Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

DENGAN INFEKSI OPORTUNISTIK


SALMONELLA SEPTICEMIA
HIV/AIDS

 Acquired immunodefiency syndrome (AIDS) merupakan penyakit kronik progresif


yang disebabkan human immunodeficiency virus (HIV), menyebabkan morbiditas
secara signifikan dan masih belum dapat diobati, dan untuk sebagian orang
berakibat fatal. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan, yang secara
alami dimiliki tubuh manusia, sehingga melemahkan kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi dan penyakit. Angka estimasi penderita HIV dan AIDS di seluruh dunia
adalah 36,9 juta sampai saat ini, dengan perkiraan 2 juta kasus baru dan 1,2 kematian per
tahun (Collein, I., 2010; Souza P.N., et al., 2016).
Anatomi dan Fisiologi Sistem Imunologi

 Imunologi adalah suatu ilmu yang mempelajari antigen, antibodi, dan fungsi
pertahanan  tubuh penjamu yang diperantarai oleh sel, terutama
berhubungan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif, alergi
dan penolakan jaringan.

 Sistem imun adalah sistem pertahanan manusia sebagai perlindungan


terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.
Letak Sistem Imun
Fungsi Sistem Imun

 Sumsum Tulang

Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel


darah putih, (termasuk limfosit dan makrofag) dan
platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga
terdapat di tempat lain.
Thymus

Glandula thymus memproduksi dan mematurasi atau mematangkan  T limfosit yang


kemudian bergerak  ke jaringan limfatik yang lain,dimana T limfosit dapat berespon
terhadap benda asing. Thymus mensekresi 2 hormon thymopoetin dan thymosin yang
menstimulasi perkembangan  dan aktivitas T limfosit.

1. Limfosit T sitotoksik

2. Limfosit T helper

3. Limfosit B

4. Sel plasma
Getah Bening

 Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil


terbaring di sepanjang perjalanan limfatik.
Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher,
axillae, selangkangan, dan para- aorta daerah.
Nodus limfatikus

 Nodus limfatikus  (limfonodi) terletak sepanjang  sistem


limfatik. Nodus limfatikus mengandung limfosit dalam jumlah
banyak  dan makrofag yang berperan melawan
mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Limfe bergerak
melalui sinus,sel fagosit menghilangkan benda asing. Pusat
germinal merupakan produksi  limfosit
Tonsil

 Tonsil adalah sekumpulan besar limfonodi


terletak pada rongga mulut dan nasofaring.
Tiga kelompok  tonsil adalah tonsil palatine,
tonsil lingual dan tonsil pharyngeal
Limpa

 Limpa mendeteksi dan merespon terhadap benda asing dalam darah


merusak eritrosit tua dan sebagai penyimpan darah. Parenkim limpa
terdiri dari 2 tipe jaringan: pulpa merah dan pulpa putih

a) Pulpa merah  terdiri dari sinus  dan di dalamnya terisi eritrosit

b) Pulpa putih terdiri limfosit dan makrofag


Mekanisme Pertahanan

 Mekanisme Pertahanan Non Spesifik

Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons
imun alamiah. Terdiri dari kulit dan kelenjarnya, lapisan mukosa dan enzimnya, serta
kelenjar lain beserta enzimnya, contoh kelenjar air mata. Kulit dan silia merupakan
system pertahan tubuh terluar
 Mekanisme Pertahanan Spesifik
Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme, maka
imunitas spesifik akan terangsang.  Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme
pertahanan yg diperankan oleh limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem
imun lainnya seperti sel makrofag dan komplemen.
Pembagian Antibody (Imunoglobulin)
 Antibodi (antibody,  gamma globulin)adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang disekresi dari pencerap
limfosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel Plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap
antigen tersebut. Pembagian Immunglobulin.
1) Antibodi A (Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang memainkan peran penting dalam imunitas mukosis.
2) Antibodi D (Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop.
3) Antibodi E (antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis antibodi yang hanya dapat ditemukan pada
mamalia.
4) Antibodi G (Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi monomeris yang terbentuk dari dua rantai berat dan
rantai ringan, yang saling mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding.

5) Antibodi M (Immunoglobulin M, IgM,  macroglobulin)adalah antibodi dasar yang berada pada plasma B.


Infeksi Oportunistik Salmonella Septicemia

 Infeksi opportunistik adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme


sehingga menimbulkan penyakit, tidak pada orang yang sehat tetapi pada
orang yang mempunyai sistem imun yang lemah.
 Salmonella septicemia adalah suatu kondisi dimana keberadaan bakteri
salmonella dalam darah memicu respons peradangan seluruh tubuh yang
berpotensi mengancam nyawa. Salmonella septicemia berulang
diklasifikasikan sebagai kondisi terdefinisi AIDS oleh pusat pengendalian
dan pencegahan penyakit (CDC) (Selik RM et all, 2014)
Etiologi

 Penularan salmonella biasanya terjadi melalui rute fekal-oral. Hewan


dapat terinfeksi melalui pakan yang terkontaminasi, air, atau kontak
dekat dengan inang yang terinfeksi. Bakteri tersebut kemudian apat
ditularkan ke manusia melalui daging tercemar atau produk hewani
yang belum dimasak dengan matang.
Patofisologi

 Salmonella terdiri dari keluaga besar bakteri yang terjadi secara normal
atau pathogen di usus manusia dan hewan lainnya
 Yang membedakan salmonellosis (keracunan salmonella) dari salmonella
septicemia adalah salmonellosis diisolasi ke saluran pencernaan.
Sebaliknya, pada salmonella septikemia endotoksin bakteri menyebar dari
usus ke aliran darah dan kemudian ke bagian tubuh lainnya, pathogen
dapat memicu respons imun yang parah. Jika dibiarkan, hal ini bisa
berakibat fatal (Minasyan H, 2016).
Pemeriksaan Penunjang

 Salmonella septicemia dikonfirmasi dengan tes darah, dilengkapi dengan


kultur tinja (Chirambo AC, Nyirenda TS, Jambo N, dkk, 2021).
Penatalaksanaan Medis

 Untuk pasien HIV-positif dengan salmonella septicemia yang parah,


antibiotic spectrum luas akan diberikan secara intravena segera setelah
diagnosis. Ciprofloxacin, antibiotic kelas fluoroquinolone, sefalosporin juga
diketahui efektif. Durasi pengobatan dapat berlangsung dari tujuh hingga
10 hari, tergantung pada tingkat keparahannya. Cairan intravena akan
diberikan untuk mengatasi kekurangan cairan. Terapi pemeliharaan harus
dilanjutkan selama enam sampai delapan bulan setelah pengobatan selesai.
Dengan penerapan ART, risiko kekambuhan berkurang secara signifikan
(Chou YJ, Lin HW, Yang CJ, dkk, 2016).
 Lanjut ASKEP di makalah

Anda mungkin juga menyukai