Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORPSI


“DAMPAK KORUPSI TERHADAP ASPEK POLITIK DAN
DEMOKRASI”

Dosen Pengampuh
Siti Sholikhah, S.Keb.Bd.,M.Kes

Oleh :
Moh. Syamsudin Hasan (171610005)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
LAMONGAN
2019
MAKALAH
PENDIDIKAN ANTI KORPSI
“DAMPAK KORUPSI TERHADAP ASPEK POLITIK DAN
DEMOKRASI”

Dosen Pengampuh
Siti Sholikhah, S.Keb.Bd.,M.Kes

Oleh :
Moh. Syamsudin Hasan (171610005)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
LAMONGAN
2019

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………..i


Daftar Isi ……………………….…………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………...1
1.2 Rumusan masalah …………………………..……………………………2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Demokrasi …………..……..............…..………..4
2.2 Konsep,Model Dan Nilai Demokrasi ……......……….………………….5
2.3 Pengertian Politik Dan Simtem Politk ….…………….........……..……...9
2.4 Macam-macam Sistem Politik ……………………….…..………..……10
2.5 Fungsi Sistem Politik ………………………….…..……..………..……11
2.6 Dampak Korupsi Terhadap Sistem Politik Dan Demokrasi …..…..……15
BAB III PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..…………….……………………………………………...20
5.2 Saran ..……………...........……………………………………………...20
Daftar Pustaka ……………………………………………………………...21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami Pasang Surut.
Indonesia telah mengalami beberapa pergantian sistem pemerintahan, hal ini
bertujuan untuk menyusun suatu sistim pemerintahan dimana kepemimpinan
cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi serta notion Building,
dengan partisipasi rakyat seraya menghindari timbulnya ditaktor, apakah ini
bersifat perorangan, partai atau militer.
Menurut Arendt Lijphart model demokrasi itu ada dua macam yaitu
model demokrasi Westminster dan model demokrasi Konsensus. Kedua model
demokrasi ini bisa menghasilkan pemerintahan presidensial, sistem
pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan semi presidensial.
Menurut Mirriam Budiarjo di lihat dari perkembangan demokrasi sejarah
Indonesia dapat dibagi dalam tiga masa, yaitu:
a. Masa Republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi (konstitusionil) yang
menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai dan yang karena itu
dapat dinamakan demokrasi parlementer.
b. Masa Republik Indonesia II, yaitu masa Demokrasi Terpimpin dalam
banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusionil yang secara
formil merupakan landasannya, dan menunjukkan beberapa aspek
demokrasi rakyat.
c. Masa Republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi pancasila yang
merupakan demokrasi konstitusionil yang menonjolkan sistem presidensiil.
Pada Masa sistem parlementer (model demokrasi konsensus) yang
berdasarkan UUD 1949 dan 1950, kurang cocok untuk Indonesia , karena
umumnya kabinet dalam masa pra-pemilihan umum yang diadakan dalam
tahun 1955 tidak dapat bertahan lebih lama dari rata-rata, delapan bulan, dan
hal ini menghambat perkembangan ekonomi dan politik oleh karena
pemerintah tidak mendapat kesempatan untuk melaksanakan programnya.

1
Pada masa demokrasi terpimpin mempunyai ciri dominasi presiden, hal
ini dapat dilihat ketetapan MPRS No.III/1963 yang mengangkat Sukarno
sebagai presiden seumur hidup telah membataskan waktu lima tahun ini yang
ditentukan oleh undang-undang dasar. Pada tahun 1960 Sukarno sebagai
presiden membubarkan DPR hasil pemilihan umum, padahal penjelasan
Undang-Undang Dasar 1945 secara eksplisit ditentukan bahwa presiden tidak
mempunyai wewenang berbuat demikan.
Pada masa Orde Baru saya melihat kekuasaan eksekutif begitu kuat
sehingga pada masa ini Suharto menjadi penguasa yang otoriter, hal ini terlihat
lemahnya peranan Dewan Perwakilan Rakyat pada waktu itu sebagai lembaga
legeslatif yang tidak bisa menandingi dominasi badan eksekutif.
Pada masa Reformasi ini kita melihat perimbangan kekuatan antara
eksekutif dan legeslatif, menurut saya mungkin terjadi perpaduan sistem
parlementer dan presidensial di Indonesia. Menurut mantan Ketua DPR Akbar
Tandjung sistem pemerintahan saat ini mengarah ke sistem parlementer karena
Presiden mengakomodasi kekuatan dari lembaga lain, seperti yang sering
terjadi pada sistem parlementer. Sehingga menimbulkan pertanyaan model
demokrasi seperti apa yang cocok untuk Indonesia? Untuk itu kami tertarik
mengangkat tema ini untuk diulas lebih lanjut mengenai demokrasi dan sistem
politik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah sejarah perkembangan demokrasi?
2. Apa sajakah konsep, model, dan nilai demokrasi?
3. Apa saja macam-macam sistem politik ?
4. Bagaimana Fungsi sistem politik ?
5. Apa saja dampak kurupsi terhadap sistem politk dan demokrasi?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan demokrasi
2. Untuk mengetahui konsep, model, dan nilai demokrasi

2
3. Untuk mengetahui macam-macam sistem politik
4. Untuk mengetahui Fungsi sistem politik
5. Untuk mengetahui dampak kurupsi terhadap sistem politk dan demokrasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Demokrasi


Sejarah demokrasi menurut Held membingungkan, terdapat dua fakta
historis yang penting. Pertama, hampir semua orang pada masa ini mengaku
sebagai demokrat, beragam rezim politik di dunia mendeskripsikan dirinya
sebagai demokrasi. Namun apa yang dikatakan dan diperbuat oleh rezim-rezim
tersebut sering berbeda secara substansial. Demokrasi kelihatannya
melegitimasi kehidupan politik modern, tapi pada kenyataannya tidak selalu
demikian. Dari zaman Yunani kuno hingga sekarang mayoritas teoritikus
bidang politik banyak melontarkan kritik terhadap teori dan praktik demokrasi.
Kedua, saat ini banyak negara yang menganut paham demokrasi, sejarah
lembaga politiknya mengungkap adanya kerapuhan dan kerawanan tatanan
demokrasi.
Sejarah Eropa pada abad ke-20 menggambarkan bahwa demokrasi adalah
bentuk pemerintahan yang sangat sulit untuk diwjudkan, demokrasi tela
berkembang melalui perlawanan yang intensif, dan juga sring dikorbankan
dalam perlawanan serupa. Demokrasi merupakan asas dan sistem yang paing
baik dalam sistem politik dan ketatanegaraan kiranya tidak dapat dibantah.
Sebuah laporan studi dari UNESCO pada awal 1950-an menyebutakan bahwa
idak ada satupun tanggapan yang menolak demorasi sebagai landasan dan
sistem yang paling etpat dan ideal bagi semua organisasi politik dan organisasi
modern.
Pada permulaan pertumbuhan demokrasi telah mencakup beberapa asas
dan nilai yang diwariskan kepadanya dari masa lampau, yaotu gagasan
mengenai demokrasi dari kebudayaan Yunani kuno dan gagasan mengenai
kebebasan beragama yang dihasilkan oleh perang-perang agama yang
menyusulnya. Sistem demokrasi yang terdapat di Yunani kuno abad ke-6
samapi aba ke-3 SM merupakan demokrasi langsug, yaitu dimana hak untuk

4
membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga
negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas.
Pada abad pertengahan di Eropa Barat dan Benua Eropa yang dicirikan
oleh struktur sosial yang feodal, jika dilihat dari sudut perkembangan
demokrasi abad pertengahan menghasilkan suatu dokumen penting, yaitu
Mgna Charta Piagam Besar. Sebelum abad pertengahan berakhir, pada
permulaan abad ke-16 muncul negara-negara nasional berbentuk modern, maka
Eropa Barat mengalami perubahan sosial dan kultural. Terdapat dua kejadian,
yaitu Renaissance dan Reformasi.
Dimana renaissance merupakan aliran yang menghidupkan kembali
minat kesusasteraan dan kebudayaan Yunani kuno dan membelokkan perhatian
yang tadinya semata-mata diarahkan kepada tulisan-tulisan keagamaan ke arah
soal keduniawian yang megakibatkan timbulnya pandangan baru. Kedua alirah
tersebut mempersiapkan orang Eropa Barat menyelamai masa abad pemikiran
beserta rasionalisme. Kebebasan berpikir membuka jalan untuk meluaskan
gagasan ini dibidang politik, yang menimbulkan gagasan bahwa manusia
memiliki hak-hak politik.

2.2 Konsep, Model, dan Nilai Demokrasi


Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan
pemerintahannya berasal dari rakyat. Demokrasi adalah sebuah bentuk
kekuasaan (kratein) dari, oleh, dan untuk rakyat (demos). Menurut konsep
demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan
rakyat beserta warga masyarakat didefinisikan sebagai warga negara.
Demos menyiratkan makna diskriminatif atau bukan rakyat keseluruhan,
tetapi hanya populus tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau
kesepakatan formal mengontrol akses ke sumber–sumber kekuasaan dan bisa
mengklaim kepemilikan atas hak–hak prerogratif dalam proses pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan urusan publik atau pemerintahan.
Ada dua bentuk demokrasi dalam pemerintahan negara, antara lain :

5
 Pemerintahan Monarki (monarki mutlak, monarki konstitusional, dan
monarki parlementer)
 Pemerintahan Republik : berasal dari bahasa latin, RES yang artinya
pemerintahan dan PUBLICA yang berarti rakyat. Dengan demikian dapat
diartikan sebagai pemerintahan yang dijalankan oleh dan untuk
kepentingan orang banyak.

A. Konsep Demokrasi
 Demokrasi Konstitusional
Ciri dari demokrasi konstitusional ialah gagasan bahwa pemerintahan
yang demokratis adalah pemerinthan yang terbatas kekuasaannya dan tidak
dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya.
 Demokrasi yang Berstandar atas Paham Komunis
Dalam pandang kelompok aliran ini selau bersikap ambivalen terhadap
negara. Negara dianggap sebagai suatu alat pemaksa yang akhirnya akan
lenyap sendiri dengan munculnya para komunis.
 Demokrasi Rakyat
Adalah bentuk khusu demokrasi yang memenuhi fungi diktator
proletar. Demokrasi rakyat berbeda di tiap negara sesuai dengan situasi
sosial politik setempat. Ciri demokrasi rakyat berbentuk dua yaitu yang
pertama, suatu wadah front persatuan yang merupakan landasan kerja sama
dari partai komunis dengan golangan lainnya dalam masyarakat dimana
partai komunis berperan sebagai penguasa, yang kedua penggunaan
beberapa lembaga pemerintahan dari negara yang lama.
 Demokrasi Nasional
Demokrasi nasional ialah transisi ke arah jalan non kapitalis yang
berarti perkembangan ke arah kounisme dengan tidak melalui tahap
kaptalisme, yang dapat dicapai dibawah pimpinan kaum demokrat yang
revolusioner dan tidak di bawah pimpinan kaum buruh saja.

B. Model-model Demokrasi
 Demokrasi Klasik

6
Yaitu diamana warga negara harus menikmat kesetaraan politik agar
mereka bebas memerintah dan diperintah secara bergiliran
 Republikanisme dan Protektif
Yaitu dimana partisipasi politik menjadi sebuah kondisi yang penting
bagi kebebasan pribadi, jika para warga negara tidak menguasai mereka
sendiri, mereka akan didominasi oleh yang lain.
 Republikanisme dan Perkembangan
Yaitu diamana para warga negar harus menikmati persamaan politik
dan eknomi agar tak seorang pun yang dapat menjadi penguasa bagi yang
lain dan semuanya dapat menikmati perkembangan dan kebebasan yang
sama dalam proses tekad diri bagi kebaikan bersama
 Demokrasi Protektif
Yaitu dimana para penduduk membutuhkan perlindungan dari para
pemimpin, begitu pula dari sesamanya, untuk memastikan bahwa mereka
yang memimpin melaksanakan kebajikan yang sepadan dengan
kepentingan penduduk secara keseluuhan.
 Demokrasi Developmental
Yaitu dimana partisipasi dalam kehidupan politik penting tidak hanya
bagi perlindungan kepentingan individu, naun juga pembentukan rakyat
yang tahu, mengabdi, dan berkembang.Keterlibatan politik penting bagi
peningkatan kapasitasindividuyang tertinggi dan harmonis.
 Demokrasi Langsung dan Akhir dari Politik
Pembangunan yang bebas dari semuanya hanya dapat diraih dengan
pembangunan yang bebas dari setiap orang. Kebebasan membutuhkan
berakhirnya eksploitasi dan terutama kesetaraan politik ekonomi yang
benar-benar lengkap.
 Demokras Kompetisi Elite
Yaitu dimana terdapat metode pemilihan elite politik yang terampil
dan imanjinatif yang mampu mengambil keputusan yang diperlukan dalam
legislatif dan administratif serta hambatan bagi kepemimpinan politik yang
berlebihan.
 Demokrasi Pluralisme

7
Yaitu dimana menjamin peerintahan oleh inoritas dan, dengan
demikian, kebebasan politik pengahambat tmbuhnya faksi-faksi dengan
kekuasaan berlebihan dan negara yang tidak responsif.
 Demokrasi Legal
Yaitu dimana prinsip mayoritas merupakan sebuah cara yang efektif
dan selalu diperlukan untuk menjaga individu-individu dari kesewenang-
wenangan oeerintah dan mempertahankan kebebasan.
 Demokrasi Partisipatif
Yaitu diaman sebuah hak yang sama pada kebebasan dan
pengembangan diri hanya dapat diperoleh daam sebuah masyarakat
partisipatif.
 Demokrasi Deliberatif
Yaitu dimana persyaratn kelompok politik yang dilakukan dengan
kesepakatan warga negara yang bebas dan berdasarkan pada nalar.
Kemampuan justifikasi mutual keputusan politk merupakan dasar utama
untuk mencari solusi permasalahan kolektif.

C. Nilai-nilai Demokrasi
Menurut Henry B. Mayo demokrasi didasari oleh beberapa nilai, yakni:
 Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga
 Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berbah.
 Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur
 Membatasi pemakaian kekearasan sampai minimum
 Mengakui serta menganggap wajar adanyan keanekaragaman dalam
masyarakatyang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan,
serta tingkah laku, menjamin tegaknya keadilan.
Ada 7 nilai yang terkandung dalam demokrasi, yaitu:
1. Masalah kedaulatan
2. Makna negara berbentuk republik
3. Negara Berdasar Atas Hukum
4. Pemerintahan Yang Konstitusionil

8
5. Sistem Perwakilan
6. Prinsip Musyawarah
7. Prinsip Ketuhanan

2.3 Pengertian Politik dan Sistem politik


a. Pengertian Politik
Politik berasal dari kata “polis” (negara kota), yang kemudian
berkembang menjadi kata dan pengertian dalam barbagai bahasa. Aristoteles
dalam Politics mengatakan bahwa “pengamatan pertama – tama menunjukan
kepada kita bahwa setiap polis atau negara tidak lain adalah semacam asosiasi.
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan,
dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada
dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik
biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi
kemasyarakatan.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang
mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.
b. Pengertian Sistem Politik
Sistem Politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur
dan fungsi yang bekerja dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara).
Menurut Sri Soemantri sistem politik adalah pelembagaan dari hubungan
antarmanusia yang dilembagakan dalam bermacam-macam badan politik, baik
suprastruktur politik (lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif) dan
infrastruktur politik.
Menurut Gabriel A. Almond, sistem politik merupakan organisasi
melalui mana masyarakat merumuskan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan
bersama mereka. Menurut Rober A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap
dari hubungan –hubungan antara manusia yang melibatkan sampai dengan
tingkat tertentu, control, pengaruh, kekuasaan, ataupun wewenang. Dapat
disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau

9
peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang
menunjukan suatu proses yang langsung memandang dimensi waktu
(melampaui masa kini dan masa yang akan datang).
2.4 Macam-Macam Sistem Politik
1. Komunisme
Komunisme didentifikasikan dengan model pemerintahan satu partai yang
memerintah dengan cara-cara diktator.
Contoh : RRC, dimana partai komunis memegang dan mendominasi
pemerintahan dan DPR. Dalam hal ekonomi komunisme diibaratkan
sebagai suatu masyarakat yang diorganisasikan berdasarkan prinsip-
prinsip hak milik umum atas semua alat produksi, penghapusan
total/pembatasan hak-hak perseorangan/pribadi, serta persamaan dalam
distribusi barang dan jasa untuk keperluan hidup.
2. Fasisme
Fasisme Sebagai gerakan politik, muncul di Italia setelah Perang Dunia I
dan menguasai negara itu tahun 1922 hingga 1943. Fasisme dikembangkan
oleh Mussolini dan Nazisme Hitler. Gerakan ini merupakan perkembangan
radikal dari teori negara yang telah dikembangkan dan mengatakan bahwa
pengorbanan yang diberikan individu kepadanya merupakan ikatan
substansi antara negara dan seluruh anggotanya. Pengorbanan tersebut
dipandang sebagai wujud dari tugas dan kewajiban seseorang dalam
negara. Fasisme menolak kembalinya liberalisme dengan segala macam
institusi pendukungnya. Sebaliknya, fasisme mendekati nasionalisme.
Negara menurut pandangan fasisme terlepas dan ada di atas semua
perintah moral. Kebebasan individu dibatasi untuk memberikan perhatian
sepenuhnya kepada negara.
3. Politik Liberal
Liberal berasal dari kata liberty yang artinya kebebasan. Kebebasan yang
dimaksud adalah kebebasan bertempat tinggal, kebebasan pribadi,
kebebasan untuk menentang penindasan, dan sebagainya. Jadi, liberal
adalah suatu sifat yang suka perubahan cepat, substansial, dan progresif
berdasarkan kekuatan legal untuk mencapai tujuan. Dalam banyak hal

10
liberalisme mendasarkan dari pada prinsip, bahwa setiap orang
mempunyai hak-hak tertentu yang tidak dapat .dipindahkan dan tidak
dapat dilanggar oleh kekuasaan mana pun. Hak-hak yang dimiliki oleh
setiap individu telah dibawanya sejak lahir, sedangkan fungsi negara tidak
lebih dari melindungi setiap individu dalam melaksanakan hak-hak
tersebut. Negara sama sekali tidak dibenarkan untuk ikut campur dalam
pelaksanaan hak tiap-tiap individu. Contoh negara yang menganut politik
liberal ini adalah Amerika Serikat.
2.5 Fungsi Sistem Politik
Fungsi sistem politik tidak diartikan ”social function”, tetapi lebih
diarahkan ke pengertian ” the function of goverment” ialah mengandung arti
fungsi pemerintahan, sehingga ada unsur pencapaian tujuan (Irish dan Protho
dalam Sukarna, 1979). Sebelum membahas fungsi sistem politik, terlebih
dahulu perlu diketahui empat variabel sistem politik, yaitu:
a. Kekuasaan.
Dalam sistem poltik kekuasaan bukanlah tujuan, kekuasaan merupakan
cara untuk mencapai hal-hal yang diinginkan aktor politik.
b. Kepentingan.
Kepentingan adalah tujuan yang dikejar oleh para pelaku politik.
c. Kebijaksanaan.
Hasil dari interaksi antara kekuasaan dan kepentingan. Kebijaksanaan
dalam sistem politik biasanya diwujudkan sebagai peraturan perundang-
undangan.
d. Budaya politik.
Budaya politik merupakan orientasi subyektif dari individu terhadap
sistem politik. Laboratorium Pancasila mengemukakan budaya politik
merupakan sikap politik yang khas terhadap sistem politik dengan berbagai
ragam bagiannya dan bagaimana sikap terhadap peranan warga negara dalam
sistem itu.
Berdasarkan empat variabel sistem politik, maka fungsi sistem politik
adalah sebagai berikut:
a. Kapabilitas

11
Kapabilitas suatu sistem politik adalah kemampuan sistem dalam
menjalankan fungsinya dalam rangka keberadaannya dalam lingkungan yang
lebih luas. Kantaprawira,(2006) mengemukakan bentuk kapabilitas suatu
sistem politik berupa:
1. Kapabilitas Regulatif
Kapabilitas regulatif suatu sistem politik merupakan penyelenggaraan
pengawasan terhadap tingkah laku individu dan kelompok yang ada di
dalamnya; bagaimana penempatan kekuatan yang sah (pemerintah) untuk
mengawasi tingkah laku manusia dan badan-badan lainnya yang berada di
dalamnya, semuanya merupakan ukuran kapabilitas untuk mengatur atau
mengendalikan.
2. Kapabilitas Ekstraktif
SDA dan SDM sering merupakan pokok pertama bagi kemampuan suatu
sistem politik. Berdasarkan sumber-sumber ini, sudah dapat diduga segala
kemungkinan serta tujuan apa saja yang akan diwujudkan oleh sistem politik.
Dari sudut ini, karena kapabilitas ekstraktif menyangkut soal sumber daya alam
dan tenaga manusia, sistem politik demokrasi liberal, sistem politik demokrasi
terpimpin, dan sistem politik demokrasi Pancasila tidak banyak berbeda. SDA
dan SDM Indonesia boleh dikatakan belum diolah secara otpimal. Oleh karena
masih bersifat potensial.
3. Kapabilitas Distributif
Kapabilitas ini berkaitan dengan sumber daya yang ada diolah, hasilnya
kemudian didistribusikan kembali kepada masyarakat. Distribusi barang, jasa,
kesempatan, status, dan bahkan juga kehormatan dapat diberi predikat sebagai
prestasi riil sistem politik. Distribusi ini ditujukan kepada individu maupun
semua kelompok masyarakat, seolah-olah sistem poltik itu pengelola dan
merupakan pembagi segala kesempatan, keuntungan dan manfaat bagi
masyarakat.
4. Kapabilitas Responsif
Sifat kemampuan responsif atau daya tanggap suatu sistem politik
ditentukan oleh hubungan antara input dan output. Bagi para sarjana politik,
telaahan tentang daya tanggap ini akan menghasilkan bahan-bahan untuk

12
analisis deskriptif, analisa yang bersifat menerangkan, dan bahkan analisa yang
bersifat meramalkan. Sistem politik harus selalu tanggap terhadap setiap
tekanan yang timbul dari lingkungan intra-masyarakat dan ekstra-masyarakat
berupa berbagai tuntuan.
5. Kapabilitas Simbolik.
Efektifitas mengalirnya simbol dari sistem politik terhadap lingkungan
intra dan ekstra masyarakat menentukan tingkat kapabilitas simbolik. Faktor
kharisma atau latar belakang sosial elit politik yang bersangkutan dapat
menguntungkan bagi peningkatan kapabilitas simbolik. Misalnya Ir Soekarno
Megawati, dengan keidentikan seorang pemimpin dengan tipe “panutan”
dalam mitos rakyat, misalnya terbukti dapat menstransfer kepercayaan rakyat
itu menjadi kapabilitas benar-benar riil.
6. Kapabilitas Dalam Negeri dan Internasional
Suatu sistem politik berinteraksi dengan lingkungan domestik dan
lingkungan internasional. Kapabilitas domestik suatu sistem politik sedikit
banyak juga ada pengaruhnya terhadap kapabilitas internasional. Yang
dimaksud dengan kapabilitas internasional ialah kemampuan yang memancar
dari dalam ke luar. Misalnya kebijakan sistem politik luar negeri Amerika
Serikat terhadap Israel, juga akan mempengaruhi sikap politik negara-negara di
timur tengah. Oleh karena itulah pengaruh tuntutan dan dukungan dari luar
negeri terhadap masyarakat dan mesin politik resmi, maka diolahlah
serangkaian respons untuk menghadapinya. Politik luar negeri suatu negara
banyak bergantung pada berprosesnya dua variabel, yaitu kapabilitas dalam
negeri dan kapabilitas internasional.
b. Konversi
Fungsi sistem politik konversi menggambarkan kegiatan pengolahan
input menjadi output yang formulasinya meliputi:
1) Penyampaian Tuntutan (Interest Artivculation)
2) Perangkuman Tuntutan Menjadi Alternatif Tindakan Pembuatan Aturan
(Interest Aggregation)
3) Pelaksanaan Peraturan (Regulative Implementation)
4) Menghakimi (Jugdment)

13
5). Komunikasi (Communication)
c. Pemeliharaan dan Penyesuaian (Adaptation)
Fungsi sistem politik Pemeliharaan dan penyesuaian (adaptation) adalah
menyangkut sosialiasasi dan rekrutmen yang bertujuan untuk memantapkan
bangunan struktur politik dari sistem politik (Untari, 2006). Di dalam sejarah
perjalanan pemerintahan Indonesia sejak merdeka hingga sekarang, terdapat
sistem politik berbeda-beda dari satu periode ke periode lainnya, seperti sistem
politik dan struktur politik di masa demokrasi liberal, demokrasi terpimpin
maupun demokrasi Pancasila. Sukarna (1979:28-29) mengemukakan ada dua
fungsi utama yang merupakan ciri esensial (yang perlu ada) dalam sistem
politik, ialah:
1 Perumusan kepentingan rakyat (identification of interest in the
population); dan
2 Pemilihan pemimpin atau pejabat pembuat keputusan (selection of leaders
or official decision maker).
Wahyu, 2008 mengemukakan ada beberapa fungsi sistem politik meliputi:
1 Fungsi pembuatan aturan-aturan umum dan kebijaksanaan untuk
mempertahankan ketertiban dan memenuhi tuntutan;
2 Fungsi output dari kegiatan pembuatan keputusan adalah pembuatan
peraturan (rule making), pelaksanaan peraturan (rule aplication) dan
penyelesaian konflik (rule ajudication fungction).
3 fungsi perumusan kepentingan rakyat (identification interest in the
population), dan
4 fungsi pemilihan pemimpin atau pejabat pembuat keputusan (selection of
leaders of official decision maker)
Di negara demokrasi yang penduduknya sudah maju pemilihan
pemimpin atau pejabat pembuatan keputusan di negara itu melalui proses
kompetisi atau persaingan yang berat, sehingga lebih berat bila dibandingkan
pada negara atau masyarakat feodal dan negara kediktatoran. Pemilihan
pemimpin pada masyarakar feodal atau kediktatoran dilakukan dengan cara
menjilat ke atasan. Siapa yang loyal, dekat dengan pemimpin yang lebih tinggi
dengan mudah menjadi pemimpin atau pejabat.

14
Di Indonesia, proses pemilihan pemimpin berbeda dari masa ke masa
kepemimpinan. Saat ini, seorang calon pemimpin disamping harus melalui tes
and property, juga sarat lain, misal loyalitas dan tidak pernah berbuat kriminal.
Dengan demikian sistem politik di Indonesia adalah suatu sistem politik yang
berlaku atau sebagaimana adanya di Indonesia, baik seluruh proses yang utuh
maupun hanya sebagian saja; Sistem politik Indonesia dikatagorikan dan
berfungsi sebagai mekanisme yang sesuai dengan dasar negara, ketentuan
konstitusional maupun juga memperhitungkan lingkungan masyarakat secara
riil (Kantaprawira, 2006).
2.6 Dampak Kurupsi Terhadap Sistem Politk Dan Demokrasi
Beberapa tahun belakangan, frase “korupsi politik” dimunculkan seiring
dengan didakwakannya Anas Urbaningrum dan Luthfi Hasan Ishaq yang
notabene adalah ketua umum partai politik. Korupsi politik ini pun menjadi
disertasi Hakim Agung Artidjo Alkotsar, yang kurang lebih menyatakan ada
korupsi yang sengaja dilakukan untuk mendanai partai-partai politik atau
kegiatan politik.
Secara etimologi kata politik berasal dari bahasa Yunani, polis yang
berarti “kota” atau “negara kota”. Kata polis memiliki kata-kata turunan seperti
polites yang berarti warga negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.
Politik didasarkan pada pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa,
“Setiap polis atau negara adalah asosiasi. Politik dimaksudkan sebagai
kumpulan manusia yang hidup teratur dan memilki tujuan yang sama dalam
mencapai tujuannya, dipelajari oleh ilmu politik.
Objek dari politik yaitu manusia sebagai makhluk sosial dan sifat
individual dari manusia itu sendiri. Sifat-sifat ingin menguasai, menonjolkan
diri, mendapatkan pengakuan, dan ingin selamanya menjadi pemenang
merupakan contoh sifat-sifat manusia sebagai insan politik. Sifat ini
mendorong persaingan antarmanusia.
Politik yang seharusnya sebagai upaya untuk meningkatkan
kesejahtaraan rakyat dan sebagai sarana untuk memberantas tindak pidana
korupsi, malah dibuat sebagai sarana untuk merebut dan mempertahankan

15
kekuasaan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab tanpa memikirkan
masyarakat kecil.
Disimpulkan, dampak-dampak korupsi pada sistem politik di Indonesia
adalah:

1. Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang sudah menyandera pemerintahan pada akhirnya akan
menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi (sistem politik yang
dikuasai oleh pemilik modal/kapitalis) karena sebagian orang atau perusahaan
besar melakukan ‘transaksi’ dengan pemerintah, sehingga pada suatu saat
merekalah yang mengendalikan dan menjadi penguasa di negeri ini.
Perusahaan-perusahaan besar ternyata juga ada hubungannya dengan
partai-partai yang ada di kancah perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa
pengusaha besar menjadi ketua sebuah partai politik. Tak urung antara
kepentingan partai dengan kepentingan perusahaan menjadi sangat ambigu.
Perusahaan-perusahaan tersebut menguasai berbagai hajat hidup orang
banyak, seperti bahan bakar dan energi, bahan makanan dasar dan olahan,
transportasi, perumahan, keuangan dan perbankan, bahkan media massa pada
saat ini setiap stasiun televisi dikuasai oleh oligarki tersebut. Kondisi ini
membuat informasi yang disebarluaskan selalu mempunyai tendensi politik
tertentu dan ini bisa memecah belah rakyat karena begitu biasnya informasi.

2. Biaya Politik yang Tinggi


Lingkaran setan ini akan terus berjalan dan berdampak pada kian
meningkatnya biaya politik. Demokratisasi yang dijankan tanpa adanya
pendidikan politik yang baik dari pemerintah kepada masyarakat atau pun dari
para pelaku politik praktis akan menghasilkan penyelenggaraan demokrasi
yang money politics. Suara-suara dapat diperjualbelikan dan suara-suara itu
makin lama makin mahal.

3. Munculnya Pemimpin yang Korup


Adalah hukum rimba yang mengatakan masukan sebanding dengan
keluaran. Kondisi politik yang carut marut dan cenderung sangat koruptif

16
menghasilkan masyarakat yang tidak demokratis. Perilaku koruptif dan tindak
korupsi dilakukan dari tingkat yang paling bawah sampai dengan pucuk
pimpinan.
Konstituen didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang diberikan
oleh calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap
kemampuan dan kepemimpinannya. Hubungan transaksional sudah berjalan
dari hulu yang pada akhirnya pun memunculkan pemimpin yang korup juga
karena proses yang dilakukan bersifat transaksional.
Masyarakat juga seolah-olah digiring untuk memilih pemimpin yang
korup dan diberikan mimpi-mimpi dan janji akan kesejahteraan yang menjadi
dambaan rakyat sekaligus menerima suap dari calon pemimpin tersebut.

4. Fungsi Pemerintahan Mandul


Korupsi telah mengikis banyak kemampuan pemerintah untuk melakukan
fungsi yang seharusnya. Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi
pemerintahan, sebagai pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi anggaran
b. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset
c. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik.

5. Hilangnya Kepercayaan Masyarakat kepada Lembaga Negara


Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara seperti yang terjadi
di Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang. Akhir-akhir ini
masyarakat kita banyak menerima informasi melalui berbagai media tentang
bobroknya penegakan hukum di Indonesia. Mulai kasus Gayus Tambunan
sampai perang kepentingan di Kepolisian RI dalam menindak praktik mafia
hukum.
Berita yang paling akhir adalah kasus korupsi besar-besaran
pembangunan wisma atlet di Palembang dan kasus Hambalang yang
melibatkan pejabat pemerintahan dan para petinggi partai politik yang berkuasa
yang pada akhirnya terkait dengan kinerja pemerintahan yang sedang berjalan.

17
Kondisi yang memprihatinkan ini ditengarai juga melibatkan berbagai mafia,
seperti mafia hukum dan mafia anggaran.
Sungguh situasi yang paradoks, padahal seharusnya suatu sistem hukum
diciptakan oleh otoritas pemerintah atas dasar kepercayaan masyarakat, dengan
harapan bahwa melalui kedaulatan pemerintah (government sovereignty), hak-
hak mereka dapat dilindungi. Dengan demikian, pemerintah menciptakan
keteraturan dalam kehidupan berbangsa serta bernegara. Sudah menjadi tugas
dari lembaga-lembaga tersebut untuk melaksanakannya, bukan sebaliknya.

6. Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi


Demokrasi yang diterapkan di Indonesia sedang menghadapi cobaan
berat yakni berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi. Hal ini
dikarenakan terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh
petinggi pemerintah, legislatif atau petinggi partai politik. Kondisi ini
mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya kepercayaan publik terhadap
pemerintahan yang sedang berjalan.
Masyarakat akan semakin apatis dengan apa yang dilakukan dan
diputuskan oleh pemerintah. Apatisme yang terjadi ini seakan memisahkan
antara masyarakat dan pemerintah yang akan terkesan berjalan sendiri-sendiri.
Hal ini benar-benar harus diatasi dengan kepemimpinan yang baik, jujur, bersih
dan adil. Sistem demokrasi yang dijalankan Indonesia masih sangat muda,
walaupun kelihatannya stabil namun menyimpan berbagai kerentanan.
Tersebarnya kekuasaan di tangan banyak orang ternyata telah dijadikan
peluang bagi merajalelanya penyuapan. Reformasi yang dilakukan tanpa
landasan hukum yang kuat justru melibatkan pembukaan sejumlah lokus
ekonomi bagi penyuapan, yang dalam praktiknya melibatkan para broker
bahkan menumbuhkan mafia.

7. Hancurnya Kedaulatan Rakyat


Dengan semakin jelasnya plutokrasi yang terjadi, kekayaan negara ini
hanya dinikmati oleh sekelompok tertentu bukan oleh rakyat yang seharusnya.
Perusahaan besar mengendalikan politik dan sebaliknya juga politik digunakan
untuk keuntungan perusahaan besar. Kedaulatan ada di tangan rakyat. Namun

18
wakil rakyat yang terbentuk dari sistem politik yang rusak dapat menghasilkan
interpretasi yang berbeda atas kedaulatan tersebut.
Sebagai contoh, pasal 33 UUD 1945 yang menyebutkan bumi, air, dan
kekayaan alam dikelola oleh negara dan digunakan semestinya untuk
kepentingan rakyat membuat asumsi kata dikelola berarti hal tersebut boleh
diswastanisasi asal negara mendapat royaltinya. Sehingga dalam hal air mineral
saja, rakyat harus membelinya dari swasta padahal air adalah barang publik
yang semestinya lebih bisa dikelola dengan bijak oleh pemerintah.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara
tersebut. Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini
menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.

 Sistem politik adalah kumpulan pendapat-pendapat dan lain-lain yang


membentuk satu kesatuan yang berhubung-hubungan satu sama lain untuk
mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan
kekuasaan dengan cara mengatur hubungan antara individu satu sama
lainnya atau dengan negara dan hubungan negara dengan negara.

3.2 Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.

20
Daftar Pustaka

Dr. Nikmatul Huda, SH., M.Hum.T.2012, Ilmu Negara,Jakarta:Rajawali


Pers.
Kantaprawira, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar
Baru Algesindo.
Listyarti Retno.T.2007,Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta:Esis.
http://sischarefa.blogspot.co.id/2015/01/tugas-makalah-demokrasi-dan-
sistem_27.html (diakses pada tanggal 5 Oktober 2019)
http://estuputri.wordpress.com/2010/05/26/pengertian-sistem-politik
(diakses pada tanggal 5 Oktober 2019)
http://kewarganegaraan-rosi.blogspot.com/2012/04/macam-macam-
sistem-politik.html (diakses pada tanggal 6 Oktober 2019)
https://www.qureta.com/post/dampak-korupsi-terhadap-sistem-politik-
indonesia (diakses pada tanggal 6 Oktober 2019)

21

Anda mungkin juga menyukai