Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN GERONTIK

“TEORI-TEORI PENUAAN”

Disusun oleh:
Kelompok 2

Dosen Pembimbing:
Ns. Andi Parellangi, S.Kep., M.Kep., MH.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2020/2021
KEPERAWATAN GERONTIK
“TEORI-TEORI PENUAAN”

Disusun oleh:
Cahya Nuryati
M. Ridho Pangestu
Rahmawati Paonganan
Rijaluddin Rady
Tilka Asyratun K
Tomi Ihsan M
Widya Nandini Lestari
Yulia Rahmawati

Dosen Pembimbing :
Ns. Andi Parellangi, S.Kep., M.Kep., MH.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS

i
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah “Teori-Teori Penuaan” dapat kami selesaikan.

Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah


SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga
akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar
Keperawatan Gerontik. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang
berkaitan dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama


kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran
dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

Samarinda, 24 Agustus 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Pengertian Penuaan........................................................................................4
B. Teori Penuaan.................................................................................................6
1. Teori Biologik..........................................................................................6
2. Teori Penuaan Psikologik........................................................................10
3. Teori Penuaan Sosial................................................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak
dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap manusia. Pada tahap ini
manusia mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
dimana terjadi kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang
pernah dimilikinya. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas. Sebagai dampak keberhasilan pembangunan
kesehatan di Indonesia salah satunya adalah meningkatnya angka harapan
hidup di Indonesia sehingga populasi lansia juga meningkat.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan
Hidup (UHH) di Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria
adalah 69 tahun. Menurut Bureau of the Cencus USA (1993), Indonesia
pada tahun 1990-2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia
sebesar 414%. (Kemenkes RI, 2018). Menurut Laslett (Suardiman, 2011)
menyatakan bahwa semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan
menuju tua yang diawali dengan proses kelahiran, tumbuh menjadi
dewasa, berkembang biak, menjadi tua dan akhirnya tutup usia. Sedangkan
usia lanjut adalah masa yang tidak bisa dielakkan bagi orang yang
dikarunia umur panjang.
Permasalahan yang terjadi pada lansia terdiri dari 4 aspek yaitu
fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi
labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak
bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem
tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi,
ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada
umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian.

1
Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya
(fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran.
Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan
membawa dampak positif maupun negatif. Berdampak positif, apabila
penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Disisi
lain, besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki
masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya
pelayanan kesehatan, penurunan pendapatan/penghasilan, peningkatan
disabilitas, tidak adanya dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah
terhadap penduduk lansia. Kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal
penduduk lansia juga memengaruhi kecenderungan partisipasi kerjanya
lansia.
Dalam data Sakernas 2009 hampir 11% penduduk lansia hidup
dalam kondisi miskin, dengan 13,55% penduduk lansia miskin tinggal di
perkotaan dan 7% penduduk lansia miskin tinggal di pedesaan
(Hermawati, 2015). Secara global populasi lansia diprediksi terus
mengalami peningkatan seperti tampak pada gambar di bawah. Dari
gambar juga menunjukkan bahwa baik secara global, Asia dan Indonesia
dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (aging population)
karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk
lansia) melebihi angka 7 persen (Kemenkes, 2017).
Berdasarkan data Kemenkes (2017) dari jumlah proyeksi
penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk
lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun
2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan
tahun 2035 (48,19 juta). Persentase lansia diIndonesia tahun 2017 telah
mencapai 9,03% dari keseluruhan penduduk. Selain itu, terlihat pula
bahwa persentase penduduk 0-4 tahun lebih rendah dibanding persentase
penduduk 5-9 tahun. Sementara persentase penduduk produktif 10-44
tahun terbesar jika dibandingkan kelompok umur lainnya.

2
Menurut data yang diperoleh belum seluruhnya provinsi Indonesia
berstruktur tua. Ada 19 provinsi (55,88%) provinsi Indonesia yang
memiliki struktur penduduk tua. Dari gambar di bawah dapat dilihaat tiga
provinsi dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta
(13,81%), Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur (12,25%). Sementara itu,
tiga provinsi dengan persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%),
Papua Barat (4,33%) dan Kepulauan Riau (4,35%). Sedangkan untuk
Kalimantan Timur yaitu sebesar 5,75% (Kemenkes, 2017).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Teori-Teori Penuaan yang terjadi pada lansia?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir
berbagai teori penuaan.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/ (i) mampu mengetahui dan memahami tentang:
a. Pengertian penuaan
b. Teori Proses penuaan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh
akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut
sebagai penyakit degenararif (Constantinides, 1994 dalam Maryam, dkk:
2012).
Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia
merupakan suatu hal yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang
yang dikaruniai umur panjang, hanya cepat dan lambatnya proses tersebut
bergantung pada masing-masing individu. Secara teori perkembangan
manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua, dan
akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun.
Pada usia ini terjadilah proses penuaan secara alamiah. Perlu persiapan
untuk menyambut hal tersebut agar nantinya tidak menimbulkan fisik,
mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghlangnya secara perlahan-lahan kemapuan jaringan
untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam Nugroho. W, 2000).
Proses menua merupakan suatu akumulasi secara
progresif berbagai perubahan patologis di dalam sel dan
jaringan yang terjadi seiring dengan waktu. Disamping itu,
proses penuaan akan disertai menghilangnya kemampuan
jaringan secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

4
diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya,
sehingga tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau
memperbaiki kerusakan tersebut (Rabe et al., 2006).
Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa
yang dimana tahap pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan
yang maksimal, dengan disertai mulai menyusutnya tubuh yang
dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh. Sehingga fungsi
tubuh juga akan mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang
biasanya disertai masalah atau gangguan pada kesehatan.
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-
menerus (berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir
sampai udzhur atau tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan
mengalami kehilangan jaringan otot, susunan saraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh akan “mati” sedikit demi sedikit. Secara individu,
pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-
ekonomi, mental, maupun fisik-biologis. Dari aspek fisik-biologis terjadi
perubahan pada beberapa sistem, seperti sistem organ dalam, sistem
muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan sistem saraf
yang tidak dapat diganti karena rusak atau mati. Ditambahkan, terutama
sel otak yang berkurang 10-20% dalam setiap harinya dna sel ginjal yang
tidak bisa membelah, sehingga tidak ada regenerasi sel.
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut:

1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 – 54 tahun


2. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55 – 65 tahun

3. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66 – 74 tahun

4. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75 – 90 tahun

5. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun

5
B. Teori Penuaan
Menurut Dewi (2014) dalam buku ajar keperawatan gerontik, ada

beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi,

teori Psikologis, teori Sosial dan teori spiritual.

1. Teori Biologi

Teori ini berfokus pada proses biologi dalam kehidupan


seseorang dari lahir sampai meninggal. Perubahan pada
tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi
oleh faktor luar yang bersifat patologis. Teori biologi
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ( Klatz dan
Goldman, 2003; Yaar dan Gilchrest, 2008) :
a. Teori perkembangan genetika
Kelompok teori ini mengemukakan bahwa proses tua
merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang
berkesinambungan, dimana secara genetik telah terkontrol dan
terprogram. Memang tidak dipungkiri bahwa faktor luar
(lingkungan) sangat berpengaruh, namun para ilmuwan percaya
bahwa lama hidup dan proses tua sudah diatur secara instrinsik
oleh tubuh, dalam hal ini kaitannya dengan genetik. Bukti nyata
akan hal ini bahwa berbagai spesies memiliki lama hidup yang
berbeda padahal mereka terekspos oleh suasana lingkungan yang
sama. Adapun teori yang termasuk di dalam kelompok teori ini
adalah:
1) Teori Neuro Endokrin (hormonal)

6
Proses tua dipengaruhi oleh aksi hipotalamus-hipofisis-
adrenal. Dengan bertambahnya usia, maka terjadi penurunan
fungsi sel-sel neuron di hipotalamus, sehingga
mengakibatkan gangguan produksi hormon-hormon yang
secara otomatis mengganggu fungsi organ terkait. Hormon
sangat vital untuk memperbaiki dan mengatur fungsi tubuh.
Semakin tua seseorang maka produksi hormon tubuh menjadi
berkurang, sehingga kemampuan tubuh untuk memperbaiki
diri (self repaired) dan mengatur diri (self regulation)
menjadi menurun (Pathath, 2017).
2) Teori Mutasi Genetik
Tiap spesies mempunyai konstitusi genetik spesifik.
Tingkat ketepatan dan kepatuhan akan menentukan
kemungkinan timbulnya kesalahan atau mutasi, dan
sepanjang perjalanan hidup organisme dapat muncul kode
genetik spesifik yang baru.
3) Teori Imunologis
Teori ini berdasarkan dari pengalaman bahwa dengan
bertambahnya usia maka terjadi penurunan kadar
imunoglobulin, terutama IgD, peningkatan natural killer cell,
penurunan faal limfosit T, resistensi terhadap infeksi, serta
peningkatan kejadian penyakit autoimun. Salah satu bukti
yang ditemukan Brocklehurst (1978) adalah bertambahnya
prevalensi autoantibodi pada orang lanjut usia.
4) Teori Radikal Bebas
Harman (1956) menerangkan proses tua berdasarkan
timbulnya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal
bebas. Radikal bebas ialah atom atau molekul dengan
susunan elektron tidak lengkap atau tidak berpasangan
sehingga bersifat tidak stabil dan kecendrungan kuat untuk
berpasangan. Radikal bebas menyebabkan efek samping

7
invivo sehingga terjadi injury sel atau disfungsi dan diikuti
inflamasi dan pada akhirnya terjadi penyakit degeneratif.
5) Teori Membran
ZsNagy mengatakan bahwa kemampuan untuk
memindahkan berbagai macam senyawa kimia, panas, dan
berbagai proses listrik tergangggu sejalan dengan proses tua.
Membran sel menjadi lebih kering (cairan dan lemak yang
berkurang) dan menjadi lebih padat. Hal ini mengurangi
kemampuan sel untuk menjalankan kemampuan sel untuk
menjalankan fungsi normal dan terjadi akumulasi racun
(toksin) yang disebut lifofuchsin yang akan meningkat seiring
dengan bertambahnya usia.
6) Teori Gangguan Mitokondria
Mitokondria adalah organel yang menghasilkan energi
Adenosine Triphosphate (ATP). Pada teori radikal bebas
dikatakan mitokondria terpapar oleh banyak radikal bebas
yang dapat merusak mitokondria sedangkan sel kurang
mendapat proteksi yang memadai dari proses ini, maka fungsi
mitokondria akan terganggu dan otomatis produksi ATP
berkurang. Sel-sel tidak dapat meminjam energi dari sel lain,
maka kerja sel juga terganggu bahkan gagal. Bila sel gagal
menghasilkan energi otomatis organ yang dibentuknya ikut
terganggu dan gagal sehingga berakhir dengan kematian (Q.
Wang et al, 2016).
7) Teori Telomerase
Dasar teori ini didapat oleh grup ilmuwan dari Geron
Corporation di Menlo Park, California. Telomer adalah
rangkaian asam nukleat yang terdapat di ujung kromosom,
fungsinya menjaga keutuhan kromosom. Tiap kali sel tubuh
membelah, telomer akan memendek. Apabila ujung telomer
sudah sangat pendek, kemampuan sel untuk membelah akan

8
berkurang, melambat dan akhirnya sel tidak dapat membelah
lagi (mati).

b. Teori Stokastik/Stochastic theories


Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi
secara acak atau random dan akumulasi setiap waktu. Teori ini
terdiri dari :
1) Teori Mutasi Somatik
Teori mutasi somatik dikemukakan pada pertengahan abad
20 dengan dasar setelah perang dunia saat itu, lingkungan
banyak terekspos oleh radiasi yang memicu mutasi sel. Lebih
jauh mutasi sel menyebabkan kemunduran sampai pada
kegagalan organ sehingga dapat menyebabkan kematian.
2) Teori Kesalahan Berantai (Error Catasthrophe Theory).
Orgel (1963) mengemukakan teori kesalahan pembentukan
protein sel yang mengandung materi genetik. Jika kesalahan
tersebut terus-menerus diturunkan dari generasi ke generasi,
maka lumlah molekul abnormal akan semakin banyak.
Menurut teori ini proses tua disebabkan oleh kesalahan-
kesalahan yang beruntun dan berlangsung lama sepanjang
kehidupan, dimana terjadi kesalahan transkripsi (perubahan
DNA menjadi RNA) maupun translasi (perubahan RNA
menjadi protein atau enzim). Enzim atau protein yang salah
ini akan menyebabkan gangguan pada metabolisme sehingga
mengurangi fungsi sel. Walaupun pada keadaan tertentu sel
mampu memperbaiki kesalahan, namun kemampuan ini
sangat terbatas. Kesalahan beruntun inilah yang akan
menimbulkan ”bencana” (catasthrophe)

9
3) Teori Teori Pilin (Cross-Lingking Theory)

Khon dan Bjorksten (1974) mengemukakan teori ini


dengan dasar bahwa makin bertambahnya usia, protein
manusia yaitu DNA satu dengan DNA lainnya akan saling
melekat dan memilin (cross-link). Akibatnya protein (DNA)
menjadi rusak dan tidak dapat dicerna oleh enzim pemecah
protein (enzim protease), sehingga elastisitas protein akan
berkurang dan akhirnya mengakibatkan kerutan pada kulit,
fungsi penyaring ginjal menjadi berkurang, dan terjadi
katarak.
4) Teori Glikosilasi (Glycosilation Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa bila terjadi proses
pengikatan antara gula (glukosa) dengan protein (proses
glikosilasi) maka protein dan glukosa yang terlibat akan
rusak dan tidak berfungsi optimal. Semakin lama hidup
seseorang, semakin banyak pula kesempatan terjadinya
pertemuan antara oksigen, glukosa dan protein yang akan
memicu terjadinya keadaan degenerasi seperti katarak,
senilis, kulit yang keriput/ kusam, dan lain-lain.
5) Teori Pakai dan Rusak (Wear and Tear Theory)
Dr. August Weismann (1982) mengatakan bahwa tubuh dan
sel-selnya rusak karena banyak terpakai dan digunakan secara
berlebihan. Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit,
dan sebagainya dirusak oleh racun (toksik) yang didapat dari
makanan dan lingkungan.

2. Teori Penuaan Psikologis


a. Teori kebutuhan dasar manusia
Menurut hierarki Maslow tentang kebutuhan dasar
manusia, setiap manusia memiliki kebutuhan dan berusaha untuk

10
memenuhi kebutuhannya itu. Dalam pemenuhan kebutuhannya,
setiap individu memiliki prioritas. Seorang individu akan berusaha
memenuhi kebutuhan di piramida lebih atas ketika kebutuhan di
tingkat piramida di bawahnya telah terpenuhi. Kebutuhan pada
piramida tertinggi adalah aktualisasi diri. Ketika individu
mengalami proses menua, ia akan berusaha memenuhi kebuthan di
piramida tertinggi yaitu aktualisasi diri.
b. Teori individualism Jung
Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanya
berorientasi pada dunai luar namun juga pengalaman pribadi.
Keseimbangan merupakan faktor yang sangat penting untuk
menjaga kesehatan mental. Menurut teori ini proses menua
dikatakan berhasil apabila seorang individu melihat ke dalam dan
nilai dirinya lebih dari sekedar kehilangan atau pembatasan
fisiknya.
c. Teori pusat kehidupan manusia
Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan
kehidupan seseorang menurut lima fase perkembangan, yaitu :

1) Masa anak – anak ; belum memiliki tujuan hidup yang realistik


2) Remaja dan dewasa muda ; mulai memiliki konsep tujuan
hidup yang spesifik

3) Dewasa tengah ; mulai memiliki tujuan hidup yang lebih


kongkrit dan berusaha untuk mewujudkannya

4) Usia pertengahan ; melihat kebelakang, mengevaluasi tujuan


yang dicapai

5) Lansia ; saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan


hidup
d. Teori tugas perkembangan

11
Menurut tugas tahapan perkembangan ego Ericksson, tugas
perkembangan lansia adalah integrity versus despair. Jika lansia
dapat menemukan arti dari hidup yang dijalaninya, maka lansia
akan memiliki integritas ego untuk menyesuaikan dan mengatur
proses menua yang dialaminya. Jika lansia tidak memiliki
integritas maka ia akan marah, depresi dan merasa tidak adekuat,
dengan kata lain mengalami keputusasaan.

3. Teori Penuaan Sosial


a. Teori interaksi social
Menurut teori ini pada lansia terjadi penurunan kekuasaan
dan prestise sehingga interaksi social mereka juga berkurang, yang
tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk
mengikuti perintah.
b. Teori penarikan diri
Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat
kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan – lahan
menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. Lansia mengalami
kehilangan ganda, yang meliputi :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak social
3) Berkurangnya komitmen
c. Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses yang
bergantung pada bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut
lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
d. Teori berkesinambungan

12
Menurut teori ini, setiap orang pasti berubah menjadi tua
namun kepribadian dasar dan pola perilaku individu tidak akan
mengalami perubahan. Pengalaman hidup seseorang pada suatu
saat merupakan gambarannya kelak pada saat menjadi lasia.
e. Subculture theory
Menurut teori ini lansia dipandang sebagai bagian dari sub
kultur. Secara antropologis, berarti lansia memiliki norma dan
standar budaya sendiri. Standar dan norma budaya ini meliputi
perilaku, keyakinan, dan harapan yang membedakan lansia dari
kelompok lainnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita. Teori Penuaan terdiri dari : Teori Biologi, dalam
teori ini terbagi menjadi 2 yaitu teori perkembangan genetika dan teori
stokhastik. Yang selanjutnya teori penuaan psikologik dan teori penuaan
social.

B. Saran
1. Untuk Penulis
Diharapkan dapat menambah beberapa sumber referensi lain untuk
teori proses penuaan yang terjadi pada lansia baik itu dari buku
maupun jurnal yang terbaru.
2. Institusi Pelayanan

13
Hendaknya institusi pelayanan dan pemerintah melakukan
peningkatan berbagai upaya dalam menggalakkan program GERMAS
seperti diaktifkannya posyandu lansia dan pemberdayaan lansia, agar
lansia dapat tetap sehat dan mandiri, dan aktif.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambahkan koleksi sumber referensi dan
buku terbaru di perpustakaan tentang keperawatan gerontik yang
terbaru.
4. Masyarakat
Diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
menambah wawasan, mengatasi berbagai pengaruh dan deteksi dini
berbagai gangguan akibat proses penuaan, lebih meningkat pola hidup
sehat yaitu program GERMAS untuk memperlambat proses penuaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sofia Rhosma. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :


Deepublish, Maret 2014.

Kemenkes RI (2017). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta:


Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI

Klatz, R. and Goldman, R., (2003). Anti Aging Revolution.Third


Edition. Boulevard East : Basic Health Publication.

Maryam, Siti., Ekasari., Mia Fatma., Rosidawati.(2012). Mengenal


Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P.J.S. and Morison, W.L.,


2006. Photoaging Mechamism and Repair .J.Am.Acad of Dermatol.
Vol 55: 1-19.

Suardiman, Siti Partrini. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
.
16

Anda mungkin juga menyukai