3- akan menyebabkan perubahan pH darah. Asidosis (pH
turun di bawah normal) akan terjadi jika PaCO2 meningkat dan/atau bikarbonat
menurun, sedangkan alkalosis terjadi bila sebaliknya.

Asidosis ada dua macam yaitu asidosis akut dan asidosis kronik, demikian juga
halnya dengan alkalosis. Penggolongan asidosis atau alkalosis akut berdasarkan
kejadiannya belum lama dan belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi
perubahan pH darah, sedangkan kronik jika kejadiannya telah melampaui 48 jam
dan telah ada upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH.

Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan


penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa
hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, harus
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data
laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung
pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3
faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia
2. Mekansime pernafasan.
3. Mekanisme ginjaL
Tabel gas-gas darah normal dari sample arteri  dan vena campuran.

parameter Sampel arteri Sampel vena

Ph 7,35-7,45 7,32-7,38
PaCO2 35-45 mmHg 42-50 mmHg
PaO2 80-100mmHg 40 mmHg
Saturasi oksigen 95%-100% 75%
Kelebihan + atau -2 + atau -2
/kekurangan basa
HCO3 22-26 mEq/L 23-27 mEq/L
7

C. Anatomi daerah yang akan menjadi target tindakan

Dalam pemeriksaan analisa gas darah, sampel yang digunakan biasanya


darah arteri yang diambil dari beberapa pembuluh darah arteri. Berikut adalah
pembuluh darah arteri yang biasa dijadikan tempat pengambilan sampel :

1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk
fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga
apabila Allen test negatif.
2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya
bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri
diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan
menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang
dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian
jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat
terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.
8

(www.google.co.id)

Lokasi pengambilan darahnya antara lain di arteri radialis, arteri brachialis,


arteri femoralis, arteri tibialis, dan arteri dorsal pedalis. Umunya pengambilan
darah arteri dilakukan pada arteri radialis. Arteri radialis merupakan kelanjutan
dari arteri brachialis, tetapi lebih kecil dari ulnaris. Pada fossa cubitis, arteri
brachialis bercabang membentuk arteri radialis dan arteri ulnaris. Arteri ini
berada di atas tendon biseps dan letaknya berawal dari atas m. spinator
kemudian turun di sisi radialis lengan bawah, di bawah tepi m. brachioradialis
kemudian di antara tendon brachioradialis dan m.flexor carpi radialis di bagian
bawah lengan bawah.

Arteri radialis berjalan berturut-turut di atas m.supinator, m.pronator teres,


kaput radius m.flexor digitorum superfisialis, m.flexor polisis longus, dan
m.pronator kuadratus. Di pergelangan tangan arteri ini terletak di sebelah
distal radius lateral terhadap tendon flexor carpi radialis. Disinilah denyut nadi
radialis terasa paling jelas. Arteri radial itu terdiri dari tiga bagian, satu di
lengan, yang kedua di bagian belakang pergelangan tangan, dan yang ketiga di
tangan.

Arteri radialis berjalan ke belakang di bawah tendon m.abduktor polisis


longusdan m.abduktor polisis brevis memasuki snuffbox anatomis. Akhirnya
arteri ini melewati atas os.skafoid dan os.trapezium dalam snuffbox dan keluar
diantara dua kaput m.abduktor polisis membentuk arcus palmaris profunda
bersama dengan arteri ulnaris (ramus palmaris profunda). Dari sini keluar
cabang prinseps polisis menuju ibu jari dan radialis indisis menuju telunjuk.
Arcus palmaris profunda punya tiga cabang aa metacarpal palmaris yang
akhirnya bergabung dengan a digitalis palmaris comunis (dari arcus
superfisialis) yang memasok darah ke jari-jari tangan.
9

Aspek keamanan dan keselamatan (safety) yang harus diperhatikan

1. Pasien diusahakan dalam keadaan tenang dan tidak takut/gelisah dengan


posisi berbaring. Apabila pasien dalam keadaan takut/gelisah akan
menyebabkan hiperventilasi.
2. Pengambilan astrup dilakukan 20 menit setelah pemberian oksigen pada
pasien yang sedang diberi terapi oksigen dan cantumkan kadar oksigen
yang diberikan.
3. Perlu diperhatikan adanya perdarahan dan hematoma akibat pengambilan
darah terutama pada pasien yang sedang mendapat terapi antikoagulan.
4. Jika AGD dilakukan bersamaan dengan rencana pemeriksaan spirometri,
darah arteri diambil sebelum pemeriksaan spirometri dilakukan
(bertujuan untuk menentukan diagnosa gagal napas)
5. Suhu tubuh pasien waktu pengambilan darah harus dicantumkan pada
formulir permohonan pemeriksaan.

Prosedur tindakan

1. Beritahu pasien tujuan dari pengambilan darah


2. Ukur suhu tubuh pasien
3. Pasang alas/ perlak pada lokasi yang akan diambil darah
4. Pasang sarung tangan
5. Usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan telapak tangan
menghadap ke atas dan pergelangan tangan ekstensi 30 o agar jaringan
lunak terfiksasi oleh ligamen dan tulang. Bila perlu bagian bawah
pergelangan dapat diganjal dengan bantal kecil.
6. Jari pemeriksa diletakkan di atas arteri radialis (proksimal dari lipatan kulit
di pergelangan tangan) untuk meraba denyut nadi agar dapat
10

memperkirakan letak dan kedalaman pembuluh darah


7. 0,2 ml heparin diaspirasikan ke dalam spuit sehingga dasar spuit basah
oleh heparin dan kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum,
dilakukan perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dan
tidak ada gelembung udara.
8. Pastikan denyutan dari arteri terbesar kemudian dengan menggunakan
tangan kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas daerah yang akan
ditusuk dan titik maksimum denyutan ditemukan.
9. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan daerah tersebut dengan
kapas alcohol
10. Setelah dilakukan asepsis, jarum 5-10 mm ditusukkan pada daerah distal
dari jari pemeriksa yang menekan arteri ke arah proksimal. Jarum
ditusukkan membentuk sudut 30o (45o pada arteri radialis dan 90 o pada
arteri femoralis) dengan permukaan lengan dengan posisi lubang jarum/
bevel menghadap ke atas.
11. Jarum yang masuk ke dalam arteri akan menyebabkan torak semprit
terdorong oleh tekanan darah.
12. Pada pasien hipotensi, torak semprit dapat ditarik perlahan, indikasi
satu-satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya
pemompaan darah ke dalam spuit dengan kekuatan sendiri.
13. Setelah jumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml), cabut
jarum dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan penekanan
dengan jari selama 5 menit untuk mencegah keluarnya darah dari
pembuluh arteri (10 sampai 15 menit untuk pasien yang mendapat
antikoagulan)
14. Gelembung udara harus dibuang keluar spuit, lepaskan jarum dan
tempatkan penutup udara pada spuit, putar spuit diantara telapak
tangan untuk mencampurkan heparin.
15. Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es/air es atau termos
berisi air es (semprit dibungkus plastik agar air tidak masuk ke dalam
11

semprit, keadaan dingin bertujuan memperkecil terjadinya perubahan


biokimia (metabolisme sel darah), untuk selanjutnya spuit dibawa ke
laboratorium.
16. Bereskan alat
17. Lepas sarung tangan

Pengambilan darah arteri brachiali

1. Arteri brachialis letaknya lebih dalam dar arteri radialis, Pengambilannya


harus hati-hati dan memperhatikan letak syaraf, agar tidak menciderai
nervus medianus yang dekat dengan srteri brachialis.
2. Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku dihiperekstensikan
setelah meletakkan bantal/handuk di bawah siku
3. Raba denyut arteri brachialis dengan jari
4. Lakukan tindakan asepsis
5. Tusukkan jarum dengan sudut 45o dan lubang jarum menghadap ke atas,
5-10 mm dari distal jari pemeriksa yang menekan pembuluh darah
6. Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit atau sampai
perdarahan berhenti.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan tindakan

1. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin.


Rasional: untuk mencegah darah membeku.
2. Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri,
berikan anestesi lokal. Rasional: meskipun pengambilan darah arteri
menyakitkan, sebisa mungkin kenyamanan klien harus tetap terjamin.
3. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui
kepatenan arteri. Rasional: apabila tes Allen yang dilakukan negatif akan
tetapi tetap dipaksakan mengambil darah arteri lewat a. radialis, trombosis
12

dapat terjadi dan berisiko mengganggu viabilitas tangan.


4. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat
darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah 
arteri. Rasional: untuk mengetahui tindakan yang dilakukan telah tepat dan
mengurangi risiko salah diagnosis.
5. Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah
tercampur rata dan tidak membeku. Rasional: jika terjadi pembekuan maka
tidak akan didapatkan hasil yang diharapkan dari pemeriksaan AGD yang
dilakukan.
6. Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih
deras daripada vena). Rasional: untuk mencegah pembentukan hematoma.
7. Keluarkan  udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup
ujung jarum dengan karet atau gabus. Rasional: udara bebas dapat
mempengaruhi nilai O2 pada AGD arteri.
8. Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil. Rasional: untuk
mengetahui apakah klien mengalami demam atau tidak. Apabila terdapat
demam dapat mengindikasi adanya infeksi patogen.
9. Penusukan tepat pada arteri ditandai dengan darah yang keluar berwarna
segar dan memancar.
10. Spesimen dimasukkan ke dalam kantong es bila tempat pemeriksaan jauh.
Rasional: suhu yang rendah menurunkan metabolism sel darah yang
mungkin merubah nilai pH, PCO2, PO2 dan HCO3-.
11. Daerah/lokasi pengambilan darah arteri harus bergantian. Rasional:
mencegah kerusakan pembuluh arteri karena seringnya insersi di tempat
yang sama.
12. Hindarkan pengambilan darah pada arteri femoralis. Rasional: arteri
femoralis terletak sangat dalam di bawah kulit dan arteri femoralis
merupakan salah satu pembuluh arteri utama yang memperdarahi
ekstremitas bawah.
13. Hindari melakukan aspirasi yang bertujuan untuk mengeluarkan udara
13

pada spuit yang berisi darah. Rasional: udara bebas dapat mempengaruhi
nilai O2 pada AGD arteri.
14. Segera kirim ke laboratorium
15. Nilai normal hasil analisi gas darah arteri

Hal-hal penting yang harus dicatat setelah tindakan (dokumentasi)

1. Nama pasien
2. Usia
3. Keterangan klien menggunakan alat bantu oksigenasi atau tidak
4. Waktu dilakukannya prosedur.
5. Jenis pemeriksaan yang dilakukan
6. Keadaan kulit (kemerahan, perdarahan berlebihan)
7. Ruangan
8. Suhu tubuh pasien

D. Tujuan dan Manfaat Analisa Gas Darah

Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang


memberikan oksigen ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-
paru dan ginjal yang berinteraksi untuk menjaga pH darah normal
(keseimbangan asam-basa). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk menilai
penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi
paru-paru, dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi
pernapasan). Selain itu, komponen asam-basa dari uji tes dapat memberikan
informasi tentang fungsi ginjal.Adapun tujuan lain dari dilakukannya
pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :

1. Menilai fungsi respirasi (ventilasi)


14

2. Menilai kapasitas oksigenasi


3. Menilai keseimbangan asam-basa
4. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.

6. Untuk mengetahui kadar CO2dalam tubuh

7. Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik
yang lain.

Adapun manfaat pada pemeriksaan analisa gas darah yaitu untuk


menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti
perjalanan penyakit setelah mendapat terapi,serta mengkaji gangguan
keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau
gangguan metabolic dalam tubuh. Analisa Gas Darah tidak perlu dilakukan apabila:

1. Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya


2. Mengikuti prosedurpemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi
3. Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan
4. Komplikasi yang timbul >>daripada hasil AGD yang diharapkan

E. Indikasi Analisa Gas Darah

Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :

1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik


Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun
reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan
emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.

2. Pasien dengan edema pulmo


15

Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan


yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai
gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan
pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan
bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk
sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-
pasien.

Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang


berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic
pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai
non-cardiogenic pulmonary edema.

3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)


ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel
alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan
pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah
pada kolaps alveolar . Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru-
paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas
residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).

4. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan
(Santoso, 2005).
16

5. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan
penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga
dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau
secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
alkohol.

6. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat
tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh
darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak
dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi
jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali
menyebabkan kematian pada pasien.
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi
sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi
yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem
jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi
sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh
karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).

8. Resusitasi cardiac arrest


Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan
17

yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam


ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur
jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab
lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax.
Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-
organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,
termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas
normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani
dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika
cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ
yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.

F. Kontra Indikasi Analisa Gas Darah

1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin &
Hippe, 2010).
2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap
dipaksa untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis,
maka akan terjadi thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer
pada tempat yang akan diperiksa
4. 4.Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan
denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi
relatif.

G. Gangguan asam basa


18

1. Gangguann asam-basa sederhana


Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan
dengan memakai persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-
Hasselbach.
Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa
harus 20:1 agar pH dapat dipertahankan dalam batas normal. Persamaan
ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk mengubah bikarbonat basa
melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah PaCO 2 
(tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH
adalah 7, 35- 7,45.
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan
gangguan asam dan basa. Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan
hasil analisa gas darah membutuhkan pendekatan yang sistematis.
Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis, sedangkan
peningkatan keasaman (pH) > 7,45  disebut alkalosis. Jika gangguan asam
basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO 2) maka disebut
asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan
oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut
gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu
komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan
keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa
campuran.

2. Gangguan Keseimbangan Asam


Basa Pada Pasien Kritis
Beberapa kelainan pada AGD dapat digunakan sebagai marker resiko
kematian pada pasien-pasien kritis. Diantaranya adalah terjadinya asidosis
laktat, BE yang tinggi, asidosis hiperkloremik, efek asidosis terhadap
sistem imun, dan SIG yang tinggi.
Sebagian besar pasien-pasien trauma menderita asidosis laktat akibat
19

hipovolemia atau hipoperfusi. Perbaikan asidosis laktat berkorelasi


dengan survival pasien berdasarkan hubungan waktu. Keadaan asidosis
laktat yang persisten, meskipun telah terjadi perbaikan tanda vital,
berhubungan dengan resiko infeksi dan kematian.
Kadar BE yang tinggi dapat menjadi prognosis yang buruk bagi pasien-
pasien, namun hal tersebut tergantung pada jenis penyakit atau trauma
pasien. BE lebih memiliki nilai prognostik pada pasien-pasien dengan
cedera kepala. Selain itu, jumlah SIG juga memiliki nilai prognostik pada
pasien-pasien kritis. Dikatakan nilai SIG >5 pada pasien yang
membutuhkan resusitasi atau >2 pada pasien asidosis metabolik adalah
prediktif untuk mortalitas.
Kondisi hiperkloremik diketahui dapat menyebabkan disfungsi renal
dan gangguan pembekuan darah. Asidosis diduga dapat menstimulasi sel
T-protein kinase sehingga memperparah reaksi peradangan pada pasien
kritis.

3. Gangguan asam basa primer dan


terkompensasi:
a. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang
diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
b. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan
perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2
di mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan
ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal
karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi.
Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya
alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
c. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal
akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2
disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade
20

neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang


tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti
pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan
gangguan elektrolit berat.
d. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas
normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang
memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan
bikarbonat.
e. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH
7,30--7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan
ventilasi.
f. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal
melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan
tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya
pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
g. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak
adekuat serta pH lebih dari 7,50.
h. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60
mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat
i. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia
yang ada sehingga normal.
j. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat
meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini
berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of
prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti
konsumsi dan distribusi oksigen.

H. Langkah-langkah Menilai Gas Darah

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevalusi nilai


21

gas darah arteri. Langkah-langkah ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai rata-
rata adalah:
Ph=7.4
PaCO2=40 mmHg
HCO3=24 mEq/L
1. Pertama-tama,perhatikan pH, pH dapat tinggi, rendah atau normal sebagai
berikut :
pH > 7.4 (alkolisis)
pH < 7.4 (asidosis )
pH = 7.4 (normal)
pH normal dapat menunjukan gas darah yang benar-benar normal atau
pH yang normal ini mungkin suatu indikasi ketidakseimbangan yang
terkompensasi. Ketidakseimbangan yang terkompensasi adalah suatu
ketidakseimbangan di mana tubuh sudah mampu memperbaiki pH,
contohnya, seorang pasien dengan asidosis metabolik primer dimulai
dengan kadar bikarbonat yang rendah tetapi dengan kadar karbondioksida
yang normal. Segera sesudah itu paru-paru mencoba mengkompensasi
ketidakseimbangan dengan mengeluarkan sejumlah besar karbondioksida
(hiperventilasi).

2. Langkah berikut adalah untuk menentukan penyebab primer gangguan. Hal


ini dilakukan dengan mengevaluasi  PaCO2 dan  HCO3 dalam hubunganya
dengan pH.
a. pH > 7.4 (alkolisis)
1) jika  PaCO2 < 40 mmHg.gangguan primer adalah alkolisis
respiratorik(situasi ini timbul jika pasien mengalami
hiperventilasi dan blow’s off terlalu bnayak karbon dioksida.ingat
kembali jika karbondioksida terlarut dalam air menjadi asam
karbonik bagian asam dari sistem buffer asam karbonik
bikarbonat).
22

2) jika HCO3 > 24 meq/L ,gangguan primer adalah alkolisis


metabolik(situasi ini timbul jika tubuh memperoleh terlalu
banyak bikarbonat,subtansi  alkali bikarbonat  dalah basa atau
bagian alkali dari sisitem buffer asam karbonik-bikarbonat).

b. pH < 7.4 (asidosis)


1) jika PaCO2 > 40 mmHg ,gangguan utama adalah asidosis
respiratorik.(situasi  ini timbul jika pasien mengalami hipoventilasi
dan karenanya menahan terlalu  banyak karbondioksida suatu
substansi asam)
2) jika HCO3 < 24 meq/L,gangguan primer dalah asidosis metabolik
(situasi ini timbul jika kadar bikarbonat tubuh turun baik karena
kehilangan langsung bikarbonat atau bikarbonat atau karena
penambahan asam seperti asam laktat atau keton)

3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah


terjadi. Hal ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer.Jjika
nilai ini bergerak ke arah yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang
berjalan pertimbangkan gas-gas berikut ini:

                 pH                     PaCO2                               HCO3


                7.20                    60mmHg                          24 mmHg
                7.40                    60mmHg                          37mmHg

4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan


asam basa campuran)
Bagian yang pertama (1) menunjukkan asidosis respiratorik akut tanpa
kompensasi  (PaCO2  tinggi   HCO3 normal), bagian yang kedua (2) 
menunjukkan asidosis respiratorik kronik perhatikan bahwa kompensasi
sudah untuk menyeimbangkan PaCO2 yang tinggi dan menghasilkan suatu
23

pH yang normal.         

I. Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Analisa Gas Darah

1. Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam
sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila
tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan
meningkat.
2. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung.
Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2,
sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH
dihambat oleh keasaman heparin.
3. Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan
hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO 2. Oleh karena itu,
sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika
sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin
beberapa jam.
4. Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan
tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO 2. Nilai pH
darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai
PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi.
Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang
penting pada nilai oksigenasi darah.
24

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu
mengambil O2 dari udara luar dan mengeluarkan CO2 di dalam dari badan ke udara
luar. Bilamana paru berfungsi secara normal, tekanan parsial O 2 dan CO2 di dalam
darah akan dipertahankanseimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh..

Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang


penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama
penderita penyakit paru. Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk
menegakkan diagnosis, menentukan terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan
penyakit setelah mendapat terapi.

Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan
untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh
gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD
mencakup pH, PCO2, PO2, SO2, HCO3 dan BE (base excesses/kelebihan basa).

Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :


1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2. Pasien dengan edema pulmo
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Pasien syok
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
25

8. Resusitasi cardiac arrest


Dalam tubuh manusia nilai normal pH berkisar antara 7,35 – 7,45. Disebut
nilai normal pada tubuh karena pada kisaran pH tersebutlah segala proses
dalam tubuh manusia bisa berjalan dengan normal. Agar pH bisa dipertahankan
tetap dalam kisaran normal maka keseimbangan asam basa dalam darah perlu
dikendalikan dengan akurat karena perubahan yang sangat kecilpun dapat
memberikan efek yang serius pada organ atau sistem.
Ada 3 mekanisme dalam tubuh kita yang berperan mengendalikan
keseimbangan asam basa.
1. Ginjal .
2. Penyangga (buffer) pH dalam darah .
3. Pembuangan CO2. P

Bila terjadi kelainan pada satu atau lebih dari ketiga mekanisme tersebut
maka pH darah akan bergeser dan keluar dari nilai normal menjadi asidosis
atau alkalosis. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik dan
respiratorik, tergantung pada penyebab utamanya. Kelainan pH metabolik
disebabkan oleh ketidakimbangan pembentukan dan pembuangan asam dan
basa oleh ginjal, sedang kelainan pH respiratorik disebabkan oleh gangguan di
paru atau saluran napas.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevalusi
nilai gas darah arteri.
1. Pertama-tama,perhatikan pH,
2. Menentukan penyebab primer gangguan.
3. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan
asam basa campuran).
4. Menentukan apakah kompensasi telah terjadi.
5. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan
asam basa campuran).
26

Anda mungkin juga menyukai