REPRODUKSI BETINA
Disusun Oleh:
Kelompok :3
LABORATORIUM BIOLOGI
SEMARANG 2021
ACARA XIV
A. Tujuan
1. Mengetahui morfologi gamet betina
B. Dasar Teori
Vaginal smear merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi fase
siklus estrus yang sedang dialami oleh individu betina dengan cara mengamati tipe sel
dan proporsi masing-masing sel yang ditemukan pada apusan. Hewan yang dapat diamati
siklus estrusnya melalui metode vaginal smear yaitu hewan betina yang masak kelamin
dan tidak sedang hamil. Periode antara satu fase estrus dengan fase estrus berikutnya
disebut siklus estrus. Satu siklus estrus terdapat empat fase yaitu proestrus, estrus,
metestrus/postestrus, dan diestrus (Caligioni, 2010).
Fase proestrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel sel-sel epitel berbentuk oval
atau poligonal berinti (sel poligonal lebih banyak). Terjadi pembentukan folikel sampai
tumbuh maksimum. Pertumbuahan folikel ini menghasilkan estrogen sehingga dinding
uterus menjadi lebih tebal dan halus serta lebih bergranula. Selain itu digetahkan cairan
yang agak pekat yang dinamakan cairan milk uteria. Struktur histologis epitel vagina
pada fase proestrus adalah berlapis banyak (10-13), stratum korneum kornifikasi aktif,
leukosit sedikit, dan mitosis aktif (Nalbandov, 1990).
Fase estrus ditandai dengan adanya sel-sel epitel menanduk, produksi estrogen
akan bertambah dan terjadi ovulasi sehingga dinding mukosa uterus akan menggembung
dan mengandung sel-sel darah, pada fase ini folikel matang dan terjadi ovulasi dan betina
siap menerima sperma dari jantan. Sel-sel epitel menanduk merupakan indikator
terjadinya ovulasi, menjelang ovulasi leukosit makin banyak menerobos lapisan mukosa
vagina kemudian ke lumen. Selama masa luteal pada ovarium dengan pengaruh hormon
progesteron dapat menekan pertumbuhan sel epitel vagina. Struktur histologis epitel
vagina pada fase estrus yaitu lapisan superficial berinti, struktur korneum sedikit dan
melepas leukosit di bawah epitel, mitosis berkurang, dan leukosit tidak ada (Yatim,
1982).
Fase Metestrus adalah fase setelah ovulasi dimana korpus luteum mulai berfungsi.
Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya waktu LTH (Lutetropik
Hormon) disekresi oleh adenohipofisis. Selama periode ini terdapat penurunan estrogen
dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovary (Guyton dan Hall, 1997).
Fase Diestrus adalah periode quiescence yang relatif pendek antara siklus estrus
pada hewan hewan yang tergolong poliestrus. Pada fase diestrus ditandai dengan adanya
sel epitel normal dan banyak leukosit. Hormon tidak disekresikan dalam jumlah konstan
sepanjang daur seksual, tetapi dengan kecepatan yang sangat berbeda dalam berbagai
bagian dari daur tersebut. Sistem hormon yang berperan dalam daur pembiakkan adalah
hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus yaitu GnRh, hormon yang dikeluarkan oleh
hipofisis anterior yaitu FSH dan LH, dan hormon yang dikeluarkan oleh ovarium yaitu
estrogen dan progesteron (Guyton dan Hall, 1997).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Syringe 5 ml
b. Object glass dan kaca penutup
c. Kertas tisu
d. Kertas saring
e. Pipet tetes
f. Cawan petri
g. Mikrotube 1,5 ml
h. Mikroskop binokuler
2. Bahan
a. Sel ovum dari hewan percobaan
b. Phospat Buffer Saline (PBS) atau NaCl fisiologis
D. Cara Kerja
Langkah pertama yaitu di bersihkan ovarium hewan percobaan dari jaringan –
jaringan yang ada disekitarnya. Kemudian di isi syringe dengan PBS atau NaCl fisiologi
sebanyak 2 ml. selanjutnya, di aspirasi sel – sel ovarium hewan dengan menggunakan
larutan dari syringe. Kemudian diteteskan campuran pada object glass, kemudian di tutup
dengan kaca penutup. Langkah terakhir yaitu di amati sel telur di bawah mikroskop dan
di catat dan di gambar morfologinya
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan Gerakan Insang Ikan
No Respirasi Gambar Keterangan
1 Fase Proestrus Ditandai dengan inti sel
yang tampak jelas,
multiplikasi sel epitel
dengan banyak ukuran
dan bentuk, dan regresi
korpus luteum