ABSTRAK
Latar Belakang : Cengkeh merupakan tanaman rempah asli dari Indonesia. Tanaman ini
digunakan sebagai obat tradisional berbagai penyakit karena senyawa yang terkandung
memiliki sifat sebagai anti inflamasi, antimikroba dan antioksidan pada berbagai sistem
tubuh, salah satunya adalah sistem imun. Limfosit dan makrofag merupakan komponen
penting dalam mekanisme pertahanan tubuh. Makrofag berperan dalam pertahanan
pertama dan limfosit sebagai pertahanan berikutnya. Kedua sel ini saling berhubungan
dan berkomunikasi melalui sitokin sehingga patogen didalam tubuh dapat dieliminasi.
Tujuan : Studi ini bertujuan mengkaji efek ekstrak terhadap sel limfosit dan
makrofag sebagai mekanisme pertahanan.
Metode : Berbagai literatur fulltext berbahasa inggris dan Indonesia dengan
rentang tahun 2006-2019 digunakan sebagai referensi penulisan artikel. Literatur
didapatkan dari alat pencarian pubmed dan google scholar dengan kata kunci “clove”,
“lymphocytes”, “macrophage”, dan “immunodulator”
Pembahasan : Studi literature menunjukkan bahwa ekstrak cengkeh memiliki efek
immunodulator dengan dose dependent. Ketika dosis kecil diberikan (<1µg/mL) terjadi
penurunan oksidan NO dan iNOS oleh makrofag yang teraktivasi oleh LPS. Sedangkan
dosis tinggi (100-1000µg/mL) menunjukkan peningkatan marker inflamasi pada makrofag
tak teraktivasi.
Kesimpulan : Ekstrak cengkeh memiliki efek immunodulator pada kadar limfosit dan
makrofag sesuai dengan keadaan tubuh.
ABSTRACT
33
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733
34
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733
35
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733
atau common lymphoid progenitor cell sudah bisa berinteraksi dengan antigen
(CLP). Common lymphoid progenitor yang masuk13.
cell dapat berkembang menjadi sel Sel B dapat teraktivasi setelah
limfosit, T, sel limfosit B dan sel dendritik. berikatan dengan sel dendritik atau
Interleukin 7 dan Lin stem cell antigen pada sel T. Sel B berproliferasi dan
pada CLP berperan dalam proliferasi sel berdiferensiasi menjadi sel plasma atau
pro B 9. Reseptor sel B memiliki dua menetap di germinal center (GC) di
rantai yaitu rantai H (heavy chain) dan kelenjar getah bening atau limfonodi.
rantai L (light chain) yang memiliki Sel plasma dapat keluar dari folikel dan
berbagai lokus gen. Immunoglobulin pindah ke corda medulla limfonodi. Sel
lengkap memiliki 2 rantai H dan 2 rantai ini dapat menghasilkan IgM selama 4
L 10. Pada tahap awal sel B hari. Sel yang menetap di GC akan
membutuhkan rekombinasi dari lokus mengalami proses somatic
gen V,D,J di rantai H dan lokus gen V,J hypermutation (SHM) dan seleksi klonal
di rantai L. Rekombinasi gen tersebut untuk membentuk imunitas humoral.
membuat kumpulan sel B memproduksi Proses SHM berperan dalam
antibody yang dapat mengenali lebih pembentukkan kelas antibody atau class
dari 5 x 1013 jenis antigen berbeda11. switching. Proses ini bergantung pada
Terdapat tiga tahap perkembangan sel antigen yang terikat pada sel T dan
limfosit B berdasarkan rekombinasi sitokin diantaranya sitokin IL-4 untuk
pembentukkan rantai L dan H. Pertama membentuk IgG1 dan IgE, sitokin TGF-β
sel pro B merekombinasi segmen gen D untuk membentuk Ig A dan IFN-γ untuk
dan J pada rantai H. Kedua, membentuk IgG3 dan IgG2a.
rekombinasi pada segmen V dan 3.3 Limfosit T
penggabungan segmen V dan DJ12. Sel ini berperan dalam respon
Perkembangan sel B diregulasi imun sitotoksik dan berfungsi
oleh SLC (surrogate L chain) yang terdiri meregulasi sistem imun, mekanisme
dari protein λ5 dan Vpre B. Kedua peradangan dan respon protektif 9. Sel T
protein akan berikatan dengan protein µ dapat ditemukan dalam darah dan
pada rantai H membentuk pre BCR. pembuluh limfe, yaitu cairan tak
Prekursor sel B atau pre B dibentuk dari berwarna yang menghubungkan nodus
pro sel B yang mengekspresikan pre limfatikus di tubuh satu sama lain
BCR12. Apabila reseptor pre BCR tidak melalui aliran darah. Selain itu, limfosit T
muncul karena kesalahan rekombinasi juga dapat ditemukan pada organ
gen maka perkembangan limfosit B limfoid sekunder, seperti timus, nodus
berhenti dan terjadi apoptosis. Bila limfatikus, spleen dan apendiks 12.
berhasil akan menghasilkan RAG1/2 Sel limfosit dapat dibedakan
dan terjadi rekombinasi pada rantai L. menurut reseptor yang diekspresikan 6.
Setelah rekombinasi rantai H dan L, Pertama, limfosit T memiliki reseptor αβ
terbentuk reseptor IgM pada permukaan untuk membentuk sel T αβ yang terlibat
sel B imatur. Sel imatur ini dapat dalam sistem imun adaptif 9. Sel T αβ
meninggalkan sumsum tulang belakang berdiferensiasi membentuk beberapa
dan bermigrasi ke spleen dan subtype sel T, yaitu sel T CD8 yang
berdiferensiasi menjadi sel B naïve, berperan dalam membunuh sel yang
folikuler atau marginal zone (MZ). Sel B terinfeksi dengan mikroba intrasel dan
imatur akan diuji tubuh apakah sel T CD4 yang berperan dalam
menyebabkan autoreaktivitas atau tidak. meregulasi sistem imun humoral dan
Apabali BCR dapat berikatan dengan selular. Ada pula beberapa subtipe yang
antigen tubuh akan terjadi apoptosis sedikit diekspresikan oleh sel T αβ yaitu
atau rekombinasi ulang pada rantai L sel NK-T yang mengekspresikan antigen
oleh RAG19. sel NK NK1.1 (CD161) (15). Kedua,
Sel B imatur belum memiliki limfosit T yang hanya ada pada
resptor imunimmunoglobulin lain selain ruminansia dan memiliki reseptor
IgM. Sel ini akan menjadi sel transisi T1 gamma delta (γδ). Reseptor sel ini
dan T2 yang memiliki IgG. Selanjutnya, dipercaya berperan dalam sistem imun
sel T2 dapat keluar dari sumsum tulang, innate9
beredar ke sirkulasi darah dan masuk ke 3.3.1 Perkembangan Limfosit T
limfonodi atau limpa. Disini sel B matur
36
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733
37
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733
menjadi sel plasma dan menghasilkan rendeman minyak sebesar 17,61% dan
immunoglobulin. kadar eugenol 65,02%.. Pada pelarut
3.4 Sitokin pro inflamasi benzene didapatkan rendeman 18,90%
Sitokin adalah protein kecil yang dan kadar eugenol 8,81%2. Pada pelarut
disekresikan oleh sel untuk berinteraksi alkohol didapatkan eugenol sebesar
dan berkomunikasi antar sel. Sitokin ini 74% dan 43 % pada pelarut air3. Bagian
terbagi menjadi beberapa jenis cengkeh yang dapat menghasilkan
bergantung pada sel yang minyak atisiri adalah bunga, batang, dan
mengeluarkannya. Sitokin yang daun. Kandungan minyak atsiri dalam
dikeluarkan oleh monosit atau makrofag bunga mencapai 21,3 % dengan kadar
disebut monokine, kemokin adalah 78-95%, dari tangkai mencapai 6%
sitokin dengan aktivitas kemotatik, dengan kadar 89-95% dan dari daun
interleukin adalah sitokin yang mencapai 2-3% dengan kadar eugenol
dikeluarkan leukosit untuk berinteraksi 80-85%.2
dengan leukosit lainnya. Sitokin dapat Pada studi sebelumnya3 cengkeh
bekerja dengan berbagai cara, misalnya memiliki sifat sitotoksik seperti halnya
bekerja untuk diri sendiri (autokrin), sel limfosit T CD8 pada konsentrasi
bekerja untuk sel disekitarnya (parakrin), yang tinggi (100-1000 µg/mL). Hal ini
atau bisa bekerja untuk sel yang jauh disebabkan oleh kadar antioksidan yang
(endokrin)14. tinggi pada cengkeh, seperti flavonoid,
Sitokin pro inflamasi diproduksi eugenol (70-80%), eugenol asetat, dan
oleh makrofag yang teraktivasi dan timol. 3 Eugenol memengaruhi produksi
berperan dalam up-regulasi reaksi NO dan ekspresi iNOS bergantung pada
inflamasi. Beberapa contoh sitokin dosis pemberian. Pada subyek yang
proinflamasi adalah IL-1β, IL-6, IL-10 diberi stimulasi dengan Lipopolisakarida
dan TNF- α. Interleukin 1β diproduksi (LPS), produksi NO dan iNOS
utamanya oleh makrofag dan mengalami penurunan sehingga
monosit(16). Interleukin-6 merupakan inflamasi dapat ditekan. Hasil ini sama
mediator dengan efek pleotropik pada dengan penelitian Weihua yang
inflamasi, respon imun dan menyebutkan eugenol dan isoeugenol
hematopoiesis. Interleukin ini berperan (analog eugenol) dapat menginhibisi sel
dalam respon imun dengan makrofag yang distimulasi oleh LPS
meningkatkan stimuasi pembentukkan dalam memproduksi NO melalui
dan produksi antibody serta mekanisme inhibitor sintesis protein dari
perkembangan efektor sel T7. Interleukin NO synthase. Hal ini membuktikan
6 memacu diferensiasi dari sel T CD4 bahwa eugenol memiliki efek
naïve yang berfungsi sebagai jembatan antiinflamasi dengan menginhibisi
respon imun innate dan adaptif. Efek produksi NO dan ekspresi Cox-215. Efek
lainnya adalah medorong sel Th untuk kontras pada makrofag yang tidak
berdiferensiasi dan memproduksi IL-21 distimulasi dengan LPS menunjukkan
yang meregulasi sintesis NO dan iNOS mengalami stimulasi pada
immunoglobulin. DIferensiasi sel T CD8 dosis rendah (1µg/mL). Ketika dosis
berkembang menjadi sel T sitotoksik dinaikkan, efek antiinflamai mulai
juga merupakan efek IL-6. 7 Interleukin 1 menghilang dan sel makrofag mulai
adalah regulator inflamasi utama terinhibisi pada perlakuan sel yang
dengan mengontrol berbagai proses distimulasi oleh LPS. Fenomena ini juga
imun innate. Berperan dalam induksi terjadi pada reaktive oksigen species
beberapa komponen pada respon akut (ROS) yang diberi dosis kecil eugenol.
dan lymphocyte activating factor (LAF) Kadar TNFα mengalami penurunan
dimana berfungsi dalam mediator imun dengan ekstrak cengkeh oleh makrofag
turunan makrofag yang memiliki target teraktivasi LPS. Hasil penelitian diatas
aksi sel B dan sel T. sedikit berbeda dimana ekstrak cengkeh
3.5 Cengkeh sebagai Immunodulator dapat mendorong toleransi stress
Pembuatan minyak atsiri cengkeh oksidatif pada ragi S.pombe tidak
dapat dilakukan dengan metode distilasi bergantung dosis dengan dosis optimum
uap dan pelarut. Konsentrasi minyak 100ppm menunjukkan efek baik pada
atsiri dipengaruhi oleh faktor pelarut. viabilitas sel dalam kondisi stress
Pada pelarut heksana didapatkan oksidatif8.
38
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733
39
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733
40