Anda di halaman 1dari 8

P-ISSN 1979519X

Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733

POTENSI IMMUNODULATOR EKSTRAK CENGKEH PADA


KADAR LIMFOSIT DAN MAKROFAG SEBAGAI
MEKANISME PERTAHANAN TUBUH
Muhammad Faris1
1
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universital Islam Indonesia
Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Cengkeh merupakan tanaman rempah asli dari Indonesia. Tanaman ini
digunakan sebagai obat tradisional berbagai penyakit karena senyawa yang terkandung
memiliki sifat sebagai anti inflamasi, antimikroba dan antioksidan pada berbagai sistem
tubuh, salah satunya adalah sistem imun. Limfosit dan makrofag merupakan komponen
penting dalam mekanisme pertahanan tubuh. Makrofag berperan dalam pertahanan
pertama dan limfosit sebagai pertahanan berikutnya. Kedua sel ini saling berhubungan
dan berkomunikasi melalui sitokin sehingga patogen didalam tubuh dapat dieliminasi.
Tujuan : Studi ini bertujuan mengkaji efek ekstrak terhadap sel limfosit dan
makrofag sebagai mekanisme pertahanan.
Metode : Berbagai literatur fulltext berbahasa inggris dan Indonesia dengan
rentang tahun 2006-2019 digunakan sebagai referensi penulisan artikel. Literatur
didapatkan dari alat pencarian pubmed dan google scholar dengan kata kunci “clove”,
“lymphocytes”, “macrophage”, dan “immunodulator”
Pembahasan : Studi literature menunjukkan bahwa ekstrak cengkeh memiliki efek
immunodulator dengan dose dependent. Ketika dosis kecil diberikan (<1µg/mL) terjadi
penurunan oksidan NO dan iNOS oleh makrofag yang teraktivasi oleh LPS. Sedangkan
dosis tinggi (100-1000µg/mL) menunjukkan peningkatan marker inflamasi pada makrofag
tak teraktivasi.
Kesimpulan : Ekstrak cengkeh memiliki efek immunodulator pada kadar limfosit dan
makrofag sesuai dengan keadaan tubuh.

Kata kunci : Eugenol, Limfosit, Makrofag, Respon Imun

ABSTRACT

Background : Eugenol is the main ingredient of clove. This plant is used as a


traditional medicine for various diseases, related to the properties of compounds as anti-
inflammatory, antimicrobial and antioxidant in various body systems, one of which is the
immune system. Lymphocytes and macrophages are important components in body
defense mechanism. Macrophages play as first defense mechanism and lympgocytes as
the next defense. These cells are connected and communicate via citokin so patogen in
body can be eliminated.
Aim : This study to examine the effect of the extract on lymphocytes and
macrophages as a defense mechanism.
Metod : Various dulltext literature in English and Indonesian from 2006-2019 is
used as reference. Literature were obtained from pubmed and google scholar search
tools with keywords “clove” “lymphocytes” “macrophage” “immunodulator”
Discussion : Literature studies show that clove extract has a dose dependent
immunodulatory effect. When small doses were given (<1 µg / mL) there was a decrease
in NO and iNOS oxidants by LPS-activated macrophages. Meanwhile, high doses (100-
1000 µg / mL) showed an increase in inflammatory markers in inactivated macrophages.
Conclusion : Clove extract has an immunodulatory effect on the levels of
lymphocytes and macrophages according to body conditions.

33
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733

Keywords: Eugenol, Lymphocytes, Macrophages, immune response

1. PENDAHULUAN timol dan b-karyofilen (5%) 5. Senyawa-


Cengkeh merupakan salah satu senyawa tersebut dapat memodulasi
rempah yang berasal dari Maluku, reaksi-reaksi yang terjadi dalam tubuh,
Indonesia1 Tanaman ini tergolong dalam salah satunya respon imun, walaupun
keluarga Myrtaceae dan ordo Myrtales mekasimenya masih belum jelas. 3
yang merupakan tanaman herbal dan Manusia memiliki mekanisme
banyak digunakan di Timur Tengah dan pelindung dari berbagai organisme yang
Asia sejak lama. Cengkeh juga dapat mengganggu keseimbangan
digunakan dalam bidang kuliner sebagai tubuh. Mekanisme ini memiliki
penambah aroma dan rasa pada kemampuan untuk membunuh mikroba,
makanan serta pemberi wangi senyawa toksik, dan alergen yang
tambahan pada insdustri sabun, pasta merusak jaringan tubuh. Mekanisme ini
gigi dan parfum 2 Selain itu, cengkeh merupakan pertahanan tubuh yang
juga dikenal dapat menyembukan disebut sistem imun 6. Pertahanan tubuh
beberapa penyakit , seperti sakit gigi, dilakukan oleh sistem imun innate dan
gejala pernafasan, pusing dan sakit adaptif, termasuk didalamnya adalah sel
kepala serta radang tenggorokan limfosit dan makrofag. Senyawa eugenol
sebagai obat tradisional di Australia dan didalam cengkeh memiliki kemampuan
beberapa negara Asia 3. Hal ini terkait untuk meningkatkan respon antibodi
dengan cengkeh yang memiliki khasiat humoral dan imunitas selular pada sel
sebagai antiinflamasi, 3 anti mikroba, imfosit dan makrofag. Dalam studi
anti fungal dan anti viral 3. penelitian menggunakan sheep red
Cengkeh memiliki aroma khas blood cell (SRBC) sebagai antigen
karena senyawa utamanya yaitu menunjukkan eugenol mampu
eugenol4. Eugenol adalah senyawa menebalkan tes tempel kulit (skin patch
bioaktif terbesar yang ada pada test) sebagai induksi respon imun5.
cengkeh dengan konsentrasi 9381,7 Pada lain studi menyebutkan bahwa
hingga 14650 mg/100gram cengkeh methyl-eugenol yaitu senyawa turunan
segar 1
atau sebesar 50-87% eugenol memiliki efek menurunkan
kandungan senyawa 3. Salah satu imunitas selular dengan menurunkan
metode mendapatkan senyawa eugenol sitokin pro-inflamasi yaitu IL-17 dan IFN-
adalah dengan mengekstraksi cengkeh γ sehingga menurunkan aktivitas
menjadi minyak atisiri 2. Minyak atsiri makrofag agar tidak berlebih dan
adalah campuran kompleks dari merusak jaringan tubuh.7
metabolisme sekunder senyawa teruap Penting untuk melakukan
yang diisolasi dari tanaman dengan cara pembuktian ilmiah terkait tanaman
distilasi. Minyak atsiri ini memiliki sifat herbal untuk kebutuhan dunia medis
biologis dan wangi yang cocok sebagai terutama yang berperan pada sistem
tanaman penambah aroma dan imun karena obat kimia saat ini banyak
pengobatan5. Bagian cengkeh yang yang menimbulkan resistensi, dan efek
dapat menghasilkan minyak atsiri samping, misalnya alergi,
adalah bunga, tangkai dan daun hipersensitivitas dan imunosupresi5.
cengkeh. Kandungan minyak atsiri Salah satu kelebihan penggunaan
dalam bunga mencapai 21,3 % dengan minyak atsiri dibandingkan obat kimia
kadar 78-95%, dari tangkai mencapai adalah dapat digunakan di banyak
6% dengan kadar 89-95% dan dari daun makanan dan aman selama efek
mencapai 2-3% dengan kadar eugenol maksimum nya dicapai dengan sedikit
80-85%. 2. Kadar ekstraksi eugenol juga perubahan pada sifat organoleptik
bergantung dari metode dan bahan makanan 5. Menurut penelitian Weihua,
yang digunakan. Ekstraksi 2006 eugenol memiliki nilai toksisitas
menggunakan pelarut alkohol rendah pada makrofag dengan
menghasilkan 74% eugenol dan 43% menggunakan Mikrotetrazoulium (MTT)
pada pelarut berbahan air 3 Senyawa assay saat dipaparkan selama 24 jam8.
lain yang terkandung dalam cengkeh Studi ini dilakukan untuk mengkaji
adalah Eugenil asetat (16%), tanen, manfaat cengkeh sebagai

34
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733

immunodulator pada makrofag dan responnya dengan merekrut sistem


limfosit dari berbagai literatur. imun alami untuk menghancurkan
pathogen.
2. METODE 3.2 Limfosit B
Naskah ini menggunakan metode Secara umum limfosit B dikenal
studi pustaka. Sumber yang digunakan sebagai sel plasma dan penghasil
secara komprehensif dilakukan pada antibodi. Sel ini merupakan komponen
bulan Agustus-September 2020 dengan humoral sistem imun dan berperan
mengunakan pencarian Google Scholar sebagai antigen precenting cell (APC)
dan Pubmed. Pencarian literature kepada sel T. Selain itu, sel ini juga
menggunakan kombinasi kata kunci mensekresi sitokin yang bertindak
"clove”, “imun response”, dan memacu respon imun9. Terdapat
“immunodulator/immunodulation”.Refere beberapa jenis sel B yang memiliki
nsi yang digunakan berupa fulltext peran berbeda pada sistem imun alami
bahasa Inggris dan Indoneisa yang dan adaptif.
dipublikasikan antara tahun 2006- Sel B1 merupakan produsen
utama antibodi alami yang terletak di
3. PEMBAHASAN rongga peritoneum dan pleura. 9. Sel ini
3.1 Sistem Imun meruapakan pertahanan awal pada
Pertahanan tubuh manusia mukosa terhadap pathogen karena
terbagi menjadi dua lini, imunitas alami memiliki reseptor yang polispesifik
(innate/independent) dan imunitas sehingga mampu berikatan dengan self-
adaptif (dependent) 9. Sistem imun alami antigen seperti lipid teroksidasi dan
meliputi semua pertahanan tubuh yang antigen yang dikeluarkan oleh sel
dikode oleh gen germline dalam bentuk apoptotik. Sel B1 memiliki kemampuan
matur, seperti sel epitel, lapisan mucus khusus berproliferasi yang tidak ada
dan silia 6. Protein dan molekul bioaktif, pada jenis sel B lainnya. Meskipun
seperti protein komplemen, defensin begitu, sel ini cenderung membatasi
sitokin, kemokin, lipid mediator inflamasi, proliferasi untuk menggantikan sel mati
Reactive Oksigen Species (ROS)9 yang dan cenderung mempertahankan
memanggil dan menginduksi terjadinya populasinya agar stabil demi menjaga
inflamasi termasuk dalam kategori homeostasis jaringan9. Sel B1 terbagi
sistem imun alami. Semua ini adalah lagi menjadi dua, yaitu B-1a dan B-1b.
lapisan pertama tubuh untuk melawan Subtipe B-1a memproduksi antibody
pathogen dari luar6. alami sebagai bagian dari sistem imun
Sistem imun adaptif adalah lini alami dan B-1b memiliki target dengan
selanjutnya yang berperan setelah antigen polisakarida dan antigen lain
beberapa hari pathogen masuk. Lini ini yang tidak berinteraksi dengan sel T 9.
diperankan oleh limfosit T, limfosit B, sel Sel B2 atau folikuler 10 merupakan sel
NK 9 dan sel NK-T6. Respon imun yang umum berada pada organ limfoid..
bersifat antigen dependent dan memiliki Sel ini bertugas mengeluarkan antibody
memori sehingga tubuh bereaksi lebih dengan afinitas tinggi saat terjadi infeksi
cepat dan lebih efisien saat terpapar sehingga sel B2 sering disebut sel
ulang dengan antigen yang sama9. Hal antibody konvensional atau sel limfosit B
ini disebabkan oleh reseptor yang 9
.
diekspresikan pada permukaan sel 3.2.1 Perkembangan Limfosit B
limfosit dikode oleh gen yang Limfosit B berkembang dari
dikumpulkan oleh gen germline yang pluripotent hematopoietic stem cell di
melakukan pengaturan ulang secara sum-sum tulang kemudian menjadi
somatik untuk membentuk reseptor multipotent progenitor cell yang dapat
yang utuh pada sel limfosit T, T cell menjadi lini limfoid atau lini myeloid9. Sel
receptor (TCR) dan limfosit B, gen progenitor akan mengespresikan
immunoglobulin atau B cell reseptor reseptor permukaan tirosin kinase FTL3
antigen 6. Kedua sistem imun tersebut yang berikatan dengan permukaan sel
bekerja bersama-sama dimana sistem stroma sumsum tulang belakang. FTL3
imun innate berkontribusi dalam berperan dalam menentukkan arah
pemanggilan sistem imun adaptif dan perkembangan diferensiasi dari sel
sistem imun adaptif memperbesar progenitor menjadi progenitor sel limfosit

35
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733

atau common lymphoid progenitor cell sudah bisa berinteraksi dengan antigen
(CLP). Common lymphoid progenitor yang masuk13.
cell dapat berkembang menjadi sel Sel B dapat teraktivasi setelah
limfosit, T, sel limfosit B dan sel dendritik. berikatan dengan sel dendritik atau
Interleukin 7 dan Lin stem cell antigen pada sel T. Sel B berproliferasi dan
pada CLP berperan dalam proliferasi sel berdiferensiasi menjadi sel plasma atau
pro B 9. Reseptor sel B memiliki dua menetap di germinal center (GC) di
rantai yaitu rantai H (heavy chain) dan kelenjar getah bening atau limfonodi.
rantai L (light chain) yang memiliki Sel plasma dapat keluar dari folikel dan
berbagai lokus gen. Immunoglobulin pindah ke corda medulla limfonodi. Sel
lengkap memiliki 2 rantai H dan 2 rantai ini dapat menghasilkan IgM selama 4
L 10. Pada tahap awal sel B hari. Sel yang menetap di GC akan
membutuhkan rekombinasi dari lokus mengalami proses somatic
gen V,D,J di rantai H dan lokus gen V,J hypermutation (SHM) dan seleksi klonal
di rantai L. Rekombinasi gen tersebut untuk membentuk imunitas humoral.
membuat kumpulan sel B memproduksi Proses SHM berperan dalam
antibody yang dapat mengenali lebih pembentukkan kelas antibody atau class
dari 5 x 1013 jenis antigen berbeda11. switching. Proses ini bergantung pada
Terdapat tiga tahap perkembangan sel antigen yang terikat pada sel T dan
limfosit B berdasarkan rekombinasi sitokin diantaranya sitokin IL-4 untuk
pembentukkan rantai L dan H. Pertama membentuk IgG1 dan IgE, sitokin TGF-β
sel pro B merekombinasi segmen gen D untuk membentuk Ig A dan IFN-γ untuk
dan J pada rantai H. Kedua, membentuk IgG3 dan IgG2a.
rekombinasi pada segmen V dan 3.3 Limfosit T
penggabungan segmen V dan DJ12. Sel ini berperan dalam respon
Perkembangan sel B diregulasi imun sitotoksik dan berfungsi
oleh SLC (surrogate L chain) yang terdiri meregulasi sistem imun, mekanisme
dari protein λ5 dan Vpre B. Kedua peradangan dan respon protektif 9. Sel T
protein akan berikatan dengan protein µ dapat ditemukan dalam darah dan
pada rantai H membentuk pre BCR. pembuluh limfe, yaitu cairan tak
Prekursor sel B atau pre B dibentuk dari berwarna yang menghubungkan nodus
pro sel B yang mengekspresikan pre limfatikus di tubuh satu sama lain
BCR12. Apabila reseptor pre BCR tidak melalui aliran darah. Selain itu, limfosit T
muncul karena kesalahan rekombinasi juga dapat ditemukan pada organ
gen maka perkembangan limfosit B limfoid sekunder, seperti timus, nodus
berhenti dan terjadi apoptosis. Bila limfatikus, spleen dan apendiks 12.
berhasil akan menghasilkan RAG1/2 Sel limfosit dapat dibedakan
dan terjadi rekombinasi pada rantai L. menurut reseptor yang diekspresikan 6.
Setelah rekombinasi rantai H dan L, Pertama, limfosit T memiliki reseptor αβ
terbentuk reseptor IgM pada permukaan untuk membentuk sel T αβ yang terlibat
sel B imatur. Sel imatur ini dapat dalam sistem imun adaptif 9. Sel T αβ
meninggalkan sumsum tulang belakang berdiferensiasi membentuk beberapa
dan bermigrasi ke spleen dan subtype sel T, yaitu sel T CD8 yang
berdiferensiasi menjadi sel B naïve, berperan dalam membunuh sel yang
folikuler atau marginal zone (MZ). Sel B terinfeksi dengan mikroba intrasel dan
imatur akan diuji tubuh apakah sel T CD4 yang berperan dalam
menyebabkan autoreaktivitas atau tidak. meregulasi sistem imun humoral dan
Apabali BCR dapat berikatan dengan selular. Ada pula beberapa subtipe yang
antigen tubuh akan terjadi apoptosis sedikit diekspresikan oleh sel T αβ yaitu
atau rekombinasi ulang pada rantai L sel NK-T yang mengekspresikan antigen
oleh RAG19. sel NK NK1.1 (CD161) (15). Kedua,
Sel B imatur belum memiliki limfosit T yang hanya ada pada
resptor imunimmunoglobulin lain selain ruminansia dan memiliki reseptor
IgM. Sel ini akan menjadi sel transisi T1 gamma delta (γδ). Reseptor sel ini
dan T2 yang memiliki IgG. Selanjutnya, dipercaya berperan dalam sistem imun
sel T2 dapat keluar dari sumsum tulang, innate9
beredar ke sirkulasi darah dan masuk ke 3.3.1 Perkembangan Limfosit T
limfonodi atau limpa. Disini sel B matur

36
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733

Perkembangan limfosit T mirip Zona medulla digunakan untuk


dengan limfosit B, hanya berbeda di melakukan skrining kemungkinan sifat
tempat produksi dan perkembangannya. autoreaktif. Pengujian ini berupa tes
Proses tersebut meliputi, pembentukkan reaktivitas dari berbagai protein spesifik
rantai fungsional pada rantai α dan jaringan yang diekspresikan oleh sel
rantai β, seleksi positif yang melibatkan epitelian medulla timus dibawah kendali
produksi sinyal oleh oleh precursor autoimmune regulator (AIRE). Sel yang
ganda positif yang mengekspresikan mengenali peptide tubuh sendiri akan
reseptor Major Histocompatibility kelas I dieliminasi melalui apoptosis dan
dan II (MHC I dan MHC II) dan seleksi sisanya akan pergi ke sirkulasi. Proses
negatif melibatkan penghilangan ini dinamakan seleksi negative 9.
thymocytes yang memicu autoimun 3 Sebanyak 90-95% dari sel T yang
Reseptor pada setiap sel T bersirkulasi dalam tubuh adalah TCR αβ
memiliki spesifitas tunggal. Perangkaian dan sisanya adalah heterodimer TCR
reseptor dilakukan secara somatik dari yang terdiri dari rantai γ dan δ. Kedua
kumpulan elemen gen yang berbeda- rantai ini juga disatukan oleh RAG 1 dan
beda dan bermacam-macam variable RAG2 dengan elemen V, D (untuk δ)
untuk membentuk rantai VαJα dan dan J.
VβDβJβ matur. Pengumpulan ini diawali 3.4 Makrofag
dengan protein RAG1 dan RAG2 yang Makkrofag merupakan bentuk
memotong DNA dekat segmen V,D dan matur dari monosit dan berperan pada
J dan segmen gen digabungkan oleh imunitas innate dan adaptif untuk
enzim DNA-dependent protein memfagosit patogen. Sel ini ditemukan
kinase(DNA-PK), Ku, XRCC4,XLF,DNA secara normal tersebar di berbagai
ligase IV dan artemis nuclease. Enzim jaringan tubuh, misalnya pari (makrofag
XRCC4, XLF dan DNA-PK membantu alveolar), jaringan hati (sel Kupfer),
memanggil enzim terminal sendi (sel synovial tiperA), sistem saraf
deoxynucleotidyl transferase (TdT) yang pusat (sel Schwann), jaringan pengikat
menambahkan deoxynucleotida pada (histiosit) dan makrofag bebas.10 Sel ini
beberapa persimpangan dari segmen merupakan pertahanan pertama
V,D,J sehingga menambahkan bersama dengan neutrophil pada sistem
persimpangan ekstra kepada urutan imun innate terhadap mikororganisme
rekombinasi gen. Tindakan ini dan pengontrolan infeksi bakteri.
dimaksudkan agar elemen gen pada Mikroorganisme yang berpenetrasi ke
segmen gen V, D, J berkumpul secara permukaan epitel tubuh, akan dikenali
acak dan menghasilkan urutan reseptor reseptor permukaan tubuh sehingga
yang sangat berbeda,, mengingat memicu makrofag menelan bakteri dan
reseptor sel T hanya dapat untuk sekresi sitokin. Peran ini penting pada
berinteraksi dengan satu antigen saja 6 imunitas innate untuk selanjutnya
Pemilihan sel yang membawa disajikan kepada sel limfosit T dan
TCR fungsional terjadi di timus. pembentukkan antibodi12. Peran ini
Terdapat tiga kompartemen yang disebut sebagai Antigen Precenting Cell.
berfungsi pada perkembangan sel T. Proses ini diperlukan pada inisiasi
Pertama zona subscapular dimana pro sistem imun adaptif. Sitokin yang
thymocytes mulai melakukan dikeluarkan makrofag akan memicu
pembedaan, proliferasi dan penyusunan terjadinya proses inflamasi. Beberapa
rantai TCR β. Kedua, kortex timus sitokin yang dikeluarkan makrofag
dimana rantai α disusun ulang untuk adalah IL-1, IL-6, IL-12, TNF-a dan IL-8,
membentuk TCR αβ matur10. Dilakukan IL-10(9),IL-13 IL-18, IFN y, TGF b (11)
juga tes untuk mengetahui afinitas dan NO(12) Semakin tinggi aktivitas
ikatan yang dimiliki reseptor apakah makrofag, semakin tinggi juga kadar
cukup atau tidak dengan molekul self- sitokin atau mediator proinflamasi yang
MHC untuk mengetahui kekuatan dikeluarkan10. IL-6 merangsang sel
pengenalan pada antigen komplek MHC. makrofag muda menjadi matang dan sel
Apabila limfosit gagal dalam tes ini makrofag matang mampu melakukan
maka terjadi apoptosis dan dieliminasi fagositosis dengan lebih efisien 12. IL-6
oleh makrofag. juga menginduksi diferensiasi sel B

37
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733

menjadi sel plasma dan menghasilkan rendeman minyak sebesar 17,61% dan
immunoglobulin. kadar eugenol 65,02%.. Pada pelarut
3.4 Sitokin pro inflamasi benzene didapatkan rendeman 18,90%
Sitokin adalah protein kecil yang dan kadar eugenol 8,81%2. Pada pelarut
disekresikan oleh sel untuk berinteraksi alkohol didapatkan eugenol sebesar
dan berkomunikasi antar sel. Sitokin ini 74% dan 43 % pada pelarut air3. Bagian
terbagi menjadi beberapa jenis cengkeh yang dapat menghasilkan
bergantung pada sel yang minyak atisiri adalah bunga, batang, dan
mengeluarkannya. Sitokin yang daun. Kandungan minyak atsiri dalam
dikeluarkan oleh monosit atau makrofag bunga mencapai 21,3 % dengan kadar
disebut monokine, kemokin adalah 78-95%, dari tangkai mencapai 6%
sitokin dengan aktivitas kemotatik, dengan kadar 89-95% dan dari daun
interleukin adalah sitokin yang mencapai 2-3% dengan kadar eugenol
dikeluarkan leukosit untuk berinteraksi 80-85%.2
dengan leukosit lainnya. Sitokin dapat Pada studi sebelumnya3 cengkeh
bekerja dengan berbagai cara, misalnya memiliki sifat sitotoksik seperti halnya
bekerja untuk diri sendiri (autokrin), sel limfosit T CD8 pada konsentrasi
bekerja untuk sel disekitarnya (parakrin), yang tinggi (100-1000 µg/mL). Hal ini
atau bisa bekerja untuk sel yang jauh disebabkan oleh kadar antioksidan yang
(endokrin)14. tinggi pada cengkeh, seperti flavonoid,
Sitokin pro inflamasi diproduksi eugenol (70-80%), eugenol asetat, dan
oleh makrofag yang teraktivasi dan timol. 3 Eugenol memengaruhi produksi
berperan dalam up-regulasi reaksi NO dan ekspresi iNOS bergantung pada
inflamasi. Beberapa contoh sitokin dosis pemberian. Pada subyek yang
proinflamasi adalah IL-1β, IL-6, IL-10 diberi stimulasi dengan Lipopolisakarida
dan TNF- α. Interleukin 1β diproduksi (LPS), produksi NO dan iNOS
utamanya oleh makrofag dan mengalami penurunan sehingga
monosit(16). Interleukin-6 merupakan inflamasi dapat ditekan. Hasil ini sama
mediator dengan efek pleotropik pada dengan penelitian Weihua yang
inflamasi, respon imun dan menyebutkan eugenol dan isoeugenol
hematopoiesis. Interleukin ini berperan (analog eugenol) dapat menginhibisi sel
dalam respon imun dengan makrofag yang distimulasi oleh LPS
meningkatkan stimuasi pembentukkan dalam memproduksi NO melalui
dan produksi antibody serta mekanisme inhibitor sintesis protein dari
perkembangan efektor sel T7. Interleukin NO synthase. Hal ini membuktikan
6 memacu diferensiasi dari sel T CD4 bahwa eugenol memiliki efek
naïve yang berfungsi sebagai jembatan antiinflamasi dengan menginhibisi
respon imun innate dan adaptif. Efek produksi NO dan ekspresi Cox-215. Efek
lainnya adalah medorong sel Th untuk kontras pada makrofag yang tidak
berdiferensiasi dan memproduksi IL-21 distimulasi dengan LPS menunjukkan
yang meregulasi sintesis NO dan iNOS mengalami stimulasi pada
immunoglobulin. DIferensiasi sel T CD8 dosis rendah (1µg/mL). Ketika dosis
berkembang menjadi sel T sitotoksik dinaikkan, efek antiinflamai mulai
juga merupakan efek IL-6. 7 Interleukin 1 menghilang dan sel makrofag mulai
adalah regulator inflamasi utama terinhibisi pada perlakuan sel yang
dengan mengontrol berbagai proses distimulasi oleh LPS. Fenomena ini juga
imun innate. Berperan dalam induksi terjadi pada reaktive oksigen species
beberapa komponen pada respon akut (ROS) yang diberi dosis kecil eugenol.
dan lymphocyte activating factor (LAF) Kadar TNFα mengalami penurunan
dimana berfungsi dalam mediator imun dengan ekstrak cengkeh oleh makrofag
turunan makrofag yang memiliki target teraktivasi LPS. Hasil penelitian diatas
aksi sel B dan sel T. sedikit berbeda dimana ekstrak cengkeh
3.5 Cengkeh sebagai Immunodulator dapat mendorong toleransi stress
Pembuatan minyak atsiri cengkeh oksidatif pada ragi S.pombe tidak
dapat dilakukan dengan metode distilasi bergantung dosis dengan dosis optimum
uap dan pelarut. Konsentrasi minyak 100ppm menunjukkan efek baik pada
atsiri dipengaruhi oleh faktor pelarut. viabilitas sel dalam kondisi stress
Pada pelarut heksana didapatkan oksidatif8.

38
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733

Sekresi sitokin makrofag kondisi autoimun. Penurunan kadar anti


menunjukkan hasil tidak konsisten. inflamasi pada efektornya merupakan
Secara umum hasilnya menunjukkan peran penting untuk menurunkan
ekstrak cengkeh pelarut alkohol (kaya kondisi autoimun.
akan eugenol) mensupresi TNFα, sedikit Efek sitotoksik muncul pada
efek pada IL-12 dan stimulasi pada IL-6 dosis tinggi dimana produksi NO dan
oleh makrofag.16 iNOS menurun. Hal ini disebabkan
Pada penelitian lain, minyak atsiri senyawa yang terkandung di dalam
dari cengkeh mampu menginhibisi IL-1β, cengkeh memiliki efek antioksidan tinggi.
IL-6 dan IL-10 yang diproduksi makrofag Sitokin pro inflamasi seperti TNFα,
teraktivasi LPS. Pada penelitian TGFβ, dan IL-1 juga mengalami
Grespan pengobatan eugenol mampu penurunan sehingga secara tidak
menstimulasi IL-10 oleh sel inflamasi langsung menurunkan respon imun.
lokal model kolagen menginduksi Sedangkan pada dosis rendah cengkeh
arthtritis dan menurunkan kadar sitokin mampu meningkatkan produksi NO
pro inflamasi, TNFα, TGFβ dan IFNγ sehingga makrofag terstimulasi. Hal ini
pada arthritis17. Penelitian lain tentang terjadi kemungkinan terkait efek
efek ekstrak cengkeh pada profil sitokin antiinflamasi yang dimiliki ekstrak
menyebutkan rentang 1-1000ug/mL cengkeh.
mampu menurunkan sitokin IFN-y.18
Pada penelitian efek eugenol 5. SARAN
terhadap sel HeLa menunjukkan Perlu dilakukan penelitian lebih
eugenol memiliki sedikit efek lanjut terkait efek immunodulator ekstrak
immunodulator. Namun pengobatan cengkeh dengan menggunakan dosis
adjuvant dengan eugenol ini mampu yang berbeda. Begitu pula, sel target
bekerja sinergis dengan pengobatan ekstrak cengkeh pada sitokin yang
konvensional dengan cara menurunkan berbeda.
dosis dependen dari obat yang
digunakan sehingga efek samping juga DAFTAR PUSTAKA
turun. Eugenol memiliki target pada Bax, 1. Wael S, Mahulette F, Wilhelmus
Cox-2 dan IL-1b sebagai mediator Watuguly T, Wahyudi D.
inflamasi. Eugenol akan menurunkan Pengaruh Ekstrak Daun
aktivitas Cox-2 sebagai mediator dan Cengkeh (Syzygium aromaticum)
perannya pada inflamasi, dimana terhadap Limfosit dan Makrofag
peningkatan Cox-2 berperan pada Mencit Balb/c. Jalan Yos
pengeluaran prostaglandin yang Sudarso No 338 Serengan.
memicu banyaknya sel pertahanan 2018;23(2):79–83.
tubuh.15 2. Minyak P, Bunga A.
Eugenol memengaruhi produksi PENGAMBILAN MINYAK ATSIRI
dan proliferasi dari sel T (cell mediated BUNGA CENGKEH (Clove Oil)
imunity) dan sel B (humoral imunity). MENGGUNAKAN PELARUT n-
Pada penelitian menggunakan splenosit HEKSANA DAN BENZENA. J
yang distimulasi LPS, PHA, dan tidak Bahan Alam Terbarukan.
distimulasi menyebutkan bahwa 2013;1(2):25–30.
konsentrasi 100ug/mL dan 1000ug/mL 3. Dibazar SP, Fateh S,
dari minyak atsiri cengkeh mampu Daneshmandi S.
menurunkan stimulasi sel T dan Immunomodulatory effects of
proliferasinya. Sedangkan, sel B dapat clove (Syzygium aromaticum)
distimulasi dengan konsentrasi yang constituents on macrophages: In
sama.18 vitro evaluations of aqueous and
ethanolic components. J
4. KESIMPULAN Immunotoxicol. 2015;12(2):124–
Ekstrak cengkeh memiliki efek 31.
immunodulator pada tubuh. 4. Martianasari R, Hamid PH.
Imunodulator diperlukan ketika Larvicidal, adulticidal, and
pertahanan tubuh membutuhkan dari oviposition-deterrent activity of
respon imun yang kuat tetapi juga dapat Piper betle L. essential oil to
menurunkan respon imun selektif ketika Aedes aegypti. Vet World.

39
P-ISSN 1979519X
Khazanah: Jurnal Mahasiswa Volume 12 Nomor 1 E-ISSN 27458733

2019;12(3):367–71. immunomodulatory/ anti-


5. Farhath S, Vijaya P, Vimal M. inflammatory action on cytokine
Immunomodulatory activity of production by murine
geranial, geranial acetate, macrophages. J Pharm
gingerol, and eugenol essential Pharmacol. 2012;64(4):610–6.
oils: evidence for humoral and 14. Zhang J-M, An J. NOT RIGHT
cell-mediated responses. REFERENCECytokines,
Avicenna J phytomedicine Inflammation and Pain. Int
[Internet]. 2013;3(3):224–30. Anesth Clin. 2009;69(2):482–9.
Available from: 15. Fathy M, Fawzy MA, Hintzsche H,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub Nikaido T, Dandekar T, Othman
med/25050278%0Ahttp://www.pu EM. Eugenol exerts apoptotic
bmedcentral.nih.gov/articlerender. effect and modulates the
fcgi?artid=PMC4075709 sensitivity of HeLa cells to
6. Chaplin DD. Overview of the cisplatin and radiation. Molecules.
Immune Response. Allergy Clin 2019;24(21).
Immunol. 2015;125:826–8. 16. Abtahi Froushani SM, Zarei L,
7. Tanaka T, Narazaki M, Kishimoto Esmaeili Gouvarchin Ghaleh H,
T. IL-6 in Inflammation, Immunity, Mansori Motlagh B. Estragole
and Disease. 2014;6(Kishimoto and methyl-eugenol-free extract
1989):1–16. of Artemisia dracunculus
8. Li W, Tsubouchi R, Qiao S, possesses immunomodulatory
Haneda M, Murakami K, Yoshino effects. Avicenna J
M. Inhibitory action of eugenol phytomedicine [Internet].
compounds on the production of 2016;6(5):526–34. Available from:
nitric oxide in RAW264.7 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
macrophages. Biomed Res. med/27761422%0Ahttp://www.pu
2006;27(2):69–74. bmedcentral.nih.gov/articlerender.
9. Ramona F, Prakoeswa S. Jurnal fcgi?artid=PMC5052415
Sains dan Informatika. J Sains 17. Grespan R, Paludo M, De Paula
dan Inform. 4(x). Lemos H, Barbosa CP, Bersani-
10. Handajani J, Fatimah S, Asih R, Amado CA, De Oliveira Dalalio
Latif A. Penurunan Kadar IL-1β MM, et al. Anti-arthritic effect of
Makrofag Terpapar Agregat eugenol on collagen-induced
Bakteri Actinomycetemcomitans arthritis experimental model. Biol
setelah Pemberian Minyak Atsiri Pharm Bull. 2012;35(10):1818–
Temu Putih. Maj Kedokt Gigi 20.
Indones. 2015;20(2):130. 18. Dibazar SP, Fateh S,
11. Suyanto, Darnoto S, Astuti D. Daneshmandi S. Clove
Hubungan Pengetahuan Dan (Syzygium aromaticum)
Sikap Dengan Praktek ingredients affect lymphocyte
Pengendalian Nyamuk Aedes subtypes expansion and cytokine
aegypti di Kelurahan Sangkrah profile responses: An in vitro
Kecamatan Pasar Kliwon Kota evaluation. J Food Drug Anal
Surakarta. J Kesehat. 2011;4:1– [Internet]. 2014;22(4):448–54.
13. Available from:
12. Besung INK, Astawa NM, Suata http://dx.doi.org/10.1016/j.jfda.20
K, Suwiti NK. Relationship 14.04.005
between the Macrophage Activity
with Interleukin-6 Levels and
Titers of Antibodies against
Salmonella typhi. J Kedokt
Hewan - Indones J Vet Sci.
2016;10(1):1–4.
13. Bachiega TF, De Sousa JPB,
Bastos JK, Sforcin JM. Clove and
eugenol in noncytotoxic
concentrations exert

40

Anda mungkin juga menyukai